• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Demak Tahun 2018-2022 Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Demak merupakan rencana

C. Pembentukan Kelembagaan

4.3.7 Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Demak Tahun 2018-2022 Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Demak merupakan rencana

sektoral yang berisi strategi pengembangan sanitasi. Dengan review terhadap dokumen SSK Kabupaten Demak ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang kebijakan dan program penanganan dan pengembangan sanitasi di Kabupaten Demak tahun 2018 – 2022.

1. Air Limbah

a. Permasalahan dan Isu Strategis ASPEK TEKNIS :

Pengembangan sarana-prasarana (user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan akhir), Dokumen perencanaan teknis

1. BABS masih 1,71 % di perkotaan dan 12,29 di perdesaan 2. Cakupan cubluk /tanki septik tidak layak masih 20,88 %.

3. Pengelolaan aman limbah domestik hanya 4,14 % 4. Akses layak limbah domestik baru 65,12 %

ASPEK NON TEKNIS :

Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan, Peranserta Masyarakat, Dunia Usaha, Komunikasi

1 Masih rendahnya pemahaman bahwa pengelolaan air limbah domestik dalam rangka sanitasi lingkungan merupakan domain tugas dari DLH dan Dinas Kesehatan saja, sehingga program-program pendukung yang direncanakan belum diajukan secara terkoordinasi dan sinergis

2 Meskipun sudah nampak di lingkungan perairan bahwa salah satu sumber pencemar adalah air limbah domestik (grey water), sampai saat ini belum ada pemahaman dan kesepakatan pengelolaan air

3 Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk turut serta mengusulkan rencana program pengelolaan air limbah domestik dalam daftar usulan kegiatan prioritas yang dihasilkan pada proses musrenbang kelurahan dan kecamatan.

4 Belum adanya kesepakatan bahwa pengelolaan sampah merupakan salah satu aspek prioritas yang akan ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Demak dalam kurun waktu tahun perencanaan yang telah berjalan.

5 Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk turut serta mengusulkan rencana program pengelolaan sampah dalam daftar usulan kegiatan prioritas yang dihasilkan pada proses musrenbang kelurahan dan kecamatan

6. Belum memadainya pedoman sosialisasi tentang pengelolaan air limbah domestik yang dimiliki oleh BLH.

Belum efektifnya pola sosialisasi BLH tentang pedoman pengelolaan air limbah domestik yang sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan hidup

7. Keterbatasan perangkat monev yang telah dikembangkan di Kabupaten Demak. Belum optimalnya hasil sosialisasi dari proses monev pengelolaan air limbah domestik yang telah dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup

8. Belum efektifnya upaya pembinaan dan sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepatuhan berbagai pihak di Kabupaten Demak terhadap aturan-aturan yang ada terkait dengan pengelolaan air limbah domestik

9. Masih berkembang keyakinan yang keliru tentang pola pengelolaan air limbah domestik yang benar, sehingga belum terdapat penerimaan dan kesepakatan yang bulat tentang pola pengelolaan air limbah domestik yang seharusnya dijalankan oleh berbagai pihak. Belum adanya Perda yang secara tegas mewajibkan pengelolaan air limbah domestik pada seluruh pihak di Kabupaten Demak.

10. Belum adanya kesepakatan bahwa pengelolaan sampah merupakan salah satu aspek prioritas yang akan ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Demak dalam kurun waktu tahun perencanaan yang telah berjalan.

b. Area Beresiko Sangat Tinggi

Berikut Desa/Kelurahan dengan Resiko sanitasi sangat Tinggi : 1) Bogosari

2) Bumiharjo

7) Tanjunganyar 8) Tambirejo

13) Bakung 14) Gebangarum

4) Tambakbulusan

c. Area Beresiko Tinggi 1) Kangkung permasalahan limbah domestik akibat pertumbuhan dan persebaran penduduk yang tinggi dan miskin serta adanya daerah rawan bencana 2) meningkatkan peran, koordinasi, sinergi, SDM SKPD terkait dalam

mengatasi masalah limbah melalui sosialisasi dan promosi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berbudaya PHBS

3) Melakukan usaha teknik setempat seperti STBM dan on site sistem akibat keterbatasan teknologi karena belum maksimalnya fungsi IPLT dan IPAL serta belum meratanya pelayanan

