• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Kantor Pos Bogor terdiri dari Kepala Kantor, Manajer Operasi, serta sembilan divisi/bagian dengan masing-masing supervisornya. Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

Membawahi semua sub-sub bagian lainnya dalam lingkup Kantor Pos, mengkoordinasikan semua kegiatan yang ada di Kantor Pos Bogor serta jajaran yang terkait agar dapat berjalan dengan lancar, bertanggung jawab baik ke dalam maupun ke luar atas pengolahan dan pencapaian tujuan.

2. Manajer Operasi

Melaksanakan tugas-tugas kepala kantor yang didelegasikan kepadanya.

3. SPV Bagian SDM dan Sarana

Membantu kepala kantor dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, pengaturan SDM dan administrasi serta bertanggung jawab atas penyediaan sarana di Kantor Pos.

4. SPV Bagian Keuangan

Menyimpan, membayarkan/menyerahkan uang atau surat berharga yang disimpan dalam gudang atau tempat penyimpanan khusus yang digunakan untuk keperluan keuangan serta mengadministrasikan BPM (Benda Pos dan Materai), filateli dan benda konsinyasi lainnya.

5. SPV Bagian Akuntansi

Melaksanakan proses akuntansi dan membuat laporan keuangan KP Bogor 16000, menyediakan data-data keuangan yang diperlukan oleh kepala kantor.

6. SPV Bagian Pemasaran

a. Merancang strategi dan rencana kerja maupun program aksi pemasaran untuk 1 tahun ke depan demi mendukung pencapaian pendapatan dengan memperhatikan penetapan Analisis Daerah Operasi (ADO) yang telah ditetapkan oleh manajemen KP Bogor 16000.

b. Mengamati, meneliti serta memahami pasar dan pangsa pasar sehingga dapat tercipta peluang pasar yang dapat diraih demi peningkatan pencapaian pendapatan.

7. SPV Bagian Giro

Memimpin, mengkoordinir, mengawasi dan membina mutu pekerjaan di bagian Sentra Giro Gabungan (SGG).

8. SPV Bagian Bisnis Komunikasi dan Logistik

Mengawasi pelaksanaan tugas staf di loket, memberikan suport

dan binaan kepada petugas loket dan memeriksa hasil pekerjaan/buku neraca loket setiap hari.

9. SPV Bagian Bisnis Keuangan dan Keagenan

Mengentry data laporan dan mencocokkan pertanggungan giro

tabanas WU dan SOPP. 10.SPV Bagian UPL

a. Mengawasi pertanggungan kantor pos cabang, Pos Keliling Kota (PKK) dan loket extention.

b. Mengawasi penggunaan register berharga KP cabang, PKK dan loket extention.

c. Pengendalian liquiditas KP cabang. 11.SPV Bagian Pengolahan dan Outgoing

a. Mengawasi pelaksanaan operasional di bagian pengolahan secara keseluruhan.

b. Mengawasi penerimaan dan pengiriman Kantor Pos baik dari KP cabang maupun pusat.

4.1.4. Sumber Daya Manusia

Kantor Pos Bogor merupakan bagian dari PT Pos Indonesia (Persero) yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa dan beberapa bidang usaha terkait lainnya. Oleh karena itu membutuhkan SDM yang handal untuk dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan. Persaingan di dalam bidang pelayanan jasa juga menjadi penyebab perusahaan berusaha menciptakan SDM yang handal dan berkualitas. Sumber daya manusia yang tersedia saat ini berjumlah 121 karyawan. Tabel 4 menunjukkan jumlah karyawan Kantor Pos Bogor pada masing- masing divisi.

Tabel 4. Jumlah Karyawan Kantor Pos Bogor.

