BAB IV KERANGKA PELAKSANAAN RENCANA AKSI
4.6. Strategi Monitoring dan Evaluasi
Untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi perlu ditetapkan target atau output yang ingin dicapai, siapa saja yang berperan, apa saja input dan proses yang harus dilakukan. Secara garis besar informasi ini diperoleh dari logical framework yang tercantum pada Tabel 4. Namun agar lebih terukur dipilih beberapa indikator kinerja utama untuk setiap K/L yang akan terus dipantau pencapaiannya dalam kurun waktu tertentu. Indikator diperoleh dengan memilih indikator kinerjanya yang berasal dari RPJMN maupun Renstra 6Unicef. Panduan pelatihan advokasi berbasis komunikasi persuasif
K/L atau kegiatan lainnya yang relevan terhadap upaya perbaikan gizi dan berkaitan dengan output dan outcome yang ingin dicapai. Indikator ini akan terus dipantau dan dievaluasi sehingga dapat mendorong tercapainya output dan outcome dari RAN PG 2015-2019.
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas RI. 1994. Tersedia di www.bappenas.go.id/index.php/download.../1729/ Bappenas RI. 2013. Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 HPK. Bappenas RI
Bappenas RI. 2014. Nutrition Background Study for Health Sector Review. Bappenas RI Bappenas RI. RPJMN 2015-2019, Bappenas RI
Barker DJP. 1998. Mothers, Babies and Health in Adult Life. Edinburgh: Churchill Livingstone.
Barker DJP. 2012. Developmental Origins of Chronic Disease. Public Health 126:185-9 Bhutta ZA Das JK, Rizvi A, Gaffey MF, Walker N, Horton S, Webb P, Lartey A, Black RE.
2013. Lancet Nutrition Interventions Review Group; Maternal and Child Nutrition Study Group. Evidence-based interventions for improvement of maternal and child nutrition: what can be done and at what cost? Lancet. 382 (9890):452-77.
Black et al. 2008. Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health consequences. The Lancet
Black RE et al. 2013. Maternal and child undernutrition and overweight in low income and middle income countries. The Lancet
Crum J, Mason JM, Hutchinson P. 2012. Analysis of trends in nutrition of children and
women in Nepal. Kathmandu: UNICEF
Dobbs R, Sawers C, Thompson F, Manyika J, Woetzel J, Child P, McKena S, Spatharou A. 2014. Overcoming obesity: An initial economic analysis. London: McKinsey Global Institute.
FAO. 1996. World Food Summit Rome Declaration of Food Security. Tersedia di http://www.fao.org/docrep/003/w3613e/w3613e00.HTM
FAO. 1997. Agriculture food and nutrition for Africa - A resource book for teachers of
agriculture. Tersedia di http://www.fao.org/docrep/w0078e/w0078e04.htm
FAO/WHO. 2014. Republic of Indonesia: National Nutrition Strategy. 2nd International Conference on Nutrition (ICN2). Tersedia di http://www.fao.org/3/a-at618e.pdf
FAO 2014. Second International Conference on Nutrition: Rome Declaration on Nutrition. Rome: Food and Agriculture Organization.
Finkelstein EA, Chay J, Bajpal S. 2014. The economic burden of self-reported and undiagnosed cardiovascular diseases and diabetes on Indonesian households. PLoS
ONE 9(6): e995572
Fanzo J, Curran S, Remans R, Mara V, Briseno JS, Cisewski D, Denning G, and Fracassi P. 2014. Simulating Potential of Nutrition-Sensitive Interventions. New York: Columbia University, EarthInstitute, Center on Globalization and Sustainable Development.. Grantham-McGregor et al. 2007. Development potential in the first 5 years for children in
developing countries. The Lancet, 369:60–70
Hales, C Nicholas and Barker, David JP. 2001. The Thrifty Phenotype Hypothesis. British Medical Bulletin 2001;60.
Hoddinott et al. 2013, and additional country estimates made by the authors based on the methodology in Hoddinott et al. 2013 dalam IFPRI. 2014. Global Nutrition Report.
