• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.4. Strategi Penentuan Keputusan

2.2.4.1. Keputusan Yang Diambil Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit

Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya harus dapat mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang akan digunakan untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya, dimana bukti-bukti tersebut memberikan dasar-dasar yang rasional dalam membentuk judgement.

Dalam proses pengumpulan bukti audit, Mulyadi (2002: 91) berpendapat bahwa auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu :

1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan

Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu disebut program audit. Pada umumnya program audit juga menyebutkan besarnya sampel, tanggal pelaksanaan program audit, dan pelaksana audit.

2. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu

Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan besarnya sampel yang berbeda dari suatu unsur dengan unsur yang lain.

3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih sebagai anggota sampel

Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.

4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu

Karena audit terhadap laporan keungan meliputi satu jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun, maka auditor mulai dapat mengumpulkan bukti audit segera setelah awal tahun. Biasanya audit baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau bulan setelah tanggal neraca. Maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun yang diaudit. Akhir tahun yang diaudit, atau beberapa munggu atau bulan setelah tanggal neraca.

2.2.4.2. Prosedur Pengambilan Keputusan

Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Pengetahuan yang memadai mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan.

Dalam ilmu pengambilan keputusan menurut Harahap (1997: 15) dikenal tahap– tahap yang diikuti dalam proses pengambilan keputusan, proses yang umum adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi persoalan dengan cara membandingkan keinginan dengan kejadian yang sebenarnya.

2. Merumuskan persoalan utama. 3. Merinci persoalan utama.

4. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan. 5. Memutuskan pilihan yang terbaik.

6. Melaksanakan keputusan.

7. Memonitor dan menindaklanjuti.

Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan gambar prosedur pengambilan keputusan, yang daisajikan pada gamabr 2.2, yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.2 : Prosedur pengambilan keputusan

Sumber : Sofyan Safri Harahap, 1997, Akuntansi Islam, PT. Bumi Aksara,

Jakarta, Halaman 16 Pemilihan alternatif Melaksanakan tindakan Mengambil keputusan Penentuan tujuan Umpan balik

2.2.4.3. Faktor–faktor Pengambilan Keputusan

Menurut Umar (1999: 31) ada tiga factor utama yang mempengaruhi seorang pengambil keputusan (decision maker) suatu organisasi untuk mengambil sebuah keputusan, yaitu :

1. Kondisi internal dan eksternal organisasi

Ada beberapa faktor utama untuk menilai kondisi internal organisasi, antara lain ketersediaan dana, kualitas sumber daya manusia, peralatan yang dimiliki, struktur organisasi, system organisasi, dan lain – lain. Semua itu dapat menjadi kekuatan perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang, atau dapat pula menjadi yang sebaliknya.Faktor – faktor sosial, ekonomi, politik, hukum dan budaya masyarakat.Semua faktor itu harus turut dipertimbangkan oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan.

2. Ketersediaan informasi

Ketersediaan informasi menjadi faktor yang sangat penting untuk menilai proses dan kualitas hasil keputusan yang diambil oleh manajemen. Dalam suatu organisasi, kualitas maupun kuantitas masalah yang harus dipecahkan bervariasi, tetapi harus diselesaikan menurut urutan prioritasnya sehingga diperoleh hasil yang prima.

3. Keterampilan pengambil keputusan

Nilai – nilai yang dimiliki oleh seorang pengambil keputusan, misalnya manajer, tergantung pada beberapa faktor utama, seperti intelegensi, kapasitas, rasa tanggung jawab dan lain – lain.

Tipe-tipe pengambil keputusan yang dilatarbelakangi oleh pengkombinasian nilai dari faktor – faktor diatas, dapat dibagi atas lima tipe yang penjelasan ringkasnya disajikan dibawah ini :

1. Tipe ketergantungan

Salah satu tipe pengambil keputusan yang kurang mempunyai pendirian dan lemahnya penguasaan masalah yang dihadapi sehingga ia memerlukan bantuan orang lain.

2. Tipe eksploitatif

Suatu tipe pengambil keputusan yang ide – ide pengambil keputusannya dating dari orang lain atau bawahannya, dan sekaligus mengeksploitasi mereka untuk kepentingannya sendiri sehingga ia bisa menutupi ketidakmampuannya.

3. Tipe tabungan

Pengambil keputusan mempunyai banyak ide, tetapi dipendam untuk disampaikan pada saat yang dirasanya tepat demi kepentingan pribadinya.

4. Tipe pemasaran

Tipe ini dapat dikatakan kebalikan dari tipe tabungan. Tipe ini ditujukan pada pengambil keputusan yang suka memberitahukan ide – idenya kepada orang lain dengan tujuan negatif, yaitu sekedar pamer untuk menarik simpati.

5. Tipe produktif

Tipe ini mencirikan pengambil keputusan yang memang memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, inisiatif, kreatif dan dapat bekerja sama baik dengan bawahan, atasan, maupun rekan kerja.

2.2.4.4. Jenis–Jenis Keputusan

Menurut Umar (1999: 33) keputusan terbagi atas dua jenis utama yaitu sebagai berikut :

1. Keputusan yang terstruktur

Keputusan yang terstruktur mempunyai aturan-aturan yang jelas dan teliti, dipakai berulang-ulang, dapat diprogramkan sehingga dapat didelegasikan kepada orang lain maupun kepada perangkat computer. Misalnya keputusan pemayaran gaji karyawan, yaitu kapan waktu pembuatan laporannya, bagaimana perhitungan besarnya gaji dan kapan dibayarkannya.

2. Keputusan yang tidak terstruktur

Keputusan yang tidak terstruktur sifat munculnya kadang-kadang sifat keputusan yang harus diambil bersifat unik sehingga analisanya baru, tidak dapat didelegasikan, kadang-kadang alat analisanya tidak lengkap dan bahwa keputusan lebih didominasi oleh intuisi atau instingnya.

2.2.4.5. Jenis Pendapat

Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor menurut Mulyadi (2002: 90) yaitu sebagai berikut :

1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report).

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, serta pengungkapan memadai dalam laporan

keuangan. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.

Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna : a. Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran.

b. Lengkap informasi.

2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language. Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan keuangan audit bentuk baku.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Jika auditor mempunyai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit.

a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.

c. Laporan keuangan tidak disususn sesuai dengan prinsipn akuntansi berterima umum.

d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti audit yang kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah :

a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

Dokumen terkait