• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stratifikasi Sosial Masyarakat Industri

Dalam dokumen Pokok-Pokok Kajian Sosiologi Industri (Halaman 86-91)

P ada bab tiga, membahas tentang Mayarakat Pra Industri, akan dibahas beberapa hal tentang: Pengertaian

B. Stratifikasi Sosial Masyarakat Industri

Stratifikasi sosial masyarakat industri tentu akan mengacu pada pembagian anggota masyarakat pada tingkatan atau strata yang berkaitan dengan sikap dan karakterisitik masing-masing anggota atau kelompok (schneider, 1069:148). Stratifikasi bukanlah suatu sub-sistem dalam masyarakat, lain halnya dengan ekonomi, pendidikan atau keluarga yang merupakan sub-sistem masyarakat. Stratifikasi adalah suatu aspek umum dari struktur dalam sistem sosial yang kompleks. Dalam bagian ini akan dibahas masalah hubungan antara

87

stratifikasi sosial dalam berbagai bentuk di dalam industri dan masyarakat luas. Stratifikasi sosial dalam masyarakat industri modern, memiliki dua bentuk utama, yaitu: kelas dan status. Bentuk-bentuk lain dari stratifikasi sosial seperti kekayaan dan kasta tidak perlu di bahas dalam buku ini. Ada banyak literatur yang kontroversial yang membahas masalah yang berhubungan dengan status dan kelas sosial (Bottomore, 1965). "Kelas" umumnya digunakan untuk menunjukkan pembagian di dalam masyarakat yang didasarkan atas posisi ekonomi dalam masyarakat, tanpa memperhatikan apakah mereka menyadari posisinya itu atau tidak. "Status sosial" tidak menggambarkan pembagian posisi dalam masyarakat, tetapi menunjukkan tingkat posisi seseorang atau kelompok yang ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya di dalam masyarakat. Secara historis, konsep kelas merupakan bagian terpenting dalam teori Karl Marx tentang masyarakat, yang menekankan perlunya perjuangan kelas, yaitu perjuangan si miskin melawan si kaya dalam usaha untuk menguasai sumber-sumber produksi. Sementara itu Marx Weber lebih menunjukkan perhatiannya terhadap tipe lain dari stratifikasi yang berasal dari pengakuan terhadap suatu status memungkinkan mematahkan struktur kelas.

Sedangkan kaitannya antara industri dengan stratifikasi berdasarkan status semakin lama akan semakin kabur, terutama disebabkan semakin luasnya ruang lingkup hal-hal yang terkait dengan istilah status. Seandainya status diukur dengan suatu nilai yang spesifik, baik yang berdampak positif, atau negatif, yaitu suatu nilai kehormatan diri, ia bisa dinyatakan sebagai suatu bentuk economic power dan non-economic power yang bentuknya bisa berupa kemampuan membeli berbagai jenis barang konsumtif, tingkat pendidikan, latar belakang keluarga atau keturunan dan sebagainya. Berkaitan dengan pengaruh industri terhadap keluarga, pengaruh industri terhadap sistem stratifikasi mungkin bisa bersifat langsung melalui kekuatan ekonomi serta posisi dan wewenang di dalam perusahaan, ataupun bisa juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui status dalam perusahaan yang ditransmisikan menjadi status dalam masyarakat, termasuk melalui rantai antara situasi pasar dan gaya hidup.

88

Mungkin satu-satunya penelitian terbaik yang pernah di lakukan di Inggris mengenai tingkat sosial berkaitan dengan pekerjaan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh Hall dan Jones pada tahun 1950. Mereka telah mewawancara sekitar 1.400 orang dari 30 jenis pekerjaan dengan berbagai tingkatan. Mereka menyatakan pandangan para respondennya mengenai hal-hal bersifat umum. Mereka menyatakan bahwa tidak ada perbedaan ataupun pengistimewaan dalam penentuan tingkat pekerjaan yang diseleksi. Tetapi ternyata ada perbedaan dalam menentukan "rata-rata" dalam "skala pekerjaan", dimana kelihatannya rata-ratanya lebih besar untuk tingkat pekerjaan pada daerah sentral daripada daerah atas dan bawah dari skala "pekerjaan". Juga terdapat suatu kecenderungan untuk menetapkan status pekerjaan yang diseleksi sebagai variabel status pekerjaan responden yang nyatanya lebih rendah. Atau lebih jelasnya, menentukan status pekerjaan responden dengan menggimakan status pekerjaan yang diseleksi sebagai patokannya.

