• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur tortor somba adalah rangkaian atau susunan gerak gerak tortor yang tersusun menjadi satu, penganalisaan struktur torttor somba agar lebih jelas maka diuraikan tataran-tataran geraknya hingga tersususn suatu bentuk tari secara utuh dimulai dari motif gerak, frase gerak, kalimat gerak dan gugus gerak (Dwidjowinoto 1990:6 dalam Kristina).

Menurut Tengku Luckman Sinar (1986:5) dalam Lumbantoruan tari adalah segala gerak yang berirama atau segala gerak yang dimaksydkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua-duanya. Medium tari adalah gerak, dan alat yang yang digerakkan adalah tubuh, yakni gerak tubuh yang telah diberi bentuk espresif dan estetis.

Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari maupun dari kelompok penari bersama, ditambah dengan penyesuaian dengan uang, sinar, warna, dan seni sastranya, kesemuanya merupakan suatu pengoganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik 1990:23). Dimana koreografi ini memiliki ciri khas tertentu dari bentuk tarian yang dapat dilihat dan dinikmati oleh pelakunya dan penontonnya.

Hal ini berarti gerakan-gerakan yang terbentuk dalam tari adalah terstruktur ataupun terpola didalam aturan-aturan adat dan nilai-nilai keindahan setempat yang dilakukan secara simbolis serta memiliki makna-makna tersendiri.

Dimana kata struktur disini adalah bagian-bagian yang melengkapi tortor somba dalam pertunjukannya saling berhubungan satu dengan yang lain, ataupun tahapan-tahapannya.

Dalam struktur penyajiannya tortor somba ini disajikan jam 7:15 Wib sebelum mulai jam pelajaran pertama oleh seluruh siswa-siswi dimana tortor somba ini memiliki gerakan-gerakan yang terpola dan disusun dalam bagian-bagian ragamnya serta diatur dalam susunan pola lantai yang dibuat.

4.1 Ragam dan Pola Gerak

Ragam gerak berarti motif gerakan-gerakan yang tersusun dalam unsur kreatifitas garapan gerak tari. Dalam wawancara dengan ibu perry sagala selaku yang mengajari gerak tari tortor somba mengungkapkan bahwa tortor somba terdapat tiga ragam. Tiga ragam gerak sebagai gerak dasar dalam susunan gerakan tortor somba yaitu : (1) somba Debata yang berarti gerakan penghormatan kepada Yang Maha Kuasa, (2) Marsantabi tuloloan, gerakan penghormatan terhadap sesama, (3) Somba marhula-hula yaitu gerakan penghormatan terhadap para guru.

Pola gerakan yang dimaksud disini adalah gerakan-gerakan yang terkandung dalam tiap-tiap gerakan yang terbentuk. Ragam dan pola sangat berhubungan, yakni bagaimana bagian-bagian dari gerakan tari saling berhubungan hingga disatukan, dan adanya bentuk atau model (suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau menghasilkan suatu tari.

Dari 5 ragam gerak yang terdapat dalam tortor somba yang disebutkan diatas, tiap-tiap ragam memiliki susunan pola-pola gerakan yang terkandung di dalamnya. Pola gerak tari ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Ragam dan pola tortor somba

Ragam Gambar Pola Gerak (sambil mangurdot) Musik

iringan Tangan

dibutuha (tangan diatas perut/siap)

1. Posisi badan: mengarah kedepan dan tegak lurus.

Posisi kaki: tegak lurus.

Posisi tangan: untuk perempuan kedua telapak tangan diposisikan sejajar dengan pusar sedangkan laki-laki posisi siap kedua tangan dikiri-kanan, dengan jari lurus.

Pandangan : kedepan

Birama : 1-13

Musik iringan: Gondang somba (dapat dilihat pada transkrip)

Tempo sedang

Marsantabi diparateatean (memohon dari

hati yang paling dalam)

1.a Posisi badan: tegak lurus.

