• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan A.Isu Strategis dan Kondisi Eksisting

Dalam dokumen ASPEK TEKNIS PER SEKTOR (Halaman 51-54)

Tabel Kebutuhan Air Bersih Kota Kediri 2008 – 2014

2014 16230070,03 13667817,24 12313212,73 42211100 Sumber : Hasil perhitungan

B. Ruang Lingkup Pengelolaan Persampahan

8.4.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan A.Isu Strategis dan Kondisi Eksisting

Cakupan pelayanan pengangkutan sampah mencapai 80% dari TPS ke TPA

Berdasarkan SPM yang telah ditentukan oleh Kementrian Permukiman dan Penataan Ruang, ditentukan suatu standart minimal cakupan pelayanan persampahan perkotaan sebesar 80% dari total jumlah penduduk yang terlayani angkutan persampahan. Walaupun cakupan pelayanan 80% untuk kota Kediri hanya mencakup pengangkutan sampah mulai dari TPS sampai ke TPA, tetapi itu merupakan satu langkah awal yang telah dilakukan di kota Kediri sebagai bukti bahwa pengelolaan sampah menjadi satu bagian yang penting dalam pengelolaan sanitasi di Kota Kediri.

Adanya Tupoksi SKPD yang sudah jelas dalam pengelolaan sanitasi di Kota Kediri

Tupoksi SKPD merupakan dasar bagi SKPD dalam melangkah dan melaksanakan tanggung jawabnya dalam pengelolaan sampah di kota Kediri. Sejauh ini wewenang dan tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Persampahan (DKP) hanya sejauh pengangkutan sampah yang dimulai dari TPS hingga TPA. Sedangkan pengangkutan sampah rumah tangga hingga TPS merupakan tanggung jawab masyarakat secara swadaya. Kejelasan tupoksi SKPD juga mendukung bagaimana masing-masing stakeholder yang terkait dalam pengelolaan sampah melakukan tanggung jawabnya sesuai koridor dan kewenangan mereka masing-masing tanpa ada pihak yang dirugikan atau dilebihkan.

Dilihat dari segi kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) di SKPD pengelola khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) bukan merupakan suatu kendala yang berarti. Beberapa tenaga honorer ditugaskan sebagai penyapu jalan, sedangkan untuk tenaga administratif atau tenaga teknis merupakan pegawai tetap SKPD terkait. Jumlah SDM yang mencukupi merupakan aset atau modal utama dalam menunjang kelancaran dan optimalnya pengelolaan sampah di kota Kediri.

Tersedianya sarana angkutan persampahan dari TPS ke TPA

Inti dari pengelolaan sampah adalah bagaimana sampah dari sumber dapat terangkut baik untuk dibuang atau diolah kembali pada tempat yang seharusnya, sehingga sampah yang merupakan bahan sisa hasil produk yang berasal dari alam atau produk buatan manusia tidak menimbulkan masalah baik berupa bau, lalat atau pencemaran sumber air dan sebagainya.

Pengangkutan sampah merupakan salah satu bagian terpenting dalam pengelolaan sampah. Bagaimana sampah tersebut dapat diangkut menuju tempat yang seharusnya (TPA) dengan baik, maka sarana dan prasarana pengangkutan sampah haruslah memadai. DTRKP sebagai dinas pengelola persampahan telah memiliki beberapa armada angkut sampah yang mencukupi, walaupun beberapa memang tidak bisa difungsikan secara optimal karena usia teknis pemakaian.

Ketersediaan lahan TPA baru yang terbatas di wilayah Kota Kediri

Kebijakan Pusat tentang otonomi daerah merupakan kendala terbesar ketika suatu kota yang memiliki keterbatasan lahan TPA baru akan melakukan inisiasi (perintisan) pengelolaan sampah secara regional. Kota Kediri merupakan kota berkategori kota sedang dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang relatif cepat. Dampak yang ditimbulkan adalah sulitnya mencari lahan TPA baru, dengan semakin bermunculannya pusat-pusat perdagangan dan permukiman yang menyebar di sejumlah wilayah bahkan terkadang di pinggir kota sekalipun. Kota secara tidak langsung akan dipaksa untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan TPA secara regional.

Belum sepenuhnya diterapkannya Sanitary Landfill pada pengelolaan sampah di TPA

TPA Pojok kota Kediri dikelola dengan sistem open dumping, dimana sampah segar baik organik maupun non organik dibuang ke TPA dengan hanya dibuang kemudian ditimbun dengan urugan pasir. Walaupun perencanaan teknis awal TPA Pojok adalah sanitary landfill, tetapi dengan keterbatasan biaya operasional pengelolaan TPA, mengakibatkan operasional TPA tidak sesuai dengan perencanaan awal dan mengalami pergeseran proses operasional pengelolaan.