IFPRI. 2014. Global Nutrition Report. Tersedia di
Institute for Health Matric. 2010. Global Burden of Disease Profil: Indonesia. Dalam Bappenas RI. 2014. Health Sector Review. Bappenas RI.
IRRI. Trends in Global Rice Consumption. Dapat diakses di http://irri.org/rice-today/trends-in-global-rice-consumption
Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2010. Kemenkes RI Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Kemenkes RI Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang 2014. Tersedia di http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2
Kemenkes. 2015. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. Disampaikan pada
Rapat Kerja Kesehatan Nasional.
http://www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas-2015/MENKES
Kramer MS. 1987. Determinants of low birth weight: methodological assessment and meta-analysis.Bull World Health Organ. 65(5): 663–737.
Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
Potenza MV. 2009. The metabolic syndrome: definition, global impact, and pathophysiology.
Nutr Clin Pract
.24(5):560-Puspitasari FD, Sudargo T, Gamayanti IL. 2011. Hubungan antara status gizi dan faktor sosiodemografi dengan kemampuan kognitif anak sekolah dasar di daerah endemis gaki. Gizi Indon 2011, 34(1):52-60.
Scaling up Nutrition. Establishing Common Results Frameworks for Nutrition. Diakses padahttp://scalingupnutrition.org/resources-archive/common-results-frameworks Semba RD, de Pee S, Sun K, Sari M, Akhter N, Bloem MW, 2008. Effect of parental formal
education on risk of child stunting in Indonesia and Bangladesh: a cross-sectional study The Lancet 371 (9609): 322–32826
Shrimpton & Rokx. 2012. The Double Burden of Malnutrition – A Review of Global Evidence, Roger Shrimpton and Claudia Rokx, World Bank, HNP Discussion Paper, November 212
Shrimpton R and Rokx C. 2013. The Double Burden of Malnutrition in Indonesia. The World Bank.
Sukirman, 2010. Food Security and Nutrition Nexus. Disampaikan pada Seminar ADB, Manila.
SUN 2010. Scaling Up Nutrition: A Framework For Action, available at: http://scalingupnutrition.org/wp-content/uploads/2013/05/SUN_Framework.pdf
The Lancet. 2013. Executive summary of The Maternal and Child Nutrition Undang-undang No 18 Tahun 2012tentang Pangan.
Unicef. 1990. Strategy for Improved Nutrition of Children and Women in Developing
Countries. Policy review paper E/ICEF/1990/1.6. Unicef: New York.
Unicef. 1991. Strategy for improved nutrition of children and women in developing countries.
Policy Review Peper. New York.
Unicef. 2013 The state of the world’s children 2013:Children with disabilities. New York:
United Nations Children’s Fund. Tersedia di
http://www.unicef.org.uk/Documents/Publication-pdfs/sowc-2013-children-with-disabilities.pdf.
Unicef. Panduan pelatihan advokasi berbasis komunikasi persuasif
UNSCN 2010. “Maternal Nutrition”, Chapter Three in the Sixth Report on the World Nutrition
Situation. Geneva: UNSCN.
Victora CG, Adair L, Fall C, Hallal PC, Martorell R, Richter L, et al. Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human capital. The Lancet. 2008;371:340-57.
Victoria et al. 2008.Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human capital. The Lancet
Wachs TD. 2008 Mechanisms linking parental education and stunting. The Lancet. 371 :280-281
Webb P. 2015. Nutrition and the Sustainable Development Goals: an opportunity for real
progress.UNSCN
WHO 2012. Population-based approaches to childhood obesity prevention. Geneva: WHO WHO UNS SCN. 2010. 6th Report on the world nutrition situation.
WHO. 1998. Health Promotion Glossary. Geneva
WHO. 2003. Dalam WHO. 2006. Promoting Optimal Fetal Development Report of a
Technical Consultation. Geneva: World Health Organization.
World Bank 2006. Repositioning Nutrition as Central to Development: A strategy for large
scale action. Washington: The World Bank.
