• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Organisasi

Dalam dokumen KONFLIK BUDAYA DALAM SURAT KABAR (Halaman 105-173)

BAB II DESKRIPSI PENELITIAN

B. Media Indonesia

3. Struktur Organisasi

Manajemen Media Indonesia termasuk manajemen yang mengalami fase pergantian yang tidak sedikit. Pergantian manajemen Media Indonesia tentunya demi kebaikan dan kemajuan perusahaan tersebut. Adanya kerjasama dengan Surya Paloh menjadikan Media Indonesia terus berkembang hingga saat ini, dengan susunan organisaasi perusahaan dan redaksi sebagai berikut:

Pendiri : Drs. H. Teuku Yousli Syah, M.Si (Alm)

Direktur Utama : Rahni Lowhur Schad

Direktur Pemberitaan : Saur Hutabarat

Dewan Redaksi Media Group : Elman Saragih (Ketua), Anna Wijaya Rahni Lowhur Schad, Djafar Husin Assegaf, Saur Hutabarat, Andi F. Noya, Djadjat Sudradjat, Toeti Adhitama, Lestari Moerdijat, Bambang Eka Wijaya, Sugeng Suparwoto, Suryo Pratomo

Redaktur Senior : Saur Hutabarat, Laurens Tato, Elman Saragih

Kepala Divisi Pemberitaan : Usman Kansong Deputi Kadiv. Pemberitaan : Kleden Suban

commit to user

Kadiv. Content Enrichment : Gaudensius Suhandi

Ass. KCE : Yohanes S. Widada

Ass. Kp Divisi Pemberitaan : Abdul Khohar, Ade Alawi, Ono Sarwono, Haryo Prasetyo, Rosmery Christina S. Sekretaris Redaksi : Teguh Nirwahyudi

Ass. Kadiv Foto : Hariyanto

Ass. Kadiv MICOM : Tjahyo Utomo, Victor JP Nababan

Redaktur : Agus Wahyu Kristianto, Cri Canon

Riadewi, Eko Suprihatno, Eko

Rahmawanto, Fitriana Siregar, Gantyo Koespradono, Hapsoro Poetro, Henri Salomo, Ida Farida, Jaka Budisantosa, Lintang Rowe, Mathias S. Brahmana, M. Anwar Surachman, Sadyo Kristriarto Redaktur MICOM : Agustriwibowo, Asnawi Khaddaf,

Patna Budi Utami

Redaktur Foto : Agus Mulyawan

Redaktur Periset : Heru Prasetyo Kood Operator MICOM : Abdul Salam

Operator MICOM : Charles Silaban, Muhammad Syaifullah, Panji Ari Murti, Wijokongko, Ricky Julian, Alfani Taufik, Surono Abadi

commit to user

4. Kebijakan Redaksional

Pada Media Indonesia, pemilik perusahaan menentukan siapa yang menulis editorial. Disana terdapat sebuah tim yang terdiri atas penulis dari perwakilan pemimpin redaksi Media Indonesia, surat kabar Lampung Post dan stasiun televisi Metro TV. Salah satu tanggung jawab mereka sebagai redaktur opini adalah memilih komentar-komentar dan analisis-analisis yang dikirim oleh ‘pihak luar’ serta menentukan beberapa surat pembaca yang akan diterbitkan. Setiap hari ada 30 komentar yang masuk, yang kemudian dipilih berdasarkan aktualitas, relevansi, dan tingkat kepercayaan kepada penulisnya. Media Indonesia juga memiliki sebuah kelompok tetap pakar, yang secara berkala menulis analisis-analisis dan komentar-komentar. Sebuah evaluasi atas komentar-komentar yang telah diterbitkan, menurut keterangan kepala rubrik opini, berlangsung dua minggu sekali oleh sebuah tim dari berbagai rubrik.