Strategi diatas diambil dengan memanfaatkan kapasitas kelembagaan SKPD terkait sambil memperkuat SDM yang menjadi operator di dalamnya untuk mengatasi tantangan dan ancaman dari lingkungan. Disamping itu dengan

pada kapasitas kelembagaan diluar SKPD (faktor lingkungan) dan pada akhirnya membantu anggaran pembangunan yang terbatas.

e. Rencana Program

1) Pemeliharaan Sarana Prasarana Air Limbah

2) Infrastruktur SPALD Terpusat Skala Permukiman Berbasis Masyarakat

 Peningkatan IPLT Kalikomdang

 Infrastruktur Air Limbah Sistem Komunal Sanimas 3) Program Lingkungan Sehat Perumahan

4) Pengendalian Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup 5) Kelembagaan dan Peraturan

6) Program Pengembangan Lingkungan Sehat

f. Rencana Sistem Pelayanan

Cakupan pelayanan limbah domestik dibedakan untuk kawasan perkotaan dan pedesaan, hal ini dikarenakan adanya perbedaan pada penilaian akses cubluk dan WC tidak layak di daerah perkotaan dan perdesaan. Untuk wilayah perdesaan penggunaan cubluk dan tangki septik tidak aman dianggap akses dasar dan masih ditolerir hingga batas tertentu. Untuk kawasan perkotaan cubluk dan tangki septik tidak aman sudah tidak bisa ditolerir dan dianggap sebagai BABS.

Rencana sistem pelayanan dibagi 2 bagian yaitu : 1) SPALD Terpusat yang antara lain berisi

a) IPALD Permukiman, terbagi atas :

 Berbasis masyarakat

 Berbasis institusi b) IPALD Perkotaan

c) IPALD Kawasan tertentu

2) SPALD Setempat yang terbagi dalam : a) Skala individual

b) Skala komunal

SPALD tersebut diatas kemudian diangkut/dikumpulkan dan dioalah di IPLT.

Saat ini, sistem off-site masih belum memasyarakat, hanya sebagian kecil masyarakat terlayani sistem tangki septik komunal dan IPAL komunal.

Sedangkan sistem off-site skala kawasan dan terpusat masih belum disediakan

Meningkatkan kualitas layanan limbah domestik dengan menambah armada pengangkutan menambah armada truk sedot tinja dari 1 unit menjadi 2 unit di akhir tahun 2022 jumlah truk sedot tinja milik pemerintah

Memperluas wilayah pelayanan tingkat kecamatan limbah domestik meningkatkan pelayanan dari 7 kecamatan menjadi 15 kecamatan di akhir tahun 2022 pelayanan limbah domestik baru di 7 kecamatan

Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam perawatan sarana IPAL masyarakat mampu merawat dan memperbaiki seluruh IPAL komunal yang diberikan pemerintah di akhir 2022 (1 dari 3 IPAL komunal terindikasi mengalami kerusakan ringan)

Mewujudkan sistem pengelolaan air limbah yang berkelanjutan Meningkatkan sistem pengelolaan air limbah baik di IPAL, MCK komunal maupun tangki septik komunal dari 26 sistem menjadi 45 sistem th 2022 (sistem pengelolaan air limbah baik di IPAL, MCK komunal maupun tangki septik komunal 26 buah)

2. Persampahan

a. Permasalahan dan Isu Strategis Aspek Teknis :

1) Sampah selama ini tidak terproses sebesar 27,43 %

2) Sampah dikelola mandiri masyarakat dengan cara tradisional 63,19 % 3) Cakupan sampah terangkut ke TPA 8,85 %

4) Sampah yang tereduksi sistem 3R hanya 0,54 % Aspek Non Teknis :

1) Belum adanya kesepakatan bahwa pengelolaan sampah merupakan salah satu aspek prioritas yang akan ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Demak dalam kurun waktu tahun perencanaan yang telah berjalan.

2) Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk turut serta mengusulkan rencana program pengelolaan sampah dalam daftar usulan kegiatan prioritas yang dihasilkan pada proses musrenbang kelurahan dan kecamatan

3) Belum terdapat klausul yang menegaskan kewajiban pengangkutan sampah dari sumber sampah ke TPS.

4) Terdapat pasal yang memungkinkan orang pribadi atau Badan untuk melakukan pembuangan sampah sendiri ke TPA (pasal 7).

