• Tidak ada hasil yang ditemukan

PTKP setahun

5. Strategi Perencanaan Pajak

Menurut Nyoman Santosa Hardika (2007:108) strategi perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan haruslah bersifat legal untuk menghindari pengenaan sanksi-sanksi pajak dikemudian hari. Penghematan pajak akan selalu menganut sistem “the least and least” yakni membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada saat terakhir menurut ketentuan perundang-undangan. Untuk menghemat beban pajak dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut:

a. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari keuntungan mengenai pengecualian dan pemotongan atau pengurangan yang diperkenankan atas penghasilan kena pajak oleh undang-undang. Dalam peraturan dan undang-undang perpajakan banyak terdapat pengecualian dan pengurangan yang diperkenankan. Misalnya menjelang akhir tahun diketahui bahwa jumlah pajak yang akan terutang cukup besar, maka untuk mengurangi jumlah tersebut,

62 39 perusahaan dapat menguranginya dengan menambah penghasilan kena pajak. Termasuk dalam hal ini adalah biaya riset dan pengembangan, biaya pendidikan dan latihan pegawai, biaya perbaikan kantor, biaya pemasaran. Maksud pengeluaran ini adalah dari pada menggunakan uang tersebut untuk membayar pajak yang lebih besar, lebih baik uang tadi digunakan untuk kepentingan perusahaan.

b. Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura dan kenikmatan sepanjang pemberian tunjangan dan kenikmatan tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi pegawai yang menirimanya. Cara ini juga meruakan salah satu pilihan untuk menghindari pengenaan lapisan tarif maksimum.

c. Pemilihan metode penyusutan yang diperkenankan oleh peratuaran pajak. Jika perusahaan memprediksi laba yang cukup besar maka dapat dipergunakan metode penyusutan saldo menurun sehingga biaya penyusutan dapat mengurangi laba kena pajak. Sebaliknya jika diperkirakan pada awal-awal tahun investasi belum memberikan keuntungan atau timbul kerugian maka pilihannya adalah menggunakan metode penyusutan garis lurus supaya biaya penyusutan dapat ditunda untuk beberapa tahun kedepan.

63 40 d. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan. Untuk itu wajib pajak harus jeli mendapatkan informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan.

e. Menghindari pemeriksaan pajak. Pemerikasaan pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak dilakukan terhadap wajib pajak yang SPT-nya lebih bayar, SPT-nya rugi, tidak memasukkan SPT atau terlambat memasukkan SPT, terdapat informasi pelanggaran, dan memenuhi criteria tertentu yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. f. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang

berlaku. Untuk menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan perpajakan yang berlaku.

Dari segi Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan), terdapat strategi yang dapat digunakan untuk menghemat/mengefisiensikan beban PPh Badan. Diantaranya adalah.

a. Pemilihan alternatif dasar pembukuan, dari sisi ini penggunaan dasar akrual (accrual basis) akan lebih menguntungkan dari sisi efisiensi pajak.

b. Pengelolaan transaksi yang berhubungan dengan pemberian kesejahteraan karyawan. Untuk perusahaan yang memperoleh penghasilan di atas Rp. 100 juta dan pengenaan PPh Badannya tidak final, maka diupayakan pemberian natura dan kenikmatan yang seminimal mungkin, karena pengeluaran ini tidak dapat dibebankan

64 41 sebagai biaya. Untuk perusahaan yang pengenaan PPh Badannya secara final, maka sebaiknya memberikan kenikmatan dan natura kepada karyawan yang sebesar-besarnya, karena pemberian kenikmatan ini tidak akan mempengaruhi pengenaan PPh Badan. 6. Perencanaan Pajak PPh Pasal 21

Menurut Omposunggu (2011:85) Perencanaan pajak bagi perusahaan pemberi kerja sebagai berikut:

a. Menerapkan prinsip taxable dan deductable yaitu dengan:

1) Menerapkan biaya non deductable menjadi deductable dan sebaliknya

2) Mengubah penghasilan merupakan objek pajak menjadi penghasilan bukan objek pajak.

b. Memaksimalkan biaya karyawan yang dapat dialokasikan sebagai biaya usaha atau biaya fiscal.

c. Mengalihkan pemberian natura menjadi bentuk uang sehingga deductability.

Yang dimaksud biaya deductable menurut Pasal 6 ayat (1) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 antara lain adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:

(a) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain: biaya pembelian bahan; biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga,

65 42 sewa, dan royalty; biaya perjalanan; biaya pengolahan limbah; premi asuransi; biaya promosi penjualan.

(b) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A.

(c) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

(d) Biaya penelitian dan pegembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.

(e) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.

Beban-beban yang dapat dikurangkan ini nantinya yang harus diperbesar oleh perusahaan, sehingga penguranan terhadap penghasilan bruto juga akan semakin besar, akibatnya pajak yang dibayar akan semakin kecil.

Sedangkan yang dimaksud dengan biaya non deductable menurut Pasal Pasal 9 ayat (1) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 menyebutkan jenis-jenis biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto antara lain sebagai berikut:

(a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti deviden, termasuk deviden yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

66 43 (b) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

pemegang saham, sekutu, atau anggota.

(c) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan, kecuali penyedia makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta pengganti atau imbalan dalam bentuk natura dari kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK-83/PMK.03/2009)

(d) Pajak Penghasilan

(e) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangn di bidang perpajakan.

Dokumen terkait