Bentuk berita yang mengandung opini selain di halaman opini juga terdapat di halaman rubrik-rubrik yang lain. Di sini pilihan ditentukan oleh masing-masing rubrik. Kepala rubrik opini juga yang memilih surat-surat pembaca. Media Indonesia menerbitkan dalam rubrik ini lebih sedikit surat-surat tentang pemberitaan atau tema-tema aktual, melainkan terutama memuat surat-surat yang berisi keluhan.

Adanya campur aduk divisi dalam redaksional Media Indonesia kadang kala menjadi dilema dalam internal perusahaan. Keterlibatan divisi iklan dalam proses redaksional di Media Indonesia terlihat dari adanya

commit to user

keikutsertaan karyawan divisi iklan dalam rapat redaksi. Tingkat frekuensi campur tangan divisi iklan terhadap redaksi redaksi tergantung seberapa penting berita yang akan diterbitkan bagi kepentingan umum.

Selain itu, promosi silang juga terjadi di Media Indonesia dan Metro TV, dimana setiap paginya pada siaran berita Metro TV selalu dibacakan editorial dari Media Indonesia, akan tetapi hal itu tidak disebut sebagai iklan (Keller,2009:79-82).

4.1Pola Penyajian

Berdasarkan Budaya Perusahaan Media Indonesia pada bidang redaksi periode 2002-2005, yakni menjadi koran refrensi bagi pembaca. Sedangkan pembaca Media Indonesia, berdasarkan segmentasinya, adalah kelas menengah ke atas. Oleh karena itu, Media Indonesia senantiasa memperhatikan unsur kebutuhan pembaca dengan segmentasi tertentu terkait isu pemberitaan dan pola peliputannya.

Dalam setiap penerbitan yang dilakukan oleh Media Indonesia, Edisi harian selalu diterbitkan hingga 24 halaman, yang terbagi dalam dua kali masa cetak. Masa cetak pertama, halaman 13-24 dicetak pada pukul 19.00 WIB setiap harinya, dengan rubrik berita meliputi Fokus Pemberitaan dan berita kolom Humaniora. Sedangkan pada masa cetak kedua, yakni halaman 1-12, dicetak pada pukul 23.30 WIB dengan isi berita utama (Headline) dan pemberitaan kolom lainnya.

Mengenai pola peliputan, meskipun Media Indonesia tidak memiliki ketentuan tentang jenis informasi yang disajikan pada tiap

commit to user

halaman surat kabar, namun Media Indonesia tetap memiliki pola penyajian tertentu untuk setiap edisinya. Berita-berita utama selalu diletakkan pada halaman luar, yangmana halaman luar itu meliputi halaman 1 (halaman muka/cover) dan halaman 12 (halaman belakang/backcover).

Pada halaman muka, Media Indonesia menyajikan berita-berita utama, biasanya diisi dengan sebuah headline pemberitaan dengan satu foto sebagai visualisasi headline maupun foto lepas. Seperti surat kabar pada umumnya, dasar penentuan isu atau topik sebagai headline adalah nilai lebih dari sebuah isu berita yang layak muat, dan sudah dibahas dalam rapat redaksi. Selain headline, masih ditambah dengan tiga berita lainnya yang dianggap sebagai bagian isu penting bagi pembacanya. Dan yang tidak dapat terpisahkan dari ciri khas Media Indonesia yakni penulisan editorialnya. Bahkan disediakan satu halaman khusus dibagian dalam untuk bedah editorial dalam menampung pendapat pembacanya.

Untuk halaman belakang, selain menampilkan headline serta foto sebagai visualisasi headline atau foto lepas, juga menampilkan lima berita utama lainnya. Dua berita diantaranya berjudul rubrik ‘Sosok’ yang biasanya berisi profil atau cerita unik dan ringan tentang seorang tokoh tertentu.

Pada halaman dalam, disediakan untuk beberapa topik pemberitaan yang juga menjadi dasar pembagian desk redaksi Media

commit to user

Indonesia, yakni Bisnis, Opini, Polkam, Metropolitan, Nusantara, Internasional, Olahraga dan Humaniora. Pada setiap halaman tersebut, terdapat sebuah headline yang dianggap sebagai berita utama oleh redaktur masing-masing desk.

