• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi untuk menangani permasalahan gizi utama dalam mencapai target nasio nal untuk menurunkan stun ng pada balita dari 36,8 persen menjadi 32 persen pada

Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015

3. Strategi untuk menangani permasalahan gizi utama dalam mencapai target nasio nal untuk menurunkan stun ng pada balita dari 36,8 persen menjadi 32 persen pada

201415 melipu :

a) Menekankan pemberian ASI secara eksklusif dan pemberian makanan pelengkap

yang sesuai; gizi yang memadai selama masa sakit dan menderita gizi buruk; serta penyediaan asupan gizi mikro yang cukup;

b) Mendukung tumbuh kembang anak melalui penyediaan informasi bagi keluarga dan masyarakat tentang pemberian makanan, perawatan anak, dan upaya memperoleh layanan kesehatan. Hal dilakukan melalui: (i) penyediaan rekomendasi tentang perawatan individu anak-anak; (ii) pengembangan rencana kegiatan masyarakat untuk mendukung keluarga dalam menjaga proses tumbuh kembang anak;

c) Memperkenalkan komunikasi untuk perubahan perilaku (BCC). Meski upaya

penyuluhan dapat menyampaikan pesan pendidikan gizi yang benar secara teknis dan mudah dipahami, masyarakat belum tentu memprakti kkannya sesering atau sebaik yang diharapkan. Hal itu disebabkan baik oleh keyakinan mereka sendiri maupun persepsi kalangan yang dekat dengan mereka, atau karena masalah prakti s lain yang ada. Sebaliknya, BCC merupakan cara untuk menyikapi berbagai alasan tentang mengapa perilaku tertentu ti dak boleh dilakukan - baik yang bersifat prakti s semata maupun yang berupa norma sosial atau persepsi budaya - dan menunjukkan cara mengatasi penolakan dan memoti vasi prakti k yang diinginkan, melalui komunikasi antarpribadi atau melalui media massa;

d) Mengupayakan intervensi gizi mikro. Ini merupakan salah satu intervensi kesehatan anak yang paling murah, dan perpaduan ti ga strategi utama - peningkatan asup an makanan, ketahanan pangan, dan pemberian suplemen langsung – yang dapat memberikan pengaruh signifi kan pada morbiditas maupun mortalitas anak; dan

e) Mengupayakan strategi pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan

tambahan merupakan ti ndakan penting dalam situasi keterbatasan akses memperoleh makanan di kalangan kelompok rentan dalam keluarga rawan pangan yang berpotensi menjadi penyebab ti mbulnya gizi buruk. Meskipun demikian, hal itu dinilai sebagai intervensi yang relati f mahal sehingga digunakan sebagai pelengkap bagi intervensi-intervensi lainnya.

4. Berbagai permasalahan pen ng yang dapat ditangani keluarga antara lain sebagai

berikut:

a) Melindungi anak-anak di daerah endemis malaria dengan kelambu yang mengandung insekti sida. Suatu meta-analisis16 menunjukkan bahwa kelambu yang me ngandung insekti sida berhubungan dengan penurunan angka kemati an anak sebesar 17 persen bila dibandingkan dengan populasi kontrol yang ti dak memakai kelambu atau memakai kelambu yang ti dak mengandung insekti sida;

b) Memas kan bahwa anak-anak menerima imunisasi lengkap (Hepa s, BCG, di eri, tetanus, pertusis, vaksin polio oral, dan campak) sebelum berusia satu tahun;

15 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014.

c) Mengenali anak sakit yang memerlukan perawatan dan mencari perawatan pada fasilitas/tenaga kesehatan yang tepat. Berbagai peneliti an yang mengkaji faktor-faktor peyebab kemati an anak menemukan bahwa keterlambatan upaya pencarian perawatan berkontribusi pada 70 persen kasus kemati an anak;

d) Memberikan lebih banyak makanan dan minuman, termasuk ASI, kepada

anak-anak sakit. Anak-anak membutuhkan makanan, ASI dan cairan lebih banyak saat sedang sakit, namun 16-65 persen caregiversti dak memberikannya. Uji kontrol acak menemukan bahwa pemberian makanan bergizi lengkap kepada anak yang sedang menderita muntaber dapat meningkatkan asupan energi dan penyerapan gizi; e) Memberikan perawatan yang tepat di rumah kepada anak yang menderita infeksi.

Muntaber, malaria, dan infeksi tanpa komplikasi dapat ditangani di rumah dengan perawatan baik. Terapi rehidrasi oral dapat mencegah kemati an akibat diare dalam semua kasus diare, kecuali kasus yang sangat berat. Pelati han bagi para ibu dalam perawatan demam malaria di rumah dan peningkatan akses perawatan akan dapat memberikan dampak yang signifi kan.

f) Mengiku saran petugas kesehatan dalam perawatan, ndak lanjut, dan rujukan.

Tidak mematuhi anjuran petugas kesehatan tentang perawatan dan rujukan dapat mengakibatkan perawatan yang ti dak lengkap, kegagalan terapi, resistensi terhadap obat, dan penyalahgunaan sisa obat.

5. Penguatan masyarakat melalui perubahan perilaku melalui peningkatan PHBS di ngkat rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen pada tahun 2014 (RPJMN 2010-2014).