Bagian/Divisi Jumlah Karyawan

Kepala Kantor 1

Manajer Operasi 1

SPV Bagian SDM dan Sarana 11

SPV Bagian Keuangan 5

SPV Bagian Akuntansi 3

SPV Bagian Pemasaran 13

SPV Bagian Giro 13

SPV Bagian Bisnis Komunikasi dan Logistik 14 SPV Bagian Bisnis Keuangan dan Keagenan 14

SPV Bagian UPL 15

SPV Bagian Pengolahan dan Outgoing 31

Total Karyawan 121

Karyawan yang terdapat di Kantor Pos Bogor tersebut terbagi dalam dua status kepegawaian yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak. Sebagian besar karyawan di Kantor Pos Bogor adalah

karyawan tetap yaitu 85,1% dari jumlah karyawan keseluruhan, sedangkan karyawan kontrak hanya 14,9% dari jumlah karyawan keseluruhan. Perbandingan jumlah karyawan pria lebih banyak dibandingkan jumlah karyawan wanita yaitu 75,2% dari jumlah karyawan keseluruhan, sedangkan jumlah karyawan wanita sebanyak 24,8% dari jumlah karyawan keseluruhan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Kepegawaian.

Karakteristik Karyawan Jumlah (Orang) Persentase (%) Laki-laki 91 75,2 Jenis Kelamin Perempuan 30 24,8 Karyawan Tetap 103 85,1 Status

Kepegawaian Karyawan Kontrak 18 14,9 4.2. Karakteristik responden

Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 55 orang. Terdiri dari karyawan (staf) sebanyak 46 orang dan Manajer (atasan) sebanyak 9 orang yang terdiri dari berbagai divisi/bagian. Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini ditinjau dari segi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, bagian, status kepegawaian dan masa kerja (Tabel 6). Hasil pengolahan karakteristik responden dapat dilihat pada Lampiran 4.

a. Jenis Kelamin

Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang (56,4%) sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 24 orang (43,6%).

b. Usia

Usia karyawan menyebar ke dalam tiga kelompok yaitu sebesar 16,4% masuk ke dalam kelompok usia 20-25 tahun, 29,1% masuk ke dalam kelompok usia 25-40 tahun dan sebesar 54,5% masuk ke dalam kelompok usia lebih dari 40 tahun.

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan karyawan terdiri atas pendidikan dengan jenjang SD, SMP, SMA, Diploma, S1 dan S2. Berdasarkan hasil penyebaran

kuesioner, tingkat pendidikan karyawan yang menjadi responden pada umumnya adalah tingkat pendidikan dengan jenjang SMA yaitu sebanyak 35 orang (63,6%), selanjutnya adalah tingkat pendidikan dengan jenjang Diploma sebanyak 16orang atau 29,1%, sementara itu responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 3 orang (5,5%) dan responden dengan tingkat pendidikan S1 hanya sebanyak 1 orang (1,8%).

d. Bagian

Karakteristik responden berdasarkan bagian pada Kantor Pos Bogor terdiri dari berbagai divisi/bagian diantaranya bagian SDM dan Sarana sebanyak 5 orang (9,1%), bagian pemasaran sebanyak 6 orang (10,9%), bagian keuangan sebanyak 3 orang (5,5%), Akuntansi sebanyak 2 orang (3,6%), bagian giro sebanyak 6 orang (10,9%), bagian bisnis komunikasi dan logistik sebanyak 6 orang (10,9%), bagian bisnis keuangan dan keagenan sebanyak 6 orang (10,9%), bagian UPL sebanyak 7 orang (12,7%) dan bagian pengolahan sebanyak 14 orang (25,5%).

e. Status kepegawaian

Secara keseluruhan terdapat 48 responden yang berstatus karyawan tetap (87,3%) sedangkan responden yang berstatus karyawan kontrak hanya 7 orang (12,7%).

f. Masa kerja

Karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini pada umumnya memiliki masa kerja >10 tahun yaitu sebanyak 41 orang (74,5%), responden dengan masa kerja 1-5 tahun sebanyak 7 orang (12,7%) sedangkan responden dengan masa kerja 5-10 tahun sebanyak 4 orang (7,3%) dan hanya 3 orang (5,5%) yang baru bekerja < 1 tahun. Lama bekerja karyawan memberikan pengaruh terhadap penilaian komunikasi yang berlangsung di dalam perusahaan. Karyawan yang bekerja lebih lama pada umumnya lebih mengetahui dan mengenal komunikasi yang telah berjalan sehingga kondisi nyata terhadap komunikasi dalam perusahaan lebih tergambar.