5) Masih terdapatnya kendala dalam pelaksanaan pembinaan dan sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepatuhan berbagai pihak di Kabupaten Demak terhadap aturan-aturan yang ada terkait dengan pengelolaan sampah

6) Masih belum selarasnya Perda yang ada Kabupaten Demak yang

7) Belum adanya sanksi yang tegas pada Perda yang dapat mendorong timbulnya kepatuhan bagi seluruh pihak di Kabupaten Demak.

b. Area Beresiko Sangat Tinggi 1) Tugu Lor

2) Purworejo 3) Babalan 4) Tedunan

c. Area Beresiko Tinggi 1) Kangkung

1) Meningkatkan kapasitas kelembagaan sehingga SDM yang ada mampu melakukan diversifikasi meskipun dalam keterbatasan personil dan sarana prasarana sehingga mampu melayani masyarakat dan melakukan kampanye kepada masyarakat umum dan sekolah tentang pentingnya pengelolaan sampah

2) Melakukan usaha-usaha diversifikasi akibat terbatasnya volume dan kapasitas TPA serta teknologi yang sebagian besar masih open dumping sehingga pengelolaan sampah menjadi terpadu

3) Mengoptimalkan anggaran yang ada dalam APBD untuk mengatasi permasalahan persampahan akibat pertumbuhan dan persebaran penduduk yang tinggi dan miskin serta mengusahakan pendanaan dari APBN dan dunia usaha

4) Mengoptimalkan penerangan dan pembinaan kepada masyarakat tentang usaha 3R sehingga wilayah yang belum dapat dilayani mampu melakukan penanganan sampah secara mandiri

Strategi diatas diambil untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan SKPD terkait sambil memperkuat SDM yang menjadi operator di dalamnya untuk mengatasi tantangan dan ancaman dari lingkungan sambil memanfaatkan peluang seperti memanfaatkan teknologi tepat guna dan anggaran yang kecil.

Disamping itu dengan membina dan memberi kampanye pada kelompok-kelompok masyarakat akan menimbulkan sikap keswadayaan yang akan memberi suport kuat pada kapasitas kelembagaan diluar SKPD (faktor lingkungan) dan pada akhirnya membantu anggaran pembangunan yang terbatas.

e. Rencana Program

1) Program Lingkungan Sehat Perumahan

2) Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

 Pengadaan Fasilitas Operasional TPA

 Pembuatan tempat pengelolaan sampah terpadu 3R

 Pembangunan dan Pengelolaan TPA Kabupaten 3) Pemberdayaan Komunitas Perumahan

4) Kelembagaan dan Peraturan

5) Program Pengembangan Lingkungan Sehat

f. Rencana Sistem Pelayanan

Rencana sistem pelayanan dibedakan menjadi dua yaitu pelayanan wilayah perkotaan dan sistem pelayanan wilayah pedesaan. Pelayanan sampah di Kabupaten Demak selama ini baru menyentuh wilayah perkotaan dari kecamatan dan daerah wisata serta pusat kota, pelayanan di perdesaan lebih banyak ditangani secara swadaya. Di beberapa tempat telah terjadi usaha pemanfaatan sampah seperti melalui TPS 3R dan pengomposan, dan

tentu saja terbantu oleh adanya pemulung di TPS dan TPA.

Meningkatkan wilayah cakupan pelayanan persampahan di wilayah padat penduduk bertambahnya jumlah desa/kelurahan yang mendapat layanan persampahan dari 21 buah menjadi 30 buah tahun 2022 (terdapat unit TPS di 21 desa/kelurahan)

Meningkatkan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana persampahan yang

menjadi 6 unit tahun 2020 (tersedia 11 unit truk arm roll dan 3 unit truk/dump truk)

Membangun peran serta dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan persampahan 10 % Masyarakat yang membuang sampah sembarangan berkurang menjadi 5% tahun 2022 (masyarakat yang buang sampah sembarangan 10 %)

Meningkatkan pengelolaan TPST 3R dari 1 buah menjadi 4 buah tahun 2022 (TPST 3R baru 1 unit)

3. Drainase

a. Permasalahan dan Isu Strategis Aspek Teknis

1) Belum memiliki master plan di bidang drainase tingkat kabupaten 2) Belum ada perda tentang pengelolaan drainase

3) Belum memiliki masterplan tingkat kabupaten sebagai rencana induk penanganan masalah genangan dan drainasi.

