• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Manajemen Strategis

1.5.1.4 Strategi Pengembangan Daerah Tujuan Pariwisata

Dalam rangka mengembangkan sebuah destinasi pariwisata, seorang perencana harus memperhatikan dua lingkup pengembangan yang saling melengkapi, yaitu lingkup pengembangan spasial dan tingkatan pengembangan dari destinasi tersebut. Lingkup pengembangan spasial maksudnya adalah keharusan seorang perencana pengembangan destinasi untuk memahami dan memperhatikan latar belakang kontekstual atau lingkungan makro dari destinasi yang akan dikembangkan. Perhatian pada lingkungan makro tersebut sangat penting, hal ini disebabkan keseluruhan strategi pengembangan sebuah destinasi pada intinya tidak boleh terlepas dari kesesuaiannya dengan konfigurasi lingkungan makronya.

Strategi pengembangan keseluruhan komponen destinasi seperti : thema dari daya tarik utama, pengembangan amenitas dan akomodasi, pengembangan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata sampai dengan pengembangan masyarakat setempat sebagai tuan rumah harus sesuai dengan konteks lingkungan makronya. Suatu destinasi yang terletak pada wilayah pertanian atau perkebunan akan membutuhkan pengembangan : thema daya tarik wisata berbasis pada pertanian, pengembangan akomodasi yang bercirikan masyarakat pedesaan serta pengembangan

masyarakat yang berbasis nilai budaya pertanian yang tentu saja sangat berbeda dengan strategi pengembangan destinasi yang berbasis lingkungan makro perindustian di perkotaan.

Sedangkan yang dimaksud dengan keharusan seorang perencana pengembangan destinasi pariwisata dalam memperhatikan strategi tingkatan pengembangan destinasi adalah suatu cara pandang atau perspective perencanaan pengembangan destinasi yang harus berpandangan secara holistic dan menyeluruh, mulai dari tingkatan strategi perencanaan makro dalam dimensi kerangka waktu jangka panjang yang akan memberikan arah, prinsip dan panduan-panduan pengembangan jangka panjang, kemudian ke lingkup perencanaan jangka menengah yang menetapkan misi-tujuan dan sasaran pengembangan destinasi dan pemosisian destinasi beserta program-program pengembangan dalam kerangka waktu menengah, sampai dengan lingkup perencanaan tingkat operasional yang meliputi: program – program aksi jangka pendek, termasuk business plan dan pengendaliannya yang harus dilakukan oleh organisasi atau lembaga yang diberi kewenangan untuk mengelola destinasi.

Menurut ‘Plog dan Pintana’ mendasarkan pada pola perilaku pilihan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata ada beberapa tipologi wisatawan sebagai berikut 11:

1. Allocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum diketahui, kunjungannya bersifat pertualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat setempat.

2. Psycocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya.

       

11

Sunaryo, Drs.Bambang.M.Sc.MS. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata :Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Gava Media, hal 17.

3. Mid-centris yaitu kelompok wisatawan yang terletak diantara kedua tipologi perilaku

Allocentris dan Psycocentris.

Dalam proses pembangunan kepariwisataan, khususnya dalam perencanaan pengembangan destinasi wisata, pemahaman mengenai tipologi wisatawan mendasarkan kepada perilaku pilihannya terhadap produk pariwisata yang akan dibeli dan jenis destinasi yang akan dikunjungi seperti telah diuraikan diatas, menjadi sangat perlu untuk dicermati dan khususnya sebagai bahan masukan informasi dan basis data yang sangat penting dalam rangka merencanakan produk kepariwisataan , sehingga produk wisata yang dihasilkan akan menjadi mudah untuk dipasarkan.

Utamanya pada sub system produk kepariwisataan, berbagai komponen yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pengembangan destinasi pariwisata adalah sebagai berikut :

1. Atraksi dan Daya Tarik Wisata

Atraksi dan daya tarik wisata dibagi atas 3 jenis sebagai berikut :

 Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang dikembangkan berbasis pada anugrah keindahan dan keunikan yang telah tersedia di alam seperti pantai, laut, danau, gunung, sungai, air terjun dan sebagainya.

 Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik yang yang dikembangkan berbasis pada hasil karya dan hasil cipta manusia, baik yang berupa peninggalan budaya maupun yang nilai budaya yang masih hidup dalam kehidupan di suatu masyarakat, seperti : upacara/ritual, adat-istiadat, seni pertunjukan , seni kriya, seni sastra, maupun seni rupa dan keunikan kehhidupan sehari-hari yang dimiliki oleh suatu masyarakat.  Daya tarik minat khusus adalah daya tarik wisata yang dikembangkan berbasis pada

pengamatan satwa tertentu, memancing, berbelanja, kesehatan dan penyegaran badan, arung jeram, golf, wisata agro, menghadiri pertemuan, rapat, perjalanan dan pameran wisata, dan aktivitas-aktivitas wisata khusus lainnya biasanya terkait dengan hobi seseorang wisatawan.

2. Akomodasi atau Amenitas

Komponen produk berikutnya yang juga sangat penting untuk diperhatikan adalah fasilitas akomodasi. Fasilitas akomodasi adalah berbagai jenis fasilitas dan kelengkapannya yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk beristirahat dan bersantai dengan nyaman serta menginap selama melakukan kunjungan ke suatu destinasi wisata, seperti hotel, restoran, wisma, losmen, dan penginapan lainnya.

3. Aksesibilitas dan Transportasi

Komponen produk selanjutnya yang juga membutuhkan perhatian untuk dikembangkan adalah aksesibilitas dan transportasi. Aksesibilitas dan transportasi yaitu segenap fasilitas dan moda angkutan yang memungkinkan dan memudahkan serta membuat nyaman wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata seperti angkutan darat, udara dan laut.

4. Infrastruktur Pendukung

Infrastruktur pendukung adalah keseluruhan jenis fasilitas umum yang berupa prasarana fisik seperti : pelabuhan, bandara, stasiun kereta api dan jaringan telekomunikasi serta jaringan listrik, air minum, toilet dan sebagainya.

5. Fasilitas Pendukung Wisata Lainnya

Fasilitas pendukung wisata lainnya adalah berbagai jenis fasilitas pendukung kepariwisataan yang berfungsi memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan

selama melakukan kunjungan di suatu destinasi wisata, seperti : keamanan, rumah makan, biro perjalanan, toko cinderamata, pusat informasi wisata, rambu wisata, fasilitas perbelanjaan, hiburan malam, fasilitas perbankan.

6. Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pariwisata

Kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata adalah keseluruhan unsur organisasi atau institusi pengelola kepariwisataan dan termasuk sumber daya manusia pendukungnya, yang terkait dengan manajemen pengelolaan kepariwisataan di suatu destinasi , baik dari unsur Pemerintah, Swasta/industri dan Masyarakat. Beberapa contoh kelembagaan dan SDM pariwisata yang memegang peranan penting dalam manajemen pengelolaan kepariwisataan di Indonesia yaitu Dinas Pariwisata beserta keseluruhan Unit Pelaksana Teknisnya, Asosiasi Industri Perjalanan Wisata (ASITA), Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Jasa Pemanduan Wisata, Kelompok Sadar Wisata maupun Masyarakat Pariwisata yang terkait dengan kepariwisataan, baik sebagai tenaga kerja, pelaku usaha maupun sebagai tuan rumah dalam suatu destinasi wisata.

1.5.2 Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia

Dokumen terkait