World Bank. 2012. PKH Conditional Cash transfers. Social Assistance Programme and
Lampiran 1.
Agenda pembangunan dunia pada 15 tahun mendatang dilanjutkan melalui tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) yang mencakup pencapaian tujuan pembangunan dari berbagai sektor. Meski tujuan dan indikator SDGs yang berkaitan langsung dengan sektor pangan dan gizi hanya bagian kecil dari tujuan pembagunan berkelanjutan (SDGs), hal tersebut tidak serta merta menjadikan sektor pangan dan gizi sebagai agenda pembangunan yang tidak menjadi prioritas utama. Pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi sektor gizi untuk mendorong tercapainya seluruh tujuan SDGs dan kontribusi pencapaian SDGs terhadap gizi menjadi sangat penting. Hal tersebut dijabarkan pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 7 Ilustrasi Hubungan antara Gizi dan SDGs (Webb, 2015) Kontribusi Gizi terhadap
SDGs SDGs Kontribusi SDGs terhadap Gizi
Gizi yang baik menghasilkan pekerja dengan produktivitas dan kesehatan mental yang lebih baik serta usia sehat yang lebih panjang. Setiap cm pertambahan TB orang dewasa berhubungan dengan 5 persen kenaikan gaji.
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun
Pendapatan perkapita yang
meningkat dua kali lebih besar akan menurunkan stunting sebesar 15 persen. Hal ini terjadi dikarenakan menurunnya keluarga miskin dan peningkatan investasi pada bidang gizi oleh karena berkurangnya kerugian GDP.
Gizi maternal yang baik menurunkan risiko melahirkan BBLR dan peningkatan pengasuhan anak. Pekerja dengan status gizi yang baik akan
mendukung produktivitas pertanian dan peningkatan permintaan pangan, peningkatan ketahanan pangan dan menurunkan kelaparan 2. Mengakhiri kelaparan, mencapai keamanan pangan dan meningkatkan gizi dan mempromosikan pertanian berkelanjutan
Gizi akan memberi keuntungan besar, dari zero hunger sampai keamanan pangan. Pertanian berkelanjutan mendukung pola makan yang baik, pemasukan, dan penggunaan sumber daya.
Penyakit dan zat gizi
berinteraksi secara sinergis. Gizi yang baik mengurangi risiko kesakitan dan
kematian dalam konteks
host disease secara
signifikan , juga kesehatan ibu dan pertumbuhan janin
3. Memastikan hidup sehat dan
mempromosikan kesejahteraan bagi semua umur
Meningkatkan kesehatan, sejak remaja puteri dan fokus pada 1000 HPK (termasuk promosi ASI), mendukung gizi dan pertumbuhan anak yang akan menurunkan risiko PJT di masa yang akan datang
Meningkatkan pertumbuhan linear baduta sejumlah 1 standar deviasi
menambahkan pencapaian di kelas. Menangani defisiensi zat besi, yodium
4. Memastikan
kualitas pendidikan yang inklusif dan berkeadilan, serta mempromosikan proses belajar
Akses informasi, pendidikan di sekolah, dan pendidikan informal akan meningkatkan kesehatan dan memperluas pilihan makanan untuk dikonsumsi, memaksimalkan pertumbuhan, dan pendapatan
Kontribusi Gizi terhadap
SDGs SDGs Kontribusi SDGs terhadap Gizi
mendukung kapasitas mental.