Beberapa kritik terhadap Penelitian-penelitian yang telah dilakukan, berbagai penelitian terhadap status jabatan atau pekerjaan telah banyak dikritik oleh banyak orang, karena para peneliti sebenarnya mencoba membentuk berbagai perbedaan yang secara normal sebenarnya tidak ada dalam masyarakat. Gagasan yang tersembunyi dibelakang penelitian tersebut ialah bahwa kebanyakan status pekerjaan bersifat hirarkis dan dibuatkan dalam suatu skala status: Reiss pada tahun 1961 menegaskan bahwa "skala status pekerjaan dibuat hanyalah berdasarkan penaksiran yang ternyata tidak menghasilkan suatu skala yang unidimensional untuk semua pekerjaan, dan sesungguhnya status itu merupakan suatu gejala multidimensional dan demikian pula halnya dengan indikator dari status bersifat multi-dimensional" .

Suatu alasan yang menyebabkan banyaknya kritik terhadap konsep status pekerjaan ialah bahwa dalam konsep tersebut, status dijadikan sebagai indikator tunggal, dan cara pengklasifikasian bersifat vertikal. Pada tahun 1959; Morris dan Murphy telah menggunakan istilah "situs" untuk mengklasifikasikan pekerjaan secara horisontal, dimana pekerjaan diklasifikasikan berdasarkan fungsinya.

89

Penggunaan dimensi situs memungkinkan kita memperkirakan efek relatif dari suatu pekerjaan terhadap sikap dan tingkah laku seseorang. Perbedaan di dalam penentuan suatu status boleh saja disebabkan adanya analisa terhadap sumber-sumber status yang berbeda. Misalnya, suatu pekerjaan dapat memberikan suatu status dikarenakan imbalan yang diberikannya (baik secara ekonomis atapun psikologis), atau karena prestise, kekuasaan dan pentingnya fungsi pekerjaan terse but dalam masyaralait (Pellegrin dan Bates, 1959). Ke empat sumber status tersebut mungkin memiliki tingkat yang sama, mungkin juga tidak, hal ini tergantung pada pandangan masyarakat terhadap pekerjaannya itu sendiri. Jika seseorang memiliki status yang tinggi dalam suatu pekerjaan, misalnya dikarenakan imbalannya yang tinggi, bisa saja merasa rendah diri bila pekerjaan tersebut memiliki nilai prestise yang rendah. Hal semacam itu menyebabkan "suatu tekanan terhadap persamaan dari atribut-atribut status".

Perusahaan-perusahaan industri, baik secara kolektif maupun individual, memiliki suatu sistem stratifikasi yang memiliki aspek-aspek internal dan ekternal. Secara internal, pekerjaan bisa dibagai berda.sarkan fungsinya didalam perusahaan. Secara ekternal, kita harus meninjau stratifikasi status didalam masyarakat, dimana seseorang sering memiliki hak-hak istimewa berdasarkan jabatannya di tempat ia bekerja. Seperti halnya dalam masyarakat umum yang mengenal kelas-kelas sosial atau tingkat status, didalam perusahaan industri pun terdapat hirarki kekuasaan yang pada hakikatnya berkaitan dengan tingkat status sipemegang kekuasaan tersebut. Berbagai peranan dalam perusahaan diwujudkan dalam struktur jabatan dalam perusahaan, dimana kepala eksekutif berada pada struktur paling atas dan pekerja biasa berada dalam struktur paling bawah. Selanjutnya, perbedaan dalam tingkat struktur jabatan berkaitan dengan perbedaan dalam kondisi kerja yang didapatkan dalam masing-masing tingkat. Sebagai contoh, dari hasil survai nasional yang dilakukan di Inggris, diketahui bahwa pekerjaan biasa mendapat tekanan yang keras untuk terus hadir dalam pekerjaanya. Jika mereka mangkir maka gaji mereka akan dipotong. Tetapi jika pihak manajer mangkir maka potongan

90

gaji yang dilakukan sangat sedikit, padahal untuk mengoperasikan pekerjaan secara normal minimal diperlukan kehadiran 98% pekerja biasa dan hanya memerlukan minimal kehadiran 6% manager. (Field, 1974, hal 33). Dalam pemberian uang pensiunpun terdapat juga perbedaan. Sebagai contoh, para manajer mendapatkan uang pensiun sebanyak tiga kali lipat uang pensiun para pekerja biasa (Westergaard and Resler, 1976, hal 90).