Tabel 6. Karakteristik responden.

Karakteristik Responden Frekuensi (Orang) Persentase (%) Laki-laki 31 56,4 Jenis Kelamin Perempuan 24 43,6 < 20 tahun 0 0 20-25 tahun 9 16,4 25-40 tahun 16 29,1 Usia > 40 tahun 30 54,5 SMP 3 5,5 SMA 35 63,6 Diploma 16 29,1 Tingkat Pendidikan S1 1 1,8 SDM 5 9,1 Pemasaran 6 10,9 Keuangan 3 5,5 Akuntansi 2 3,6 Giro 6 10,9 Biskomlog 6 10,9 Biskugen 6 10,9 UPL 7 12,7 Bagian Pengolahan 14 25,5 Karyawan Tetap 48 87,3 Status Kepegawaian Karyawan Kontrak 7 12,7 < 1 tahun 3 5,5 1-5 tahun 7 12,7 5-10 tahun 4 7,3 Masa Kerja >10 tahun 41 74,5

4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Hasil Uji Validitas

Uji validitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner telah memenuhi syarat atau tidak, untuk dijadikan sebagai data utama dalam penelitian dan hasilnya akan diikutsertakan juga dalam pengolahan berikutnya. Rumus yang digunakan dalam uji validitas adalah korelasi PearsonProduct Moment dan hasilnya akan dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi (nilai r hitung). Dalam penelitian ini kuesioner disebarkan kepada 30 orang responden dengan 37 pertanyaan tertutup. Hasil dari uji validitas tersebut terdapat dua pertanyaan yang tidak valid, yaitu pertanyaan no. 3 dan 17, karena

memiliki nilai r hitung < 0,361, sehingga pertanyaan tersebut tidak dapat diterima dan pertanyaan tersebut kemudian tidak diikutkan dalam pengolahan data berikutnya. Dengan demikian terdapat 35 pertanyaan yang diikutsertakan dalam pengolahan data berikutnya. Uji validitas menggunakan bantuan software SPSS 11,5.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya dan diandalkan sebagai alat ukur, apabila pengukuran diulangi. Pengujian reliabilitas yang digunakan yaitu teknik

Cronbach’s Alpha dengan bantuan software SPSS versi 11,5. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach tersebut menunjukkan semua variabel memiliki reliabilitas instrumen yang dapat diterima dengan nilai alpha hasil pengujian reliabilitas sebesar 0,7451 artinya dapat diterima (Acceptable).

4.4. Pola Komunikasi Atasan dan Bawahan pada Kantor Pos Bogor

Pola komunikasi atasan dan bawahan terdiri dari komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah. Komunikasi tersebut dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan biasanya dilakukan dengan tatap muka langsung atau melalui media. Komunikasi secara tatap muka terjadi pada saat adanya rapat atau pertemuan rutin yang diadakan perusahaan seperti rapat yang diikuti oleh manajer dan staf-staf pada masing-masing divisi setiap dua kali seminggu, rapat mingguan yang diikuti oleh para manajer dengan Kepala Kantor dan rapat bulanan yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan Kantor Pos Bogor. Sedangkan media yang biasa digunakan untuk komunikasi secara lisan yaitu melalui media telepon.

Adapun komunikasi secara tulisan dilakukan dengan bantuan media komunikasi yang tersedia di Kantor Pos Bogor. Media komunikasi yang biasa digunakan karyawan dalam bekerja antara lain faksimili, komputer, papan informasi, nota intruksi kantor dan surat pemberitahuan.

