• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Stres

2.4.1 Definisi, efek dan reaksi stres

Stres adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan emosi dan fisik individu sehingga menimbulkan reaksi yang tidak menyenangkan atau reaksi stres (Bernstein & Nash, 2008 ). Reaksi stres yang dialami individu biasanya terjadi secara bersamaan yaitu secara psikologis dan fisik. Segi medis menyatakan bahwa stres bukan hanya

fenomena psikologis yang mengakibatkan gangguan emosional saja, akan tetapi stres adalah fenomena psikologis dengan konsekuensi medis seperti mengakibatkan kelemahan, kerusakan organ, dapat menghalangi fungsi imun dan mengakibatkan individu rentan terhadap virus dan infeksi terhadap bakteri (Flinders, 1994).

Efek stres pada tubuh dapat terlihat ketika adanya suatu rangkaian spesifik yang terjadi di dalam tubuh yaitu (1) adanya suatu peristiwa yang menimbulkan stres yang disebut stressor, yang digambarkan sebagai peristiwa apapun yang membawa pengaruh pada organisme manusia. Stressor menyebabkan tubuh harus kembali melakukan penyesuaian. (2) Sebagai akibat penyesuaian kembali yang harus dilakukan, maka terjadilah stres. Stres adalah perubahan biokimia dan fisiologis yang terjadi di dalam tubuh sebagai akibat dari stressor (3) ketika terlalu banyak stressor maka level stres di dalam tubuh dapat melampaui kemampuan untuk beradaptasi dan sebagai akibatnya individu rentan terhadap penyakit fisik.

Reaksi stres secara fisik dan psikologis terjadi bersamaan terlebih jika stressor menjadi kuat. Selain menyebabkan perubahan fisiologis, stressor juga dapat mengakibatkan respon psikologis, terutama perubahan dalam emosi, kognisi dan diikuti dengan perubahan perilaku. Perubahan secara fisiologis dapat dirasakan melalui pernafasan yang tidak teratur, bertambah kerasnya detak jantung dan berkeringat. Sedangkan secara psikologis, reaksi stres yang terjadi dapat dirasakan secara emosional berupa perasaan tegang, jengkel, kesal, atau khawatir. Selain itu, mereka

mengalami semakin bertambahnya perasaan lelah, depresi dan putus asa. Perubahan kognisi yang terjadi adalah dengan berkurangnya kemampuan berkonsentrasi, berpikir jernih, memiliki pandangan yang sempit sehingga sulit untuk melihat masalah dan jalan keluarnya. Sedangkan perubahan tingkah laku terlihat melalui penampilan, atau saat berbicara seperti ekspresi wajah yang kaku, atau suara yang bergetar/lemah.

Mekanisme respon terhadap stres adalah pengertian akan adanya ancaman, tak peduli apakah ancaman itu benar-benar nyata atau tidak. Kenyataannya, menurut para peneliti, sebenarnya pengertian akan adanya ancaman itulah yang sebenarnya memicu stres. Jika seseorang merasa terancam, sistem syaraf akan bereaksi dengan hormon stress. Jadi jika seseorang tidak merasa terancam ketika menghadapi peristiwa stres, maka sistem syaraf tidak akan memerintahkan tubuh untuk memberikan respon stres. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat memiliki kontrol. Seseorang tidak dapat mengontrol stres yang terjadi disekelilingnya, akan tetapi dia memiliki kontrol sejauh mana stres akan mempengaruhi dirinya. Persepsi, keyakinan dan perilaku seseorang memainkan peranan yang menentukan sejauh mana stres akan berpengaruh terhadap tubuh dan kesehatan.

2.4.2 Penanganan Stres

Ada beberapa pola perilaku tertentu yang dapat menolong individu untuk menyesuaikan diri dan meminimalisasi efek negatif stres, yang disebut koping. Koping adalah segala cara yang sehat, baik yang disadari ataupun tidak, yang digunakan seseorang untuk menyesuaikan diri

dengan tuntutan lingkungan, baik besar ataupun kecil (Halligan, 1995). Ada tiga macam model koping yaitu: koping yang berfokus pada emosi, koping yang berfokus pada kesehatan dan koping yang berfokus pada masalah, yang masing-masing terdiri dari koping internal dan eksternal.