Teori stratifikasi dan teori kelas sosial telah mengalami cukup banyak kemajuan (Mac Kenzie, hal 176). Kita telah mengenal bagaimana ketidaksamaan dalam bidang ekonomi diciptakan, ditegakkan dan diubah, tetapi teori tentang perbedaan-perbedaan nilai, ideologi dan pola tingkah laku antar kelas sedikit sekali dikembangkan. Sumbangan pikiran terhadap teori stratifikasi Inggris telah memberikan pengaruh yang eukup besar terhadap pengembangan teori perbedaan antar kelas. Beberapa ahli sosiologi Inggris telah memusatkan perhatiannya terhadap issue-issue konkrit mengenai perbedaan kelas ini, yaitu ten tang "melimpahnya jumlah kelas pekerja" dan korelasi antar berbagai tipe situasi kelas pekerja yang berbeda-beda.

Dua orang sosiolog bernama Davis dan Moore pada tahun 1945 mengemukakan teorinya tentang stratifikasi. Mereka mengatakan bahwa “ada suatu kebutuhan universal untuk membentuk suatu stratifikasi dalam masyarakat”. Stratidfikasi itu akan muncul disebabkan oleh perbedaan yang kemudian menimbulkan perbedaan posisi yang selanjutnya menimbulkan perbedaan tingkat fungsional dalam masyarakat. Di lain pihak, orang-orang yang berbakat dan berpendidikan relatif sedikit, sehingga masyarakat terpaksa menawarkan posisi yang lebih tinggi kepada orang-orang yang memiliki bakat dan kemampuan yang dibutuhkan agar masyarakat tersebut mampu mempertahankan eksistensinya. Dalam tahun 1948, Davis melakukan modifikasi terhadap teori-teori itu dengan menambahkan bahwa mobilitas orang-orang yang lebih berbakat dan berkemampuan lebih tinggi sering dihambat oleh latar belakang status keluarganya. Jadi kesimpulannya stratifikasi adalah suatu hal yang tidak terhindarkan.

91

Huaco mencoba mengabaikan teori Davis Moore dengan mengatakan bahwa teori tersebut tidak mampu menjawab berbagai kritikan yang dilancarkan terhadapnya. Dia yakin bahwa postulat tentang "perbedaan fungsional" itu telah gagal menerangkan terjadinya stratifikasi, sebab tidak ada bukti bahwa perbedaan posisi akan menyebabkan perbedaan tingkat sumbangan untuk mempertahankan eksistensi masyarakat. Juga asumsi yang mengatakan bahwa masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi akan lebih mendorong terjadinya persaingan untuk mendapatkan prestasi tidak bisa dipertahankan kebenarannya. Maka selanjutnya Huaco menerangkan teori stratifikasi berdasarkan pada tiga postulat, yaitu :

a. Imbalan yang tidak sarna yang dikaitkan dengan perbedaan posisi adalah penyebab mobilitas individu untuk mendapatkan posisi tertentu.

b. Eksistensi dan operasi keluarga adalah penyebab timbulnya status.

c. Terbatasnya tenaga-tenaga bermutu menyebabkan timbulnya stratifikasi.

Sampai saat sekarang para ahli teori social action belum mengembangkan suatu teori tentang stratifikasi, walaupun sesungguhnya tidak sulit bagi mereka untuk berbuat demikian. Pembagian masyarakat kedalam beberapa strata merupakan suatu problematika. Strata didalam masyarakat maupun industri tidak berada di luar atau terpisah dari faktor situasi dalam masyarakat. Stratifikasi dalam masyarakat terletak pada mayoritas anggotanya yang melegalisasi perbedaan di dalam wewenang atas kekuasaan pada setiap stratanya. Posisi puncak pada strata tertinggi seperti manajer, pemimpin dan sebagainya, tidak mungkin ada tanpa dukungan dari mayotitas strata paling bawah atau tenaga pelaksana, bawahan dan sebagainya.

Dalam dokumen Pokok-Pokok Kajian Sosiologi Industri (Halaman 86-91)