4.4.1. Pola Komunikasi ke Atas

Komunikasi ke atas adalah komunikasi yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan. Alur informasi berasal dari bawah ke atas atau

dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi ke atas berkaitan dengan kinerja karyawan biasanya berupa laporan, pertanyaan mengenai pekerjaan, keluhan, penyampaian ide, saran dan gagasan dari karyawan (staf) kepada manajernya.

Pola komunikasi yang terjadi di Kantor Pos Bogor dapat dilihat dari frekuensi kegiatan komunikasi yang dilakukan berdasarkan jawaban responden terhadap pernyataan tentang pola komunikasi pada Tabel 7.

Tabel 7. Penilaian pola komunikasi ke atas.

No Pernyataan Penilaian Atasan Penilaian Bawahan

Pola Komunikasi ke atas MedianKeterangan Median Keterangan

1 Memberi laporan secara lisan kepada

atasan. 3 Sering 3 Sering

2 Memberi laporan secara tulisan kepada

atasan. 3 Sering 3 Sering

3 Mengajukan ide dan gagasan secara lisan

kepada atasan. 3 Sering 3 Sering

4 Mengajukan ide dan gagasan secara tulisan

kepada atasan. 3 Sering 3 Sering

5 Mengemukakan masalah dan keluhan

secara lisan kepada atasan. 4

Sangat

Sering 4

Sangat Sering 6 Mengemukakan masalah dan keluhan

secara tulisan kepada atasan. 3 Sering 2

Kadang- kadang 7 Meminta pendapat secara lisan kepada

atasan. 3 Sering 3 Sering

8 Meminta pendapat secara tulisan kepada

atasan. 2

Kadang-

kadang 3 Sering

Median 3 Sering 3 Sering

Berdasarkan penilaian responden tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pola komunikasi yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan berdasarkan penilaian masing-masing atasan dan bawahan, yaitu:

1. Memberi laporan

Nilai median pada aktivitas memberi laporan kepada atasan berdasarkan penilaian atasan dan bawahan baik secara lisan maupun tulisan sebesar 3. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya bawahan sering memberikan laporan kepada atasan secara lisan dan tulisan.

2. Mengajukan ide dan gagasan

Nilai median pada aktivitas mengajukan ide dan gagasan kepada atasan berdasarkan penilaian atasan dan bawahan baik secara lisan maupun tulisan sebesar 3. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya bawahan sering mengajukan ide dan gagasan kepada atasan secara lisan dan tulisan.

3. Mengemukakan masalah

Nilai median pada aktivitas mengemukakan masalah kepada atasan berdasarkan penilaian atasan dan bawahan baik secara lisan maupun tulisan sebesar 3. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya bawahan sering mengajukan ide dan gagasan kepada atasan secara lisan dan tulisan. dalam hal mengemukakan masalah kepada atasan.

4. Meminta pendapat

Nilai median dalam hal meminta pendapat kepada atasan secara lisan berdasarkan penilaian atasan dan bawahan masing- masing sebesar 4, sedangkan meminta pendapat kepada atasan secara tulisan berdasarkan penilaian atasan dan bawahan masing- masing sebesar 3 dan 2. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya karyawan (bawahan) lebih sering menggunakan komunikasi lisan daripada tulisan dalam hal meminta pendapat kepada atasan.

4.4.2. Pola Komunikasi ke bawah

Komunikasi ke bawah merupakan komunikasi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Alur informasi mengalir dari atas ke bawah atau dari pimpinan kepada pegawai (bawahan). Komunikasi ke bawah biasanya berupa perintah/intruksi dari atasan, sosialisasi mengenai peraturan dan kebijakan perusahaan, pengarahan dan penjelasan mengenai pekerjaan, serta penghargaan sebagai umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan.

Adapun penilaian responden terhadap pernyataan tentang pola komunikasi ke bawah dapat dilihat padaTabel 8.

Tabel 8. Penilaian pola komunikasi ke bawah.