Posisi kaki: tetap tegak.

Posisi tangan: kedua tangan diposisikan sejajar dengan pusar, dengan menyatukan kedua telapak tangan, posisi ujung jari dirapatkan.

Pandangan : menghadap ke depan

Birama : 14-26

Musik iringan:

transkrip) Tempo sedang

Gondang somba (dapat dilihat pada

1.b Posisi badan: tegak lurus.

Posisi kaki: tetap tegak.

Posisi tangan: kedua tangan sejajar dengan hati, dengan menyatukan kedua telapak tangan, posisi ujung jari dirapatkan.

Pandangan : menghadap ke depan

Birama : 26-38

Musik iringan:

transkrip) Tempo sedang

Gondang somba (dapat dilihat pada

Marsantabi tu loloan

(memohon/men gajak para hadirin/peserta)

2. Posisi badan: tegak dan serong kanan.

Posisi kaki: tetap tegak.

Posisi tangan: kedua tangan diposisikan sejajar dengan bahu, dengan menyatukan kedua telapak tangan, posisi ujung jari dirapatkan.

Pandangan : menghadap ke depanarah badan.

Birama : 39-51

Musik iringan: Gondang somba (dapat dilihat pada transkrip)

Tempo sedang

2.a Posisi badan: tegak menghadap samping kanan.

Posisi kaki: tetap tegak.

Posisi tangan: kedua tangan diposisikan sejajar dengan pusar, dengan menyatukan kedua telapak tangan, posisi ujung jari dirapatkan.

Pandangan : menghadap ke depan arah badan

Birama : 52-64

Musik iringan:

transkrip) Tempo sedang

Gondang somba (dapat dilihat pada

2.b Posisi badan: dari gerakan ke-2 berputar kearah kanan dan kepala agak ditundukkan..

Posisi kaki: kaki kanan yang didepan dan kaki kiri ditekuk dibelakang.

Posisi tangan: kedua tangan disatukan sejajar dengan bahu.

Pandangan : mengarah kebawah arah badan

Birama : 65-77

Musik iringan:

transkrip) Tempo sedang

Gondang somba (dapat dilihat pada

2.c Posisi badan: masih seperti ke-3 berputar kearah kanan dan badan ditundukkan.

Posisi kaki: kaki kiri tegak didepan dan kaki kanan ditekuk dibelakang.

Posisi tangan: kedua tangan disatukan sejajar dengan bahu.

Pandangan : mengarah kebawah arah badan

Birama : 78-90

Musik iringan:

transkrip) Tempo sedang

Gondang somba (dapat dilihat pada

Somba hula- hula

(menghormat para guru)

3. Posisi badan: tegak agak menunduk seperti ke-4.

Posisi kaki: kaki kiri tegak didepan dan kaki kanan ditekuk dibelakang.

Posisi tangan: kedua tangan disatukan sejajar dengan bahu.

Pandangan : mengarah kedepan

Birama : 91-103

Musik iringan: Gondang somba (dapat dilihat pada transkrip)

Tempo sedang

3.a Posisi badan: tegak agak menunduk.

Posisi kaki: jongkok dengan kaki kiri didepan dan kaki kanan dibelakang.

Posisi tangan: kedua tangan disatukan sejajar dengan bahu.

Pandangan : menghadap kebawah arah badan

Birama : 104-116

Musik iringan:

transkrip) Tempo sedang

Gondang somba (dapat dilihat pada

3.b Posisi badan: tegak agak menunduk serong kanan.

Posisi kaki: jongkok dengan kaki kiri didepan dan kaki kanan dibelakang.

Posisi tangan: kedua tangan disatukan sejajar dengan bahu.

Pandangan : mengarah kebawah arah badan

Birama : 116-128

Musik iringan:

transkrip) Tempo sedang

Gondang somba (dapat dilihat pada

3.c Posisi badan: tegak agak menunduk serong kiri.