Beberapa strategi telah diperkenalkan di Indonesia untuk 5 tahun ke depan, melalui program komunikasi perubahan perilaku dan KIE meliputi cuci tangan, ASI eksklusif, pemberian makanan pelengkap untuk bayi berusia 6-24 bulan, program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan sebagainya.

6. Memperkuat Pelayanan Kesehatan Neonatal dan Ibu, melalui:

a) Dukungan untuk menerapkan strategi kelangsungan hidup untuk bayi baru lahir dan anak-anak dengan menekankan pelayanan kehamilan dan persalinan, pelayanan dasar bagi semua bayi yang baru lahir (termasuk inisiasi awal pemberian ASI dan ASI eksklusif, menjaga kehangatan, dan perawatan tali pusat), deteksi dan pengobatan infeksi, serta perawatan khusus bagi bayi yang baru lahir dengan berat badan di bawah normal.

b) Dukungan yang berfokus pada pendekatan pelayanan esensial obstetrik dan neonatal untuk pencegahan dan perawatan segera pada komplikasi kehamilan, persalinan maupun masa neonatal (yang meliputi pelati han, bimbingan, dan sebagainya). c) Sasaran masalah komplikasi kehamilan dan kelahiran dan masa neonatal yang berfokus

pada penyebab utama kemati an ibu dan neonatal (asfi ksia, BBLR/prematuritas, sepsis dan kelainan kongenital); peningkatan kualitas untuk mempromosikan

higiene; pelati han bagi petugas kesehatan masyarakat mengenai prakti k persalinan yang bersih; vaksinasi dan dukungan pemberian suplemen zat besi untuk mencegah anemia selama masa kehamilan.

7. Memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan, memperkenalkan strategi-strategi untuk mempromosikan pelayanan kesehatan dasar dan revitalisasi Posyandu, peningkatan fasilitas hingga menjadi PONED dan PONEK; dan menjamin tersedianya biaya operasional kesehatan untuk rumah sakit dan puskesmas yang disebut BOK (Biaya Operasional Kesehatan).

8. Par sipasi masyarakat melalui kegiatan posyandu: pemantauan status gizi bayi dan balita seti ap bulan melalui penimbangan berat badan, imunisasi dasar lengkap dan layanan kesehatan lainnya yang disediakan di Posyandu.

9. Advokasi kebijakan bagi provinsi-provinsi dengan ti ngkat pencapaian target MDGs goal

4 yang masih rendah untuk:

a) Meningkatkan lokasi sumber daya yang memadai dengan memperti mbangkan daya serap.

b) Meningkatkan penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam mengurangi risiko fi nansial khususnya masyarakat miskin.

c) Mengembangkan instrumen monitoring.

d) Meningkatkan advokasi dan kemampuan tenaga kesehatan (capacity building). e) Mengembangkan strategi dalam penyediaan tenaga kesehatan strategis di daerah

terpencil, terti nggal, perbatasan dan kepulauan.

Untuk mendukung strategi tersebut, strategi lintas sektoral perlu dipadukan untuk

mempercepat pencapaian target MDG; yaitu pelayanan yang terintegrasi/terpadu,

penanggulangan penyakit menular, mekanisme distribusi, surveilans serta teknologi KIE, dengan kegiatan-kegiatan di bidang air dan sanitasi, lingkungan, pendidikan, gender dan pemberdayaan perempuan, dan program perlindungan sosial.

Untuk memasti kan kemajuan, target nasional untuk bayi yang baru lahir, bayi dan pola pengasuhan anak telah ditetapkan dalam rencana pembangunan nasional jangka menengah sebagaimana yang disajikan dalam tabel berikut:

Dalam rangka mempercepat pengurangan kemati an bayi baru lahir khususnya dengan pencapaian kemajuan yang lambat, melalui Instruksi Presiden RI Nomor 3 tahun 2010 telah ditetapkan target yang akan dicapai dalam dua tahun pertama dari rencana pembangunan

jangka menengah, termasuk prioritas intervensinya, antara lain: (i) meningkatkan cakupan imunisasi campak anak usia 0-11 bulan dengan fokus pada peningkatan cakupan di provinsi-provinsi de ngan cakupan lebih rendah dari rata-rata nasional (76,4 persen): Aceh, Sumatera Utara, Papua Barat, Maluku, Jambi, Kalimantan Selatan, Papua, Kalimantan Barat, Riau, Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Sulawesi Barat. Upaya ini akan dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, dan akan mengerahkan seluruh pemerintah daerah dalam mencapai prioritas ini, dan (ii) menetapkan peraturan untuk mempromosikan pemberian ASI secara eksklusif, dengan melibatkan kementerian terkait (lihat teks Kotak 4.1).

Prioritas Output 2010 2011 2012 2013 2014 Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak Cakupan KN1 84% 86% 88% 89% 90% Cakupan KN4 80% 82% 84% 86% 88%

Cakupan pengobatan pada

komplikasi neonatal 60% 65% 70% 75% 80% Cakupan pelayanan kesehatan

bagi bayi 84% 85% 86% 87% 90% Cakupan pelayanan kesehatan

bagi balita 78% 80% 81% 83% 85% Cakupan imunisasi lengkap anak

usia 1 tahun 80% 82% 85% 88% 90%