G. KEHILANGAN AIR
3.2.3. STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)
Visi Sanitasi Kabupaten Tapin 2013-2017 terwujudnya Kabupaten Tapin yang bersih dan sehat 2017.
Misi
1. Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih melalui pengelolaan air limbah
rumah tangga yang berwawasan lingkungan
2. Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih melalui layanan pengelolaan
persampahan melalui manajemen yang baik
3. Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih melalui pembangunan dan
penataan drainase lingkungan permukiman
4. Meningkatkan pola hidup sehat ditengah masyarakat melalui aspek PHBS
B. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Sektor Sanitasi
Permasalahan subsektor air limbah di Kab. Tapin berdasarkan data EHRA secara umum adalah tidak adanya akses layanan sanitasi yang layak sebesar 25,5% yang berdampak pada perilaku BABS dan selebihnya adalah kepemilikan jamban keluarga yang tinggi yaitu sebesar 75,5 % namun tidak ada pengolahan limbah lebih lanjut sehingga ada indikasi pencemaran tanah yang cukup tinggi yaitu 100% (berdasarkan data EHRA).
Dalam tabel berikut disajikan tentang tujuan yang akan dicapai secara global adalah untuk menyediakan akses layanan sanitasi bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan penyediaan pengolahan air limbah sistem terpusat untuk masyarakat yang telah memiliki septik tank.
Tabel 3.3.
Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik
Tujuan
Sasaran/Target
Strategi Pernyataan
Sasaran Indikator Sasaran
Meningkatnya akses layanan sanitasi masyarakat melalui pembangunan sarana dan prasarana sistem onsite (setempat) dan sistem offsite (terpusat) air limbah rumah tangga yang layak & memenuhi syarat
Tersedianya dokumen perencanaan pengelolaan air limbah domestik yang komprehensif
Meningkatnya peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan/pengelo laan sistem air limbah domestik
Meningkatnya cakupan kepemilikan sistem onsite dari 63% menjadi 69% pada tahun 2017 Meningkatnya cakupan keluarga yang memiliki pengelohan limbah sistem onsite sebanyak 6% pada tahun 2017 Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana pengolahan air limbah sistem setempat di perkotaan maupun dipedesaan melalui sistem komunal Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat di kawasan perkotaan
Menyusun perangkat peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan
pengelolaan air limbah pemukiman Mengoptimalkan media lokal untuk menyebarluaskan informasi peraturan perundangan yang terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah pemukiman
Mengoptimalkan media Terbangunnya
IPLT
Terbangunnya 1 unit IPLT pada tahun 2016 Tersusunnya rencana pengelolaan air limbah rumah tangga yang terarah dan terpadu pada tahun 2014. Tersedianya dokumen Master Plan air limbah skala kabupaten pada tahun 2014.
Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan dari 37 % menjadi 31 % pada tahun 2017 Penduduk yang melakukan praktek BABS berkurang sebanyak 6% di tahun 2017 Tersedianya regulasi tentang Tersusunnya perda pengelolaan
Tujuan
Sasaran/Target
Strategi Pernyataan
Sasaran Indikator Sasaran
pengelolaan air limbah permukiman air limbah pemukiman dan industry tahun 2015 lokal untuk menyebarluaskan informasi peraturan perundangan yang terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah pemukiman
Meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah pemukiman Meningkatkan peran masyarakat lewat pembetukan kelompok swadaya masrakat (KSM) Terbentuknya 21 KSM air limbah sampai tahun 2017
Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Tapin tahun 2012
C. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan
Permasalahan subsektor persampahan di Kab. Tapin masih rendahnya cakupan layanan kebersihan/persampahan di skala perkotaan yaitu hanya sebesar 30% dan yang belum tertangani sebesar 70% sementara cakupan layanan skala kabupaten sebesar 10% dan yang belum tertangani sebesar 90% serta rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Dalam tabel berikut disajikan tentang tujuan yang akan dicapai secara global adalah untuk meningkatkan cakupan layanan dan kualitas pengelolaan persampahan melalui penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan untuk wilayah perkotaan dan pengurangan timbulan sampah dari sumbernya melalui program 3R untuk wilayah-wilayah skala kabupaten. Dari tujuan tersebut dijabarkan kembali pada pencapaian target/sasaran hingga tahun 2017 dengan mengestimasikan sarana yang akan terbangun berdasarkan proyeksi penduduk, untuk pencapaian target/sasaran tersebut diturunkan kembali dalam bentuk strategi berdasarkan aspek teknis, aspek PMJK, aspek komunikasi, aspek
Tabel 3.4.
Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan Tujuan
Sasaran/Target
Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Meningkatnya
cakupan layanan dan kualitas pengelolaan persampahan melalui penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah di wilayah kota. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan persampahan berbasis masyarakat. Tersedianya dokumen perencanaan dan pengelolaan persampahan Tercapainya kuantitas pengurangan sampah semaksimal mungkin dari sumbernya melalui program 3R Tersusunnya perangkat peraturan perundangan pengelolaan persampahan
(termasuk reward & punishment) Meningkatnya cakupan layanan persampahan di Kabupaten Tapin dari 10% menjadi 20% pada tahun 2017 •Terbangunnya 9 unit TPS di wilayah Kab. Tapin dan 26 Rehab TPS
•Penambahan 4 unit container & 1 unit container + armroll •Penambahan sarana pengumpulan sampah: Gerobak sampah 29 bh, Motor sampah 9 bh •Penambahan sarana pengangkutan sampah: dump truck 3 unit, armroll truck 6 unit
•Tersedianya 1 unit truk penyapu jalan Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan menjadi 40% di skala kabupaten melalui peningkatan kapasitas prasarana dan sarana persampahan
Mendorong peningkatan
pengelolaan persampahan berbasis masyarakat melalui program 3R
Meningkatkan kinerja
institusi pengelola persampahan
Meningkatkan kelengkapan produk hukum tentang pengelolaan persampahan
Menyebarluaskan
pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat luas dengan memanfaatkan media lokal.
Meningkatnya fasilitas pendukung kinerja di TPA suato tatakan pada tahun 2017
• Terbangunnya prasarana dasar/fasilitas umum TPA (Saluran Drainase, Jalan Masuk, Pagar keliling TPA, Jembatan Timbang, kantor, Pos Jaga,
gudang alat berat/workshop
terbangun)
• Terbangunnya fasilitas perlindungan lingkungan TPA (1 bh sel & instalasi pengolah)
• Terbangunnya fasilitas penunjang TPA (1 paket fasilitas monitoring
Tujuan
Sasaran/Target
Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
kualitas air, 1 unit air bersih, 1 unit bengkel, 1 unit tempat cuci mobil)
• Tersedianya fasilitas operasional TPA (2 unit Bulldozer, 2 unit excavator, 1 unit land compactor, 1 unit loader, 1 unit dump truck) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan persampahan • Terbentuknya 4 Pokmas tahun 2017 • Terbentuknya 95 org kader warga peduli ingkungan di setiap kelurahan (area beresiko) tahun 2017 Berkurangnya timbulan sampah dari sumbernya sebesar 5% di tahun 2017 melalui pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST /TPS 3R) yang didukung oleh program 3R • Tersedianya sarana pengolahan & pewadahan sampah 3R (4000 bh keranjang sampah komposter, 300 bh Tempat Sampah Terpilah utk RT dan 72 bh Tempat Sampah Terpilah untuk Umum/jalan)
• Tersedianya sarana
pengumpulan sampah system 3R (8 unit gerobak sampah bersekat,3 unit gerobak sampah bermotor bersekat)
Tujuan
Sasaran/Target
Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
• Terbangunnya sarana komposting komunal (2 Unit composting kamunal di kawasan perumahan) • Tersedianya sarana pengangkutan system 3R (1 unit dump truck terpilah & 1 unit compactor terpilah) Tercapainya penangan sistem pengolahan persampahan secara komprehensif Adanya dokumen perencanaan /Masterplan persampahan tahun 2013 (skala perkotaan) & 2014 (skala kabupaten) Tersusunnya Perda Pengelolaan Persampahan tahun 2014 Terselenggaranya perda pengelolaan persampahan (termasuk reward & punishment) tahun 2014
Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Tapin tahun 2012
D. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Drainase
Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Hal-hal tersebut di atas membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun, dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa, pintu-pintu pengatur) untuk mengalirkan air ke laut.
Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan drainase antara lain :
• Menurunnya perhatian pengelola pembangunan bidang drainase khususnya mengenai
• Pola pikir dan kesadaran masyarakat yang rendah akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat sehingga diperlukan upaya penyadaran untuk mendorong peningkatan peran masyarakat dalam memelihara dan membersihkan prasarana Drainase lingkungannya
• Lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase dan ketidak mampuan
untuk menyusun program yang dibutuhkan
Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/alamiah seperti kolam tandon, waduk lapangan, sumur-sumur resapan, penataan lansekap dan lain-lain
Topografi Kab. Tapin yang relatif datar/rata terutama pada bagian Tengah dan Barat. Kondisi topografi yang sebagian besar merupakan dataran rendah dan sedikit berbukit sampai pegunungan mengkondisikan Wilayah Kabupaten Tapin rawan terhadap bencana banjir. Kawasan rawan banjir di Wilayah Kabupaten Tapin terdapat 2 (dua) jenis yaitu daerah rawan tergenang air musiman dan daerah tergenang sepanjang tahun.
Adapun daerah rawan tergenang musiman terjadi di wilayah Kecamatan Candilaras Utara, Candilaras Selatan, Tapin Tangah, Tapin Selatan dan sebagian kecil Wilayah Kecamatan Binuang. Sedangkan wilayah yang berpotensi banjir dengan wilayah tergenang sepanjang tahun merupakan daerah rawa yaitu di Kecamatan Candilaras Utara dan Kecamatan Candilaras Selatan.
Dalam tabel berikut dipaparkan tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian pengembangan drainase dimana didalamnya disebutkan strategi yang bukan hanya bermuara pada pembangunan maupun rehab/normalisasi drainase akan tetapi harus ditunjang dengan dukungan secara kelembagaan, pendanaan, pemberdayaan maupun perencanaan (ketersediaan dokumen perencanaan yang berwawasan lingkungan)
Tabel 3.5.
Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase
Tujuan
Sasaran/Target
Strategi Pernyataan
Sasaran Indikator Sasaran
Tertatanya drainase lingkungan pemukiman di perkotaan melalui pembangunan dan rehablitasi saluran drainase Tersedianya dokumen perencanaan yang komprehensif dan berwawasan lingkungan (skala kota maupun skala kabupaten) Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemeliharaan sarana drainase yang terbangun. Berkembangnya perangkat peraturan perundangan sektor drainase. Tersedianya sistem jaringan drainase primer skala perumahan. Terbangunnya sistem drainase perumahan di 2 perumahan kota rantau dan drainase primer di 3 desa Mengoptimalkan sistem yang ada, rehabilitasi/normalisasi, pengembangan dan pembangunan saluran drainase baru Penyiapan peraturan, produk hukum dalam penanganan drainase Penyusunan dokumen perencanaan drainase skala kabupaten Mengembangkan pendanaan melalui retribusi lingkungan Pengembangan kampanye peningkatan peran serta masyarakat. Meningkatnya kegiatan pemeliharaan saluran drainase sekunder sampai tahun 2017 Pendanaan pemeliharaan/normalisasi saluran drainase sekunder Tersedianya rencana pengelolaan drainase skala kawasan yang berwawasan lingkungan tahun 2017
Tersedianya master plan drainase skala kabupaten
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemeliaraan saluran drainase yang telah terbangun
• Sosialisasi & kampanye pemeliharaan drainase (9 kecamatan)
• Sosialisasi perda pengelolaan drainase (9 kecamatan)
Tujuan
Sasaran/Target
Strategi Pernyataan
Sasaran Indikator Sasaran
Tersusunnya peraturan dan produk hukum penanganan & pengelolaan drainase Terselenggaranya peraturan perundangan penanganan & pengelolaan drainase (1 dokumen)
Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Tapin tahun 2012
3.2.4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Hasan Basry
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Kabupaten Tapin terdiri dari RTBL Hasan Basry disusun tahun 2012 dan RTBL Rantau Baru disusun tahun 2013.
A. RTBL Hasan Basry
2. Rencana Struktur Peruntukan Lahan Makro (Land Use)
Mempertimbangkan peningkatan percepatan pembangunan di koridor kawasan Koridor Hasan Basry saat ini, maka kemudahan akses transportasi menjadi salah satu indikator utama di dalam merencanakan peruntukan lahan di kawasan ini. Di kawasan kota Rantau saat ini area terbangun di sepanjang jalur utama terlihat mulai padat terutama di kawasan dekat pasar Rantau dan mulai tumbuh dan berkembangnya aktivitas perdagangan dan jasa di sepanjang jalur utama, baik Jl. A Yani dan Jalan Hasan Basry. Bahkan volume lalu lintas pada jalur utama ini tergolong cukup tinggi, sehingga perlu diatur dan diarahkan untuk pergerakan karena semua moda transportasi menjadi satu bergerak di jalur utama kawasan Koridor Hasan Basry tanpa adanya pemisah.
Kawasan Koridor Hasan Basry yang berada pada posisi strategis antar kabupaten/kota menjadi lintasan yang sangat potensial terjadi “crowded”. Kawasan Hasan Basry yang juga merupakan jalur dari/ke ibu kota Banjarmasin ke kota kabupaten lainnya,
tentunya akan menjadi akses penting yang harus terintegrasi dengan baik, karena harus menjadi jalur pencapaian yang mudah tanpa adanya gangguan. Hal inilah yang menjadi pertimbangan-pertimbangan di dalam merencanakan struktur peruntukan lahan.
Rencana umum struktur peruntukan lahan di Kawasan Hasan Basry, adalah:
1. Kawasan Hasan Basry direncanakan sebagai pusat aktivitas perdagangan dan
jasa sebagai “etalase/outlet” dari Kabupaten Tapin, dengan menumbuhkan dan mengembang aktivitas di sepanjang koridor jalan utama;
2. memaksimalkan penggunaan RTH - RTH yang ada di kawasan Rantau guna
mendukung tumbuh dan berkembangnya aktivitas perdagangan dan jasa komersial dan lain-lain di kawasan ini;
3. Pengaturan sirkulasi dan peningkatan Jl. Hasan Basry dan Jl. A Yani serta jalan- jalan pendukung lainnya
4. Memaksimalkan serta menfokuskan pembangunan dikawasan Rantau baru
Luas Kawasan Koridor Hasan Basry secara makro sebagai kawasan perencanaan ini
adalah 75.6 Ha yang dibagi menjadi 5 (tujuh) segmen dengan tema yang berbeda sesuai
dengan dominasi aktivitas dan rencana pengembangan untuk 20 tahun mendatang. Rencana struktur peruntukan lahan kawasan Hasan Basry secara makro untuk 20 tahun mendatang juga akan dipengaruhi oleh adanya rencana pembangunan Kota Rantau Baru. Oleh karena rencana peningkatan Jalan Hasan Basry sebagai jalur inlead/outlead jalan masuk kawasan kota akan menjadi sangat penting yang mengarahkan struktur peruntukan lahan di kawasan Kota Rantau. Selain itu juga perlunya direncanakan peningkatan jalan Baypass akan menjadi salah satu pemecahan masalah lalu lintas di kawasan Kota Rantau.
3. Rencana Struktur Peruntukan Lahan Mikro (Space Use)
Rencana struktur peruntukan lahan mikro (space use) terkait dengan penggunaan ruang di dalam struktur peruntukan lahan yang masih diperbolehkan di dalam penggunaan lahan
makronya. Rencana struktur peruntukan lahan mikro (space use) merupakan bentuk
pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam; diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat
pola pemanfaatan ruang akan menggambarkan upaya-upaya untuk memanfaatkan ruang pengembangan yang dimiliki Kawasan Hasan Basry melalui rencana penempatan berbagai elemen pengisi ruang, baik yang bersifat budidaya maupun lindung. Upaya pengisian ruang kawasan dengan elemen pengisi ruang tersebut akan membentuk pola pemanfaatan ruang kawasan, dimana pola pemanfataan ruang tersebut menjadi pedoman yang jelas bagi arahan pengembangan masing-masing kegiatan fungsional kawasan, dalam perspektif arahan alokasi ruangnya.
