ROBITHOH EDISI 1-30 SAFAR 1431 H) Judul
1. Struktur Makro Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks berita. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks, tema menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh penulis dalam rubriknya. Tema atau judul menunjukan konsep dominan, sentral dan paling penting dari isi suatu teks.
Pada rubrik renungan yang berjudul “Dimensi Bencana di Mata Orang Beriman”,
“ Bencana-bencana alam yang terjadi sekarang ini perlu diyakini sebagai peringatan sekaligus ujian dari Allah SWT bagi pembelajaran bangsa Indonesia menuju kehidupan yang lebih baik, menuju baldatun warobbun
ghofur, gemah ripah loh jinawi. Seperti ditegaskan dalam Quran surat
Al-Baqarah : 155-157
☺
Gagasan inti dari teks diatas ingin menggambarkan bahwa sebenarnya musibah atau bencana yang terjadi seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, tsunami semua ini terjadi tidak secara kebetulan dan berlalu begitu saja tanpa sebab-akibat dan tujuan tertentu dari Sang Penguasa Alam.
2. Superstruktur (skematik)
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukan bagaimana bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Skematik memiliki dua kategori besar yaitu summary yang terdiri dari judul dan lead serta story. Berikut penjabarannya :
Pada rubrik “Renungan” edisi 17 Januari-17 Februari 2010
Judul “Dimensi Bencana di Mata Orang Beriman”, judul memberikan gambaran apa yang ingin dibicarakan dalam sebuah teks. Pada judul ini ialah memberikan pandangan atau persepsi bagi orang-orang beriman dalam memandang atau menyikapi sebuah bencana atau musibah.
Lead (teras berita) yang menggambarkan mengenai judul yang diangkat untuk membawa pembaca kepada pendahuluan. Paragaraf pertama, “Sungguh beberapa tahun belakangan ini Bangsa Indonesia terus –menerus dirundung berbagai cobaan dan ujian, baik itu terjadinya bencana longsor,
banjir, tsunami, dan gempa bumi yang beberapa bulan lalu terjadi di Jawa Barat dan Padang Sumtra serta beberapa daerah Indonesia lainnya”.
Cerita bagian ini berisi tentang “Tentu ini semua terjadinya tidak secara kebetulan dan berlalu begitu saja tanpa sebab-akibat dan tujuan tertentu dari Sang Penguasa Alam Semesta. Berbagai kerusakan dan bencana yang terjadi di beberapa belahan bumi ini secara ilmiah terjadi diakibatkan oleh keserakahan manusia yang ingin enak sendiri dengan mengeksplotir berbagai sumber kekayaan yang ada di alam ini tanpa mempertimbangkan ekosistem dan keseimbangan alam. Pantas Allah SWT telah mewanti-wanti akan terjadinya berbagai kerusakan di muka bumi ini akbiat perbuatan manusia”. 3. Struktur Mikro
Pada bentuk ini diarahkan pada beberapa elemen antara lain :
Semantik, ( apa arti pendapat yang ingin disampaikan?), Sintaksis, (bagaimana pendapat disampaikan?), Stilistik, (pilihan kata yang dipakai?), Retoris, (bagaimana dan dengan cara apa pendapat disampaikan?).
a. Semantik
Elemen ini merupakan wacana yang penting dalam analisis wacana sebuah teks berita karena menyangkut makna yang ingin ditekankan dalam teks. Pada analisis semantik, makna yang terkandung dalam kalimat di teliti baik yang eksplisit (tertulis) maupun implisit (tersembunyi).
Latar dalam sebuah teks ialah suatu keadaan situasional saat teks dibuat dalam teks, latar belakang sebuah peristiwa dapat dicantumkan atau tidak, tergantung dari kepentingan penulis.
Tabel.2 elemen semantik (latar) No
1.
Semantik (latar)
Paragraf 1 : sungguh beberapa tahun belakangan ini Bangsa Indonesia terus menerus dirundung berbagai cobaan dan ujian
Paragraf 2 : Pantas Allah SWT telah mewanti-wanti akan terjadinya berbagai kerusakan di muka bumi ini akbiat perbuatan manusia.
Paragraf 3 : Berbagai bencana tersebut sudah pasti mengikuti hukum sebab-akibat yang berlaku dan merupakan sunnatulloh di alam semesta yang akan menjadi media pembelajaran bagi setiap manusia agar selalu melek terhadap Tuhannya, sekaligus arena pembuktian kekeuasaan Sang Raja Kuasa , yaitu Allah Ta’ala yang tidak akan mampu seorangpun mencegahnya.
