• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pelayanan Strategi pokoknya adalah:

TAHAPAN IMPLEMENTASI

C. Tahap Kedua 2015-2019

1. Strategi Pelayanan Strategi pokoknya adalah:

a. Penerapan manajemen mutu layanan. Manajemen mutu layanan diperlukan agar ada jaminan bahwa produk pelayanan yang diberikan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan dan mencapai standar yang sudah ditetapkan. Untuk melaksanakan strategi tersebut, berbagai kebijakan yang akan dilaksanakan adalah:

1) Kebijakan Pengembangan Kompetensi yang ditujukan pada: a) Penyelenggaraan penilaian kompetensi.

(1) Asesmen reguler SDM Sekretriat. (2) Asesmen untuk promosi dan mutasi.

(3) Asesmen reguler dan non-reguler untuk Tenaga Ahli dan Asisten Anggota.

b) Penyelenggaraan pengembangan kompetensi. (1) Pembentukkan dan pengelolaan talent pool.

(2) Perancangan metode asesmen untuk suatu jabatan tertentu dan menggunakan berbagai simulasi yang mencerminkan perilaku yang dipersyaratkan dalam jabatan tertentu.

c) Pengembangan kompetensi manajemen keparlemenan. Kompetensi manajemen keparlemenan dibagi dalam tiga dimensi utama yaitu kompetensi pengetahuan, atribut personal dan keterampilan. Kemudian untuk siapa kompetensi tersebut dibutuhkan. Kinerja yang buruk mungkin merupakan hasil dari kepemimpinan, manajemen dan sistem yang sering tidak baik. Kesemua ini menyebabkan kegagalan dalam pencapaian kinerja tinggi yang diharapkan. Karena itu bagi SDM manajerial maka ketiga kompetensi tersebut diarahkan pada penguasaan fungsi manajemen berbasis karakteristik parlemen. Karena itu kompetensi kepemimpinan yang dapat dikembangkan pada kepemimpinan berbasis manajemen keparlemenan adalah:

(1) Memiliki atribut teknis dan manajerial seperti pemahaman prosedur, sistem, proses dan praktek, keahlian numerik, verbal, penalaran, dan interpersonal, serta mempunyai kompetensi motivasi pencapaian, kekuatan analisis, berpikir strategis, berpikir kreatif, ketegasan, manajemen tim dan kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan beradaptasi. Juga perlu didukung dengan motivasi yang kuat.

(2) Harus memiliki visi kedepan sesuai dengan visi organisasi yaitu memberikan bantuan optimal kepada DPR RI dalam bentuk administrasi, keahlian dan teknis yang mendukung terhadap pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan lingkungan strategis agar dapat meningkatkan kinerjanya yang dapat dilakukan dengan cara berpikir strategis dan komitmen.

(3) Pembelajaran kepemimpinan di mana harus mempersiapkan regenerasi kepemimpinannya, dan melakukan kaderisasi yang tidak saja mengikuti pola birokrasi juga harus memperhatikan kepribadian (atribut dan kompetensi) dan visi dan misi dari kader.

(4) Perilaku Internal, pemimpin organisasi Setjen DPR RI harus mampu untuk mengelola perubahan, mengelola budaya organisasi, dan organisasi pembelajar.

(5) Perilaku eksternal, yang meliputi pelayanan, pandangan politik dan perilaku netralitas.

(1) Pelayanan, yang meliputi:

 Seorang pemimpin harus dapat menunjukkan kepada anak buah bahwa aktivitasnya memberikan kontribusi kepada keseluruhan yang lebih besar.

 Seorang pemimpin harus bisa berkomunikasi secara jelas, terbuka dan pada saat yang tepat.  Seorang pemimpin harus merangsang dan

memotivasi karyawan untuk melayani Anggota DPR RI, AKD dan Fraksi.

 Seorang pemimpin harus mempertahankan dan membangun hubungan yang penuh pemahaman dengan Anggota DPR RI, AKD dan Fraksi.

(2) Pandangan politik, yang meliputi:

 Seorang pemimpin harus memahami lingkungan politis, kewenangan dan peraturan yang mempengaruhi jalannya organisasi.

 Seorang pemimpin harus memahami dan bisa mengelola hubungan kekuasaan.

 Seorang pemimpin harus memahami masalah, sikap dan distribusi kelompok dalam DPR RI karena hal-hal tersebut mungkin mempengaruhi organisasi.

