3 METODE PENELITIAN
4.10 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat Nelayan
Konsep penanggulangan kemiskinan secara umum akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis wilayahnya, baik lingkungan internal maupun eksternal, yang dapat menentukan tingkat keberhasilan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk lingkungan internal secara sinergis akan menentukan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) pemerintah daerah untuk tetap berada pada jalur kewenangannya dalam menyikapi permasalahan yang ada maupun yang akan datang.
Kemudian, untuk lingkungan eksternal secara sinergis akan menentukan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang akan dihadapi oleh pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Hasil analisis situasi dengan pendekatan secara komprehensif dari berbagai aspek yang berpengaruh penting terhadap penanggulangan kemiskinan di Desa Tioua Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmahera Utara, diperoleh faktor-faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelamahan) dan eksternal strategis (peluang dan ancaman) sebagai berikut:
Persoalan utama yang dihadapi oleh masyarakat nelayan adalah masalah regulasi perdagangan hasil produksi nelayan. Hal ini untuk menghindari merosotnya harga ketika musim panen raya tiba, dan meningkatkan harga produksi pada musim paceklik datang.
Persoalan sosial paling dominan yang dihadapi di wilayah pesisir justru masalah kemiskinan nelayan. Meski data akurat mengenai jumlah penduduk miskin di wilayah pesisir ini belum tersedia, data dari survey menunjukkan tingkat
pendidikan masyarakat Desa Tioua sangat berpengaruh terhadap produktifitas masyarakat.
Melihat pada jumlah produksi nelayan rata-rata perhari, dapat diketahui bahwa stok ikan di sekitar perairan Tobelo Selatan masih tergolong tinggi. Kondisi ini ditambah dengan jumlah nelayan yang relatif sedikit dan nelayan yang menggunakan alat tangkap moderen hanya 7 kelompok nelayan saja. Kalau jumlah ikan yang diperbolehkan ditangkap betul-betul diambil semuanya maka berdasarkan perhitungan kasar secara rata-rata, nelayan lebih sejahtera.
Tabel 7 Evaluasi faktor internal dan eksternal
Faktor Internal
Kekuatan:
1. Nelayan tidak tergantung dari bantuan siapapun, termasuk pemerintah (semangat hidup mandiri)
2. Memiliki sektor perkebunan sebagai alternatif pekerjaan 3. Menyerap banyak tenaga kerja 4. Peran serta dan kepedulian
tokoh masyarakat tinggi
Kelemahan:
1. Metode penangkapan mayoritas masih tradisional 2. Pendidikan tergolong rendah. 3. Tidak ada inovasi pengolahan
hasil produksi. 4. Sulit bekerja sama
5. Harga berfluktuasi ketika musim panen
6. Pasar lokal yang terbatas
Faktor Eksternal
Peluang:
1. Stok ikan melimpah 2. Fishing ground dekat 3. Upah tenaga kerja murah 4. Kredit yang tersedia relatif
mudah
5. Permintaan pasar antar pulau tinggi
6. Tidak tergantung penuh pada hasil laut
Ancaman:
1. Masuknya nelayan dari luar Halmahera
2. Kerusakan ekosistem laut akibat penangkapan destruktif 3. Harga BBM tinggi
4.10.2 Rencana strategis penanggulangan kemiskinan
Perumusan rencana strategis penanggulangan kemiskinan di Desa Tioua Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmahera Utara dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT dengan berdasarkan pada faktor-faktor lingkungan strategis. Alternatif-alternatif strategi yang merupakan rumusan rencana strategi (renstra) penanggulangan kemiskinan Desa Tioua Kecamatan Tobelo Selatan
Kabupaten Halmahera Utara, hasil generating dari matriks SWOT disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Strategi penanggulanan kemiskinan di Desa Tioua Kecamatan Tobelo Selatan S T R A T E G I SO
1. Melibatkan tokoh masyarakat yang memiliki derajat integrasi yang tinggi
2. Meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial bagi masyarakat nelayan.
WO
1. Sosialisasi penyediaan dana murah untuk meningkatkan pengembangan usaha 2. Pengembangan diversifikasi
usaha pengolahan ikan
ST:
1. Optimasi fungsi dan peran lembaga keuangan mikro dan koperasi nelayan
2. Menjalin hubungan kerjasama dengan pengusaha perikanan untuk menampung produksi nelayan
WT.