Posisi kaki: jongkok dengan kaki kiri didepan dan kaki kanan dibelakang.

Posisi tangan: kedua tangan disatukan sejajar dengan bahu.

Pandangan : mengarah kebawah arah badan

Birama : 129-141

Musik iringan:

transkrip) Tempo sedang

Gondang somba (dapat dilihat Pada

Mangido pasu-pasu (meminta/m emberi)

4 Posisi badan: tegak lurus pandangan kebawah.

Posisi kaki: kaki kanan dan kaki kiri tegak.

Posisi tangan: kedua tangan disatukan sejajar dengan kening menghadap guru.

Pandangan : mengarah kebawah arah badan

Birama : 142-166

Musik iringan: Gondang somba (dapat dilihat pada transkrip)

Tempo sedang

4.2 Pola Lantai

Pola lantai mengacu pada 3 ragam yang ada pada tortor somba. Pola lantai ini berdasarkan pengamatan lapangan terdiri dari pola-pola sebagai berikut:

(1) Pola lantai somba, semua peserta pada posisi barisan melakukan gerakan sombadimana kedua telapak tangan disatukan dengan merapatkan ujung jari. Pola lantaisomba ini dimulai dari somba debata,marsantabi tuloloan, somba hula-hula.

(2) Pola lantai mangaliat, penari baris depan dimulai dari kanan bergerakMaju dengan mendahulukan penari perempuan menuju barisan para guru dimulai dari sebelah kiri kemudian kembali ke barisan. Selengkapnya bentuk pola lantai tarian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 dimana penulis menggunakan simbol-simbol yang dibuat sendiri sebagai berikut:

= Laki-laki

= Perempuan

= Para Guru

= Gerakan mangaliat (berputar membentuk lingkaran)

= Berhadapan

= Berdiri

= Jongkok

= Menghadap kekiri

= Para menghadap kearah siswa/i

Tabel 4.2

Pola lantai mengacu pada ragam pada tortor somba Nama

Ragam

Pola lantai Gambar Keterangan

Somba debata

Tampak dari depan sebelah kiri

Semua penari melakukan gondang somba Debata dimana kedua telapak tangan disatukan dengan merapatkan kedua ujung jari sejajar dengan pusar kemudian menaikkan hingga sejajar dengan hati. Setelah selesai dengan gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan gerakan selanjutnya yaitu marsattabi tuloloan.

Marsantabi tuloloan

Penari menghadap kekiri

Setelah semua penari melakukan gerakan somba Debata kemudian dilanjutkan marsattabi tuloloan dimana dalam gerakan ini kedua telapak tangan yang disatukan dengan merapatkan ujung jari sejajar dengan bahu. Kemudian menarikan gerakan marsattabi tuloloan ini dimulai dari menghadap kanan, belakang dan kiri. Setelah selesai gerakan ini kemudian dilanjut dengan gerakan selanjutnya yaitu somba hula-hula.

Somba hula-hula

Jongkok menghadap kedepan Tampak dari samping

Setelah semua penari melakukan gerakan marssattabi tuloloan kemudian dilanjutkan dengan somba hula-hula dimana boru jongkok dengan kedua telapak tangan yang disatukan, merapatkan ujung jari sejajar dengan bahu. Kemudian menarikan gerakan somba hula- hula dimulai dari menghadap kedepan, serong kiri, menghadap kedepan, serong kanan dan kembali menghadap kedepan sambil berdiri. Setelah selesai gerakan ini kemudian dilanjut dengan gerakan selanjutnya yaitu mangaliat.