Jumlah anggaran di bawah kebutuhan riil dalam pengelolaan persampahan

Kebutuhan pengelolaan sampah yang baik dan menyeluruh di kota Kediri membutuhkan komitmen dari berbagai pihak. Jumlah anggaran yang selalu dibawah kebutuhan riil menghambat kinerja SKPD dalam menjalankan fungsinya sebagai dinas yang berwenang dalam pengelolaan sampah. Cakupan pelayanan persampahan yang diharapkan dapat terus meningkat tidak diimbangi dengan jumlah anggaran yang memadai. Program pengelolaan sampah yang partisipatif memungkinkan masyarakat

untuk dapat berperan serta dalam pengelolaan sampah, tidak hanya sebagai objek pembangunan semata. Peran serta berbagai pihak dan adanya unsur pendanaan dari luar merupakan alternatif solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan yang terkait dengan keterbatasan anggaran.

Tingginya biaya operasional angkutan persampahan karena usia teknis

Angkutan persampahan biasanya berupa dump truck atau arm roll truck dan gerobak motor, dengan digerakan oleh mesin berbahan bakar bensin atau solar, dimana pemanfaatan yang terus menerus, akan berakibat pada kerja mesin yang tidak optimal. Ditunjang biaya pemeliharaan yang tidak maksimal karena keterbatasan biaya dan usia teknis angkutan persampahan yang semakin berkurang, berakibat pada tingginya biaya operasional karena usia teknis. Proses revitalisasi alat angkut persampahan sebaiknya dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan sampah

Pihak swasta sebagai salah satu stakeholder utama dalam pembangunan kota memegang peran penting sebagai salah satu lembaga yang diharapkan mampu berperan aktif dalam pengelolaan sampah kota Kediri. Belum adanya inisiasi kerjasama dengan pihak swasta merupakan salah satu peluang yang harus dimanfaatkan oleh kota Kediri dengan melihat banyaknya perusahaan swasta, dan lembaga-lembaga bertaraf nasional yang ada di kota Kediri. Kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan persampahan bisa diwujudkan dalam bentuk kerjasama pihak ke-tiga dalam proses penyapuan jalan atau operasional TPA.

Adanya dana Propinsi, Pusat, maupun bantuan luar untuk program persampahan

Dalam rangka percepatan pengelolaan persampahan diperlukan dana yang cukup besar, kemampuan keuangan daerah yang terbatas dengan ber-asas pemerataan, berakibat pada seringnya proses pengelolaan sampah yang tidak maksimal. Dengan adanya dana bantuan dari Pusat maupun Propinsi ataupun dana CSR perusahaan, yang dikhususkan untuk pengelolaan persampahan diharapkan mampu untuk memaksimalkan sumber pendanaan tersebut, sehingga bisa meminimalisir keterbatasan dana melalui APBD. Sinkronisasi program dan kegiatan yang direncanakan oleh kota dengan program dan kegiatan yang dimiliki oleh Propinsi atau Pusat akan lebih memudahkan dalam penyerapan anggaran non APBD.

Pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup yang berakibat pada meningkatnya jumlah timbulan sampah dan karakteristik sampah yang dihasilkan

Pertambahan jumlah penduduk secara langsung akan berakibat pada meningkatnya volume timbulan sampah yang dihasilkan. Seiring kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, maka karakterisitik sampah yang dihasilkan oleh masyarakat juga akan berubah, mengikuti pola konsumerisme rumah tangga. Pengelolaan sampah yang selalu mengikuti perkembangan jaman perlu untuk terus dilakukan dengan selalu berinovasi dalam melakukan kajian dan analisa terkait dengan pengelolaan sampah, dan karakteristiknya.

Kebutuhan akan lahan TPA baru, mengingat akan berakhirnya masa operasional TPA Pojok pada tahun 2012

TPA Pojok yang dimiliki kota Kediri akan berakhir masa pemanfaatannya pada tahun 2012. Melihat fakta tersebut, maka kiranya sangat diperlukan alternatif lahan TPA baru yang akan dioperasionalkan untuk memenuhi kebutuhan TPA baru. Beberapa usaha telah mulai dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, antara lain dengan memperluas area TPA di sekitar lokasi tempat pembuangan akhir tersebut. Program-program pengurangan sampah yang dimulai dari sumber (3R dan komposting) juga mulai digalakkan guna mengatasi permasalahan keterbatasan lahan dan akan berakhirnya masa operasional TPA.

Adanya UU Sampah No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan TPA dengan sistem Sanitary Landfill

UU Sampah No. 18 Tahun 2008 yang mewajibkan kota untuk mengelola TPA dengan sistem Sanitary landfill mengharuskan kota untuk menyediakan alokasi anggaran yang cukup besar dalam sub sektor persampahan. Kondisi TPA yang hingga saat ini masih dioperasikan secara open dumping memerlukan upaya rehabilitasi besar-besaran agar pencemaran sumber air dapat diminimalisir. Langkah utama yang dapat ditempuh adalah dengan meraih komitmen berbagai pihak baik legislatif dan eksekutif dalam alokasi biaya untuk penyiapan TPA yang sesuai dengan UU Sampah No.18 Tahun 2008.

Dalam dokumen ASPEK TEKNIS PER SEKTOR (Halaman 51-54)