• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Opportunities (S-O)

BAB VI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TAMAN NASIONAL

6.2 Strategi Komunikasi Pemasaran TNGHS

6.2.1 Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Opportunities (S-O)

Strategi S-O merupakan formulasi strategi komunikasi pemasaran yang menggunakan kelebihan yang dimiliki TNGHS dan memanfaatkan peluang yang datang dari eksternal TNGHS. Terdapat beberapa alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu:

6.2.1.1 Mendukung Pengembangan dan Promosi Wisata Ilmiah dengan Cikaniki sebagai Unggulannya

Melihat TNGHS memiliki kekayaan hayati yang beragam dan langka, serta banyaknya potensi wisata yang dimiliki, maka TNGHS cocok dikembangkan sebagai wisata ilmiah. Wisata ilmiah merupakan sebuah kegiatan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain diluar dari rutinitas keseharian baik tempat tinggal maupun pekerjaan, yang bersifat sementara, untuk melakukan aktivitas dan atau menuju ke tempat objek yang menyajikan pengetahuan yang logis, dengan metode-metode tertentu, sistematis dan dapat dibuktikan secara empirik dengan tujuan untuk memberikan penyegaran/hiburan kepada wisatawan dari perjalanan yang dilakukan dengana kreativitas ataupun objek dan daya tarik yang ada dan bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan bagi wisatawan. Mengingat banyak kalangan mahasiswa yang berasal dari universitas-universitas yang melakukan penelitian di TNGHS, maka wacana mengenai ekowisata berbasis penelitian di TNGHS dapat pula dipromosikan. Menurut Faizin (2003) ekowisata berbasis penelitian adalah suatu perpaduan kegiatan ekowisata dan penelitian, dimana taman nasional dapat menawarkan potensi kawasan dan berbagai fasilitas yang tersedia sebagai objek dan daya tarik bagi para peneliti dari dalam maupun luar negeri. Promosi mengenai wisata ilmiah ini dapat dilakukan di instansi- instansi pendidikan seperti sekolah, universitas, ataupun lembaga-lembaga penelitian di dalam maupun luar negeri dengan cara memasang bagian tersendiri mengenai penelitian-penelitian yang memang sudah pernah dilakukan di TNGHS dalam brosur, pamflet, booklet, ataupun web TNGHS. Hal ini dilakukan agar kalangan peneliti, serta mahasiswa, ataupun pengelola sekolah-sekolah dapat melakukan penelitian dan juga wisata ilmiah di TNGHS.

77

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti terlihat masyarakat cukup terbuka dalam memberi informasi kepada pengunjung dan peneliti yang datang. Selain kekayaan hayatinya, masyarakat kasepuhan juga sering menjadi objek penelitian kalangan peneliti untuk pembuatan tugas akhir. Keberadaan peneliti di TNGHS tidak terlepas dengan keuntungan yang juga akan didapatkan masyarakat lokal dengan homestay, laundry, dan catering yang dapat disediakan masyarakat lokal.

6.2.1.2 Pengusahaan Paket Wisata secara Lebih Optimal

Sampai saat ini promosi yang dilakukan TNGHS telah memberikan gambar-gambar, serta foto dan penjelasan mengenai objek-objek wisata. Gambar- gambar tersebut masih sebatas memberi gambaran, belum sampai pada tahap menunjukkan area lokasi. Hal ini terlihat pada saat wawancara dengan pengunjung dilakukan yakni Bapak AH, pengunjung masih bingung akan kemana lagi setelah berada di homestay warga di Citalahab.

“.... Kita memang sering jalan-jalan ke alam, salah satunya ya kesini

(Citalahab) tapi kita kan nggak tahu ya objek-objek wisatanya apa aja? Jadi ya kalau sudah di penginapan gini, kita nggak tahu lagi

mau kemana, paling kita jalan ke Cikaniki pake jalur tracking...”