Paragraf 4 : Bencana-bencana alam yang terjadi sekarang ini perlu diyakini sebagai peringatan sekaligus ujian dari Allah SWT bagi pembelajaran Bangsa Indonesia menuju kehidupan yang lebih baik, menuju baldatun wa robbun ghofur, gemah ripah loh jinawi.
menimpa sekarang, baik terjadi karena sunnatulloh yang tidak kuasa mencegahnya maupun yang berkaitan dengan sebab-akibat perbuatan dosa kita, semuanya merupakan takdir Allah yang harus diimani dan diterima dengan ridho terhadap kehendak-Nya disertai sikap sabar yang akan menumbuhkan optimisme hidup
Paragraf 7 : Musibah terjadi sebagai hukuman
Allah atas berbagai perbuatan dosa yang dilakukan manusia terhadap Allah dan melanggar segala perintah dan larangan-Nya.
Paragraf 8 : demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya, (Al-Anfal : 51).
Paragraf 9 : musibah yang terjadi adalah sebagai penghapus berbagai dosa yang dilakukan selama hidup di dunia, sehingga kelak di akhirat tidak diperhitungkan lagi dosa tersebut.
Paragraf 10 : Tidaklah sekali-kali seorang manusia mengatakan beriman kepada Allah keculai Allah akan mengujinya terlebih dahulu.
Paragraf 12 : Bersyukurlah kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang dikasihi Allah dan diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, tidak seperti umat-umat para Nabi lain yang hidup
sebelum kita yang ditimpa musibah seketika sebagai balasan atas berbagai dosa yang diperbuatnya, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertaubat.
Paragraf 13 : Apalah kita sebagai manusia yang tidak luput dari dosa-dosa setiap saat, diberi nikmat tidak syukur, diberi hidup tidak dimanfaatkan, dan diberi kesempatan malah tidak digunakan untuk cepat bertaubat.
2) Detail
Pengertian detail dalam rangka analisis van Dijk ialah berita mana yang disampaikan secara mendetail dan berita mana yang ditampilkan secukupnya saja. Detail lebih merupakan kepada bentuk strategi penulis yang ingin mengekspresikan sikapnya dengan cara sembunyi-sembunyi (implisit).
Table. 3 elemen semantik (detail)
2. Detail Paragraf 2 : Berbagai kerusakan dan bencana yang
terjadi di beberapa belahan bumi ini secara ilmiah terjadi diakibatkan oleh keserakahan manusia yang ingin enak sendiri dengan mengekplotir berbagai sumber kekayaan yang ada di ala mini tanpa mempertimbangkan ekosistem dan keseimbangan
alam.
Paragraf 3 : Pada kenyataannya, ada yang mampu kembali kepadanya dengan selamat dan husnul-khotimah, ada sebagian manusia malah tersesat dan tidak mampu untuk kembali kepada-Nya diakibatkan berbagai perbuatan dosa yang dilakukannya ketika masih hidup di dunia.
Paragraf 4 : Seperti ditegaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah: 155-157, yang artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan Rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Paragraf 5 : Sehingga dapat menghadapinya dengan penuh ketenangan dan menjadi nikmat baginya serta dapat menghapus berbagai dosa yang pernah dilakukan, bukan sebaliknya menjadi siksaan dan kutukan yang menjadikan hati tidak tenang penuh emosi serta berbagai keluh kesah yang tidak berarti.
merujuk dan mendasari perbuatan kita dengan al-quran dan sunnah sebagai pedoman hidup yang akan menyelematkan kita, baik didunia maupun diakhirat.
Paragraf 7 : Seperti Allah telah melarang manusia untuk membuat kerusakan di muka bumi, malah manusia merusak ekosistem alam yang sudah ditata sedemikian rupa oleh Sang Maha Pencipta.
Paragraf 8 : Tidaklah sekali-kali Allah menyiksa dan menurunkan azab atau musibah, keculai semuanya itu diakibatkan perbuatan manusia itu sendiri;apa saja nikmat yang kamuperoleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.
Paragraf 9 : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebgaian besar (dari kesalahan-kesalahan mu),” demikian tegas Allah dalam surat Asy-Syuro:30.
Paragraf 10 : Bahkan bagi orang-orang beriman dan orang-orang soleh berbagai cobaan itu lebih berat ditimpakan kepadanya, sebagai tanda kecemburuan Allah kepadnya agar tidak berpaling dari-Nya dalam berbagai hal.
Paragraf 11 : “Sesungguhnya orang-orang soleh akan diperberat (musibah)atas mereka. Dan tidaklah
seorang mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya dan akan ditinggikan derajatnya”(HR.Ahmad).
Paragraf 12 : Ketika umat Nabi Luth berbuat dosa, maka oleh Allah dibalikkanlah bumi sebagai tempat kuburan mereka, dan umat-umat lainnya yang ditimpa azab secara langsung di dunia ini.
Paragraf 13 : Marilah kita memperbanyak istigfar dan meminta ampun kepada Allah laksana Sang kinasih Muhamad yang dijamin masuk surga, malah bengkak-bengkak kakinya akibat banyak sujud dan meminta ampun kepada Allah.
3) Maksud
Elemen ini identik dengan elemen detail, elemen maksud melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit atau tidak, apakah fakta disajikan secara telanjang atau tidak, elemen ini menonjolkan praktek berbahasa tertentu untuk menyampaikan maksudnya.
Table. 4 elemen semantik (maksud)
3. Maksud Paragraf 2 : Bagaimana tidak akan terjadi gempa
kalau setiap hari semua isi yang ada di dalam perut bumi berupa air, batubara, nikel, emas, minyak, bensin, sampai gas alam terus diambil? Di lain pihak
gunung digunduli dan dipugar diambil batu dan pasirnya, pepohonan penyeimabang ekosistem ditebang membabi buta, dan lingkungan dicemari oleh berbagai kreasi manusia?manusia tidak mempunyai kepedulian menjaga lingkungan, bahkan hanya ingin menimati saja hari ini tanpa memikirkan anak cucu di masa mendatang.
Paragraf 3 : Sesungguhnya kita semua milik-Nya dan kita semua akan kembali kepada-Nya. Pada kenyataannya, ada yang mampu kembali kepadanya dengan selamat dan husnul-khotimah, ada sebagian manusia malah tersesat dan tidak mampu untuk kembali kepada-Nya diakibatkan berbagai perbuatan dosa yang dilakukannya ketika masih hidup di dunia.
Paragraf 4 : Seperti ditegaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah: 155-157, yang artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan Rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Paragraf 5 : Sehingga dapat menghadapinya dengan penuh ketenangan dan menjadi nikmat baginya serta dapat menghapus berbagai dosa yang pernah dilakukan, bukan sebaliknya menjadi siksaan dan kutukan yang menjadikan hati tidak tenang penuh emosi serta berbagai keluh kesah yang tidak berarti.
Paragraf 6 : Sebagai orang beriman sudah pasti perlu merujuk dan mendasari perbuatan kita dengan al-quran dan sunnah sebagai pedoman hidup yang akan menyelematkan kita, baik didunia maupun diakhirat.
Paragraf 7 : “Dan hendaklah kamu memutuskan
perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka, dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah oranorang yang fasik (Al-Maidah:49).
Paragraf 8 : Kami mengutusmu menjadi Rosul
kepada segenap manusia, dan cukuplah Allah menjadi saksi. (An-Nisa :79), demikian itu disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya, (Al-Anfal : 51).
Paragraf 9 : bahkan lebih jauh lagi Baginda
Rasulullah SAW menegaskan bahwa berbagai musibah tersebut merupakan kasih sayang-Nya, demi menyelamatkannya dari siksa di akherat kelak.
Paragraf 10 : musibah yang diturunkan Allah adalah merupakan ujian dalamrangka meningkatkan kualitas taqwa seorang hamba di sisi Tuhannya.
Paragraf 12 : Ketika umat Nabi Luth berbuat dosa, maka oleh Allah dibalikkanlah bumi sebagai tempat kuburan mereka, dan umat-umat lainnya yang ditimpa azab secara langsung di dunia ini.
Paragraf 13 : Astagfirullah ya ghofar yang Maha Penyayang . marilah berpegang teguh dengan tali Allah dimanapun berada supaya dilindung oleh-Nya selamanya. Amin.
4) Pengandaian
Adalah strategi lain yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima khalayak. Elemen wacana pengandaian meruapakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.
Table 5 elemen semantik (pengandaian)
4 Pengandaian Paragraf 7 : Jika mereka berpaling (dari hukum
yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka.
Paragraf 9 : Apabila Allah menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya (membeiarkannya) dengan dosa-dosa tersebut) dibalas pada hari kiamat” (HR.Turmudzi).
b. Sintaksis
Sintaksis adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Dalam hal ini menerangkan tentang bagaimana penulis menggunkan kalimat hingga menjadi satu kesatuan.