Efisiensi koping tergantung dari masalah yang dihadapi individu. Ketika individu mengalami masalah yang tidak dapat dirubah, koping yang berfokus pada emosilah yang biasanya digunakan untuk mengontrol emosi negatif akibat stres. Koping yang berfokus pada emosi secara internal dilakukan melalui regulasi emosi, terutama dengan menggunakan imaginasi dan partisipasi dalam ekspresi kreatif untuk mengontrol dan membebaskan rasa khawatir, marah dan depresi. Koping eksternal dilakukan dengan mencari dukungan dari orang lain yang dapat membantu meringankan stres yang dihadapi individu.

Koping yang berfokus pada kesehatan secara internal dilakukan dengan cara spiritual seperti doa, meditasi, kontemplasi dll. Sedangkan secara eksternal dilakukan dengan cara memelihara kesehatan tubuh dengan relaksasi, keharmonisan tubuh dll. Koping yang berfokus pada kesehatan ini diperlukan individu saat menghadapi situasi stres, karena ketika indvidu melakukan koping internal, spiritualitas dapat menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi stres. Selain itu, dengan melakukan koping eksternal, individu dapat menjaga stamina tubuhnya sehingga tidak rentan terhadap penyakit ketika menghadapi stres.

Koping yang berfokus pada pemecahan masalah umumnya digunakan bila masalahnya dapat dirubah sehingga mengganti atau menghilangkan sumber stres. Koping yang berfokus pada pemecahan masalah secara internal dilakukan dengan cara berpikir yaitu dengan merencanakan, menganalisis dan mesintesiskan informasi. Sedangkan secara eksternal dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan melakukan sesuatu untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga akhirnya individu tersebut dapat membuat keputusan untuk masalah yang dihadapinya.

Tidak semua orang menggunakan semua koping tersebut dalam mengatasi stres, tergantung masalah yang dihadapi dan juga disesuaikan dengan kemampuan individu tersebut dalam melakukan koping. Koping yang terbaik adalah ketika individu berperilaku secara realistis dan dengan cara yang fleksibel. Kita dapat menyadari bahwa suatu koping adalah efektif ketika koping itu mampu memecahkan masalah atau mengurangi stres. Seperti yang telah diuraikan dalam bab Pendahuluan, peneliti merasa bahwa dance adalah jenis koping yang cocok dan efektif untuk digunakan bagi para narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta.

Dance merupakan jenis koping yang merupakan gabungan antara koping yang berfokus pada emosi secara internal dan koping yang berfokus pada kesehatan secara internal dan eksternal. Dance memampukan mereka untuk mengeskpresikan perasaan melalui imaji yang

timbul dalam pikiran mereka sehingga menimbulkan harmonisasi antara tubuh dan pikiran serta menyebabkan rileks. Selain itu dance juga menyebabkan mereka berhubungan dengan roh . Oleh karena itu, dance selain dapat membantu individu mengekspresikan emosi negatif, juga memperdalam hubungan individu dengan spiritualitas mereka. Dance dapat memperkuat imun sistem melalui gerakan otot yang mengurangi atau menghilangkan ketegangan, kelelahan atau kondisi-kondisi lainnya yang merupakan efek stres.

Dance meliputi tubuh, emosi dan pikiran. Dimensi tubuh pada dance mengacu pada energi yang bertambah melalui respon otot-kerangka (skeletal) terhadap stimulus yang diterima di otak. Dimensi emosional pada dance mengacu pada perasaan yang dialami ketika terlibat atau mengobservasi dance secara empati . Sedangkan dari dimensi kognitif, dance mengacu pada aktivitas mental seperti memori, imaginasi dan persepsi.

Dokumen terkait