5 PEMBAHASAN
5.3 Strategi Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan
5.3.1 Prioritas Strategi Pengembangan
Berdasarkan hasil analisis Bab 4, strategi perbaikan manajemen usaha perikanan (MNJUSAHA) mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan empat opsi alternatif strategi pengembangan lainnya, yaitu mencapai 0,255. Hasil analisis ini dapat dipercaya karena mempunyai
inconsistency sekitar 0,05, sedangkan batas inconsistency yang dipercaya/diperbolehkan < 0,1. Hal ini dapat dipahami karena, karena pengelolaan usaha perikanan di lokasi Kabupaten Indramayu belum dilaksanakan dengan baik, meskipun hasil tangkapan ikan umumnya memuaskan. Menurut DPK Kabupaten Indramayu (2010), sebagian nelayan belum tertib dalam administrasi kerja terutama terkait dengan siklus keuangan, dimana banyak penggunaan uang diluar keperluan melaut yang tidak dicatat sehingga sering membebani keuangan terutama bila berangkat melaut. Disamping itu, serah terima barang (bahan perbekalan maupun hasil tangkapan) sering tidak dikontrol sehingga memberi peluang untuk terjadinya kecurangan oleh petugas yang tidak bertanggung jawab.
Terkait dengan ini dan berdasarkan hasil analisis AHP, maka opsi strategi perbaikan manajemen usaha perikanan (MNJUSAHA) menjadi strategi prioritas pertama untuk pengembangan ekonomi berkelanjutan berbasis usaha perikanan di Kabupaten Indramayu. Strategi pembinaan SDM perikanan (BINASDM) menjadi strategi prioritas kedua karena mempunyai rasio kepentingan tertinggi (RK = 0,230) pada inconsistensy terpercaya 0,05. Setiawan (2007) dalam penelitian menhyatakan bahwa pengembangan sumberdaya manusia (SDM) perlu menjadi menjadi perhatian penting untuk keberlanjutan usaha perikanan. Keberhasilan usaha perikanan yang berskala kecil sangat tergantung pada kemampuan nelayan pemilik dalam menentukan fishing ground dan pengelolaan keuangan usaha.
Sedangkan menurut Muslich (1993), pengembangan usaha ekonomi menempatkan jenis usaha dan keahlian manusia sebagai penggerak utama usaha ekonomi dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Pengembangan
kerjasama pemodalan merupakan strategi ekonomi yang tepat untuk membantu pembiayaan usaha perikanan skala kecil di Kabupaten Indramayu, seperti handline dan jaring klitik. Strategi kerjasama ini menjadi strategi prioritas ketiga dalam mendukung pengembangan ekonomi berkelanjutan di Kabupaten Indramayu. Strategi ini mempunyai rasio kepentingan 0,193 pada inconsistensy terpercaya 0,05. Menurut Nikijuluw (2002), pengembangan kerjasama diantara usaha ekonomi yang saling bergantung bahan baku, usaha perikanan dengan perbankan, dan pengusaha besar dengan nelayan kecil sangat dibutuhkan pada resim pengelolaan yang cenderung berpihak kepada pelaku ekonomi besar.
Strategi pengembangan kerjasama pemodalan dapat disinkronkan dengan strategi pengembangan usaha perikanan skala kecil (prioritas keempat). Hal ini karena usaha perikanan kecil tidak terlalu banyak berkembang di lokasi, dimana perhatian dan bantuan lebih banyak diberikan kepada usaha perikanan skala besar seperti jaring insang hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT), dan payang. Kerjasama pemodalan diharapkan dapat membantu pelaku perikanan skala kecil sehingga lebih eksis dan dapat mendukung secara maksimal pembangunan perikanan di lokasi. Hasil analisis Bab 4 disebutkan bahwa usaha perikanan skala kecil di Kabupaten Indramayu mempunyai tingkat pengembalian (rate of return) yang baik, misalnya seperti rawai tetap sekitar 58,52 %, handline sekitar 66,74 %, dan jaring klitik 43,53 %. Terkait dengan ini, maka pengembangan usaha perikanan skala kecil layak dilakukan termasuk dengan melakukan kerjasama pemodalan.
Pengembangan usaha pendukung perikanan merupakan strategi prioritas kelima (RK = 0,135 pada inconsistency terpercaya 0,05) untuk mendukung pengembangan ekonomi berkelanjutan berbasis usaha perikanan di Kabupaten Indramayu. Pengembangan usaha pendukung perikanan menjadi prioritas terakhir bisa jadi karena selama ini di lokasi telah banyak berkembang usaha pendukung seperti koperasi, SPBU, pabrik es, dan kios penyediaan perbekalan. menurut DPK Kabupaten Indramayu (2010), penyediaan es balok, bahan bakar, dan perbekalan tidak mengalami kesulitan di Kabupaten Indramayu karena semuanya dikordinir oleh Koperasi Nelayan Karangsong.
5.3.2 Sensitivitas Strategi Prioritas
Diantara berbagai strategi pengembangan yang ada, strategi prioritas pertama akan menjadi strategi terpilih atau diandalkan pertama kali untuk mendukung tujuan pengembangan yang ditetapkan. Terkait dengan pengembangan ekonomi berkelanjutan berbasis usaha perikanan di Kabupaten Indramayu, maka strategi perbaikan manajemen usaha perikanan (MNJUSAHA) tentu menjadi pilihan.