a. SEGMEN I
Luas lahan pada Segmen I di Kawasan Hasan Basry adalah 4.54 Ha. Tema penggunaan lahan yang akan dikembangkan pada segmen I ini adalah fungsi perdagangan dan jasa. Sedangkan fungsi guna lahan direncanakan sebagai fungsi perdagangan dan jasa, permukiman, ruang terbuka hijau. Arahan pola pemanfaatan ruang di segmen I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
b. SEGMEN II
Luas lahan pada Segmen II di Kawasan Hasan Basry adalah 16.7 Ha. Tema penggunaan lahan yang akan dikembangkan pada segmen II ini adalah fungsi perkantoran. Sedangkan fungsi guna lahan direncanakan sebagai fungsi permukiman, perdagangan dan jasa, ruang terbuka hijau, dan kesehatan Arahan pola pemanfaatan ruang di segmen II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
4. Pengaturan Kavling
Pengaturan kavling merupakan salah satu alat untuk pengendalian perpetakan lahan yang akan mengarahkan kepadatan bangunan, tata masa bangunan dan dimensi vertikalnya. Artinya pengaturan kavling bermanfaat untuk memberikan arahan dan aturan di dalam pembangunan dalam suatu kavling terhadap fungsi jalan yang ada maupun bangunan yang ada di sekitar kavling tersebut. Pengendalian peruntukan lahan termasuk upaya pengendalian dalam memberikan ijin/rekomendasi sebelum ijin bangunan.
Secara normatif klasifikasi perpetakan menurut luas petak lahan peruntukannya secara berturut-turut terdiri atas :
b. Klasifikasi II, dengan luas kavling 1.000 – 2.500 m2. c. Klasifikasi III, dengan luas kavling 600 – 1.000 m2. d. Klasifikasi IV, dengan luas kavling 250 – 600 m2. e. Klasifikasi V, dengan luas kavling 100 – 250 m2. f. Klasifikasi VI, dengan luas kavling 50 – 100 m2.
Luas petak lahan bangunan untuk perumahan/permukiman yang terdapat di Kawasan Koridor Hasan Basry secara umum didominasi pada klasifikasi IV, V dan VI, yaitu perumahan/permukiman dengan luas kavling antara 50 – 600 m2. Luas petak rumah dengan klasifikasi VI berada pada jalan lingkungan pada layer kedua dan ketiga dari jalan utama, sedangkan rumah dengan klasifikasi kaveling IV dan V berada pada jalan arteri sekunder dan kolektor yang biasanya merupakan fungsi campuran dengan perdagangan dan jasa.
Untuk koridor campuran, luas petak lahan sangat bervariasi mulai dari klasifikasi I sampai klasifikasi V yaitu permukiman campur dengan perdagangan dan jasa, fasilitas umum dan fasilitas sosial dengan luas kavling antara 100 m2 sampai dengan luas kavling di atas 2.500 m2.
5. Pengaturan Bangunan
Pengaturan bangunan merupakan salah satu cara untuk memberikan arahan dalam pembangunan pada suatu kavling agar tercipta suatu perwujudan ruang kota yang lebih berkualitas serta memenuhi persyaratan lingkungan yang tertib, aman, nyaman, selaras dan serasi diperlukan suatu aturan dan arahan dalam pembangunannya. Peraturan bangunan yang diterapkan dalam penataan pembangunan di Kawasan Koridor Hasan Basry adalah pengaturan jarak antar bangunan dan juga garis sempadan bangunan.
(a) Jarak Antar Bangunan
Jarak antar bangunan ditentukan oleh sifat penyelamatan penghuni maupun bangunan itu sendiri, yaitu :
- Pada sisi luar bangunan harus ada ruang terbuka yang sekaligus berfungsi sebagai jarak pengaman terhadap lalu lintas jalan
(b)Garis Sempadan Bangunan
Garis sempadan bangunan merupakan rencana awal dalam pelaksanaan penataan bangunan. Garis sempadan bangunan terdiri dari:
a. Garis Sempadan Muka Bangunan
Dalam suatu ruas jalan, bagian muka bangunan harus memenuhi syarat sehingga antara bangunan yang satu dengan bangunan lain membentuk suatu garis yang teratur. Pengaturan sempadan ini selain mempertimbangkan aturan yang berlaku sebaiknya juga mempertimbangkan fungsi jalan dan peruntukan lahan disekitarnya.
b. Garis Sempadan Bagian Sudut
Khusus bangunan sudut harus memenuhi batas pandang jalan dan bila mempunyai sudut pandang yang kurang, maka harus dipotong. Bangunan sudut harus berorientasi dua arah, dengan sempadan disarankan 1 kali jarak Rumija (Ruang Milik Jalan).
c. Garis Sempadan Bagian Belakang/Samping
Untuk sempadan belakang disarankan jarak minimal 2 m antara batas tanah dan dinding struktur bangunan, sedangkan untuk sempadan bagian samping dengan jarak minimal 1,5 m dari batas tanah ke dinding struktur bangunan.
Penentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB) dilakukan untuk mewujudkan keteraturan bangunan, memperkecil resiko penjalaran kebakaran, memperlancar aliran udara segar dan pengaturan cahaya matahari. Penetapan pengaturan Garis Sempadan Bangunan (GSB) disesuaikan dengan peruntukan lahannya dan ditentukan berdasarkan beberapa kebijakan sebagai berikut :
1. Jarak garis sempadan bangunan dikaitkan dengan garis sempadan jalan (daerah milik jalan) yang direncanakan.
2. Garis sempadan bangunan dipertimbangkan terhadap bidang terluar bangunan yang saat ini ada di tiap unit lingkungan/blok peruntukan.
3. Penentuan garis sempadan bangunan dikaitkan dengan ketinggian bangunan yang dapat dibangun di atas suatu persil.
Penempatan Garis Sempadan Bangunan (GSB) berkaitan dengan lebar jalan (daerah milik jalan/damija atau Right of Ways/ROW). Berdasarkan Peraturan Bangunan Nasional (DPMB)
yang dikeluarkan Dirjen Cipta Karya Departemen PU secara umum perhitungan penentuan Garis Sempadan Bangunan adalah :
GSB = ½ x ROW + 1
Keterangan : ROW = Right of Ways / Damija (Meter) GSB = Garis Sempadan Bangunan (Meter)
Namun, dalam penerapan GSB samping dan belakang dapat pula disesuaikan dengan
luas kavling yang tersedia, yaitu: 1. Kavling < 250 m2
Tidak memerlukan GSB samping dan GSB belakang. Untuk GSB belakang disyaratkan mempunyai ruang untuk sirkulasi udara yang cukup.
2. Kavling 250-1000 m2
Unt uk 1 lant ai: t idak memerlukan GSB samping, t et api memerlukan GSB belakang.
Bila > 1 lant ai: disyarat kan memiliki GSB minimal pada salah satu sisinya.
3. Kavling >1000 m2
Harus memiliki GSB samping dan GSB belakang
Persyaratan GSB ditentukan oleh kondisi masing-masing bangunan sesuai dengan peruntukan kawasan seperti kawasan perumahan, perdagangan dan jasa, dan lain-lain.
(c) Rencana Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi sungai.
Rencana pengelolaan kawasan sempadan sungai dan saluran di Kawasan Hasan Basry sebagai berikut:
1. Sungai bertanggul
Sungai bertanggul didalam kawasan perkotaan adalah 3 (tiga) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul;
2. Sungai tidak bertanggul
- Sungai berkedalaman kurang dari 3 meter adalah 10 (sepuluh) meter;
- 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit 4 m3/detik atau lebih; - 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit 1 – 4 m3/detik;
- 1 (satu) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit kurang 1 m3/detik 4. Saluran tidak bertanggul
- 4 (empat) kali kedalaman saluran lalu ditambah 5 (lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit 4 m3/detik;
- 4 (empat) kali kedalaman saluran ditambah 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit 1-4 m3/detik;
- 4 (empat) kali kedalaman saluran ditambah 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit kurang dari 1 m3/detik.
Adapun arahan pengelolaan sempadan sungai adalah sebagai berikut :
a. Pada kawasan sempadan sungai yang belum dibangun, pendirian bangunan tidak diijinkan (IMB tidak diberikan).
b. Pada kawasan sempadan sungai yang belum terbangun, masih diperbolehkan kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkan.
c. Kegiatan lain yang tidak memanfaatkan lahan secara luas seperti misalnya pemasangan papan reklame/baliho/pengumuman, pemasangan pondasi dan rentangan kabel listrik, pondasi jembatan, dan sebagainya masih bisa diperbolehkan.
d. Kegiatan atau bentuk bangunan yang secara sengaja dan jelas menghambat arah dan intensitas aliran air sama sekali tidak diperbolehkan.
e. Kegiatan lain yang justru memperkuat fungsi perlindungan kaawsan sempadan sungai