4) Wilayah rawan tergenang banjir 12 % dari wilayah kabupaten 5) Sebagian sistem drainase (13 %) mengalami kerusakan Aspek Non Teknis

1) Masyarakat masih banyak membuang sampah disungai, sekitar 10 % 2) Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal, untuk

bertanggungjawab dalam hal pembangunan, dan pengelolaan drainase lingkungan

3) Pola sosialisasi dan pemicuan kesadaran yang dilakukan oleh unit-unit SKPD Pemerintah Kabupaten (Dinas PU, Bappeda, Dinas Kesehatan, DCKTR, dan BLH) tentang pengelolaan drainase lingkungan belum efektif.

4) Belum efektifnya pola koordinasi yang diterapkan oleh kelurahan, kecamatan dan DCKKP untuk menjaga integrasi sistem drainase dalam tahap pelaksanaan program.

5) Pola peningkatan kesadaran dan pembinaan yang dijalankan oleh berbagai pihak selama ini belum efektif, sehingga pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian masyarakat untuk menjaga fungsi drainase lingkungan sebagai sarana pematusan air hujan belum terbangun secara baik.

6) Keterbatasan perangkat monev yang telah dikembangkan di Kabupaten Demak.

7) Belum optimalnya hasil sosialisasi dari proses monev pengelolaan

8) Aparat pelaksana dalam hal ini Satpol PP belum siap untuk melakukan penindakan hukum terhadap masyarakat yang melanggar Perda tersebut selama sosialisasi dan pembinaan yang dilakukan terhadap masyarakat Kabupaten Demak belum cukup optimal.

9) Upaya sosialisasi Perda IMB belum efektif.

10) Pola pembinaan pada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepatuhan terhadap aturan-aturan yang terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan belum efektif.

11) Belum adanya dukungan insentif kebijakan yang ditujukan untuk menumbuhkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan.

b. Area Beresiko Sangat Tinggi

Area Resiko Sanitasi Sangat Tinggi hanya terdapat di Desa Purworejo Kecamatan Bonang

c. Area Beresiko Tinggi 1) Kangkung

1) Menyusun masterplan drainase kabupaten bagi seluruh wilayah IKK untuk mengatasi terjadinya genangan dan terjadinya penyumbatan jaringan

2) Memperkuat kapasitas kelembagaan dengan meningkatkan kemampuan SDM dan memperjelas wewenang pengaturan untuk mengatasi masalah drainase

3) Mengoptimalkan anggaran yang ada untuk melakukan pemeliharaan jaringan dengan melibatkan partisipasi masyarakat dengan cara swadaya memelihara saluran dari sampah

4) Penertiban jaringan drainase yang tertutup bangunan untuk

Strategi diatas diambil untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan SKPD terkait sambil memperkuat SDM yang menjadi operator di dalamnya untuk mengatasi tantangan dan ancaman dari lingkungan sambil memanfaatkan peluang seperti memanfaatkan teknologi tepat guna dan anggaran yang kecil.

Disamping itu dengan membina dan memberi kampanye pada kelompok-kelompok masyarakat akan menimbulkan sikap keswadayaan yang akan memberi suport kuat pada kapasitas kelembagaan diluar SKPD (faktor lingkungan) dan pada akhirnya membantu anggaran pembangunan yang terbatas.

e. Rencana Program

1) Pembangunan Saluran Drainase Primer 2) Pembangunan Saluran Drainase Skunder

 Pembangunan Saluran Drainase Primer

 Pembangunan Saluran Drainase Skunder 3) Program Pembangunan saluran drainase tersier 4) Pengembangan Data dan Informasi

f. Rencana Sistem Pelayanan

Mendorong terciptanya regulasi tentang pengelolaan drainase yang konfrehensif tersusunnya perda atau perbup tentang pengelolaan drainase sampai dengan tahun 2022 (belum terdapat peraturan daerah yang mengatur masalah pengelolaan drainase)

Mewujudkan pembangunan sistem pengelolaan drainase antar kawasan yang berkesinambungan dengan cara menyusun rencana induk drainase di 10 kecamatan tahun 2022 (belum ada rencana induk pembangunan drainase)

Memelihara sarana/prasarana drainase yang ada guna mengoptimalkan fungsi pembuangan air hujan, mengurangi titik-titik genangan di wilayah rawan banjir dari 12% menjadi 7 % ditahun 2022 (12 % wilayah Kabupaten Demak rawan genangan)

Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase dengan memperbaiki saluran drainase yang mengalami kerusakan di beberapa titik (13%) sampai tahun 2022 (menjadi 0%) (saluran drainase mengalami kerusakan 13%)

5.1. Kajian Kriteria dan Penilaian Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh