TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.3. Strategi Pembelajaran
2.1.3.1. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan berpikir kreatif siswa adalah strategi pembelajaran think-talk-write (TTW). Menurut Yamin & Ansari (2012 : 84) Strategi think-talk-write diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin yang pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen 3-5 siswa. Pada kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan (Yamin & Ansari, 2012 : 84). Menurut Fazio (2009) Strategi Think-Talk-Write dapat membantu siswa untuk membuat hubungan antara rekan-rekan mereka, guru, dan fenomena sains dalam penyelidikan.
Strategi pembelajaran ini melibatkan tiga aspek penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran matematika yaitu:
1. Think (berpikir)
Menurut Yamin & Ansari (2012: 85) aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematika atau berisi cerita matematika, kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Belajar membuat/ menulis catatan setelah membaca dapat merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca, sehingga dapat mempertinggi peengetahuan bahkan meningkatkan ketrampilan berpikir dan menulis.
Menurut Marzuki (Hidayat, 2012) bahwa berpikir yang dilakukan oleh manusia meliputi lima dimensi yaitu :
1) Metakognisi, merupakan kesadaran seseorang tentang proses berpikirnya pada saat melakukan tugas tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran tersebut untuk mengontrol apa yang dilakukan.
2) Berpikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang sangat mendasar. Berpikir kritis merupakan proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini serta dilakukan. Sedangkan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang bersifat spontan, terjadi karena adanya arahan yang bersifat internal dan keberadaannya tidak bisa diprediksi.
3) Proses berpikir, memilliki delapan komponen utama yaitu pembentukan konsep, pembentukan prisip, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penelitian, penyusunan, dan berwacana secara oral.
4) Kemampuan berpikir utama, juga memiliki delapan komponen yang memfokuskan, kemampuan mendapatkan informasi, kemampuan mengingat, kemampuan mengorganisasi, kemampuan menganalisis, kemampuan menghasilkan, kemampuan mengintegrasi, serta kemampuan mengevaluasi. 5) Berpikir matematik tingkat tinggi, pada hakekatnya merupakan non
prosedural yang antara lain mencakup hal-hal berikut: kemampuan mencari dan mengeksplorasi pola, kemampuan menggunakan fakta-fakta, kemampuan membuat ide-ide matematik, kemampuan berpikir dan bernalar secara fleksibel, serta menetapkan bahwa suatu pemecahan masalah bersifat logis. 2. Talk (berbicara atau berdiskusi)
Pada tahap talk, siswa berkomunikasi dengan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Siswa menyampaikan ide yang diperolehnya pada tahap think kepada teman-teman diskusi (kelompok). Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang diberikan.
Yamin & Ansari (2012: 86) mengatakan bahwa talk penting dalam matematika karena sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam matematika. Siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, sharing strategi solusi, dan membuat definisi. Talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar matematika, sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.
3. Write (menulis)
Menurut Yamin & Ansari (2012: 87) aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Shield & Swinson dalam Yamin & Ansari (2011: 87) menatakan bahwa menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.
Masingila & Wisniowska (dalam Yamin & Ansari, 2012) mengemukakan bahwa aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Selain itu kegiatan menulis dalam pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat memahami bahwa matematika dibangun melalui suatu proses berpikir yang dinamis, dan diharapkan pula dapat memahami bahwa matematika merupakan bahasa atau alat untuk mengungkapkan ide. Aktivitas menulis siswa pada tahap ini adalah menulis solusi dari maslah/ pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan. (Yamin & Ansari, 2012: 88).
Langkah-langkah dalam pembelajarn dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) adalah sebagai berikut (Yamin & Ansari, 2012: 90).
(a) Guru membagi teks bacaan berupa Lembaran Aktivitas siswa Siswa yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.
(b) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think).
(c) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.
(d) Siswa mngkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write). Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan model Think-Talk-Write (TTW) ini, sebagaimana yang dikemukakan Silver & Smith (dalam Yamin & Ansari (2012: 90)) adalah : (1) mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang setiap siswa untuk berpikir, (2) mendengar secara hati-hati ide siswa, (3) menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan, (4) memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi, (5) memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan, (6) memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisispasi.
Kelebihan dari strategi Think-Talk-Write (TTW) adalah: (1) Memberi kesempatan siswa berinteraksi dan berkolaborasi membicarakan tentang penyelidikan dengan anggota kelompoknya, (2) siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk secara aktif dalam belajar, (3) model ini berpusat pada siswa, memberi kesempatan pada siswa dan guru berperan sebagai mediator lingkingan belajar, dan (4) dengan memberikan soal open ended dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif siswa (Prastyo, 2011).
Sedangkan kelemahan dari strategi pembelajaran ini adalah: (1) model pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalkan sebagian waktu
hilang karena membantu siswa mencari solusi pemecahan masalah atau menemukan teori-teori yang berhubungan dengan lembar kerja siswa dan (2) tidak semua anggota kelompok aktif dalam model pembelajaran ini (Prastyo, 2011).
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, diperlukan usaha-usaha yaitu: (1) Guru terlebih dahulu memutuskan banyaknya kelompok, banyaknya anggota, dan pengelompokan siswa yang bersifat heterogen dan (2) Sebaiknya diadakan pengaturan penempatan dan penyusunan kelompok, sehingga lebih mempermudah guru untuk mengontrol perorangan atau kelompok siswa (Prastyo, 2011).