Media Indonesia memiliki kebijakan fokus untuk masing- masing desk. Fokus biasanya berisi pendalaman akan isu-isu khusus yang dianggap memenuhi keingintahuan para pembacanya. Setiap desk mendapat jatah membuat fokus pemberitaan masing-masing sekali dalam seminggu, dengan rincian sebagai berikut: pada hari Senin untuk desk Polkam, Selasa untuk Metropolitan, Rabu untuk Olahraga, Kamis untuk Ekonomi, Jumat untuk Internasional dan Sabtu untuk Humaniora. Fokus pemberitaan diletakkan pada masa cetak kedua (untuk halaman 1-12) Media Indonesia.

Untuk hari Minggu, Media Indonesia memiliki pola liputan tersendiri dimana edisi Minggu biasanya memuat sajian informasi yang bersifat ringan dan penuh dengan artikel-artikel menarik seperti musik, film, profil, kuliner, gaya hidup dan sebagainya.

5. Profil Pembaca

Pada setiap Surat Kabar tentunya memiliki segmentasi pembaca yang berbeda-beda. Segmentasi pembaca tentu akan diperoleh berdasarkan hasil survey oleh surat kabar itu sendiri. Maka dari itu, berdasarkan hasil survey oleh Media Indoensia, maka akan disajikan profil

commit to user

pembaca/pengakses surat kabar harian Media Indonesia berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, pekerjaan dan jumlah pengeluaran, sebagai berikut:

No. Jenis Kelamin Persentase 1 Laki-Laki 87% 2 Perempuan 37% No. Tingkat Pendidikan Persentase (%) 1 Lulusan SLTA 10 2 D1-D3 15 3 Sarjana 1 51 4 Sarjana 2 19 5 Sarjana 3 5 Jumlah 100

No. Tingkat Usia Persentase (%) 1 17 - 24 12 2 25 - 34 45 3 35 - 44 29 4 45 - 55 12 5 > 55 2 Jumlah 100 Tabel 2.4

Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2.5

Persentase Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 2.6

commit to user

No. Jenis Pekerjaan Persentase (%) 1 PNS 13 2 Pegawai BUMN 14 3 Ekspatriat 2 4 TNI - Polri 1 5 Pengusaha 4 6 Mahasiswa 11 7 Pegawai Swasta 52 8 Lainnya 3 Jumlah 100

No. Angka Nominal (Rp.) Persentase (%) 1 < 1.000.000 19 2 1.000.000 - 1.500.000 13 3 1.500.000 - 2.000.000 13 4 2.000.000 - 2.500.000 11 5 2.500.000 - 3.000.000 7 6 3.000.000 - 3.500.000 7 7 > 3.500.000 30 Jumlah 100 Tabel 2.7

Persentase Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tabel 2.8

Persentase Berdasarkan Tingkat Pengeluaran

commit to user BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Polemik antar negara memang sudah sering terjadi, baik itu secara berkala ataupun secara terus-menerus. Tidak terkecuali dengan hubungan negara serumpun melayu antara Malaysia dan Indonesia. Polemik yang muncul dalam hubungan bilateral kedua negara ini terus berulang, dari satu episode ke episode lain. Awalnya dimulai dari kasus pelecehan terhadap integritas bangsa Indonesia pada jaman Presiden Soekarno, hingga adanya kasus ambalat, TKI, dan saat ini yang lagi banyak diperbincangkan yakni klaim sepihak Malaysia terhadap karya seni milik bangsa Indonesia. Yang membuat hal ini menjadi lebih menarik lagi, adalah klaim ini tidak hanya dilakukan atas nama pemerintah kerajaan tetapi juga pihak swasta di Malaysia.

