• Tidak ada hasil yang ditemukan

FRAGMENTASI HUTAN

G. Struktur Lanskap

G.1. Patch dan Matriks Habitat

Menurut Forman dan Godron (1986) patch adalah daerah yang relatif homogen yang berbeda dengan sekitarnya yang biasanya patch terdapat dalam suatu matrik yaitu wilayah yang mengelilinginya yang mempunyai struktur dan komposisi yang berbeda. Patch lanskap dapat dicirikan dengan mengacu pada beberapa tipe dasar dimana asal- usulnya melibatkan gangguan, heterogenitas habitat dan aktivitas pertanian, yaitu :

a. Disturbance patch, terjadi mengikuti gangguan lokal (kebakaran, penggundulan) di dalam suatu matriks dan secara normal dicirikan oleh vegetasi suksesi.

b. Remnant patch adalah satu patch dari matriks habitat asli yang merupakan sisa ketika gangguan yang luas terjadi disekitarnya, misalnya suatu kumpulan tegakan dari hutan asli dikelilingi oleh tanah pertanian.

c. Environmental resource patch, adalah suatu patch dimana kumpulan sumberdaya fisik berbeda dari yang mengelilingi mereka dan mempengaruhi komposisi biotik (contoh : tipe tanah khusus, suatu selokan atau parit).

d. Introduced patch, terjadi mengikuti introduksi spesies dan dipelihara oleh manusia

Untuk lebih jelas posisi patch dalam matriks dan definisi patch dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan : patch matriks Gambar 2 : Patch-patch yang tersebar dalam matriks

Pada Gambar 2, dimana keadaan matrik yang terfragmentasi menyebabkan terjadinya patch-patch, dengan kata lain fragmentasi menyebabkan kawasan hutan primer yang semula saling bersambungan berubah menjadi pulau-pulau kecil yang terpencar (patch-patch dianggap sebagai pulau-pulau). Di bidang biologi konservasi pernah terjadi debat berkepanjangan, mengenai pada keadaan manakah kekayaan spesies akan dapat dicapai secara maksimal : satu cagar alam (tunggal) yang berukuran besar atau cagar alam yang berukuran sama namun terpecah-pecah dalam beberapa lokasi yang lebih kecil (Diamond 1975; Simberloff dan Abele 1976, 1982; Terborgh 1986). Perdebatan ini dikenal sebagai SLOSS debate (single large or several small, satu besar atau beberapa kecil). Para pendukung cagar alam tunggal berpendapat bahwa bagi spesies yang berukuran besar yang memiliki jelajah luas serta memiliki kerapatan individu yang kecil (misalnya karnivora besar) hanya cagar alam yang besar akan dapat mempertahankannya dalam jumlah yang mencukupi sehingga mewujudkan populasi umur panjang.

Di lain pihak, beberapa ahli biologi konservasi berpendapat bahwa cagar alam kecil yang ditempatkan secara baik akan mempunyai berbagai kelebihan (dibandingkan satu blok cagar alam yang berukuran serupa) karena dapat mencakup tipe-tipe habitat yang lebih beragam, serta dapat menampung lebih banyak populasi spesies langka (Simberloff dan Gotelli, 1984). Namun pada akhirnya terbentuk juga konsensus, bahwa strategi mengenai ukuran cagar alam akan disesuaikan dengan kelompok spesies yang akan dilindungi (Soule dan Simberloff 1986). Telah dapat diterima bahwa dibandingkan dengan cagar alam yang kecil), cagar alam yang berukuran besar akan lebih menampung banyak

spesies, karena mampu menampung lebih banyak individu dan karena memiliki habitat yang lebih beragam. Bagaimanapun, cagar alam yang berukuran kecil namun dikelola dengan baik juga bermanfaat, karena dapat menyediakan perlindungan bagi banyak spesies tumbuhan, avertebrata dan vertebrata ukuran kecil (Lesica dan Alendorf, 1992).