Gambar-gambar serta foto-foto yang terdapat dalam media promosi cetak TNGHS menjadi media pengenalan namun belum sepenuhnya dapat membuat pengunjung memahami objek mana yang mereka ingin datangi. Oleh karena itu sebaiknya dibuatkan paket-paket wisata. Paket wisata ini akan menjadi rencana kegiatan wisata yang disusun secara tetap dengan harga tertentu yang mencakup transportasi, penginapan, obyek dan daya tarik wisata serta fasilitas penunjang lainnya yang telah tertera dalam perjanjian paket wisata tersebut.

Pembuatan paket wisata dapat dilakukan dengan pihak –pihak yang memiliki pengalaman dan memahami selera wisatawan. Hal ini dilakukan karena TNGHS memiliki kerjasama dengan banyak LSM khususnya Indecon yang dianggap cukup berpengalaman dalam menarik pengunjung mancanegara. Perlu juga digalakkan kerjasama dengan tour agent dan biro perjalanan wisata agar ekowisata berbasis masyarakat di Halimun dapat dimasukkan dalam paket-paket

wisatanya. Dalam “Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional

Gunung Halimun Salak 2008-2011” telah dibuat tujuh paket wisata alam yang dapat dikembangkan di kawasan TNGHS yaitu:

1. Wisata Ilmiah (Bird watching, wisata canopy trail) 2. Wisata Pendidikan (Stasiun penelitian Cikaniki)

3. Wisata Tracking/ petualangan (Pendakian Gunung Salak1, Gunung Salak 2, Gunung Halimun Utara, Gunung Halimun Selatan, Gunung Kendeng, Gunung Sanggabuana Tracking di Looptrail Cikaniki-Citalahab)

4. Wisata Pedesaan (Kampung Legok Jeruk, Kampung Citalahab, Kampung Pangguyangan)

5. Wisata budaya (Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Sinaresmi, Kampung adat Urug)

6. Wisata Ziarah (Cibedug, Kosala, Gentar Bumi, Halimun Selatan, Girijaya) 7. Geo Tourism (Cirotan, Candi Cibedug, Situs Cengkuk).

Ketujuh paket wisata ini belum dapat terlaksana secara optimal, salah satunya akibat sudah tidak berfungsinya canopy trail yang menjadi bagian dari paket wisata, serta sudah tidak adanya guest house di Citalahab, sehingga pengunjung yang berwisata ke Citalahab akan tinggal bersama warga. Dalam pelaksanaannya. Pengunjung dapat dipandu oleh masyarakat sekitar dan biro perjalanan yang telah digunakan. Pembuatan paket wisat juga sebaiknya dibuat lebih bervariasi sehingga dapat memenuhi selera wisatawan. Pembuatan paket ini bagus juga jika diberikan nama yang sesuai, seperti contohnya pada wisata budaya

diberikan tema “3 Hari di Kasepuhan” atau pada wisata penelitian diberikan tema “Jelajah Pesona Elang Jawa”, pada wisata geo tourism dapat diberikan tema

79

Tabel 6 Tabel Peran Stakeholder dalam Paket Wisata Tree-Adoption

Stakeholder Peran Tanggung Jawab Rewards

Masyarakat  Menyiapkan akomodasi  Menyiapkan atraksi  Menyiapkan lahan  Menyediakan pohon  Memelihara pohon yang ditanam  Melaporkan perkembangan tanaman kepada wisatawan Memperoleh bagian hasil tanaman Wisatawan  Melakukan kegiatan wisata  Melakukan pembibitan  Menanam pohon Memberikan donasi untuk pemeliharaan  Menerima sertifikat atas pohon yang ditanam  Memperoleh bagian hasil tanaman Tour Operator Mengemas paket

wisata Memasarkan produk wisata ramah lingkungan Mendapatkan produk wisata alternatif

Sumber: Damanik dan Webber (2006)

TNGHS juga dapat melakukan pembuatan paket wisata “Tree Adoption

seperti yang dijelaskan pada Tabel 6, dimana tree adoption merupakan paket wisata yang dikemas dalam bentuk kegiatan penanaman pohon yang yang diadopsi oleh wisatawan. Paket ini merupakan salah satu paket wisata dimana wisatawan dapat memilih pohon untuk ditanam sendiri, diberi label sesuai nama mereka, dan ditanam di lahan TNGHS. Pohon tersebut dapat dikunjungi saat pengunjung datang kembali.

Konsepnya adalah wisata ramah lingkungan. Artinya salah satu aktivitas wisatawan (yang kebetulan memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi) adalah menanam pohon untuk konservasi lingkungan. Untuk itu peran dan tanggung jawab wisatawan, masyarakat kawasan wisata, dan penyelenggara perjalanan sebagai aktor didefenisikan secara jelas (Puspar UGM dalam Damanik dan Webber, 2006). Selain itu paket ini merupakan paket yang menarik, dimana wisatawan dapat menanam sendiri pohon yang mereka pilih, memiliki label serta

sertifikat pohon tersebut atas nama sendiri. Hal ini juga dapat membuat pengunjung untuk tertarik datang kembali melihat pohon yang pernah mereka tanam.

6.2.1.3Kerjasama Promosi dengan Pihak Lain

Kerjasama promosi dengan hotel, airport, dan instansi pendidikan juga dapat dilakukan. Dalam bab sebelumnya, brosur, leaflet, dan booklet yang tersedia belum bekerja secara optimal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penyebaran yang kurang optimal. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meletakkan brosur-brosur dan poster, leaflet, serta booklet TNGHS di tempat yang menjadi lalu lalang internasional, di bandar udara misalnya. Brosur, leaflet, dan booklet yang tersedia dapat diletakkan di kantor-kantor agen perjalanan,

money changer, kafetaria dan hotel dalam airport. Pemasangan poster juga dapat dilakukan di tourist information yang ada di bandara. Selain itu, dengan konsep wisata ilmiah yang dimiliki TNGHS, promosi juga dapat dilakukan di sekolah- sekolah serta kedutaan-kedutaan Indonesia di luar negeri ataupun juga kedutaan luar negeri yang ada di Indonesia. Lokasi TNGHS yang berdekatan dengan Jakarta juga menambah peluang TNGHS untuk mempromosikan ekowisatanya. Jakarta merupakan lalu lintas internasional yang memungkinkan pengunjung dari luar negeri untuk datang berkunjung. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh bapak TH sebagai ketua Yayasan Ekowisata Bogor.

“... Sebenarnya ada nilai strategisnya, kan Halimun itu dekat

Jakarta.. Mana ada lagi hutan hujan tropis tersisa dekat Jakarta...”

Dekatnya area TNGHS dengan Jakarta sebagai ibukota tidak hanya untuk menjalin kerjasama, namun juga pengunjung biasa mencari tempat hiburan yang lebih dekat. Kerjasama dengan hotel dan tour travel besar akan lebih mudah mengingat akses hubungan yang cukup dekat. Oleh karena itu hal ini akan sangat membantu dalam hal promosi ekowisata TNGHS.

81

6.2.2 Strategi Komunikasi Pemasaran Weakness-Opportunities (W-O)

Strategi W-O merupakan formulasi strategi komunikasi pemasaran yang menggunakan kelemahan yang dimiliki TNGHS dan memanfaatkan peluang yang datang dari eksternal TNGHS. Terdapat beberapa alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu:

6.2.2.1Upaya Peningkatan Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) dalam Bidang Pariwisata

Ekowisata berbasis masyarakat khususnya di Citalahab merupakan kawasan yang hampir keseluruhan aspek wisatanya seperti homestay, pendamping, dan pemberi informasi, semuanya berasal dari kalangan masyarakat sendiri. Masyarakat dapat dibekali dengan kemampuan interpreter wisata. Menurut

Interpreter Guide Indonesia (2009) Interpreter guide adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penjelasan dan petunjuk tentang obyek wisata beserta isinya, serta membantu keperluan wisatawan lainnya. Tugas pokok dari seorang Interpreter Guide adalah menyampaikan informasi agar dapat dipahami oleh wisatawan yang mengunjungi destinasi dengan demikian wisatawan akan memperoleh pemahaman yang mendalam yang akan berakibat menimbulkan apresiasi terhadap destinsi yang akan di kunjungi. Masyarakat lokal lebih mengetahui jalur tracking dan objek-objek wisata indah yang akan diminati pengunjung, namun untuk lebih mengusai bidang ini, oleh karena itu masyarakat lokal sangat cocok untuk menjadi interpreter. Selain itu, tidak lupa pelatihan bahasa asing juga dapat diberikan. Pelatihan ini dapat dilakukan yaitu bekerjasama dengan LSM yang berkompeten dalam hal ini.