sepanjang hidup keluarga Meningkatkan gizi anak
perempuan, remaja, dan wanita meningkatkan kemampuan mereka untuk berprestasi di sekolah dan di tempat kerja
5. Mencapai
kesetaraan gender untuk semua anak perempuan dan perempuan
Kesetaraan gender dalam hal pendidikan, status, dan pendapatan meningkatkan gizi anak sejumlah 25 persen. Pendidikan anak perempuan menunda usia
pernikahan dan kelahiran pertama Peningkatan gizi
berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan perilaku yang
berhubungan dengan higienitas dan sanitasi makanan dan individu yang akan meningkatkan
kebutuhan air bersih dan sanitasi
6. Memastikan ketersediaan dan keberlanjutan manajemen air dan sanitasi untuk semua
Penurunan BAB di tempat terbuka dan peningkatan akses terhadap air menghalangi kontaminasi bakteri pada makanan dan mendorong kebiasaan cuci tangan yang berdampak terhadap gizi
Meningkatkan gizi dalam segala bentuk dapat meningkatkan permintaan makanan, barang, jasa, termasuk listrik dalam konteks untuk lemari pendingin dan alat pengolahan makanan 7. Memastikan akses energi yang terjangkau, handal, modern, dan berkelanjutan untuk semua
Akses terhadap energi akan mengurangi wanita yang mencari dan menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi untuk memasak, sehingga mengurangi polusi udara di dalam ruangan dan menurunkan penyakit yang
dikarenakan faktor gizi Gizi menstimulasi
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktivitas mental dan mental pekerja. Mengatasi gizi kurang dapat mencegah kerugian akibat penurunan GNP sebesar 8-11 persen
8. Mendorong pertumbuhan pekerja penuh waktu dan produktif yang berkelanjutan, dan inklusif serta pekerjaan yang layak untuk semua
Meningkatkan kesempatan kerja merupakan kunci untuk
mengeluarkan rumah tangga dari garis kemiskinan yang akan meningkatkan kualitas dietnya. GNP yang meningkat
memungkinkan pemerintah menginvestasikan program yang pro terhadap gizi
Meningkatkan gizi melalui dukungan pembelajaran dan potensi inovasi. Industri dan pasar hanya akan
berkembang jika
meningkatnya produksi dan pertumbuhan permintaan pada sistem pangan
9. Membangun infrastuktur yang kokoh, mendorong industrialisasi yang inklusif, dan mendorong inovasi
Inovasi dan teknologi yang produktif
Meningkatkan gizi melalui dukungan pembelajaran dan potensi inovasi. Industri dan
10. Membangun infrastuktur yang kokoh, mendorong
Kontribusi Gizi terhadap
SDGs SDGs Kontribusi SDGs terhadap Gizi
pasar hanya akan
berkembang jika
meningkatnya produksi dan pertumbuhan permintaan pada sistem pangan
industrialisasi yang inklusif, dan
mendorong inovasi
Menyelesaikan masalah stunting berdampak lebih untuk masyarakat miskin, sehingga mengurangi ketidaksetaraan gizi mengurangi permasalahan gizi pada usia selanjutnya dan ketidaksetaraan pendapatan
11. Mengurangi ketidaksetaraan di setiap negara
Mengurangi ketidaksetaraan gizi memberikan produktifitas yang lebih seimbang dan pertumbuhan
populasi. Menurunnya
ketidaksetaraan meningkatkan
dialogue dan keterikatan yang
seimbang
Penurunan angka kematian dan kelahiran yang dikarenakan faktor gizi yang baik akan mengurangi tekanan populasi pada sumber daya seiring dengan menurunnya fertilitas 12. Menciptakan perkotaan dan pemukiman penduduk yang inklusif, aman, teguh, dan berkelanjutan
Permintaan masyarakat perkotaan atas pola makan aman dan
berkualitas mendukung
pertumbuhan pada produk jasa di pedesaan dan meningkatkan gizi. Limbah air dan polusi yang semakin sedikit akan mendukung gizi di wilayah perkotaan dan desa.
