• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Sekolah

Struktur Organisasi Sekolah

WKU

KS

WKA WKS WKH

GM

Keterangan Bagan Organisasi :

KS : Kepala Sekolah : Dr. Lilik Sriyanti, M.Si WKU : Waka Kurikulum : S Pujiastuti C, S.Pd WKA : Waka Kesiswaan : Drs. Alfred L, M. SI

WKS : Waka Sarpras : Khuzaemah, S.Pd.I

WKH : Waka Humas : Alfisyah Liasari, S.Pd.I

GM : Guru Mapel : Semua Guru

TU : Tata Usaha : Ani Yuli Astuti

6. Sarana dan Prasarana a. Gedung

Gedung SDLB Talenta Kids Salatiga dengan ukuran 1090 m² yang dibagi menjadi 4 ruang. Ruang kelas yang digunakan dalam pembelajaran dibatasi dengan sekat yang membatasi kelas satu dengan kelas yang lain. Hal ini sebenarnya kurang efektif bagi pembelajaran, karena ruang yang terbuka akan sangat mengganggu konsentrasi anak.

Bagan 3.2

Denah Gedung SDLB Talenta Kids Salatiga

Ruang bermain Ruang terapi

Kamar mandi Ruang kelas Ruang 3 Ruang 1 Ruang 2 Tempat parkir Pintu masuk Pintu masuk

42

b. Sarana dan Prasarana lain

Sarana dan prasarana lain yang ada di SDLB Talenta Kids Salatiga memiliki kriteria yang cukup mendukung pelaksanaan pembelajaran. Adapun alat tersebut berupa meja, kursi, almari, buku-buku penunjang, dan juga alat peraga sesuai kebutuhan siswa.

Tabel 3.1

Data Sarana SDLB Talenta Kids

NO NAMA BARANG JUMLAH BAHAN

1 Meja siswa 12 Kayu

2 Kursi siswa 12 Kayu

3 Meja guru 5 Kayu

4 Kursi guru 8 Kayu

5 Almari 6 Plastik

6 Rak buku 3 Kayu

7 Papan tulis 4 Triplek

8 Papan statistic 3 Triplek

9 Meja kursi tamu 1 set Besi

10 Unit alat peraga 5 set

11 Unit alat permainan 4 set 12 Unit alat kesenian 3 set 13 Unit alat olahraga 2 set

14 Almari perpustakaan 1 set Kayu

16 Tempat parkir 1 17 Komputer 1 Elektronik 18 Monitor 1 Elektronik 19 TV 1 Elektronik 20 Wireless 1 Elektronik 21 Printer 1 Elektronik 22 Speaker 1 Mesin 7. Keadaan Guru

Tenaga pengejar yang bertugas di SDLB Talenta Kids Salatiga pada tahun 2015/2016 seluruhnya ada sepuluh orang. Untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan daftar tabel tenaga pengajar di SDLB Talenta Kids Salatiga.

Tabel 3.2

Keadaan Pengajar di SDLB Talenta Kids Salatiga

NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN MENGAJAR

KELAS 1 Dr. Lilik Sriyanti, M.Si Kepala Sekolah S3 BK Terapis

2 Drs. Alfred L, M.SI Guru S2 BK Terapis

3 S Pujiastuti C, S.Pd Guru S1 PGSD IV

4 Alfisyah Liasari, S.komp, S.Pd.I

44

5 Khuzaemah, S.Pd.I Guru S1 PAI I

6 Ani Yuli Atuti Guru SMA III

7 Eni Setiani Guru S1 BK I

8 Uli Fatwati Guru SMA I

9 Fitriana Astuti Guru SMA I

10 Nanang Himawan Terapis S1 OT Terapis

B. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Hasil penelitian mengenai proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Talenta Kids Salatiga dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan proses pembelajaran. Berbicara mengenai perencanaan pembelajaran, pasti berkaitan dengan kurikulum. Kurikulum merupakan penghubung antara guru dengan peserta didik utamanya dalam melakukan proses pembelajaran. Selain kurikulum, bagi anak ABK di SDLB Talenta Kids yang perlu disiapkan juga adalah program semester dan juga Rencana Kegiatan Harian (RKH).

Perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAI bagi siswa autis di SDLB Talenta Kids Salatiga menggunakan kurikulum nasional dan juga kurikulum modifikasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu LS yang menyatakan sebagai berikut:

Kalo untuk kurikulum yang digunakan di SDLB Talenta Kids kami menggunakan 2 versi. Pertama yaitu kurikulum nasional yang ke dua kurikulum modifikasi. Kurikulum yang diberlakukan mengadopsi dari kurikulum Maurice Chaterine untuk anak autis, kurikulum anak berkebutuhan khusus (SLB) yang dimodifikasi dari kurikulum TK dan SD untuk disesuaikan dengan karakteristik anak serta pendekatan terbaru dalam penanganan anak autis. Kurikulum bersifat individual, berbeda antara anak satu dengan anak lainnya. Setiap anak disiapkan program individual yang disusun berdasar asesment awal, dari hasil observasi dan wawancara dengan orang tua. Pembelajaran dilakukan secara terpadu, sistimatis dan kontinu.(15 Januari 2016 di ruang Kepsek).

Kurikulum nasional bagi ABK khususnya autis diambil dari kurikulum TK hingga kurikulum SD kelas I sampai IV. Sedangkan kurikulum modifikasi ini digunakan agar apa yang disampaikan oleh guru itu sesuai dengan kebutuhan tiap anak. Karena untuk anak ABK, utamanya autis memiliki kebutuhan yang berbeda tiap anaknya.

Setelah kurikulum, di sekolah umum hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pembuatan silabus dan juga RPP. Akan tetapi berbeda dengan di SDLB Talenta Kids Salatiga, hanya beberapa siswa saja yang menggunakannya. Sebagian besar siswa di SDLB Talenta Kids pembelajarannya menggunakan Program Pembelajaran Individual (PPI). Ibu LS menjelaskan bahwa :

PAI yang kami kembangkan di RPP hanya sebatas laporan di Dinas saja, sedangkan pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan tiap peserta didik (15 Januari 2016 di ruang Kepsek)

Jadi dalam perencanaan pembelajaran yang digunakan oleh guru di SDLB Talenta Kids adalah PPI, karena dalam PPI menjelaskan persiapan yang dilakukan guru sebelum mengajar, baik ruangan,

46

materi, maupun media dan juga metode yang diterapkan guru dan disesuaikan dengan kebutuhan atau kemampuan tiap peserta didik.

Pengajaran PAI bagi anak autis menggunakan metode tidak seperti yang lain. Metode yang digunakan yaitu metode Applied Behaviour Analysis (ABA). Metode ABA adalah metode yang paling efisien digunakan dalam pembelajaran untuk membentuk komunikasi dengan anak autis.

Selain itu, media juga menjadi pendukung untuk lancarnya pembelajaran PAI. Karena pada dasarnya anak autis adalah visual

learner yang baik, maka media yang digunakanpun cenderung

menggunakan gambar.

Berdasar berberapa hal di atas, peneliti menyimpulkan dalam perencanaan pembelajaran meliputi beberapa hal, yaitu kurikulum, program semester, program harian, RPP atau PPI, metode dan juga media yang kesemuanya itu disesuaikan dengan kebutuhan tiap individu sesuai dengan kemampuan siswa.