 Seorang pemimpin harus dapat berbagai kepentingan dan koalisi.

 Seorang pemimpin harus mampu menghindari konplik dan bernegosiasi secara baik.

(3) Perilaku netralitas, yang meliputi:

 Seorang pemimpin harus memberlakukan semua Anggota DPR RI, AKD dan Fraksi mempunyai kedudukan yang sama.

 Seorang pemimpin harus menyerukan kepada bawahannya agar dalam memberikan pelayanan kepada Anggota DPR RI, AKD dan Fraksi sesuai dengan SOP yang sudah ditentukan.

Bagi SDM keahlian maka ketiga kompetensi tersebut diarahkan pada penguasaan substansi berbasis tugas dan fungsi DPR RI sesuai dengan harapan publik. Selanjutnya dalam proses kerja substansi ini diharapkan bersifat imparsial dikarenakan klien (DPR RI dan Anggota DPR RI) berasal dari berbagai fraksi di mana masing-masing fraksi atau partai memiliki ideologi dan platform yang berbeda-beda. Misalnya untuk tenaga keahlian untuk mendukung fungsi anggaran dengan kekhususan:

(1) mempunyai kemampuan substansial untuk menganalisis suatu permasalahan anggaran;

(2) mempunyai keahlian dalam menganalisis terhadap suatu keputusan/kebijakan yang berhubungan dengan kepentingan publik;

(3) mempunyai kemampuan identifikasi, memahami dan mengelola isu permasalahan yang sedang berkembang; (4) mempunyai kemampuan untuk memberikan suatu

rekomendasi/solusi terhadap kebijakan tertentu;

(5) mempunyai pengetahuan dan kemampuan menganalisis tentang pelaksanaan fungsi legislasi dalam pembahasan dan penetapan RUU bidang anggaran; dan,

(6) mempunyai pengetahuan dan kemampuan menganalisis tentang pelaksanaan fungsi pengawasan dan anggaran dalam rangka melakukan perencanaan, pengelolaan dan pengawasan terhadap anggaran negara.

Gambar.9. Kompetensi Manajemen Keparlemenan

SDM ANGGARAN TATALAKSANA SARANA & PRASARANA Karakteristik DPR Pandangan Publik Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pemantauan Pengendalian Pengawasan Penilaian KOMPETENSI PENGETAHUN KOMPETENSI ATRIBUT PERSONAL KOMPETENSI KETERAMPILAN Substans i se suai dengan tugas dan fungsi DPR berbas is harapan publik

d) Penyelenggaraan coaching and conseling.

(1) Melaksanakan conseling psikologi permasalahan kepegawaian.

(2) Melaksanakan coaching permasalahan pelaksanaan tugas

2) Kebijakan Pengembangan Kepemimpinan yang ditujukan pada: a) Penyelenggaraan pengkajian pengembangan kompetensi

kepemimpinan.

(1) Penyusunan lanjutan kurikulum pendidikan dan pelatihan manajemen keparlemenan.

(2) Penyusunan lanjutan modul-modul kepemimpinan kesekretariatan parlemen I, II, III dan IV.

b) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, antara lain:

(1) Penyelenggaraan pendidikan kedinasan: Diklatpim I,II, III dan IV.

(2) Penyelenggaraan Rintisan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Kesekretariatan Keparlemenan I, II, III dan IV.

(3) Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

Person-based.

3) Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan yang ditujukan pada: a) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dijabarkan dalam berbagai kebijakan sebagai berikut:

(1) Kebijakan pengembangan jenis pendidikan dan pelatihan, adalah:

(a) Jenis program non gelar, yaitu pemberian beasiswa untuk pendidikan non gelar (diploma 1, 2 dan 3) dan kursus singkat bersertifikat;

(b) Jenis program gelar adalah pemberian beasiswa untuk pendidikan S1, S2, dan S3;

(c) Pendidikan Profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

(d) Penyelenggaraan Rintisan Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan I, II dan III.