Struktur lanskap mempengaruhi pergerakan satwa (Forman dan Godron, 1986), karena fragmentasi lanskap yang terjadi menyebabkan gap yang memisahkan populasi satwa ke dalam patch-patch habitat dan menghalangi pergerakan satwa. Sampai sejauh mana suatu matrik (gap) dapat menghalangi pergerakan satwa sangat tergantung pada konfigurasi spasial gap tersebut yang kemudian diterima oleh satwa secara berbeda pada skala spasial yang sangat spesifik (Kotliar dan Wiens, 1990, Keith et al . 1997 dalam St. Clair et al. 1988 dalam Cahyadi, 2002). Pergerakan satwa melintasi gap antar patch akan bervariasi antar tiap spesies, tipe patch habitat, tipe matrik dan faktor lain seperti variasi cuaca, musim, rute alternatif, serta resiko yang mungkin dihadapi (predator, jarak perjalanan) (St.Clair, et al. 1988 dalam Cahyadi, 2002)

G.2. Struktur Patch (Daerah Tepi (Edge) dan Daerah Inti (Core))

Thomas et al. (1979), mendefinisikan edge sebagai tempat pertemuan dua komunitas tumbuhan yang berbeda, yang jika dilihat dari struktur lanskapnya, edge dapat dibedakan menjadi 1). Inheren edge yaitu edge yang terbentuk dari pertemu an dua komunitas yang berbeda tingkat suksesinya dan 2). Induced edge yaitu edge yang terbentuk karena adanya gangguan, misalnya penggembalaan, logging, kebakaran. Fragmentasi habitat secara dramatis akan menambah luas daerah tepi (edge). Lingkungan mikro daerah tepi berbeda dengan lingkungan mikro di bagian tengah hutan. Oleh karena spesies tumbuhan dan hewan biasanya beradaptasi untuk suhu, kelembaban dan intensitas cahaya tertentu, perubahan tersebut akan memusnahkan banyak spesies dari fragmen-fragmen hutan. Ilustrasi patch yang memiliki edge dan core dapat dilihat pada Gambar 3.

Tingkat keanekaragaman hayati pada setiap edge juga berbeda dengan daerah core (bagian tengah hutan). Edge dipandang sebagai suatu ekosistem tersendiri yang diakibatkan oleh pertemuan dua tipe ekosistem. Keanekaragaman pada edge lebih tinggi dari pada daerah core. Leopold (1933) menyatakan bahwa edge mempunyai kelimpahan jenis dan spesies yang besar,

karena efek aditif dari fauna karena adanya pertemuan patch dan matriks yang berbeda.

Bentuk, luas, dan konfigurasi spasial edge mempengaruhi proses ekosistem pada edge. Edge yang sempit akan mempunyai tingkat biodiversity yang rendah. Matriks yang terfragmentasi, akan menimbulkan banyak edge. Fragmentasi adalah proses perubahan dari matriks homogen dan kompak, menjadi matriks yang heterogen dan terpecah-pecah. Kondisi matriks yang terfragmentasi ini akan berbeda dengan matriks awal dalam hal : (a) matriks yang terfragmen akan mempunyai area edge yang lebih luas, (b) jarak pusat matriks dengan edge menjadi lebih dekat (c) core area menjadi lebih sempit. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan komposisi/biodiversitasnya.

Gambar 3. Patch yang terdiri dari edge dan core

Masing- masing patch yang elemen lanskapnya terdiri dari edge, akan menunjukkan edge effect (misalnya pada edge didominasi oleh spesies yang hanya ditemukan di daerah tepi). Daerah terdalam dari elemen lanskap yang dianggap sebagai core, didominasi oleh spesies yang hanya ditemukan pada daerah yang jauh dari daerah tepi. Border adalah garis yang memisahkan edge dari elemen lanskap yang berbatasan. Dua edge membentuk wilayah perbatasan (boundary), dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Hubungan spasial dari daerah perbatasan (boundary), garis batas (border) dan daerah tepi (edge) (Forman, 1995).

patch