Penggalakan pelatihan tentang pengelolaan website juga patut dilakukan. Sebenarnya sebelumnya telah ada pelatihan pengelolaan website pada bulan Maret 2008. Pelatihan seperti ini sebaiknya terus dilakukan secara continyu. Mengingat

website merupakan salah satu alat komunikasi pemasaran yang ideal untuk digunakan.

6.2.2.2Pemasaran Menggunakan Media Online.

Saat ini internet menjadi media pemasaran yang cukup menjanjikan. Penggunaan pemasaran online cocok dilakukan karena tidak menghabiskan banyak biaya dan dapat menjangkau kalangan luas bahkan sampai mancanegara. Apalagi dengan adanya search engine optimization, web TNGHS dapat menjadi urutan pertama saat pengguna internet mengetikkan kata-kata kunci tertentu yang telah ditentukan sebelumnya oleh pengelola web TNGHS. Hal ini sangat berguna bagi pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS.

Pada bab sebelumnya pemasaran melalui web terlihat cukup baik, oleh karena itu dibutuhkan sebuah strategi search engine optimization untuk dapat membantu mengoptimalkan kerja web sebagai media promosi. Hal ini tidak lepas dari kandungan materi web itu sendiri, oleh karena itu web harus selalu memiliki kandungan materi yang update dengan gambar-gambar, dan audio visual yang menarik. Cara lain yaitu menempatkan link pada situs-situs atau blog yang berpotensi untuk dilihat oleh banyak orang seperti kaskus atau situs jejaring sosial. Kerjasama dengan berbagai instansi juga dapat dilakukan agar link web TNGHS dapat tersebar. Sampai saat ini sebenarnya telah ada beberapa blog yang memuat tentang ekowisata di TNGHS. Tidak hanya blog dan web yang dimiliki blogger dalam negeri, tapi juga luar negeri. Seperti berikut penuturan Pak SY sebagai pemilik homestay sekaligus sebagai ketua KSM.

“ ... Kemarin ada pengunjung Belanda yang cerita ke saya

kalau nama saya sudah ada di beberapa website yang mereka baca di Belanda sana, jadi katanya pada waktu sampai disini

mereka langsung mencari saya untuk mencari homestay ...”

Mengingat TNGHS merupakan kawasan ekowisata yang memiliki akses yang agak sulit dijangkau, serta berada jauh dari pusat kota, maka persiapan yang dilakukan untuk menuju kesana akan lebih banyak. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah media yang mendekatkan calon pengunjung dengan pengelola. TNGHS dapat memanfaatkan social network yang memang sedang banyak digunakan seperti facebook, atau blog misalnya. Hal ini dilakukan melihat dari bab sebelumnya pengunjung TNGHS kebanyakan adalah kaum muda yang menyukai olah raga ekstrem seperti tracking, rafting, dan lain-lain. Hal ini juga dapat dilakukan untuk menjangkau calon pengunjung dari kalangan ekonomi menengah

83

keatas dan wisatawan mancanegara, yang mana kalangan tersebutlah yang banyak menggunakan jaringan internet untuk mendapatkan informasi.

6.2.2.3Pemasangan Media Komunikasi di Area Potensial

Pemasangan banner, spanduk, serta billboard sebaiknya dilakukan di objek-objek yang potensial. Penyebaran brosur, leaflet, dan booklet harus tersebar secara merata di tempat-tempat yang potensial. Sesuai dengan yang diutarakan Bapak TH sebagai ketua YEH sebagai berikut,

“... Saya rasa promosi wisata di Halimun itu sudah baik.. Cuma kurang satu.. distribusi...”

