• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGIC ALLIANCES

Dalam dokumen 23427148 Strategic Analysis Apple Inc (Halaman 70-78)

STRATEGY ANALYSIS

VI.3 STRATEGIC ALLIANCES

Dapat dilihat dari apa yang telah dilakukan oleh Apple hingga saat ini adalah perusahaan ini telah melakukan berbagai aliansi stratejik, dan cukup banyak perusahaan dan pihak tertarik untuk membantu perusahaan ini, bahkan semasa Steve Jobs tidak berada didalamnya, mari kembali pada tahun 1985, pada 25 Juni 1985, Bill Gates mengirimkan memo pada John Scully dan Jean-Louis Gasee dimana Gates menyarankan agar Apple melisensikan teknologi Macintsoh kepada 3 hingga 5 perusahaan manufaksi terdaftar seperti AT&T, DEC, Texas Instruments, Hewlett-Packard, Xerox, dan Motorola. Setelah tidak mendapatkan respon (entah CEO pada saat itu merasa dia adalah Steve Jobs dan sanggup melahirkan inovasi dan mengabaikan pesan dari petinggi perusahaan yang posisinya diatas Apple saat itu, atau merupakan sebuah bentuk kebodohan akibat ketidak-pahaman dan menyamakan industri teknologi sama saja dengan air minum berkarbonasi ) Bill Gates mengirimkan memo lainnya pada 29 Juli 1985, menambahkan tiga perusahaan lainnya dalam daftar rekomendasi dan menegaskan dingin menolong dengan menambahkan pesan “I Want to help in any way I can with the licensing. Please give me a call.”.

Pada tahun 1987 Sculley menolak untuk melakukan kontrak lisensi dengan Apollo Computer karena merasa bahwa Appolo Computer akan diakusisi oleh pesaing Apple lainnya yaitu Sun Microsystem yang akhirnya terjadi, namun sebenarnya pada kondisi Apple tanpa Steve Jobs hal ini merupakan hal yang cukup baik untuk Apple agar dapat bersaing dengan IBM, dan sayangnya Apple dengan CEO nya saat itu tidak dapat melihat hal ini dan malah memutuskan untuk memilih partner lain.

IBM yang secara perlahan tersingkir pada saat itu karena aliansi stratejiknya dengan Microsoft yang menggagaskan kloning mesin IBM atau apa yang diingat oleh penulis makalah ini sebagai IBM-PC Compactible atas usulan dari Microsoft apabila IBM PC ingin memperbesar dan mendominasi pasar maka IBM harus membuka struktur mesin dan teknologinya pada umum sehingga pengguna komputer dapat menggunakan teknologi IBM dengan membuat produk dari komponen yang disediakan oleh IBM dan software yang dibuat oleh Microsoft saat itu, dan IBM yang terbantu dengan lisensi sistem operasi yang didistribusikan oleh Microsoft saat itu dengan membeli sistem operasi dari perusahaan lain dan mampu menjual komputer lebih banyak menuruti saran Microsoft. Siapa yang menyangka bahwa keterbukaan dari sistem milik IBM menelurkan banyak PC kloning yang selanjutnya digunakan untuk memasarkan dan membuat penggunaan sistem operasi Windows dan DOS milik Microsoft menjadi umum digunakan, karena membuat kloning komputer IBM sangat mudah saat itu dan salah satu hal yang dilupakan oleh IBM dengan membuka standarnya secara terbuka untuk umum maka teknologi dari IBM menjadi mudah ditiru, berdasarkan ingatan penulis untuk membuat IBM-PC Compactible pada tahun1992 dengan prosesor Intel 80386-33MHz yang menjalankan sistem operasi Windows 3.1 For Workgroups dapat menggunakan dana sebesar Rp. 6.000.000,- sedangkan komputer IBM saat itu memiliki harga sebesar $2000, dengan kurs USD saat itu yang bergerak pada kisaran Rp 2000, hal ini berarti harga PC IBM yang setara dengan komputer penulis makalah ini saat itu seharga Rp. 40,000,000.

