• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MUSIK 14

Dalam dokumen Oleh SANTRI EKA ERAWATI NIM (Halaman 28-41)

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. DESKRIPSI TEORITIK

3. STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI MUSIK 14

Istilah Problem Based Learning dalam bahasa Indonesia seringkali diungkapkan dengan istilah pengajaran berdasarkan masalah atau pembelajaran berbasis masalah, istilah tersebut diadopsi dari istilah Inggris problem-based instruction.53 Model pembelajaran ini pada dasarnya mengacu pada pembelajaran lain, seperti pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction), pembelajaran autentik (authentic instruction), dan pembelajaran bermakna.54 Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), juga dikenal dengan istilah pembelajaran proyek (project teaching), pendidikan berdasarkan pengalaman (experience based education), pembelajaran autentik (authentic learning), dan pembelajaran berakar pada kehidupan (anchored instruction).55 Menurut Nurina dan Djamilah, problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah.56

Panen dalam Rusmono menyatakan bahwa dalam strategi pembelajaran dengan problem based learning, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses

52 Ibid., h. 36

53 Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual: Konsep,Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013(Kurikulum Tematik Integratif/TKI), Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. 1, 2014, h.63

54 Ibid., h. 63

55 Ibid., h. 63

56 Nurina Happy dan Djamilah Bondan Widjajanti, Keefektifan PBL Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis, Serta Self-Esteem Siswa SMP, Jurnal Riset Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 1, 2014, h.50

penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.57 Wina Sanjaya dalam Trianto menyatakan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara alamiah.58

Sedangkan, pembelajaran berbasis-masalah menurut Hmelo-Silver, Serafino

& Cicchelli dalam Eggen dan Kauchak ialah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan-diri.59 Trianto menyatakan bahwa pengajaran berbasis masalah yaitu suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru.60 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah atau yang kerap dikenal sebagai problem based learning merupakan pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai fokus untuk pembelajaran pada siswa, dimana siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, permasalahan yang digunakan merupakan permasalahan sehari-hari.

Karakteristik strategi Problem Based Learning, menurut Baron dalam Rusmono adalah (1) menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, (2) pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, (3) tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan (4) guru berperan sebagai fasilitator.61 Menurut Arends dalam Trianto, berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pembelajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut, (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah; (2) Berfokus pada keterkaitan

57 Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru, Cet. 2., Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014, h.74

58 Trianto, Op.cit., h. 65

59 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6, Cet. 1, 2012, h. 307

60 Trianto, Op.cit., h. 63

61 Rusmono, Op.cit., h.74

antardisiplin; (3) Penyelidikan autentik; (4) Menghasilkan produk dan memamerkannya; dan (5) Kolaborasi.62

Berdasarkan pendapat Arends, Trianto menyimpulkan bahwa pada dasarnya pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:63

1. Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik dan menghindari dari pembelajaran terisolasi.

2. Berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama.

3. Menciptakan pembelajaran interdisiplin.

4. Penyelidikan masalah autentik yang terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman praktis.

5. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya

6. Mengajarkan kepada siswa untuk mampu menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah dalam kehidupannya yang panjang.

7. Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil (kooperatif).

8. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing.

9. Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran.

10. Masalah adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah

11. Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri.

Sedangkan, menurut Scott dan Laura dalam Eggen dan Kauchak, pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga karakteristik,64

1. Pelajaran berfokus pada memecahkan masalah; pelajaran diawali dari satu masalah dan memecahkan masalah adalah tujuan dari pelajaran.

2. Tanggungjawab untuk memecahkan masalah bertumpu pada siswa; siswa bertanggungjawab untuk menyusun strategi dan memecahkan masalah.

3. Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah; guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan

62 Trianto, Op.cit., h.66-67

63 Ibid., h. 68

64 Eggen dan Kauchak, Op.cit., h. 307

pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah. Karakteristik ini sangat penting dan menuntut keterampilan serta pertimbangan yang sangat profesional untuk memastikan kesuksesan pelajaran berbasis masalah.

Penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan belajar yakni, (1) Meningkatkan pemahaman tentang proses-proses yang terlibat dalam problem based learning; (2) Mengembangkan pembelajaran mandiri siswa; (3) Mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik spesifik.65 Menurut Trianto, keunggulan strategi Problem Based Learning diantaranya: (1) siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut; (2) melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; (3) pengetahuan tertanam berdasarkan skema yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna;

(4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari;

(5) menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa; dan (6) pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.66

Menurut Trianto, sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Baginya, strategi problem based learning dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.67 Menurut Eggen dan Kauchak pelajaran dengan strategi problem based learning terjadi dalam empat fase, sebagai berikut:68

65 Ibid., h. 348

66 Trianto, Op.Cit., h. 68

67 Ibid., h. 72

68 Eggen dan Kauchak, Op.Cit., h, 311

Tabel 2.1

Tahap Strategi Problem Based Learning Menurut Eggen dan Kauchak

Fase Deskripsi

Fase 1:

Mereview dan Menyajikan Masalah Guru mereview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan memberi siswa masalah spesifik dan

Siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru memberi mereka umpan balik soal strategi.

Memastikan sebisa mungkin bahwa siswa menggunakan pendekatan berguna untuk memecahkan masalah

Fase 3:

Menerapkan Strategi

Siswa menerapkan strategi-strategi mereka saat guru secara cermat memonitor upaya mereka dan memberikan umpun balik

Memberi siswa pengalaman untuk memecahkan masalah

Sedangkan menurut Trianto, sintaks pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima tahap seperti tabel dibawah ini:69

69 Trianto, h. 72

Tabel 2.2

Sintaks Strategi Problem Based Learning Menurut Trianto

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1:

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3:

Membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Dari beberapa pendapat di atas, dalam penelitian ini tahapan yang digunakan oleh peneliti ialah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Sintaks Strategi Problem Based Learning Penelitian

Tahap Deskripsi

Tahap 1:

Mereview dan

Menyajikan Masalah

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran 2. Mereview pengetahuan yang dibutuhkan 3. Memberikan siswa permasalahan

Tahap 2:

Menyusun Strategi

1. Siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah

2. Siswa memecahkan masalah menggunakan pendekatan terintegrasi musik

Tahap 3:

Menerapkan Strategi

Memberi siswa pengalaman untuk memecahkan masalah

Tahap 4:

Mengevaluasi Hasil

Siswa membuat kesimpulan mengenai aktivitas penyelesaian masalah yang telah dilakukannya.

4. Musik

Secara etimologi, kata musik berasal dari mitologi Yunani yang perlu dijelaskan sebagai kata bentukan dari kata bahasa Inggirs: music = muse + ic, sesuatu yang bersifat muse atau seni para muse (the Art of the Muses).70 Konon, muses adalah sebutan jamak dari para muse atau para dewi nyanyian, musik, tarian, dan ilmu pengetahuan – yang berjumlah sembilan, anak-anak dewa Zeus (god) dan dewi Mnemosyne (memori).71 Muse dalam bahasa Yunani berarti Mousa atau Moisa, dalam bahasa Latin disebut Musa, yakni sekelompok bersaudara dewa-dewi yang kurang jelas keterangannya tetapi benar-benar kuno, mereka tinggal di Bukit Helicon, Boeotia, Yunani.72 Dewa-dewi ini terkait dengan festival yang diadakan setiap empat tahun sekali di Thespiae dekat Helicon dan sebuah kontes (museia) – diduga sekali sebagai awal dari praktik menyanyi dan bermain musik.73 Mereka mungkin sekali aslinya adalah dewi-dewi yang dijadikan sebagai patron dari puisi-puisi kemudian meluas termasuk kepada semua bentuk seni bebas dan sains.74

Musik menurut Jamalus dalam Muttaqin dan Kustap merupakan suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.75 Rina dalam Muttaqin dan Kustap mendefinisikan musik sebagai salah satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi-bunyian.76 Menurut Halimah, definisi sejati tentang musik yakni (1) musik ialah bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengar; (2) musik adalah suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya, dan (3) musik adalah segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau oleh kelompok individu yang disajikan sebagai

70 Hari Martopo, Sejarah Musik Sebagai Sumber Pengetahuan Ilmiah Untuk Belajar Teori, Komposisi, dan Praktik Musik, Jurnal Harmonia, Vol. 13, No. 2, 2013, h. 135

71 Ibid., h. 135

72 Ibid., h. 135

73 Ibid., h. 136

74 Ibid., h. 136

75 Moh. Muttaqin dan Kustap, Seni Musik Klasik Jilid 1 Untuk SMK, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008, h.3

76 Ibid., h. 3

musik.77 Dapat disimpulkan bahwa musik ialah karya seni yang terdiri dari irama, melodi, harmoni, bentuk, struktur dan ekspresi sebagai satu kesatuan yang diterima oleh pancaindera pendengaran.