Kesewenang-wenangan pihak Malaysia terhadap Indonesia sudah membuat seluruh penduduk Indonesia seakan-akan kebakarang jenggot dalam menanggapai polemik yang tidak ada titik penyelesaiannya ini. Kasus Ambalat yang berkepanjangan hingga klaim budaya sudah membuat bangsa Indonesia jenuh dan geram akan ulah negara tetangga tersebut. Melihat dari permasalahan budaya, klaim sepihak ini dilandaskan pada argumen bahwa kepemilikan karya seni yang ada di Indonesia juga bisa digunakan oleh Malaysia, mengingat penduduk Malaysia banyak berasal dari keturunan orang Indonesia yang merantau dan menetap di Malaysia. Konflik pun tak terhindarkan yangmana membuat

commit to user

kedua pemerintahan sering tampak ragu dan lamban dalam menyikapi masalah ini (Jurnal Luar Negeri, 2009:19)

Adanya polemik yang berkepanjangan dan menimbulkan konflik ini membuat banyak media massa kedua negara melakukan peliputan. Seperti halnya dengan surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia yang paling banyak mengulas berita mengenai konflik kedua negara berdasarkan pandangan redaksional dari negara masing-masing.

Berita mengenai konflik budaya kedua negara yang dikumpulkan oleh peneliti dari rentang waktu terjadinya konflik yakni pada bulan Agustus hingga Desember 2009, Surat Kabar Utusan Malaysia memuat 29 berita yang berkaitan langsung mengenai konflik kedua negara dalam hal klaim budaya. Dari 29 berita yang ada, terdapat 17 berita yang dimuat pada bulan September, 5 berita pada bulan Oktober, 3 berita pada bulan November serta 4 berita yang termuat pada bulan Desember 2009. Pada bulan Agustus pihak Utusan Malaysia belum melakukan peliputan dikarenakan masalah yang mulai memanas di Indonesia itu baru mendapat sorotan media Malaysia pada bulan September, yangmana sebelumnya pihak Media Malaysia sama sekali tidak melakukan peliputan dengan serius apabila tidak terpancing oleh berita-berita yang sudah dahulu memanas di Indonesia.

Berbeda halnya dengan peliputan berita yang dimuat oleh surat kabar Media Indonesia, dengan jumlah berita yang lebih banyak yakni 31 berita. Berdasarkan jumlah berita yang dimuat, pada bulan Agustus terdapat 20 berita yang berkaitan dengan konflik budaya, pada bulan September terdapat 8 berita,

commit to user

oktober hanya terdapat 2 berita, dan 1 berita pada bulan Desember. Pada bulan Oktober hingga Desember, isu pemberitaan terkait konflik budaya semakin berkurang seiring munculnya isu berita lainnya, seperti kasus Bank Century, kasus penyuapan yang melibatkan petinggi POLRI, dan lain sebagainya.

Setelah melakukan pengkodingan oleh peneliti dan pengkoding satu maka hasil uji realibilitas untuk tiap kategori dari isi pemberitaan terkait masalah konflik budaya dapat disaksikan pada tabel berikut (perincian perhitungan ada pada lembar lampiran I : Perhitungan Reliabilitas):

Berdasarkan petunjuk tabel diatas, maka perincian dari hasil uji reliabilitas tersebut adalah sebagai berikut,