1) Koherensi : meruapakan pertalian antar kata/kalimat, biasanya dapat diamati dengan memakai kata penghubung (konjungsi) : dan, atau, tetapi, namun, karena, meskipun, jika, demikian pula, agar dan sebagainya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut :
“Berbagai bencana yang terjadi dan menimpa sekarang, baik terjadi karena sunnatulloh yang tidak kuasa mencegahnya maupun yang berkaitan
dengan sebab-akibat perbuatan dosa kita, semuanya merupakan takdir Allah yang harus diimani dan diterima dengan ridho terhadap kehendak-Nya disertai sikap sabar yang akan menumbuhkan optimisme hidup.”
Penempatan kata ‘dan’ pada keterangan diatas mempunyai fungsi sebagai kata hubung yang menyatakan tambahan atas kalimat sebelumnya. Berbagai bencana yang terjadi dan menimpa sekarang.
Sedangkan kata ‘karena’ merupakan kata hubung yang bermakna menjelaskan. Penggunaan kata penghubung memberikan kesan bahwa bencana yang terjadi dan menimpa sekarang karena sunnatulah yang tiada kuasa.
2) Bentuk kalimat : adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis. Menjelaskan tentang proposisi-proposisi yang diatur dalam satu rangkaian kalimat. Maksudnya, proposisi mana yang akan ditempatkan di awal atau akhir kalimat. Kutipan berikut dapat menjelaskan dan membedakan mana subjek, predikat, objek dan keterangan :
“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang terbaik lalu yang terbaik, seseorang diuji sesuai dengan tingkat agamanya.”
Dari kutipan diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :
Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi S p O
Penempatan proposisi tersebut dapat mempengaruhi makna yang timbul karena akan menunjukan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak. Kalimat diatas merupakan bentuk dari kalimat aktif karena subjek diletakkan diawal kalimat. Dalam kalimat ini kata yang ingin ditonjolkan adalah ‘manusia’, dengan penempatan posisi diawal frase, peneliti berpendapat bahwa penulis rubrik ingin menonjolkan atas manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi kemudian orang-orang yang terbaik, lalu yang terbaik. Karena jika penempatan proposisi tersebut dibalik menjadi “para Nabi yang paling berat ujiannya adalah manusia” membuat manusia ditempatkan secara tersembunyi, makna yang muncul dari susunan kalimat ini berbeda. 3) Kata ganti : kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa
dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana. Tetapi, ketika memakai kata ganti ‘kita’ menjadikan sikap tersebut sebagai representative dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu.
“Bersyukurlah kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang dikasihi Allah dan
diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, tidak seperti umat-umat para Nabi lain yang hidup sebelum kita yang ditimpa musibah seketika sebagai balasan atas berbagai dosa yang diperbuatnya, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertaubat.”
c. Stilistik
Stilistik adalah cara yang digunakan pengarang untuk menyatakan maksud melalui pilihan kata yang digunakan. Dalam menyajikan rubrik renungan , penulis menggunakan bahasa yang lugas. Seperti terdapat pada kutipan berikut :
“Bencana-bencana alam yang terjadi sekarang ini perlu diyakini sebagai peringatan sekaligus ujian dari Allah SWT bagi pembelajaran Bangsa Indonesia menuju kehidupan yang lebih baik, menuju baldatun wa robbun ghofur, gemah ripah loh jinawi.”
Dari kutipan kalimat diats, penulis ingin menunjukan bahwa ditengah berbagai bencana yang terjadi, bahwa kita harus selalu ingat pada Sang Pencipta.
Pada judul “Dimensi Bencana di Mata Orang beriman” edisi 17 Januari-17 Februari 2010 ini digunakan beberapa leksikon yang memiliki arti sama, antara lain kata “Sang Penguasa Alam”, “Allah SWT”.
d. Retoris
Retoris adalah gaya yang diungkapkan pengarang untuk menyatakan sesuatu dengan sebuah intonasi dan penekanan. Strategi wacana yang digunakan untuk mengonstruksi berita tentang “Dimensi Bencana di Mata Orang Beriman” edisi 17 Januari-17 Februari 2010 ini adalah elemen grafis. Hal ini, dapat dilihat pada penulisan judul yang di tulis font 20. Dan bentuk ekspresi lain adalah penampilan huruf tebal. Contoh “ Dimensi Bencana di Mata Orang Beriman”. Serta dalam rubrik renungan ini juga menampilkan gambar.
Elemen metafora, kalimat yang mendukung kiasan, ungkapan sehari-hari, pepatah, dan nasehat agama, semuanya digunakan untuk memperjelas pesan utama, agar orang yang membaca akan mudah mengingat dan memahami isi pesan tersebut. Berikut kutipannya :
“Sesungguhnya orang-orang soleh akan diperberat (musibah) atas mereka. Dan tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya dan akan ditinggikan derajatnya “ (HR. Ahmad)