Musik tersusun dari unsur-unsur yang membentuk keberadaannya. Beberapa komponen pendukung keberadaan musik menurut Muttaqin dan Kustap yakni:78 1. Bunyi; bunyi merupakan efek yang dihasilkan dari vibrasi, secara sederhana

bunyi merupakan sensasi otak. Nada memiliki tingkat ketinggian yang berbeda-beda. Tingkat ketinggian bunyi maupun nada yang dalam istilah internasional disebut pitch (bahasa Inggris) ditentukan oleh kecepatan getar atau biasa disebut frekuensi. Berdasarkan tinggi rendahnya, penyebutan nada-nada musikal menggunakan tujuh abjad pertama yaitu A, B, C, D, E, F, dan G, mulai dari yang terendah hingga tertinggi. Nada kelipatannya yaitu A, yang hadir setelah G, disebut sebagai oktaf.

2. Garis paranada; butir-butir nada diletakkan pada lima buah garis sejajar yang di Indonesia lazim disebut paranada. Sistem penulisan butir-butir nada pada paranada dikenal dengan istilah not balok atau notasi balok.

Gambar 2.1 Garis Paranada

3. Skala nada atau tangga nada; nada-nada skala yang berawal dari B disebut tangga nada B dan B adalah tonika dari tangga nada tersebut. Secara umum ada dua tangga nada yang digunakan dalam musik klasik yang menggunakan sistem

77 Lely Halimah, Musik Dalam Pembelajaran, EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar, Program Studi PGSD UPI Kampus Cibiru, Vol. 2 No.2, 2010, h. 1

78 Muttaqin dan Kustap, Op.cit., h. 87 - 110

tonal, yaitu skala mayor dan minor. Dalam penelitian ini skala yang digunakan ialah skala C mayor.

Gambar 2.2 Ilustrasi Skala C Mayor

4. Kunci atau Clef; untuk menunjukkan skala nada yang berbeda-beda. Namun khusus untuk skala C Mayor tidak diperlukan tanda kunci sedangkan untuk yang lainnya menggunakan 1 hingga 7 tanda aksidental baik kres maupun mol.

5. Tempo; jika melodi dapat dianalogikan sebagai jiwa bagi musik maka jantungnya ialah ritme dan tempo. Tempo merupakan polisi lalulintas yang mengatur kelancaran lalulintas sedangkan kelancaran lalulintasnya ialah ritme.

6. Dinamika; ialah volume yang menunjukkan tingkat kekuatan atau kelemahan bunyi pada saat musik dimainkan.

7. Dinamik dan Ekspresi; elemen-elemen dinamik dan ekspresi musikal juga banyak terdapat dalam bentuk tanda-tanda ekspresi.

8. Timbre/Warna Suara; perbedaan-perbedaan yang terjadi mengenai sebuah nada yang diproduksi oleh trompet berbanding dengan biola ataupun alat musik lainnya, menunjukkan karakteristik warna atau timbre.

9. Ritme; diibaratkan sebagai denyut jantung bagi musik, sebuah musik yang tidak memiliki ritme yang jelas maka musik tersebut akan melayang atau kabur.

Tanda ritme terdapat dalam garis paranada pada permulaan lagu tepat setelah kunci dan tanda kunci.

Tabel 2.4

Nama Nada/Tanda Istirahat

10. Harmoni; ilmu mengomunikasikan nada-nada ke dalam akor-akor (chords).

Landasan harmoni ialah susunan vertical yang biasanya terdiri dari tiga atau empat nada. Sebuah akor yang terdiri dari tiga nada, yang setiap nadanya terpisah satu sama lain oleh interval tiga (third), disebut trinada (triad).

11. Kontrapung; jika harmoni menekankan melodi pokok dan iringannya sedangkan pada kontrapung, beberapa melodi dimainkan secara bersamaan.

Dalam matematika, musik kerapkali ditemukan dalam proses pembelajaran.