Kategori Hasil CR Pi I. Pokok Permasalahan Berita 93% 87%

II. Arah Pemberitaan 93% 90%

III. Sumber Berita 89% 81%

IV. Faktualitas Berita 93% 87%

V. Bentuk Penulisan Berita 86% 77%

Kategori Hasil CR Pi I. Pokok Permasalahan Berita 87% 78%

II. Arah Pemberitaan 94% 91%

III. Sumber Berita 87% 80%

IV. Faktualitas Berita 94% 78%

V. Bentuk Penulisan Berita 94% 89% Tabel 3.1

Hasil Uji Reliabilitas pada Surat Kabar Utusan Malaysia

Tabel 3.2

commit to user

Pada surat kabar Utusan Malaysia untuk kategori pokok permasalahan berita tingkat realibilitasnya adalah 93%, dengan nilai kesepakatan antara peneliti dan pengkoding satu sebesar 87%. Untuk kategori arah pemberitaan tingkat realibilitasnya adalah 93%, dengan niliai kesepakatan antar pengkoding yakni sebesar 90%. Untuk kategori sumber berita tingkat realibilitasnya sebesar 89%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding yakni 81%. Untuk kategori keempat faktualitas berita mempunyai tingkat realibilitas sebesar 93%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding adalah 87%. Sedangkan untuk kategori terakhir bentuk penulisan berita tingkat realibilitasnya adalah 86%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding sebesar 77%.

Namun berbeda halnya pada surat kabar Media Indonesia, yakni untuk kategori pokok permasalahan berita tingkat realibilitasnya adalah 87%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding 78%. Untuk kategori arah pemberitaan, tingkat realibilitasnya sebesar 94%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding 91%. Pada kategori sumber berita, tingkat realibilitasnya adalah 87% dengan nilai kesepakatan antar pengkoding sebesar 80%. Untuk kategori faktualitas berita mempunyai tingkat realibilitas sebesar 94%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding 78%. Sedangkan untuk kategori bentuk penulisan berita tingkat realibilitasnya 94%, dengan nilai kesepakatan antar pengkoding sebesar 89%.

Hasil pengkodingan yang dilakukan oleh peneliti dan pengkoding satu diatas dianggap telah memenuhi tingkat kepercayaan antar pengkoding, karena menurut Kriyantono (2007:236) ambang batas penerimaan yang sering digunakan untuk uji reliabilitas kategorisasi adalah 0,75 atau 75%, selain itu adanya pendapat

commit to user

dari Lasswell dalam Flournoy (1989:193) yang mengatakan nilai-nilai antara 70 - 80% kesamaan yang terjadi antar para pengkoding dapat diterima sebagai suatu kepercayaan yang memadai. Oleh karena itu, peneliti yakin bahwa data penelitian yang disajikan dalam penilitian ini adalah reliabel atau memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, karena hasil uji reliabilitas kategori yang diperoleh dari pengkodingan ini menunjukkan persentase diatas 70%.

Setelah melakukan uji reliabilitas, kemudian data hasil pengkodingan disajikan dalam bentuk tabel, yakni tabel distribusi frekuensi, dengan tujuan untuk mendiskripsikan distribusi frekuensi dalam tiap kategori yang diteliti. Kategori- kategori yang diteliti akan diukur dari frekuensi pemberitaan dengan tingkat keseringan munculnya berita tersebut pada surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia selama masa periode penelitian berlangsung.

3.1. Penyajian Data Isi Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia –

Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia

Pada surat kabar Utusan Malaysia, isi berita yang terkait dengan pemberitaan Konflik Budaya Indonesia – Malaysia periode Agustus hingga Desember 2009 berjumlah 29 item. Sajian data isi pemberitaan ini dapat dilihat dalam kategori-kategori yang telah ditentukan sebelumnya, yakni berdasarkan kategori pokok permasalahan berita, arah pemberitaan, sumber berita, faktualitas berita dan bentuk penulisan berita.

commit to user

3.1.1. Sajian Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang

Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia

Pokok permasalahan berita merupakan asal muasal isi berita yang disajikan oleh sebuah surat kabar, yang meliputi dari tema pemberitaan yang diangkat serta maksud dari isi berita tersebut, apakah dalam isi berita menerangkan adanya konflik atau penyelesaian konflik dari konflik budaya yang dipermasalahkan dalam isi berita tersebut.

Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan bahwa pokok permasalahan berita yang paling banyak dimuat melalui surat kabar Utusan Malaysia tentang konflik budaya Indonesia – Malaysia yakni mengenai penyelesaian konflik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi sebanyak 19 item atau 65,52% dari total pemuatan. Kemudian diikuti dengan pemberitaan mengenai konflik budaya sebanyak 10 item atau 34,48%.