Mangaliat

Tampak dari samping

Setelah gerakan somb hula-hula penari pada barisan paling depan melakukan gerak mangaliat sebagai gerak penutup, sedangkan semua penari yang lainnya tetap ditempat dengan pose tangan menyembah sampai gerakan mangaliat selesai. Mangaliat adalah menari sambil bergerak memutar membentuk lingkaran dan kembali ke posisi awal

4.3 Busana Tortor Somba

Busana atau pakaian yang dipakai dalam aktivitas manortor disebut dengan ulos. Ulos adalah bentuk kain atau benang yang ditenun khas masyrakat Batak Toba (motif Batak Toba). Ulos yang dipakai dalam tortor somba adalah ulos sadum dan ragihotang. Ulos sadum untuk perempuan dan ulos ragihotang untuk laki-laki.

Dalam hal ini siwa-siswi SMA Negeri 2 Pangururan memakai pakaian seragam didalam dan ulos diluar pakaian. Ulos ini dipakai dibagian leher. Untuk wanita ulos yang dipergunakan untuk salendang dinamakan sadum. Sadum memiliki banyak motif dan warna. Sedangkan untuk pria ulos yang dipergunakan untuk salendang adalah Ragihotang.

Untuk lebih jelasnya, busna yang digunakan dalam tortor somba di SMA Negeri 2 Pangururan dapat dilihat pada gambar berikut:

sadum

ragihotang

4.4 Fungsi Tortor Somba

Jazuli mengatakan bahwa fungsi tari diantaranya adalah (1) tari untuk upacara, (2) tari sebagai hiburan, (3) tari sebagai pertunjukan dan tontonan, (4) tari sebagai media pendidikan. Ditinjau dari teori fungsi tari yang dikemukakan Jazuli ini, maka fungsi tortor somba adalah sebagai media pendidikan.

4.4.1 Fungsi Tortor Somba sebagai Media Pendidikan

Pendidikan seni merupakan pendidikan estetis guna membantu membentuk manusia seutuhnya dan selaras dengan perkembangan pribadi yang memperhatikan lingkungan sosial, budaya, dan hubungan dengan Tuhan. Artinya tari memiliki tujuan guna mendidik masyarakat terutama para anak muda supaya bersikap dewasa dan terjaga dari pergaulan yang melanggar norma-norma.

Dengan demikian bahwa melalui tortor somba siwa-siswi diajari norma-norma yang terkandung dalam tortor somba yaitu hormat pada guru, saling menghargai sesama, cinta budaya dan rajin berdoa.

4.5 Makna Tortor Somba

Tortor somba mempunyai makna-makna tertentu yang disampaikan melalui bahasa gerak dimana terdapat bermacam gerak yang digunakan sebagai media komunikasi.

4.5.1 Makna Tangan Dibutuha (tangan diatas perut)

Makna gerakan tangan dibutuha ini melambangkan hasangapon yang artinya wibawa bagi penari (hasangapon = wibawa).

4.5.2 Makna Marsantabi Diparateatean

Makna gerakan ini adalah mohon izin atau menghormat dengan posisi tangan menyembah (kedua telapak tangan disatukan) didekatkan di hati atau dada. Parateatean artinya bagian hati dan jantung manusia. Artinya meletakkan tangan di bagian parateatean merupakan bentuk penghormatan dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa.

4.5.3 Makna marsantabi tuloloan

Makna gerakan ini adalah mengajak dengan hormat terhadap sesama dengan posisi tangan menyembah (kedua telapak tangan disatukan) sejajar bahu.

Tuloloan artinya kepada sesama/khalayak ramai.

4.5.4 Makna Somba Hula-hula

Makna gerakan ini adalah menghormat kepada para guru dan kepala sekolah dengan posisi tangan menyembah (kedua telapak tangan disatukan) didekatkan dimuka sambil jongkok. Hula-hula artinya raja dalam hal ini adalah para guru dan kepala sekolah.

4.5.5 Makna Mangido Pasu-pasu

Makna gerakan ini adalah meminta berkat kepada hula-hula dengan posisi tangan menyembah (kedua telapak tangan disatukan) didekatkan di kening dengan posisi kepala agak menunduk.