Dalam mendukung aplikasinya secara nyata di lokasi, maka strategi perbaikan manajemen usaha perikanan perlu diketahui sensitivistasnya. Informasi tentang sensitifitas ini tidak hanya penting untuk mengetahui keunggulan perbaikan manajemen usaha perikanan (MNJUSAHA) sebagai strategi prioritas, tetapi juga penting untuk membuat langkah antisipasi pengelolaan akibat berbagai perubahan yang ada di lokasi. Informasi tersebut dapat menjadi panduan untuk implementasi berbagai program terkait pengembangan ekonomi berkelanjutan berbasis usaha perikanan di Kabupaten Indramayu maupun lokasi lainnya.
Di alam nyata, berbagai perubahan dapat terjadi akibat adanya intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengembangkan suatu aspek pengelolaan tertentu yang menurutnya dianggap lebih baik/lebih menguntungkan. Strategi perbaikan manajemen usaha perikanan (MNJUSAHA) harus dapat mensiasati berbagai perubahan tersebut sehingga tetap merupakan strategi terbaik dan terandalkan bagi pengembangan ekonomi berkelanjutan di pesisir Kabupaten Indramayu. Pada Tabel 5.1 disajikan tingkat sensitivitas strategi perbaikan manajemen usaha perikanan (strategi prioritas) untuk mensiasati berbagai intervensi kepentingan stakeholders/pihak terkait dalam bentuk pemberian perhatian pada pengembangan aspek/kriteria pengelolaan tertentu.
Tabel 5.1. Sensitivitas strategi prioritas No. Kriteria/Aspek Pengembangan Rasio Kepentingan (RK) Awal Sensitivitas Range RK Stabil Range RK Sensitif 1 Sumberdaya dan
lingkungan yang baik
0,413 0 – 1 Tidak Ada
2 Teknis operasi
perikanan baik
0,260 0 – 1 Tidak Ada
3 Ekonomi dan sosial
baik
0,327 0 – 0,826 0,826– 1
Berdasarkan Tabel 5.1 tersebut, range RK stabil strategi perbaikan manajemen usaha perikanan (MNJUSAHA) terhadap intervensi kepentingan untuk pengembangan kondisi sumberdaya dan lingkungan yang lebih baik berada pada kisaran 0 – 1. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun aspek sumberdaya dan lingkungan tidak diperhatikan sama sekali (RK = 0) dalam pengelolaan usaha perikanan di Kabupaten Indramayu, maupun menjadi satu-satunya aspek pengelolaan yang dikembangkan, tidak akan merubah pilihan perbaikan manajemen usaha perikanan (MNJUSAHA) sebagai strategi prioritasnya. Hendriwan et. al (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sumberdaya ikan merupakan penyebab utama kegiatan perikanan tangkap di Teluk Lampung, sehingga bila perhatian diberikan sepenuhnya kepada pengembangan sumberdaya ikan dan lingkungan perairan, maka semua stakhokders perikanan mendukung. Terkait hal ini, maka cukup wajar bila perhatian terhadap pengembangan sumberdaya ikan dan lingkungan perairan diberikan secara maksimal di Kabupaten Indramayu, karena perannya yang besar dalam mendukung kegiatan ekonomi berbasis perikanan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, program perikanan belum terkait langsung dengan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungan (RK = 0), namun ikan masih bisa didapatkan di perairan Kabupaten Indramayu.
Hal yang sama juga untuk aspek teknis operasi perikanan. Ada tidaknya program pengembangan untuk menjadikan ukuran kapal standar, transfer teknologi, dan metode operasi efektif dalam pengelolaan perikanan Kabupaten Indramayu, tidak akan menyebabkan perbaikan manajemen usaha perikanan (MNJUSAHA) tergantikan oleh strategi lainnya. Hal ini karena manajemen usaha
penting untuk mengatur siklus keuangan pada usaha perikanan terutama yang berskala besar sehingga terjadi perimbangan antara pengeluaran dengan
pendapatan. Setiawan, et.al (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa usaha
perikanan skala kecil yang masih sederhana alat tangkap dan metode operasinya juga membutuhkan manajemen usaha yang baik untuk tetap eksis dan memberikan manfaat maksimal kepada nelayan pelakuknya.
Strategi perbaikan manajemen usaha perikanan (MNJUSAHA) hanya sensitif terhadap aspek ekonomi dan sosial. Bila perhatian terhadap aspek ekonomi dan sosial saat ini (RK awal = 0,327) ditingkatkan sehingga lebih dari 82,6 % (RK > 0,826), maka strategi perbaikan manajemen usaha perikanan (MNJUSAHA) tidak efektif lagi untuk mengembangkan ekonomi Kabupaten Indramayu dengan berbasis pada operasional usaha perikanan tangkap yang ada. Tetapi strategi tersebut akan digantikan oleh strategi pembinaan SDM perikanan. Perhatian berlebih terhadap aspek sosial dan ekonomi tersebut dapat berupa pengelolaan usaha hanya difokuskan pada pencapaian keuntungan tinggi, semua kebutuhan keluarga nelayan ingin dipenuhi dari usaha perikanan tangkap, sehingga semua upaya ditempuh (termasuk yang merusak lingkungan dan habitat ikan) untuk mendapatkan hasil tangkapan banyak dan menguntungkan. Pada kondisi ini perbaikan manajemen usaha bukan menjadi prioritas lagi, tetapi pembinaan SDM lebih dibutuhkan untuk mengontrol perilaku pengelolaan tersebut. Hasil analisis sensitivitas ini memberi arahan untuk implementasi strategi prioritas (perbaikan manajemen usaha perikanan) dan pada kondisi mana harus digantikan oleh strategi lainnya, sehingga pengembangan ekonomi berbasis usaha perikanan dapat berkelanjutan.