(2) Kebijakan pengembangan jenis tugas belajar, yaitu:

(a) Tugas belajar penuh waktu, yaitu penugasan belajar melalui program beasiswa yang diberikan untuk pendidikan yang dilaksanakan pada universitas yang berada di luar Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang, serta di luar negeri dan kepada penerima beasiswa diharuskan untuk cuti karena tugas belajar;

(b) Tugas belajar paruh waktu, yaitu penugasan belajar melalui program beasiswa yang diberikan untuk pendidikan yang dilaksanakan pada universitas yang berada di Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang, dan kepada penerima beasiswa diharuskan untuk cuti karena tugas belajar;

(c) Penugasan kursus singkat, yaitu penugasan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan singkat yang

dilaksanakan pada lembaga pendidikan yang berada di Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang, dan yang berada di luar Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang; (d) Penugasan penelitian lanjutan, yaitu penugasan untuk mengikuti pendidikan pasca S2 dan S3 (post graduate dan post doctoral) baik di dalam negeri maupun luar negeri.

2) Sumber Pembiayaan Program adalah:

(a) Program APBN adalah pembiayaan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang dibebankan pada anggaran Satuan Kerja Sekretariat Jenderal DPR RI; (b) Program kerjasama/bantuan adalah pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang ditanggung oleh pihak ketiga atau pembagian biaya (cost sharing) baik dalam maupun luar negeri.

3) Pengembangan Model Pendidikan dan Pelatihan, yaitu: (a) Model Swakelola di mana penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Unit Pengelola Pendidikan dan Pelatihan;

(b) Model Konvensional, yaitu penerima beasiswa akan dibiayai untuk studi di lembaga pendidikan di dalam negeri dan luar negeri;

(c) Model Kerjasama, yaitu dirancang untuk kebutuhan riset bagi penerima beasiswa S2, dalam kaitan studi dan riset, pembimbing tesis dirancang dengan melibatkan dua pihak, yaitu perguruan tinggi sebagai pembimbing utama dan doktor yang berasal dari Sekretariat Jenderal sebagai pembimbing pendamping;

(d) Model Jejaring, yaitu memanfaatkan jaringan kerjasama di bidang penguatan parlemen. Model ini khusus ditujukan untuk memfasilitasi tenaga fungsional dalam jumlah sangat terbatas yang ingin melakukan penelitian, pemagangan, post-doct di

institusi riset ataupun perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.

4) Pengembangan Bidang-bidang Pendidikan dan Pelatihan yang dituangkan dalam Rencana Pendidikan.

5) Mengembangkan kemitraan strategis dengan berbagai lembaga pendidikan.

6) Merintis tugas belajar ke luar negeri.

7) Mengembangkan kemitraan strategis dengan berbagai lembaga pemberi bantuan pendidikan di luar negeri.

4) Menyelenggarakan pengkajian pengembangan pendidikan dan pelatihan.

a) Pelaksanaan strategis pendidikan dan pelatihan didukung dengan peningkatan manajemen pendidikan dan pelatihan, kualitas tenaga kediklatan (peneliti), anggaran, sarana, dan prasarana kediklatan.

b) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan swakelola dilakukan oleh tenaga kediklatan yang terdiri atas Pengelola diklat, Petugas Pelaksana pendidikan dan pelatihan, Pemberi materi pendidikan dan pelatihan (peneliti), dan evaluator pendidikan dan pelatihan.

c) Pengelola pendidikan dan pelatihan telah memiliki sertifikat pendidikan dan pelatihan bagi Pengelola pendidikan dan pelatihan (Management of Training) (Kabid Pengembangan Kepemimpinan, dan Kabid Pendidikan dan Pelatihan).

d) Petugas Pelaksana pendidikan dan pelatihan harus memiliki sertifikat pendidikan dan pelatihan bagi Petugas Pelaksana Pendidikan dan Pelatihan (Training Officer Course).

5) Kebijakan Pengkajian Manajemen Keparlemenan mempunyai tugas menyelenggarakan pengkajian bidang manajemen keparlemenan, antara lain:

a) Pengkajian otonomi anggaran.

b) Pengkajian pengelolaan otonomi parlemen, termasuk pengkajian terhadap tatalaksana.

d) Pengkajian pengelolaan sarana dan prasarana.

b. Strategi pendampingan. Pendampingan diperlukan untuk penguatan pada unit-unit organisasi yang membutuhkan pendampingan pada area yang akan diperbaiki atau dikembangkan. Begitu juga pendampingan pada DPR RI ditujukan pada pendampingan di AKD yang membutuhkan masukan substansi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi AKD yang bersangkutan.

Dokumen terkait