4.6 Pendapat Para Siswa/i Terhadap Penyajian Tortor Somba

Tanggapan dan pendapat siswa/i sangat dibutuhkan dalam pembahasan tulisan ini. Oleh kerena itu, penulis menganggap penting untuk melakukan wawancara terhadap siswa/i. Wawancara yang penulis lakukan adalah untuk mengetehui respon dari siswa/i terkait tortor somba yang disajikan di dalam sekoah tersebut.

Menurut Donni Boy Sihite salah satu siswi kelas tiga, menerangkan bahwa tortor somba tentunya sangat penting di sajikan di dala sekolah. Dengan diadakannya tortor disekolah ini membuat para siswa siswi lebih memahami arti tortor dan lebih memahami makna yang tersirat dari setiap gerakan daripada tortor tersebut. Selain itu juga tortor ini membuat siswa/i semakin percaya diri dan cinta dengan kebudayaannya. Semua tortor pasti diiringi gondang bahkan menjadi salah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Pendapat yang sama juga penulis dapatkan dari Hendrik Situmorang dan para siswa/i yang lain dimana yang penulis tangkap mereka menganggap bahwa tortor somba di dalam sekolah merupakan hal yang penting.

4.7 Traskripsi

Dalam pentranskripsian, penulis menggunakan notasi Barat untuk memperlihatkan bunyi musikal yang terdengar. Dalam hal ini penulis menggunakan notasi balok untuk mentranskripsi. Pemilihan notasi balok ini karena sifatnya yang sangat umum dipergunakan dalam penulisan musik dikalangan disiplin etnomusikologi dan juga oleh masyarakat luas. Dalam analisis musiknya Lagu gondang somba dapat dianalisis berdasarkan metodologi yang dikemukakan oleh Charles Seeger, yang membedakan dua notasi yaitu notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang melukiskan secara garis besar nada dari suatu lagu, notasi ini merupakan pedoman tentang bagaimana musik tertentu itu dapat diwujudkan oleh pemain musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan.

Musik dalam tortor somba yang di terapkan di SMA Negeri 2 Pangururan hanya sebagai musik pengiring. Keberadaan musik iringan dalam tortor somba merupakan hal yang berkaitan, dimana tari ini mengikuti musik.

Dalam mengiringi tortor somba, lagu yang dimainkan bernama gondang somba.

Mentraskripsi musik iringan untuk kebutuhan analisis tortor somba, penulis menggunakan notasi deskriptif. Penulis hanya mentranskrip alat musik sarune bolon, hal ini dikarenakan alat musik ini berfungsi sebagai pembawa melodi. Transkripsi gondang somba dapat dilihat sebagai berikut.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penulis membuat kesimpulan untuk menjawab pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini dan berdasarkan seluruh uraian yang telah dijabarkan tentang Tortor somba di SMA Negeri 2 Pangururan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir: Suatu Kajian Struktur dan Makna.

Tortor adalah bentuk tarian yang dilakukan secara seremonial yang secara nyata merupakan sebuah gerakan tarian dan secara totalitas mempunyai makna yang luas dalam setiap gerakan dan menunjukkan bahwa Tortor menjadi media komunikasi karena dalam melakukan aktivitas manortor dapat dilihat interaksi di antara sesama manusia dan Penciptanya atau setiap yang terlibat dalam kegiatan manortor dan juga interaksi di antara manusia dan Penciptanya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, bahwa penulis menemukan Tortor dalam motif gerak dasarnya tidak berubah. Gerakan Tortor terkesan kaku dan motifnya hanya sedikit, tetapi mengandung makna. Gerakan dasar Tortor senantiasa ditarikan dalam setiap aktivitas kehidupan adat masyarakat Batak Toba.

Tortor dan Gondang Sabangunan adalah tarian dan musik yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Pada saat gondang dimainkan, kemudian bunyi sarune mengiringi dimulainya gerakan tortor. Pada rekaman musik iringan tortor somba tedapat umpasa yang diserukan untuk meminta dan memohon kepada pargonsi, hal ini merupakan menarik bagi penulis karena siswa-siswi

dapat mendengar umpasa walaupun dalam bentuk rekaman dalam meminta gondang dan manortor.