Dapat dikatakan bahwa Microsoft menunggangi IBM untuk membuat sistem operasinya menjadi populer untuk digunakan secara umum dengan cara melisensi softwarenya, sehingga Microsoft tetap memperoleh keuntungan dari penggunaan software Microsoft pada komputer yang dibuat oleh IBM ataupun komputer kloning IBM atau yang disebut IBM-PC Compactible (seperti yang dimiliki penulis pada tahun 1992), hal ini terus berlanjut hingga saat ini akhirnya PC menjadi berubah haluan bukan lagi IBM-PC dan menjadi apa yang disebut WinTel Based PC (Windows - Intel).

Saat itu pada tahun 1993, baik Apple maupun kompetitornya IBM mengalami keterpojokan dengan apa yang disebut WinTel Based PC. Hingga akhirnya CEO dan COO saat itu John Sculley dan Michael Splinder melakukan partnership dengan IBM dan Motorola untuk menciptakan Power PC chip. Berbeda dengan Steve Jobs yang membangun Apple untuk mengalahkan dominasi IBM dalam bidang industri komputer, Sculley mendekati IBM melalui partnership ini dengan harapan Apple akan dibeli oleh Apple, dan hal ini tidak menjadi kenyataan karena IBM lebih tertarik menjalin kerjasama hanya sebatas sebagai supplier dari Apple, yang lebih menarik saat itu adalah Next yang dipimpin oleh Steve Jobs membuat IBM lebih tertarik dan IBM meminta Jobs untuk berkerjasama dengan mereka, bahkan tetap menerima ketika Steve Jobs dengan arogan menolak proposal dari IBM setebal 100 halaman dan meminta IBM menyederhanakannya menjadi 5 halaman yang akhirnya tetap dituruti oleh IBM.

Selanjutnya saat Amelio menjadi CEO, Apple melakukan langkah putus asa dengan mengeluarkan produk berkualitas rendah dan melakukan lisensi, ide ini akan tepat bila lisensi software itu dilakukan sejak tahun 1985 seperti apa yang ditawarkan oleh Bill Gates melalui memonya pada john Sculley, namun ketika pasar komputer telah dipenuhi oleh software dari Microsoft hingga 90%, maka aksi lisensi tersebut tidak ada gunanya dan makin membuat Apple terpuruk.

Lisensi perangkat lunak/software bukan lah sesuatu yang buruk dan merusak, namun karena ketidakpahaman CEO saat itu, maka rekomendasi dari Bill Gates untuk melisensikan produk mereka yang merupakan hal yang harus dilakukan malah tidak dilakukan dan alih-alih berfokus pada bisnis utamanya, Sculley malah menghabiskan sumber daya untuk mengembangkan Apple Newton yang gagal dipasaran, berikut ini adalah beberapa komentar tentang tindakan Apple yang tidak melakukan kebijakan lisensi perangkat lunaknya :

Aliansi stratejik yang menyelamatkan Apple adalah saat Apple membeli Next dan menandakan kembalinya Steve Jobs pada tahun 1996, dimana Jobs akhirnya menarik kebijakan untuk melakukan lisensi software milik mereka dan mengembalikan kepada kebijakan asal mereka dimana software Mac hanya bisa digunakan di hardware produksi Apple. Kemudian kondisi yang membalikkan terjadi secara besar-besaran pada tahun 1997 dan 1998 dimana Jobs merombak dewan direksi, melakukan pemberlakuan hak patent dengan melakukan cross-licensing dan kesepakatan teknologi yang akhirnya menghadirkan Microsoft Office di Macintosh sebagai bagian dari kebijakan untuk

memfokuskan pengembangan software untuk menyehatkan sistem operasi Macintosh, hal ini berarti Steve Jobs tidak lagi berkutat pada permasalahan strategi lisensi, karena sudah terlambat 12 tahun untuk melakukan lisensi sistem operasinya dengan Windows yang menguasai pasar sebesar 95%, dan pada akhirnya Steve Jobs menggunakan sistem operasinya sebagai competitive advantage, yaitu alternatif dari sistem operasi Windows yang tidak stabil dan kurang dapat diandalkan.