No. Pokok Permasalahan Berita Frekuensi Persentase (%) 1 Konflik Budaya 10 34,48 2 Penyelesaian Konflik 19 65,52

Jumlah 29 100

Sumber: Hasil koding data primer

Tabel 3.3

Distribusi Frekuensi Data Kategori Pokok Permasalahan Berita Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia

commit to user

Isi berita yang dimuat pada surat kabar Utusan Malaysia memang lebih berfokus pada penyelesaian konflik dan tidak terlalu menanggapi isu negatif yang terjadi di Indonesia. Hal ini dapat terlihat pada isi berita pada edisi Kamis, 09 September 2009. pemberitaan yang berjudul “EPG Malaysia-Indonesia bantu erat hubungan – Rais”, berisi tentang peran Eminent Persons Group (EPG) Malaysia-Indonesia dalam meredakan ketegangan hubungan antara rakyat kedua negara. Berikut cuplikan isi berita terkait:

“Kumpulan Tokoh Terkemuka (EPG) Malaysia – Indonesia akan diminta memainkan peranan bagi meredakan ketegangan hubungan antara rakyat kedua-dua negara ekoran dakwaan Tarian Pendet republik itu dicuri negara ini…”.

Selama menjalankan perannya, EPG Indonesia – Malaysia diresmikan pada 7 Juli 2008, yang merupakan wujud hasil pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi di Putrjaya, Malaysia 11 Januari 2008, untuk menyepakati pembentukan EPG.

Anggota EPG Indonesia terdiri atas Try Sutrisno, Quraish Shihab, Des Alwi, Musni Umar, Pudentia MPSS dan Wahyuni Bahar. Dan untuk area Malaysia, anggota EPG diwakilkan oleh Tun Musa Hitam, Tan Sri Dato Seri Mohd Zahidi H. Zainuddin, Tan Sri Khoo Kay Kim, Tan Sri Abdul Halim Ali, Tan Sri Amar Haji Hamid Bugo, Datuk Syed Ali Tawfik Al-Attas dan Datuk Seri Panglima Joseph Pairin Kitingan (http://www.waspada.co.id/index.php?).

commit to user

Isi pemberitaan lainnya yang berkaitan dengan pemberitaan mengenai penyelesaian konflik, yakni pada edisi Jumat 13 November 2009 yang berjudul “Isyarat positif hubungan Malaysia- Indonesia – Najib”. Isi berita menegaskan bahwa hubungan Malaysia-Indonesia bukanlah sekedar hubungan pasang surut, melainkan akan terjalin selamanya.

“…Kedua-dua pemimpin sepakat kedua-dua kerajaan beriltizam untuk terus memantapkan hubungan kedua-dua negara supaya tidak berlaku pasang surut tetapi kekal sebaik mungkin,” katanya.

Najib berkata mereka sedar walaupun berlaku beberapa masalah tetapi ia bersifat kecil dan berlaku dalam kelompok kecil sahaja dan ia tidak patut menutup kebaikan besar yang dilakukan oleh kedua-dua pemerintah.

Susilo pula berkata beliau inginkan tali persahabatan dan persaudaraan kedua-dua bangsa yang memiliki akar budaya yang sama dapat dijaga dengan sebaik-baikya.

“Jika ada masalah, atasi cepat-cepat kerana tidak mahu kerana sedikit masalah boleh menjejaskan hubungan yang baik,” katanya…”.

Berbeda halnya dengan pemberitaan mengenai adanya isu konflik budaya, pemberitaan yang disajikan dalam isi berita Utusan Malaysia hanya diikuti oleh 10 item dari keseluruhan frekuensi data yang ada. Hal ini menandakan bahwa isi berita dari Utusan Malaysia tidak begitu tertarik untuk mengulas dan membalas komentar pedas dari media-media di Indonesia.