Menurut An dan Tillman sudah banyak lagu-lagu bertemakan matematika, baik lagu original ataupun lagu-lagu populer dengan lirik bertemakan subjek matematika yang dapat diakses oleh guru di internet.79 Namun sumber musik tersebut, tidaklah lebih dari sebuah cover lagu yang memberikan hiburan dalam pembelajaran matematika di kelas.

Bagi An dan Tillman dalam An, Tillman dan Lesser, penggunaan musik bertemakan matematika tanpa pengembangan pedagogik memiliki beberapa tahapan:

(1) pengenalan dan memutarkan musik saat hendak memulai pembelajaran, (2) pembelajaran matematika tanpa keterkaitan dengan musik itu sendiri dan (3) menyanyikan lagu bersama-sama sebagai kesimpulan pembelajaran.80 Pembelajaran dengan model seperti itu dapat menciptakan lingkungan dan memfasilitasi siswa untuk menghafal rumus-rumus dalam pelajaran matematika, namun gagal dalam merepresentasikan koneksi otentik musik kepada siswa dengan menganalisis dan menyintesiskan kemampuan matematis.81

Ada berbagai macam literatur mengenai bagaimana musik secara teori dapat digunakan untuk membantu siswa mempelajari matematika seperti perbandingan,

79 Song. A. An, D.A. Tillman dan L.M Lesser, The Hidden Musicality of Math Class: A Transdisciplinary Approach to Mathematics Education, Springer International Publishing AG, 2018, h. 34

80 Ibid,

81 Ibid.

dan bilangan rasional.82 Integrasi matematika dan musik dapat dilakukan dengan beberapa aktivitas pembelajaran sebagai berikut:83

Tabel 2.5

Aktivitas Pembelajaran Matematika Terintegrasi Musik Konten

Bahasan Matematika

Integrasi Musik-Matematika

Aljabar 1. Mengenal ratio dan perbandingan melalui music work 2. Mendemonstrasikan ratio dan perbandingan pada

instrumen musik.

3. Mengeksplorasi fungsi, barisan, dan faktor melalui musik komposisi.

4. Membuat persamaan melalui investigasi pada notasi musik.

5. Menggunakan sistem koordinat untuk membuat instrumen dan menggubah lagu.

Geometri 1. Mengeksplorasi transformasi geometri pada partitur.

2. Mendesain instrumen musik berbentuk 2D.

3. Mendesain instrumen musik berbentuk 3D.

4. Membuat instrumen musik berdasarkan bahan padat.

5. Membuat lagu menggunakan konsep transformasi geometri.

6. Mengenalkan peluang pada design musik instrumen.

Data Analisis dan Peluang

1. Mengambil dan menganalisis data melalui partitur.

2. Mengembangkan grafik statistik melalui partitur.

3. Menjelaskan konsep statistik melalui analisis partitur.

4. Membuat analisis data dengan komposisi musik.

5. Mengeksplor kombinasi dan permutasi melalui permainan alat musik.

6. Mengeksplorasi kombinasi pada nada/kunci/pola dengan partitur.

82 C. A. Kalinec-Craig, Uncovering the mathematical challanges and connection when using mariachi music as a representation for teaching equivalent fractions, Journal of Mathematics Education 8(2), 2015, h. 6

83 Song A. An, & Daniel A. Tillman, Music-Themed Mathematics Educatioan as a Strategy for Improving Elementary Preservice Teachers Mathematics Pedagogy and Teaching Self-Efficacy, 2015, h. 15-16

Pembelajaran matematika terintegrasi musik yang efektif ialah proses matematika dimana guru mengajak siswa untuk:84

1) Mengeksplorasi pola aljabar dan transformasi geometri seperti metode penggubah ritme, menginvestigasi interval nada, dan mentransfer kunci nada.

2) Menggunakan kemampuan statistik seperti pengukuran dan data analisis sebagai alat matematis untuk mendukung analisis musik dan proses pembuatan.

3) Menampilkan ide matematis melalui berbagai presentasi, termasuk menyanyi, memainkan alat musik, membuat, menguraikan, dab mengaransemen lagu.

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan integrasi musik dalam pelajaran transformasi geometri dengan cara siswa memetakan notasi balok pada bidang kartesius, kemudian dengan pengetahuan tersebut siswa mampu mengeksplorasi aransemen lagu dengan konsep translasi, refleksi terhadap sumbu dan refleksi terhadap sumbu .