Perlu diingat juga bahwa booklet, poster, serta brosur yang disebarkan jangan hanya berbahasa Indonesia, namun juga berbahasa Inggris. Hal ini akan memudahkan pengunjung mancanegara untuk membacanya. Hal ini sesuai dengan pendapat MM, salah satu responden yang berasal dari Jerman.

“ .... its better if they write it in English too, because I can’t speak Indonesian.. and I didn’t get any brochure in English when I got here..”

Sebenarnya brosur dalam bahasa Inggris telah banyak dikeluarkan, namun mungkin penyebarannya yang belum merata. Hal ini lebih dijelaskan pada sub

bab sebelumnya. Menurut WWF (2009) istilah “ekowisata” dapat diartikan

sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Dari pengertian tersebut terlihat ekowisata adalah sebuah konsep wisata yang sarat dengan pengetahuan dan petualangan. Oleh karena itu promosi dapat dilakukan di instansi-instansi pendidikan seperti sekolah, universitas. Promosi dapat dilakukan dengan mengadakan seminar mengenai kelestarian lingkungan dan alam kepada siswa-siswi sekolah atapun mahasiswa. Beberapa himpunan mahasiswa ataupun unit kegiatan mahasiswa sering memiliki kegiatan pecinta alam ataupun wisata alam.

Pemasangan billboard juga sangat disarankan, penggunaaan media luar ruang ini dianggap sangat efektif. Billboard ini nantinya dapat berisi mengenai informasi singkat tentang TNGHS dengan mencantumkan beragam flora seperti jamur menyala dan fauna seperti elang jawa dan owa jawa misalnya sebagai daya

tarik yang dimiliki. Billboard ini dapat dipasang disekitar jalan menuju Sukabumi atau Bogor mengingat jalan raya tersebut sangat ramai dengan keandaraan yang berasal dari jakarta, ataupun Bogor.

6.2.2.4Pemanfaatan Tahun Kunjungan Secara Optimal

Berdasarkan bab sebelumnya mengenai bentuk media promosi penjualan, terlihat banyak pameran yang telah diikuti oleh LSM yang sampai saat ini mempromosikan TNGHS. Beberapa event sering diadakan pemerintah untuk memasarkan potensi-potensi pariwisatanya. Seperti Visit Indonesia, Visit Bogor,

JT‟X. Beberapa program tersebut diadakan oleh pemerintah, dimana pemerintah

melancarkan kegiatan promosi besar-besaran untuk menarik pengunjung baik mancanegara maupun nasional. TNGHS sebenarnya telah masuk ke dalam muatan isi web resmi Visit Indonesia. Program ini merupakan program besar tiap tahunnya, sehingga akan memungkinkan banyak pengunjung yang akan datang dalam kurun waktu tersebut. Sebaiknya TNGHS dan seluruh stakeholder terkait ikut mempromosikan ekowisata berbasis masyarakat dalam event tersebut dengan mengikuti pamerannya, expo, dan lain-lain. Masyarakat juga sebaiknya selalu diberi informasi untuk ini, sehingga masyarakat dapat mempersiapkan akomodasi untuk jumlah pengunjung yang bisa saja meningkat dengan cepat pada tahun- tahun ini. Karena pada event seperti ini akan banyak pengunjung yang datang untuk berwisata, tidak hanya pengunjung dalam negeri, namun juga mancanegara. Sehingga akan mendatangkan banyak keuntungan bagi masyarakat lokal dan juga

stakeholder terkait yang memasarkannya.