No Pernyataan Penilaian Atasan Penilaian Bawahan

Pola Komunikasi ke bawah MedianKeterangan Median Keterangan

9 Memberi intruksi/perintah secara lisan

kepada bawahan. 3 Sering 3 Sering

10 Memberi intruksi/perintah secara tulisan

kepada bawahan. 3 Sering 3

Sering 11 Memberi penjelasan mengenai pekerjaan

secara lisan kepada bawahan. 4

Sangat

Sering 3

Sering 12 Memberi penjelasan mengenai pekerjaan

secara tulisan kepada bawahan. 3 Sering 3

Sering 13 Memberi informasi tentang peraturan dan

kebijakan perusahaan secara lisan kepada bawahan.

2 Kadang-

kadang 2

Kadang- kadang 14 Memberi informasi tentang peraturan dan

kebijakan perusahaan secara tulisan kepada bawahan.

3 Sering 3 Sering 15 Memberi pujian secara lisan kepada

bawahan. 3 Sering 3

Sering 16 Memberi pujian secara tulisan kepada

bawahan. 2

Kadang-

kadang 2,5

Kadang- kadang

Median 3 Sering 3 Sering

Berdasarkan penilaian tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pola komunikasi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan, yaitu:

1. Memberi intruksi/perintah

Nilai median sebesar 3 pada aktivitas memberi intruksi/perintah berdasarkan penilaian atasan dan bawahan baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya atasan (manajer) lebih sering menggunakan komunikasi lisan dan tulisan secara seimbang dalam hal pemberian intruksi/perintah kepada bawahan. Hal ini dirasakan lebih efektif karena pesan atau intruksi yang disampaikan secara lisan dapat memperjelas pesan secara tulisan, sehingga keduanya bisa saling melengkapi dibandingkan hanya secara lisan saja atau secara tulisan saja.

2. Memberi penjelasan mengenai pekerjaan

Nilai median pada aktivitas memberi penjelasan mengenai pekerjaan secara lisan berdasarkan penilaian atasan dan bawahan masing-masing sebesar 4 dan 3, sedangkan median untuk pernyataan menerima penjelasan mengenai pekerjaan secara tulisan

berdasarkan penilaian atasan dan bawahan masing-masing sebesar 3. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya atasan (manajer) menggunakan komunikasi tulisan dan lisan secara berimbang dalam hal pemberian penjelasan mengenai pekerjaan kepada bawahan.

3. Memberi informasi tentang peraturan dan kebijakan perusahaan

Nilai median pada aktivitas memberi informasi tentang peraturan dan kebijakan perusahaan secara lisan berdasarkan penilaian atasan dan bawahan masing-masing sebesar2, sedangkan

median untuk aktivitas menerima informasi tentang peraturan dan kebijakan perusahaan secara tulisan berdasarkan penilaian atasan dan bawahan masing-masing sebesar 3. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya atasan (manajer) lebih sering menggunakan komunikasi tulisan dalam hal pemberian informasi tentang peraturan dan kebijakan perusahaan kepada bawahan.

4. Memberi pujian

Nilai median untuk jawaban responden dalam hal memberi pujian dari atasan secara lisan berdasarkan penilaian atasan dan bawahan masing-masing sebesar 3, sedangkan median untuk pernyataan menerima pujian dari atasan secara tulisan berdasarkan penilaian atasan dan bawahan masing-masing sebesar 2 dan 2,5. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya atasan (manajer) lebih sering menggunakan komunikasi lisan daripada tulisan dalam hal memberikan pujian kepada bawahan.

Berdasarkan jawaban responden tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan di Kantor Pos Bogor menggunakan dua pola komunikasi secara seimbang yaitu pola komunikasi ke atas dan pola komunikasi ke bawah.

4.5. Hambatan Komunikasi

Hambatan komunikasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu hambatan komunikasi ke atas dan hambatan komunikasi ke bawah. Hambatan

komunikasi ke atas dinilai berdasarkan persepsi bawahan dan hambatan komunikasi ke bawah dinilai berdasarkan persepsi atasan.

4.5.1. Hambatan Komunikasi ke Atas

Tabel 9. Penilaian hambatan komunikasi ke atas.

