• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stratigrafi Regional

Dalam dokumen SKRIPSI Petrologi Batuan Gunung API (Halaman 54-60)

BAB III. STRATIGRAFI

III.1. Stratigrafi Regional

Secara regional, daerah penelitian termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Yogyakarta - Jawa Tengah yang merupakan bagian dari jalur Pegunungan Selatan Jawa. Satuan batuan yang tertua di daerah ini berupa batuan metamorf yang tersingkap di Pegunungan Jiwo, Bayat, dan Klaten, sedangkan batuan yang termuda adalah Endapan Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Endapan Aluvium. Untuk Pegunungan Selatan bagian barat, menurut Surono dkk (1992), pembagian satuan batuan berumur Tersier dari tua ke muda adalah Formasi Kebo-Butak, Formasi Semilir, Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan Formasi Kepek (Tabel 2). Urut-urutan formasi batuan di Pegunungan Selatan bagian barat adalah sebagai berikut (Surono dkk, 1992).

III.1.1. Batuan Metamorf

Merupakan batuan tertua yang berumur Kapur-Paleosen Awal terdiri dari, pilit, sekis, marmer dan kuarsit.

III.1.2. Formasi Wungkal-Gamping

Formasi ini berumur Eosen Tengah-Eosen Akhir, terdiri atas batupasir, napal pasiran, batulempung dan batugamping. Bagian bawahnya berupa perselingan antara batupasir dan batulanau, serta batugamping. Bagian atasnya berupa napal pasiran dan batugamping.

III.1.3. Formasi Kebo-Butak

Formasi Kebo-Butak ini berumur Miosen Awal yang disusun oleh batupasir, batulempung, dan serpih. Litologi tersebut terletak di bagian bawah, sedangkan bagian atas tersusun oleh batulanau, batupasir kerikilan, dan batupasir tufan. Sebagian tempat di bagian tengahnya dijumpai retas andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit. Batuan penyusun utama formasi ini adalah endapan piroklastik yang berasal dari hasil erupsi gunungapi bawah laut. Pada formasi ini disisipi oleh sill dan lava andesitik basaltik dengan ketebalan diperkirakan 500-1000 m (Surono dkk, 1992).

III.1.4. Formasi Semilir

Formasi ini berumur Miosen Awal dengan ketebalan kurang lebih 1000 m yang terletak selaras di atas Formasi Kebo-Butak. Formasi Semilir tersusun atas batuan gunungapi yang terdiri dari tuf, breksi batuapung dasitan, batupasir tufan dan serpih. Bagian bawah dari satuan ini berlapis baik, berstruktur sedimen perairan, silang siur berskala menengah dan berpermukaan erosi. Di bagian tengahnya dijumpai lignit yang berasosiasi dengan batupasir tufan gampingan dan kepingan koral pada breksi gunungapi. Di bagian atasnya ditemukan batulempung dan serpih dengan tebal lapisan sampai 15 cm dan berstruktur longsoran bawah

laut. Lingkungan pengendapannya berkisar dari laut dangkal yang berarus kuat hingga laut dalam yang dipengaruhi arus turbid (Surono dkk, 1992).

III.1.5. Formasi Nglanggran

Formasi Nglanggran berumur Miosen Bawah bagian atas hingga Miosen Tengah bagian bawah yang terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, lava andesit-basal dan tuf. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi Formasi Nglanggran umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran butir 2-50 cm. Di bagian tengah formasi pada breksi gunungapi ditemukan batugamping koral yang membentuk lensa atau kepingan. Setempat satuan ini disisipi batupasir gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik. Struktur sedimen yang dijumpai berupa perlapisan sejajar, perlapisan bersusun, dan cetakan beban (load cast) menunjukkan adanya aliran longsor (debris flow). Pada bagian atasnya ditemukan permukaan erosi yang menunjukkan adanya pengaruh arus kuat pada waktu pengendapan. Adanya batugamping koral menunjukkan lingkungan laut. Sehingga secara umum lingkungan pengendapannya adalah laut yang disertai longsoran bawah laut. Formasi ini terletak selaras diatas Formasi Semilir, dan ketebalannya kurang lebih 300 meter (Surono dkk, 1992).