Pilihan Steve Jobs ada benarnya dan sangat tepat untuk dilakukan sehingga Mac OS X menjadikan salah satu senjata bagi Apple pada sustained competitive advantage nya karena Mac OS X nya merupakan sebuah produk yang langka, dan sulit ditiru (Perlu diingat lagi bahwa membutuhkan waktu 13 tahun bagi Microsoft yaitu pada tahun 2005 dengan Microsoft Windows Vista yang meniru teknologi dari NextStep yang selanjutnya dikembangkan dengan merek dagang Mac OS X yang diluncurkan pada tahun 1992, dimana hasil tiruan dari Microsoft pun masih tidak sempurna karena software buatan mereka rakus resource komputer dan rentan akan ancaman virus, spyware, dan lain-lain dan dijual dengan harga 10 kali lebih mahal dari harga Mac OS X).

BAB VII

KESIMPULAN

Berdasarkan apa yang telah dibaca oleh penulis makalah ini melalui berbagai sumber, terdapat ketergantungan yang cukup besar antara Apple dan Steve Jobs dalam penentuan strategi yang diambil olehnya. Penulis menyimpulkan bahwa penurunan Apple pada tahun 1985 bukan serta- merta kesalahan Steve Jobs namun ketidakmampuan para anggota direksi untuk melihat visi yang telah ditetapkan oleh pendiri perusahaan sehingga terdapat perbedaan visi dan misi dan sekilas apa yang dilakukan Steve Jobs membahayakan perusahaan, namun apa yang dilakukan John Sculley lah sebenarnya yang membahayakan perusahaan dan menurunkan Apple pada titik terendahnya.

Beruntungnya Steve Jobs yang kembali ke Apple memiliki track record yang baik, selain kesuksesan di masa lalu Apple yang berasal dari pemikiran Steve Jobs, beliau juga membawa kesuksesan pada dua perusahaan yang dipimpinnya yaitu Next dan Pixar, sehingga saat Steve Jobs kembali ke Apple pada tahun 1996, tidak ada lagi terdapat kejadian adanya orang yang merasa lebih tua, lebih paham dan merasa lebih mampu mengendalikan Apple ketimbang anak muda (yang tentu saja pada tahun 1997 sudah tidak muda dan tidak bisa dipandang remeh lagi atas prestasinya) bernama Steve Jobs.

Dengan tetap mempertahankan ide sebagai perusahaan dengan inovasi produk, Steve Jobs tetap mengembangkan inovasi walau bergerak sebagai second mover, dimasa depan Apple terus harus mengembangkan inovasi dari produk yang sudah ada, hal ini penulis anggap tetap menjadi fokus dalam tujuan Apple dimasa mendatang, terbukti rilis dari iPhone yang bukan smartphone pertama namun menjadi smartphone terlaris pada 2007, dan rilis Apple Tablet yang diperkirakan akan dirilis pada 2010 dan bersaing langsung dengan Sony Tablet Series, Amazon Kindle, Barney & Nooble Nook, dan Netbook atau mini-laptops.

Salah satu hal yang perlu dipikirkan adalah menjadikan Apple sebagai perusahaan yang terus belajar dan memiliki sistem delegasi, hal ini penting karena kesuksesan Apple bersinonim dengan keberadaan Steve Jobs, namun hal ini perlahan bisa teratasi karena secara keseluruhan iPod, iPhone dan Mac bukan lah murni gagasan Steve Jobs sepenuhnya namun Jonathan Ive.