Menurunnya kemiskinan dan perbaikan gizi meningkatkan permintaan atas pola diet yang berkualitas dan beragam
13. Memastikan keberlanjutan produksi
Ragam produk dan produktifitas yang lebih mendukung pola konsumsi beragam, kualitas dan keamaan makanan (termasuk makanan pelengkap), dan semua hal yang dibutuhkan untuk gizi yang lebih baik
Penelitian tentang kualitas zat gizi pada pangan dapat meningkatkan vilatitas tanaman yang mendukung penelitian tentang pertanian yang tahan terhadapiklim
14. Tindakan mendesak untuk menghadapi perubahan iklim dan dampak-dampaknya
Penelitian untuk meningkatkan ketahanan tanaman dan hewan untuk pergeseran agroekologis yang berhubungan dengan perubahan iklim akan melindungan kesediaan makanan dan ragam diet
Mengurangi tekanan
populasi atas sumber daya alam yang timbul melalui gizi yang lebih baik mendukung berkurangkanya angka kematian dan angka fertilitas yang rendah
15. Melestarikan dan memanfaatkan laut dan sumber daya laut secara berkelanjutan
Meningkatkan resilensi produksi
makanan dan sistem
pemasarannya dapat mengurangi ketidakstabilan harga pangan yang dapat merugikan masyarakat miskin
Permintaan konsumen yang semakin informatif untuk diet yang aman, berkualitas
16. Melindungi, memperbaiki, dan meningkatkan
Ragam produksi berdasarkan praktik berkelanjutan yang menuju pada lebih rendahnya harga
Kontribusi Gizi terhadap
SDGs SDGs Kontribusi SDGs terhadap Gizi
tinggi, dan beragam, mendorong perhatian pada keberlanjutan produksi dan dampak dari pilihan produk sistem pangan
keberlanjutan pemanfaatan ekosistem bumi
konsumen (permintaan beragam) dan kemudian kualitas diet
Gerakan untuk memperkuat
akuntabilitas dan
pengelolaan gizi secara global mendorong perhatian pada pentingnya dialog stakeholder yang inklusif dan model lintas sektor untuk kebijakan yang efektif
17. Menciptakan masyarakat yang tentram dan inklusif, akses atas keadilan bagi semua orang, dan membangun institusi yang efektif dan akuntabel
Diskriminasi, ketidaksetaraan, kemiskinan, dan ketidakadilan adalah kunci konflik, kerusakan, dan malnutrisi. Ketentraman dan keadilan adalah ketentuan untuk membangun institusi yang akuntabel dan dibutuhkan untuk mencapai gizi baik untuk semua orang.
Lampiran 2.
Tabel 8 Indikator Kinerja Utama/Output RAN-PG 2015-2019
No Key Performance Indicator
(Indikator Kinerja Utama/Output) K/L
Target Frekuensi 2015 2016 2017 2018 2019 Monitorin g Evaluasi I. Spesifik 1.
Persentase Puskesmas yang
menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja Kemenkes 25% 30% 35% 40% 45% Triwulana n, semestera n Tahunan, tiga tahunan 2.
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan penjaringan peserta didik kelas 1, kelas 7 dan kelas 10
Kemenkes 30% 40% 50% 55% 60% Semesteran
Tahunan, tiga tahunan 3.
Persentase remaja putri yang mendapatkan tablet tambah darah (TTD)
Kemenkes 10% 15% 20% 25% 30% triwulananBulanan,
Tahunan, tiga tahunan 4.
Persentase ibu hamil KEK yang mendapat pemberian makanan tambahan (PMT)
Kemenkes 13% 50% 65% 80% 95% Triwulanan
Tahunan, tiga tahunan 5. Persentase ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal minimal empat kali (K4) Kemenkes 72% 74% 76% 78% 80% Bulanan Tahunan, tiga tahunan 6.
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan kelas ibu hamil
Kemenkes 78% 81% 84% 87% 90% Triwulanan
Tahunan, tiga tahunan 7.
Persentase ibu hamil yang mendapatkan TTD 90 tablet selama masa kehamilan
Kemenkes 82% 85% 90% 95% 98% Bulanan
Tahunan, tiga tahunan 8.