Penilaian bawahan

No Pernyataan

Median Keterangan

Gangguan teknis

17 Hambatan jaringan telepon. 3 Sering

Gangguan semantik

18 Hambatan penggunaan bahasa. 3 Sering

19 Hambatan memahami istilah bahasa yang digunakan atasan.

2 Kadang- kadang Median 2,5 Kadang- kadang Gangguan psikologis

20 Mengalami perasaan curiga/tidak percaya terhadap atasan.

2 Kadang-

kadang 21 Mengalami perasaan tidak senang saat berkomunikasi dengan

atasan. 2

Kadang- kadang 22 Mengalami perasaan gelisah saat berkomunikasi dengan atasan.

2 Kadang-

kadang

Median 2 Kadang-

kadang Hambatan fisik atau organik

23 Mengalami kesulitan bertemu langsung dengan atasan.

2 Kadang-

kadang 24 Mengalami kesulitan jarak jauh saat berkomunikasi dengan

atasan. 2 Kadang- kadang Median 2 Kadang- kadang Hambatan status

25 Mengalami hambatan adanya perbedaan status sosial dengan

atasan. 3 Sering

26 Merasa segan kepada atasan.

2 Kadang-

kadang

Median 2,5 Kadang-

kadang Hambatan kerangka berpikir

27 Mengalami hambatan perbedaan persepsi saat berkomunikasi

dengan atasan. 3,5 Sering

Hambatan budaya

28 Mengalami hambatan perbedaan norma/kebiasaan saat

berkomunikasi dengan atasan. 3 Sering

MedianHambatan Komunikasi ke atas 3 Sering

Berdasarkan penilaian bawahan tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan mengenai penilaian atasan dan bawahan terhadap hambatan komunikasi, yaitu:

1. Gangguan Teknis

Nilai median untuk pernyataan mengenai gangguan teknis berdasarkan penilaian bawahan, sebesar 3. Mengandung arti bahwa bawahan sering mengalami gangguan teknis seperti hambatan jaringan telepon saat berkomunikasi dengan atasan.

2. Gangguan Semantik

Nilai median gangguan semantik berdasarkan penilaian bawahan adalah sebesar 2,5. Mengandung arti bahwa hambatan komunikasi berupa mengalami gangguan semantik, dialami karyawan dengan tingkat sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya bawahan kadang-kadang mengalami hambatan bahasa dalam berkomunikasi dengan atasan. Hal ini dikarenakan karyawan di Kantor Pos Bogor memiliki latar belakang budaya yang berbeda, sehingga terkadang penggunaan bahasa menimbulkan perbedaan persepsi ketika menafsirkan pesan.

3. Gangguan psikologis

Nilai median gangguan psikologis berdasarkan penilaian bawahan sebesar 2. Mengandung arti hambatan komunikasi berupa mengalami gangguan psikologis, dialami bawahan dengan tingkat sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya bawahan kadang-kadang mengalami gejala psikologis berupa gangguan kejiwaan saat berkomunikasi dengan atasan. Bawahan kadang menunjukkan kegelisahan ketika berkomunikasi dengan atasan. Bawahan juga kadang merasa curiga atau tidak percaya kepada atasan dalam hal penyampain informasi. Bawahan menilai bahwa atasan belum bersikap terbuka dalam segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan atau informasi mengenai kondisi perusahaaan. 4. Hambatan fisik atau organik

Nilai median hambatan fisik berdasarkan penilaian bawahan sebesar 2. Mengandung arti hambatan komunikasi berupa mengalami gangguan psikologis, dialami bawahan dengan tingkat sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa bawahan kadang-kadang merasa

kesulitan berkomunikasi dengan atasan pada saat atasan sedang berada di luar kantor. Namun, kondisi seperti ini dialami bawahan hanya sewaktu-waktu saja, karena atasan lebih banyak berada di dalam kantor dibandingkan di luar.