6.2.3 Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Threats (W-T)

Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Beberapa alternatif strategi W-T yang dirumuskan yaitu:

6.2.3.1 Pengadaan Workshop Dengan Masyarakat Lokal

Pengadaan sosialisasi mengenai bahaya pembalakan liar dan penambangan ilegal terhadap keberlangsungan ekowisata masih harus digalakkan. Hal ini agar masyarakat selalu sadar betapa pentingnya mengelola usaha ekowisata yang

85

mereka lakukan. Ekowisata menjadi bagian yang cukup penting dari masyarakat Citlahab. Pada saat wisatawan ramai berkunjung, masyarakat bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dari pekerjaan masyrakat sehari-hari. Selain itu masyarakat bisa diajak untuk menjaga hutan, hal ini dimaksudkan mereka diajak untuk melaporkan ke pihak TNGHS atau petugas yang berwenang jika melihat adanya kegiatan mencurigakan seperti penebangan pohon ataupun penambangan yang ilegal.

Pengadaan workshop ini juga merupakan salah satu upaya hubungan masyarakat dari pihak TNGHS agar masyarakat dan pihak TNGHS memiliki satu pikiran yang sama mengenai bagaimana seharusnya ekowisata di Citalahab berjalan. Hal ini dilakukan mengingat pada bab sebelumnya terlihat promosi melalui media hubungan masyarakat masih menjadi media yang jarang dijalanakan oleh pihak TNGHS. Workshop ini juga dapat menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pengunjung, karena melihat workshop mengenai kecintaan pada alam merupakan salah satu wisata pendidikan tersendiri bagi pengunjung yang juga memang tertarik pada alam. Pelaksanaan workshop ini dapat dilakukan secara terbuka, tidak hanya masyarakat yang berwenang seperti bapak-bapak misalnya yang harus mengikuti workshop ini, namun juga anak-anak dan pengunjung yang sedang berada di homestay. Upaya hubungan masyarakat juga merupakan upaya untuk mendekatkan diri dengan pohak masyarakat, dimana dalam workshop ini pihak TNGHS mencitrakan dirinya sebagai pengayom masyarakat yang juga memonitor program ekowisata yang sedang berjalan.

6.2.3.2 Penggunaan Brand Image Community-Based Ecotourism Untuk Menarik Pengunjung

Definisi ekowisata sebenarnya telah mengandung unsur pelibatan masyarakat yang sangat kuat, dimana komponen pelibatan masyarakat dan pendekatan partisipatif. Sementara komponen penting lainnya adalah ekonomi dan konservasi. Terdapat banyak keunikan yang dimiliki ekowisata berbasis masyarakat yang dapat dipromosikan. Selain sebagai wisata alam, ekowisata yang berbasis masyarakat, dalam hal ini Citalahab, pengunjung dapat tinggal langsung dengan masyarakat, pengunjung dapat mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat

yang asri dan jauh dari kebisingan kota. Ekowisata jenis ini cocok untuk wisatawan yang mencari suasana baru untuk berlibur. Ekowisata berbasis masyarakat di citalahab memiliki pemandangan yang indah, apalagi udaranya sangat sejuk, cocok juga digunakan untuk wisata bersama keluarga.

Pada bab sebelumnya mengenai attention, dapat dilihat bagaimana pengunjung dan calon pengunjung TNGHS memiliki perhatian yang besar terhadap keberadaan ekowisata berbasis masyarakat, selain dari hasil statistik, hal ini terlihat juga dari banyaknya pertanyaan yang diberikan mengenai jalannya ekowisata di daerah ini. Ekowisata berbasisi masyarakat merupakan jenis wisata yang unik, dimana pengunjung dapat merasakan sendiri bagaimana kehidupana masyarakat lokal yang tinggal di gunung jauh dari kehidupan kota. Upaya promosi dengan mengunggulkan potensi ekowisata berbasisi masyarakat ini juga dapat dipasang pada banner, poster, atau bahkan billboard. Ekowisata berbasis masyarakat masih jarang dan masih baru, oleh karena itu akan mengundang rasa penasaran bagi calon pengunjung yang membaca brosur atau billboard nya. Penggunaan brosur juga dapat disertakan dengan gambar atau foto masyarakat dan pemandangan di Citalahab yang akan mengunadang rasa penasaran calon pengunjung. Pemberian slogan atau tagline juga dapat disertakan, misalnya “Feel the Village Romantization” hal ini akan mengundang rasa penasaran untuk

berkunjung ke Citalahab.

Dokumen terkait