1. Subsidi harga BBM bagi nelayan
2. Regulasi untuk mencegah penangkapan ikan destruktif melalui aturan adat.
Kurangnya sarana penunjang untuk perikanan tangkap berupa alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan setempat masih bersifat tradisional sampai semi modern. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jarak jelajah untuk menangkap ikan didaerah penangkapan (fishing ground).
Selain itu juga soal pengetahuan dan ketrampilan nelayan dan kemampuan nelayan dengan memanfaatkan teknologi terkini dalam menangkap ikan masih sangat terbatas. Fasilitas-fasilitas yang langsung mempengaruhi produksi perikanan tangkap seperti, kapal, jaring, dan storage yang bisa diakses oleh nelayan masih sangat minim. Hal ini juga termasuk kurang menjamin investor di bidang keuangan untuk menyediakan fasilitas kredit untuk memacu pertumbuhan sarana dan prasarana.
4.10.3 Program pengembangan (kebijakan penanggulangan kemiskinan)
Dari permasalahan yang dihadapi masyarakat nelayan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa program penanggulangan kemiskinan, berupa program kerjasama dengan produsen pengolahan ikan
1. Strategi pengembangan nilai tambah (program yang diturunkan adalah introduksi teknologi pasca panen hasil tepat guna).
2. Menginisiasi terbentuknya kelompok istri nelayan dalam mengolah hasil perikanan, sehingga hasil tangkapan yang tidak terjual dapat diolah dan bernilai tambah (added value).
Melihat dari hasil produksi dan hasil penjualan ikan oleh semua klasifikasi nelayan, maka pekerjaan sebagai nelayan dapat dijadikan sebagai pekerjaan utama oleh masyarakat Desa Tioua. Bahkan pendapatan sebagai nelayan berada jauh lebih tinggi dibandingkan dengan standar UMP Provinsi Maluku Utara. Ada masyarakat yang terpaksa menjadi nelayan karena tidak memiliki lahan perkebunan, ada juga yang menjadi nelayan karena hasil yang diperoleh dari melaut jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil yang diproleh dari berkebun. Berkebun merupakan pekerjaan awal dari masyarakat Desa Tioua, akan tetapi kerena kebutuhan yang terus meningkat dan hasil dari berkebun tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, maka banyak masyarakat yang beralih profesi sebagai nelayan.
Ancaman besar yang belum disadari oleh masyarakat nelayan Desa Tioua adalah kerusakan ekosistem laut akibat penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak. Pelakunya menurut informasi nelayan Desa Tioua adalah orang yang berusaha dari dalam desa maupun luar Desa Tioua. Aktivitas mereka ini sering luput dari pengawasan aparat keamanan, yang kalau dibiarkan terus menerus, dalam jangka panjang akan menyebabkan kepunahan terhadap sumberdaya ikan. Oleh karena itu, selain peraturan formal yang sudah ada, dianggap perlu adanya peraturan adat untuk mengatur kelestarian sumberdaya yang ada di perairan Halmahera Utara pada khususnya, dan perairan Maluku Utara pada umumnya. Dengan demikian, masyarakat harus diberikan hak dan kewenangan untuk menjaga dan mengawasi perairan yang menjadi salah satu sumber pandapatan masyarakat setempat.
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin di tingkatan pengecer sebesar Rp.8000,- per liter, sedangkan harga BBM jenis bensin di tingkatan agen sebesar Rp.6000,- per liter, dan harga minyak tanah untuk campuran bensin di tingkatan pengecer sebesar Rp.7000,- perliter. Harga ini dirasakan masih terlalu
tinggi oleh sebagian besar nelayan. Khususnya nelayan perorangan yang penghasilannya relatif kecil dibandingkan dengan pajeko.