Performa dari Apple menunjukkan salah satu wujud dari pengunaan strategi yang baik dan secara stratejik, Steve Jobs telah mampu melakukan perbaikan yang lebih dari cukup untuk melakukan perbaikan dan hal itu dapat dilihat bila ditarik garis lurus dari Apple ke masa kini, maka hal tersebut dapat dilihat dari fakta sebagai berikut :

Pada kuartal yang berakhir di bulan September 2009, Apple membukukan keuntungan bersih sebesar $1.67 miliar atau $1.82 per lembar saham dan pendapatan kuartal lalu mencapai $9.87 miliar. Hasil ini jauh melampaui perkiraan para analis di Wall Street yang memprediksikan $1.42 per lembar dan pendapatan $9.2 miliar.

Dibandingkan dengan tahun lalu, keuntungan kuartal ke empat meningkat 46%, EPS 44%, sedangkan pendapatan 25%. Di akhir kuartal lalu, Apple memiliki dana tunai sebesar $34 miliar. Untuk tahun 2009 secara keseluruhan, pendapatan Apple meningkat sebanyak 12%.

Di kuartal ke empat, Apple berhasil menjual 3.05 juta Mac, kenaikan sebesar 17% dari periode yang sama di tahun 2008. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi di sejarah Apple, mengalahkan angka 2.61 juta yang dibukukan satu tahun lalu. Dari 3 juta Mac, 74% atau hampir 2.3 juta unit merupakan notebook. Angka tersebut tentunya berkat perubahan jajaran notebook di bulan Juni yang menawarkan MacBook Pro dengan ukuran 13-inci dan harga keseluruhan yang jauh lebih terjangkau. Di Asia Pasifik, penjualan Mac meningkat 42% dari tahun lalu.

Penjualan iPhone meningkat 7% dibandingkan kuartal tahun lalu dari 6.9 juta ke 7.4 juta unit. Dibandingkan kuartal tersebut, pendapatan dari iPhone pun meningkat dari $806 juta menjadi $2.3 miliar. iPhone 3GS yang diluncurkan di bulan Juni lalu kini telah tersedia di 64 negara. Apple mengakui tingginya permintaan yang jauh melampaui tingkat yang dapat mereka penuhi. Selain itu

mereka juga sedang mempersiapkan untuk memasuki pasar di Cina dengan China Unicom dan sedang dalam tahap negosiasi dengan Korea Selatan.

iPod sepertinya mulai memasuki masa akhirnya secara perlahan dengan menurunnya jumlah penjualan dari 11 juta ke sedikit di bawah 10.2 juta, namun 50% pembeli iPod belum pernah memiliki iPod sebelumnya. Penjualan iPod touch naik 100% dan konsumen sangat menikmati iPod nano yang kini dapat digunakan untuk merekam video.

Dari sisi retail, Apple membuka 15 toko baru dalam tiga bulan terakhir menaikkan jumlah Apple Store di dunia menjadi 273 toko. Sepanjang tahun, mereka membuka 26 toko, sebagian besar di luar Amerika Serikat. Pendapatan rata-rata retail yang turun dari $7.6 juta menjadi $7.1 juta per toko menunjukkan efek resesi yang relatif minim untuk Apple dengan jumlah pengunjung keseluruhan naik dari 42.7 juta menjadi 45.9 juta orang.

Saat ini dapat diketahui bahwa Apple mencapai masa keemasannya, Apple bisa menjadi seperti apa yang terlihat saat ini, sehingga seperti apa yang disebutkan dari dari dua buku yang dijadikan penulis makalah ini sebagai resensi, pernyataan bahwa Steve Jobs adalah visioner yang paling berpengaruh dan menjadi sumberdaya yang paling berharga bagi Apple menunjukkan bahwa Steve Jobs adalah seorang straegiest yang sangat ulung dan tidak hanya berhasil dari Apple dan berbagai produknya, namun juga berhasil di Next (Next merupakan wujud sementara dari Apple dan Apple saat ini adalah Next dimasa lalu) dan Pixar.

Dalam dokumen 23427148 Strategic Analysis Apple Inc (Halaman 70-78)

Dokumen terkait