5. Hambatan Status

Nilai median hambatan status berdasarkan penilaian bawahan sebesar 2,5. Mengandung arti bahwa hambatan komunikasi berupa mengalami hambatan status, dialami bawahan dengan tingkat sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya bawahan kadang merasa adanya hambatan karena perbedaan status ketika berkomunikasi dengan atasan. Bawahan terkadang masih merasa segan atau takut ketika berkomuniksi dengan atasan.

6. Hambatan Kerangka Berpikir

Nilai median hambatan kerangka berpikir berdasarkan penilaian bawahan sebesar 3,5. Mengandung arti bahwa hambatan komunikasi berupa mengalami hambatan kerangka berpikir, dialami bawahan dengan tingkat tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya bawahan sering mengalami perbedaan persepsi saat berkomunikasi dengan atasan. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang berbeda antara atasan dengan bawahan, bawahan sering mengalami kesulitan dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh atasan.

7. Hambatan Budaya

Nilai median hambatan budaya berdasarkan penilaian bawahan sebesar 3. Mengandung arti bahwa hambatan komunikasi berupa hambatan budaya, dialami bawahan dengan tingkat tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya bawahan sering mengalami kesulitan berkomunikasi, karena adanya perbedaan latar belakang budaya diantara bawahan maupun atasan.

Hambatan Komunikasi ke bawah

Adapun penilaian responden terhadap hambatan komunikasi ke atas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Penilaian hambatan komunikasi ke bawah.

Penilaian Atasan

No Pernyataan

Median Keterangan

Gangguan teknis

17 Hambatan jaringan telepon.

2 Kadang-

kadang Gangguan semantik

18 Hambatan penggunaan bahasa. 1 Jarang

19 Hambatan memahami istilah bahasa yang digunakan bawahan.

2 Kadang-

kadang

Median 1,5 Jarang

Gangguan psikologis

20 Mengalami perasaan curiga/tidak percaya terhadap bawahan.

2 Kadang-

kadang 21 Mengalami perasaan tidak senang saat berkomunikasi dengan

bawahan. 2

Kadang- kadang 22 Mengalami perasaan gelisah saat berkomunikasi dengan

bawahan. 1 Jarang

Median 2,5 Kadang-

kadang Hambatan fisik atau organik

23 Mengalami kesulitan bertemu langsung dengan bawahan.

2 Kadang-

kadang 24 Mengalami kesulitan jarak jauh saat berkomunikasi dengan

bawahan. 2 Kadang- kadang Median 2 Kadang- kadang Hambatan status

25 Mengalami hambatan adanya perbedaan status sosial dengan

bawahan. 1 Jarang

26 Merasa segan kepada bawahan. 1 Jarang

Median 1 Jarang

Hambatan kerangka berpikir

27 Mengalami hambatan perbedaan persepsi saat berkomunikasi

dengan bawahan. 3 Sering

Hambatan budaya

28 Mengalami hambatan perbedaan norma/kebiasaan saat

berkomunikasi dengan bawahan. 2

Kadang- kadang

MedianHambatan Komunikasi ke Bawah 2 Kadang- kadang Berdasarkan penilaian atasan tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan mengenai penilaian atasan terhadap hambatan komunikasi ke bawah, yaitu:

1. Gangguan Teknis

Nilai median gangguan teknis berdasarkan penilaian atasan sebesar 2. Mengandung arti bahwa hambatan komunikasi berupa mengalami gangguan teknis, dialami atasan dengan tingkat sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya karyawan kadang-

kadang mengalami gangguan teknis seperti penggunaan telepon saat berkomunikasi. Penggunaan alat komunikasi digunakan karyawan untuk berhubungan dengan karyawan di divisi lain atau bagian eksternal kantor. Sedangkan komunikasi dengan atasan jarang menggunakan saluran telepon. Hal ini disebabkan atasan (manajer) dan bawahan (staf) berada dalam satu ruangan yang sama sehingga komunikasi dilakukan secara langsung tanpa menggunakan media telepon. Adapun penggunaan telepon hanya sewaktu-waktu yaitu pada saat atasan sedang berada di luar kantor.

Dokumen terkait