5. Transformasi Geometri

Transformasi pada suatu bidang adalah suata pengawanan (korespondensi 1-1) dari dua himpunan titik pada bidang itu. Tranformasi T dibidang datar adalah pemetaan titik dibidang sama, jika titik ( , ) ditransformasikan menjadi titik ( , ) oleh transformasi T, maka ( , ) . Transformasi demikian yang disebut transformasi geometri.

Transformasi dibagi menjadi dua, yaitu transformasi isometrik dan transformasi dilatasi. Transformasi isometrik merupakan transformasi yang tidak mengubah bentuk dan ukuran. Transformasi isometri terdiri dari translasi (pergeseran), refleksi (pencerminan) dan rotasi (perputaran). Sedangkan transformasi yang mengubah bentuk dan ukuran disebut transformasi dilatasi (penskalaan). Dalam penelitian ini, materi transformasi geometri yang digunakan yaitu:

a. Translasi (Pergeseran)

Translasi merupakan transformasi yang memindahkan titik pada bidang dengan arah dan jarak tertentu. Jika titik ditranslasikan dengan , maka akan diperoleh sebagai berikut

84 Song A. An, Daniel A. Tillman, and Lawrence M. Lesser, Op.cit, h. 41-42

→ b. Refleksi (Pencerminan) sumbu-

Refleksi merupakan transformasi yang memindahkan tiap titik pada bidang dengan sifat bayangan cermin. Jika titik A direfleksikan terhadap sumbu , maka akan diperoleh

c. Refleksi (Pencerminan) sumbu-

Refleksi merupakan transformasi yang memindahkan tiap titik pada bidang dengan sifat bayangan cermin. Jika titik A direfleksikan terhadap sumbu , maka akan diperoleh

B. HASIL PENELITIAN RELEVAN

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mateus Diki Destino, Haninda Bharata dan Caswita dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Transformasi Geometri Beriorientasi pada Kemampuan Berpikir Kritis Siswa menunjukkan bahan ajar transformasi geometri yang dikembangkan dinyatakan valid dalam kriteria sangat baik, praktis dalam kriteria baik, serta efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis.85 Pada penelitian yang dilakukan terdapat beberapa kesamaan dengan peneliti pada objek pengembangan yakni berupa bahan ajar untuk materi transformasi geometri. Perbedaannya, dalam penelitian ini menggunakan strategi problem based learning terintegrasi musik.

2. Penelitian Selly Erawati Sudarja, Neneng Aminah dan Wahyu Hartono yang berjudul Desain Bahan Ajar Transformasi Geometri Berbasis Kemampuan

85 Diki, Mateus, Haninda Bharata, dan Caswita, Pengembangan Bahan Ajar Transformasi Geometri Berorientasi pada Kemampuan Berpikir Kritis Siswa, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif (KREANO), Kreano 10 (1) (2019): 57 – 67, Juni 2019

Komunikasi Matematis Melalui Problem Based Learning menunjukkan bahwa modul transformasi geometri dapat meminimalisir learning obstacle siswa dan menyebabkan terjadinya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata pretest siswa sebesar 27,14. Sedangkan untuk hasil posttest diperoleh nilai rata-rata 71,67.

Adapun rata-rata peningkatan dengan uji gain pada kelas tersebut adalah 0,61 dengan interpretasi sedang. Dengan demikian, bahan ajar materi transformasi geometri berbasis kemampuan komunikasi matematis melalui model Problem Based Learning dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.86 Kesamaan penelitian yang dilakukan ialah menggunakan strategi problem based learning juga materi transformasi geometri. Perbedaannya ialah dalam penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian R&D sedangkan yang dilakukan oleh Sudarja, dkk. merupakan penelitian DDR.

3. Penelitian Iman Chahine dan Mariana Montiel yang berjudul Teaching Modeling in Algebra and Geometry using Musical Rhythms: Teachers’

Perceptions on Effectiveness menunjukan bahwa guru merasakan efektifitas penggunaan pendekatan interdisipliner seni musik pada pembelajaran aljabar dan geometri.87 Penelitian yang dilakukan sama-sama menggunaka pembelajaran interdisipliner dengan musik. Namun dari metode penelitian jelas berbeda, dalam penelitian ini menggunakan metode R&D sedangkan Chahine, dkk. tidak melakukan penelitian pengembangan.

Dalam dokumen Oleh SANTRI EKA ERAWATI NIM (Halaman 28-41)

Dokumen terkait