Persentase balita kurus yang mendapat
Kemenkes 70% 75% 80% 85% 90% Bulanan,
triwulanan
Tahunan, tiga
No Key Performance Indicator
(Indikator Kinerja Utama/Output) K/L
Target Frekuensi
makanan tambahan
tahunan 9. Persentase anak usia 0-11 bulan yang
mendapat imunisasi dasar lengkap Kemenkes 91% 91.5% 92% 92.5% 93% Bulanan
Tahunan, tiga tahunan 10. Persentase kab/kota yang mencapai
80% imunisasi dasar lengkap pada bayi Kemenkes 75% 80% 85% 90% 95% Bulanan
Tahunan, tiga tahunan 11. Persentase kab/kota yang mempunyai
kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
Kemenkes 29% 46% 64% 82% 100% Tahunan Tahunan
12. Persentase bayi kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif Kemenkes 39% 42% 44% 47% 50% Semesteran
Semester an, Tahunan
II. Sensitif
1. Jumlah peserta olahraga massal, tradisional, petualang, tantangan dan wisata (orang) Kemenpora 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 Triwulanan Tahunan, tiga tahunan 2.
Persentase keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami dan melaksanakan pengasuhan tumbuh kembang balita dan anak
BKKBN 50,2 55,5 60,5 65,5 70,5 Triwulanan
Tahunan, Tiga Tahunan
3.
Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
BPOM 58% 63% 63% 63% 63% Semester
an
Tahunan, tiga tahunan 4. Jumlah sosialisasi terkait Peningkatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada media cetak dan elektronik lokal dan nasional
a. Melalui radio nasional b. Melalui televisi nasional c. Melalui konten cetak d. Melalui indografis e. Melalui videografis f. Melalui banner website
g. Melalui banner tabloit Komunika h. Melalui artikel kesehatan di tabloit
Komunika Kemenkominfo 2 (Dit. KP dan Dit. PPI) 14 20 26 32 Semesteran Tahunan
5. Koefisien variasi harga barang kebutuhan
pokok antar waktu Kemendag < 9% < 9% < 9% < 9% < 9%
Triwulana n, semestera
n
Tahunan 6. Koefisien variasi harga barang
kebutuhan
pokok antar wilayah Kemendag < 14,2% < 14,2% < 13,8% < 13,8% < 13,0%
Triwulana n, semestera
n
Tahunan
II. Sensitif rakyat
8. Pengembangan Industri Pangan (komoditi) : Pengolahan Ikan, Tepung, Gula berbasis Tebu, dan Minyak Nabati
Kemenperin 4 4 4 4 4 Tahunan Tahunan
9. Jumlah pekerja anak yang ditarik dari
Bentuk Pekerja Terburuk Anak (BPTA) Kemenaker 16000 16500 17000 17500 18000 Tahunan Tahunan
10. Jumlah Desa Pangan Aman (PAMAN)
BPOM 100 100 100 100 100 Semesteran Tahunan
11. Jumlah pasar yang diintervensi menjadi
pasar aman dari bahan berbahaya BPOM 77 108 139 170 201
Semester
an Tahunan
12. Jumlah kab/kota yang sudah menerapkan Peraturan Kepala BPOM tentang IRTP
BPOM 20 20 20 20 20 Semester
an Tahunan
13. Rata-rata konsumsi ikan per kapita
nasional (Kg/Kap) KKP 40,9 43,88 47,12 50,65 54,49 Tahunan
Tahunan, tiga tahunan 14. Jumlah keluarga miskin yang
mendapatkan bantuan tunai bersyarat PKH
Kemensos 3.500.000 6.000.000 7.000.000 7.500.000 8.000.000 Triwulanan Tahunan 15. Persentase Kab/kota yang memiliki
kebijakan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) Kemenkes 40% 50% 60% 70% 80% Semester an Tahunan, tiga tahunan 16. Jumlah sambungan rumah (SR) bagi
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) terfasilitasi pengembangan jaringan SPAM Kemen PU dan PR 32.000 120.000 136.000 152.000 221.600 Semester an Tahunan, tiga tahunan 17. Terbangunnya 9.665.920 SR SPAM