Makna yang terkandung dalam tortor somba ada 5 yaitu: wibawa, hormat kepada Yang Maha Kuasa, hormat kepada sesama, hormat kepada para Guru, meminta berkat.

5.2 Saran

Pada saat ini tortor sudah banyak dipergunakan dalam berbagai kegiatan diluar adat. Penulis mengharapkan pemakaian kostum atau busana yang benar, supaya siswa/siswi dan guru tidak hanya menggunakan ulos saja tetapi juga sortali supaya pemakaian busana terlihat lebih komplit/lebih pas.

Penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi sumber informasi dan teknik bagaimana belajar Tortor yang sebenarnya menurut kaidah adat Batak Toba dan tulisan ini dapat sebagai acuan dalam mempelajari Tortor dan bagi yang memerlukannya.

Penulis juga menyarankan musik iringan tortor somba ditampilkan secara live(langsung) oleh pemusik (pargorsi) propesional, dengan demikian siswa/siswi dapat melihat secara langsung dan mendengar bunyi dari gondang sabangunan.

Selain itu pargorsi juga mendapat manfaat dari segi ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan H.M 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana Prenama Media Group

Denzin & Lincoln. 2005. The SAGE Handbook of Qualitative Research. Dikutip oleh John W. Creswell (2013, hlm 58. Edisi ke-3, cet. 1) dalam buku yang berjudul “Penelitian Kualitatif dan Desain Penelitian Riset”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Denzim, Norman K. Dan Yvonna S. Lincoln (eds). 2009. Hondbook of

Qualitative Researc. Terd. Dariyanto dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Djelantik, A.A.M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika: Estetika Instrumental.

Denpasar: STSI.

Jazuli, Muhammad. 1994. Telaah Teoritis Tari. Semarang: IKIP Perss

Jazuli, Muhammad. 2008. Paradigma Kontekyual Pendidikan Seni. Semarang:

Unesa University Perss

Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: P.T Gramedia

Koentjaraningrat, 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Penerbit Aksara Baru

Koentjaraningrat. 1982. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Koentjaraningrat, 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Komarudin, 2000. Model Pembelajaran Aktif. Bandung: Remaja Rosdakarya Kristina, Dewi. 2015. Analisis Struktur Gerak Tari Trayutama. Semarang:

Skripsi

Sarjana, Juruan Pendidikan Seni, Drama, Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, UNESA

Lumbantoruan, Reni Yulyati. 2013. Hubungan Struktur Tari, Musik, Iringan dan Fungsi Tari Gelombang yang Diprtunjukan Sanggar Tigo Sapilin pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Minangkabau di Kota Medan.

Medan: Sikripsi Sarjana, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, USU

Murgianto, Sal. 1972. Manajemen Pertunjukan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sanapiah, Faisal. 1992. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Perss Sinaga, Sannur D.F. 2012. Tortor dalam Pesta Horja pada Kehidupan

Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian Struktur dan Makna. Medan: Tesis, Program Studi Magister (S2), Fakultas Ilmu Budaya, USU

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta:

LP3ES

Sipahutar, Evi Nenta. 2012. Fungsi dan Struktur Tari Anak yang Diiringi Musik Sikambang dalamUpacara Adat Perkawinan Masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah di Kecamatan Sibolga Kota. Medan: Skirpsi Sarjana, Depertemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,USU

Soedarsono, 1978. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka Wimbrayardi, 1999. Pertunjukan Gatak Garo-garo Pada Masyarakat Pakpak Dairi Kecamatan Sidikalang Analisis Musikal dan Tari. Medan: Skripsi Sarjana Sastra USU

Internet:

http//:www.google.com http//:www.wikipedia.com http//:www.blogspot.com

Dokumen terkait