“…Kalau pun media Indonesia hendak melaporkan sesuatu mengenai Malaysia contohnya dalam isu tarian Pendet, mereka sepatutnya mendapat penjelasan Malaysia dan bukannya secara membuta-tuli malaporkan dakwaan yang diterima.

commit to user

Akibat bertindak demikianlah, perasaan membenci Malaysia secara tiba-tiba membuak-buak di kalangan sesetengah rakyat Indonesia, lebih malang lagi apabila ada juga golongan professional di Negara itu terpengaruh sehingga turun ‘mendera’ pelajar Malaysia seperti menyuruh dia menyanyikan lagu Negaraku…”.

Pemberontakan ala Malaysia memang tidak seekstrim dengan yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu sepatutnya rakyat dan media di Indonesia mengikuti perilaku Malaysia dalam bertindak dan berpikir terlebih dahulu sebelum mendahulukan emosional semata.

3.1.2. Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik

Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia

Kategori arah pemberitaan dalam penelitian ini adalah positif, negatif dan netral. Isi pemberitaannya dikatakan positif apabila isi berita lebih mengedepankan informasi yang bersifat mendukung seperti dengan memuji, menyanjung, menyetujui terkait dengan negara masing-masing. Arah negatif apabila isi berita lebih mengarah kepada protes/demonstrasi yang bersifat menolak/melecehkan, mencela, dan meremehkan salah satu negara terkait isu berita. Sedangkan untuk arah netral apabila kedua surat kabar memberitakan isu tersebut secara bijak, tidak bersikap memihak atau netral tanpa menjelek-jelekkan negara lain.

commit to user

Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi,

Untuk kategori positif dan negatif berada pada posisi yang sama yakni 10 item atau 34,48%. Hal ini disebabkan pemberitaan yang disajikan dalam surat kabar Utusan Malaysia beragam dan tidak terpancing terhadap isu pemberitaan yang terjadi pada media-media di Indonesia.

Isi berita pada edisi Minggu 06 September 2009 dengan judul “Usah Layan pendemo upahan Indonesia” merupakan pemberitaan ke arah negatif. Hal ini jelas terlihat pada potongan isi berita berikut:

“…Malah dalam isu Ambalat, pergi sahaja ke Jakarta, anda akan lihat tidak kurang lima buah buku dihasilkan dengan tujuan untuk membakar semangat rakyat Indonesia supaya menentang Malaysia. Salah sebuah buku berkenaan menggunakan tajuk Ganyang Malaysia - istilah yang digunakan ketika konfrantasi antara Malaysia-Indonesia pada tahun 1963…”.

No. Arah Pemberitaan Frekuensi Persentase (%) 1 Positif 10 34,48 2 Negatif 10 34,48 3 Netral 9 31,04 Jumlah 29 100 Tabel 3.4

Distribusi Frekuensi Data Kategori Arah Pemberitaan Tentang Konflik Budaya Indonesia – Malaysia Pada Surat Kabar Utusan Malaysia Periode

Agustus – Desember 2009

commit to user

Kalimat diatas secara tersirat menyinggung kebiasaan orang Indonesia yang suka membesar-besarkan masalah konflik antara Indonesia dan Malaysia. Ketika ada masalah sedikit saja yang diperbuat Malaysia terhadap Indonesia, maka sebagian besar penduduk Indonesia berbondong-bondong protes terhadap Malaysia yang disalurkan dalam berbagai macam bentuk tindakan, baik itu demonstrasi, pembuatan buku, protes, dan lain sebagainya.

Tidak hanya pemberitaan secara negatif yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia, namun berita positif ikut mendominasi item pemberitaan yang terlihat dari hasil koding yang dilakukan oleh peneliti, terlihat bahwa pemberitaan dengan arah positif sebanyak 10 item atau 34,48%, yakni setara dengan hasil item pemberitaan dengan arah negatif. Hal ini membuktikan bahwa pemberitaan yang dilakukan oleh Malaysia terkait pemberitaan mengenai konflik

Dalam dokumen KONFLIK BUDAYA DALAM SURAT KABAR (Halaman 105-173)

Dokumen terkait