perdesaan berbasis masyarakat
Kemen PU dan PR 927.360 1.280.00 0 1.920.00 0 2.560.00 0 2.978.56 0 Semester an Semester an 18. Persentase sarana air minum yang
dilakukan pengawasan Kemenkes - 35% 40% 45% 50%
Triwulana
n Tahunan
19. Persentase kab/kota yang melaksanakan kebijakan kawasan tanpa rokok minimal 50% sekolah
Kemenkes 10% 20% 30 40 50 Tahunan
Tahunan, tiga tahunan
II. Sensitif
melaksanakan pengendalian PTM terpadu
tiga tahunan 21. Jumlah kab/kota yang terlayani
infrastruktur tempat pemprosesan akhir sampah (163 kab/kota)
Kemen PU dan
PR 75 40 16 20 12 Tahunan Tahunan
22. Jumlah kab/kota yang terlayani Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (222 kab/kota)
Kemen PU dan
PR 40 24 65 52 41 Tahunan Tahunan
23. Pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi
Kemen PU dan PR 507 kab/kota 507 kab/kota 507 kab/kota 507 kab/kota 507
kab/kota Tahunan Tahunan 24. Persentase Puskesmas yang melakukan
orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Kemenkes 77% 83% 88% 95% 100% Semester an Tahunan, tiga tahunan 25. Indeks kesehatan reproduksi remaja
(KRR) melalui generasi berencana (genre)
BKKBN 48,4 49 50 51 52 Triwulana
n Tahunan
26. Jumlah pelaksanaan kegiatan KIE pelaksanaan kebijakan pemenuhan hak anak atas kesehatan dan kesejahteraan
Kemen PPPA 5 6 - - - Triwulana
n Tahunan
27. Jumlah orang dewasa mengikuti
pendidikan keayahbundaan/keluarga Kemendikbud 25.500 970.900
1.890.70 0 3.014.90 0 4.343.50 0 Semester an Tahunan
28. Persentase sekolah dasar yang
melaksanakan UKS Kemendikbud
29. Siswa yang mendapatkan program gizi
anak sekolah (progas) (piloting) Kemendikbud
-38.448
siswa - -
-30. Persentase satuan pendidikan agama dan keagamaan (pendidikan dasar) yang melaksanakan UKS
Kemenag 30% 40% 50% 60% 70% Semesteran Tahunan
31. Jumlah calon pengantin peserta kursus
bina pra-nikah Kemenag 20% 40% 60% 70% 80% Tahunan Tahunan
32. Pembinaan keluarga (Sakinah, Sukinah,
Hitasukaya, Kristiani) Kemenag
34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34
Provinsi Tahunan Tahunan 33. Jumlah provinsi dan kabupaten/kota
yang terfasilitasi dalam peningkatan
Kemen Desa, Pembangunan 34 Prov. 505 34 Prov. 505 34 Prov. 505 34 Prov. 505 34 Prov. 505 Semester an Tahunan
II. Sensitif
pembardayaan kesejahteraan keluarga
(PKK) termasuk penguatan
kelembagaan posyandu dalam pelayanan sosial dasar masyarakat
Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi
kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota 34. Persentase Angka Partisipasi Kasar
(APK) PAUD usia 3-6 tahun Kemendikbud 70.1% 72.1% 74.3% 76.4% 78.7%
Semester an
Tahunan III. Enabling factor
35.
Koordinasi lintas sektor melalui Pokja
Gernas 1000 HPK Kemenko PMK 2 2 2 2 2 Triwulana n, semestera n Tahunan 36. Koordinasi lintas sektor melalui Pokja
Gernas 1000 HPK Bappenas 3 3 3 3 3 Triwulana n, semestera n Tahunan 37. Jumlah Provinsi yang melaporkan
laporan tahunan pelaksanaan RAN PG Multi Sektor
Bappenas 30 30 34 34 34 Tahunan
Tahunan, tiga tahunan 38. Pemantauan, evaluasi dan perumusan
kebi-jakan ketersediaan dan kerawanan pangan
(Rekomendasi)
Kementan 31 31 31 31 31 Semester
an Tahunan
39. Jumlah advokasi yang dilakukan Bappenas, Kemenkes, Kementan
5 5 5 5 5 Triwulanan Tahunan
40. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
Dunia usaha,
Kemenkes 4 8 12 16 20
Semester