III.1.6. Formasi Sambipitu

Formasi ini berumur Miosen Tengah, tersusun atas tuf, batulanau, batupasir, dan serpih berfosil Lepidocyclina, Myogipsina, dan Cicloclypeus. Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Nglanggran dan diendapkan pada cekungan laut yang tidak stabil pada kedalaman antara outer sublitoral sampai

bathyal dan terdapat pengaruh yang cukup kuat dari pengendapan arus turbidit,

ketebalannya kurang lebih 1000 m.

Di bagian bawah Formasi Sambipitu terdiri dari batupasir kasar, terutama batupasir sela yang tidak berlapis dan batupasir halus yang setempat diselingi serpih dan batulanau gampingan. Setempat dijumpai lensa breksi andesit klastika, lempung, dan kepingan arang kayu. Struktur sedimen yang ditemukan berupa perlapisan bersusun, perlapisan sejajar dan gelembur gelombang (current ripple), yang menunjukkan adanya arus turbid. Bagian atasnya terbentuk oleh batupasir feldspar yang berlapis baik dan bersisipan serpih, batulempung dan batulanau dengan struktur perlapisan bersusun, perlapisan sejajar, silangsiur, gelembur gelombang, longsoran, dan jejak binatang yang menunjukkan adanya longsaran bawah laut yang berkembang menjadi arus turbid.

III.1.7. Formasi Oyo

Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Sambipitu. Formasi ini tersusun atas batugamping, konglomerat, tuf andesitan, dan napal tufan. Formasi Oyo umumnya berlapis, kandungan fosil Foraminifera cukup banyak, yaitu Cycloclypeus (Katacyccloclypeus) annulatus MARTIN, dan

Lepidoclyna (Nephrolepidina) rutteni v.d. VLERK. Formasi ini dibedakan

menjadi dua fasies, yaitu fasies napal yang merupakan sedimen klastik dan fasies tuf yang merupakan fasies piroklastik. Hubungan kedua fasies ini saling menjari, umur formasi ini diperkirakan Miosen Tengah dan mempunyai ketebalan kurang lebih 350 m, dengan lingkungan pengendapan laut dangkal (neritik) yang dipengaruhi kegiatan gunungapi (Surono dkk, 1992).

III.1.8. Formasi Wonosari

Formasi ini tersusun atas batugamping, batugamping tufan, napal, batugamping konglomeratan, batupasir tufan, dan batulanau. Batugamping yang mendominasi satuan ini berupa batugamping berlapis baik dan batugamping terumbu. Formasi ini mengandung foram kecil dan besar yang melimpah, diantaranya Lepidocyclina sp, L. sumantrensis (BRADY), Miogypsina,

Operculina, Spiroclypeus dan Orbulina universa. Lingkungan pengendapan

formasi ini adalah laut dangkal yang mendangkal ke arah selatan. Ketebalan formasi ini lebih dari 800 m (Surono dkk, 1992).

III.1.9. Formasi Kepek

Formasi ini berumur Miosen Bawah-Pliosen bawah yang litologinya terdiri dari napal dan batugamping. Formasi ini terletak selaras diatas Formasi Wonosari dan mempunyai ketebalan diperkirakan mencapai 200 m (Surono dkk, 1992).

III.1.10. Endapan Aluvium

Material penyusunnya berupa sedimen lepas yang berukuran pasir-kerakalan yang terbawa oleh aliran sungai. Hal ini dibuktikan oleh adanya endapan pada tepi-tepi sungai maupun pada tubuh sungai. Membentuk morfologi aluvial, gosong sungai dan dataran limpah banjir (Surono dkk, 1992).

Gambar 3.1. Stratigrafi Pegunungan Selatan menurut Surono, dkk., (1992)

Stratigrafi daerah penelitian sendiri yaitu daerah Melikan dan sekitarnya terdapat enam formasi yang mengacu pada Surono, dkk (1992) termasuk ke dalam Formasi Semilir dan Nglanggrang yang merupakan formasi paling tua di daerah penelitian, Formasi Oyo dan Formasi Wonosari (gambar 3.2).

Dalam dokumen SKRIPSI Petrologi Batuan Gunung API (Halaman 54-60)

Dokumen terkait