2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

Pelaksanaan pembelajaran merupakan komponen yang harus ada dalam aktivitas pendidikan. Tanpa adanya kegiatan pembelajaran, aktivitas pendidikan tidak akan sempurna, karena kegiatan pembelajaran adalah inti dari proses pembelajran secara umum. Pembelajaran di SDLB Talenta Kids Salatiga meliputi:

a. Setting ruang

Pembelajaran di SDLB Talenta Kids tiap ruangnya diberi sekat, untuk membatasi gerak anak. Meja dan kursi disetting setinggi anak, tujuan agar kaki tidak menggantung. Selain itu meja yang digunakan didesain khusus yang bagian yang berhimpitan dengan tubuh siswa dibentuk setengah lingkaran agar anak lebih fokus dan juga membatasi gerak anak. Di dalam ruangan juga sudah disiapkan media yang akan digunakan untuk pembelajaran. b. Jam belajar

Jam belajar bagi anak-anak autis di SDLB Talenta Kids berkisar antara 2,5 jam sampai 5 jam sesuai dengan usia anak. Karena di sini menggunakan kurikulum nasional juga, maka pembelajarannyapun bersifat tematik. Jadi jam belajar 2,5 sampai 5 jam sudah termasuk pelajaran pendidikan agama Islam, dan juga muatan mata pelajaran yang lain.

c. Metode pembelajaran

Metode utama yang digunakan dalam pembelajaran adalah ABA. Metode ABA penerapannya menggunakan sistem satu murid satu guru. Dalam pembentukan perilaku tertentu membutuhkan 2 guru untuk satu murid. Tujuan dari metode ABA dipandang efektif bagi anak autis karena metode ABA tersetruktur, terpola, konsisten, dan kontinyu. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu KZ, sebagai berikut;

48

Kami menggunakan metode ABA dalam pembelajaran. Metode ini paling efektif untuk anak-anak di sini kerana sudah melalui beberapa penelitian dari para ahli dan yang paling sesuai bagi anak autis adalah ABA, karena metode ini kontinyu, terstruktur, terpola, terprogram, dan konsisten. (06 Februari 2016, di ruang kelas SDLB).

Dari hasil observasi yang dilakukan di SDLB Talenta Kids Salatiga, pengajaran PAI pada anak autis menggunakan ABA harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Kepatuhan dan kontak mata

b. One on one, yaitu pengajaran secara individu

c. Siklus dan Discrate Trial Training, yaitu teknik analisis tingkah laku untuk meningkatkan ketrampilan pada anak autis yang dimulai dengan intruksi dan diakhiri dengan imbalan. Pada materi sikap disiplin guru meminta siswa duduk rapi, bila siswa mampu melakukan instruksi maka siswa diberikan imbalan.

d. Fading, pengurangan bantuan secara sistematis. Pengurangan ini sangat penting supaya anak tidak tergantung pada bantuan dan isyarat. Bila anak sudah mampu melakukan instruksi duduk secara konsisten, maka pemberian imbalan pada anakpun dikurangi sehingga anak tidak tergantung pada bantuan atau imbalan dari guru.

e. Shaping¸ prosedur yang digunakan untuk mengembangkan

ketrampilan atau perilaku yang tidak ada pada diri seseorang. Shaping ini mengajarkan suatu perilaku melalui tahap-tahap

pembentukan. Bila anak sudah mampu melakukan intruksi duduk bagus secara konsisten, maka diberikan materi atau instruksi baru bagi anak dan prosesnya sama dari awal dilakukan intruksi secara kontinyu dan konsisten sampai anak mampu melakukan.

Berdasar hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai berikut;

a. Mengajak siswa masuk kedalam kelas, kemudian memberikan instruksi duduk bagus pada siswa

b. Guru memberikan intruksi berdo’a sebelum belajar, walaupun ada beberapa siswa yang tidak mampu menirukan dikarenakan gangguan verbal namun tetap silakukan sebagai pembiasaan. c. Bila anak mampu melakukan intruksi, segera mungkin guru

memberikan imbalan.

d. Guru mengkondisikan anak tetap duduk, kemudian memberikan materi sesuai dengan kebutuhan siswa, baik melalui gambar maupun gerakan.

e. Intruksi yang diberikan guru diulang-ulang, bila pada intruksi pertama dan ke dua anak belum melakukan, maka pada instruksi ke tiga guru memberikan prompt atau bantuan.

f. Pada tiap pertemuan dilakukan sesi imitasi motorik halus dan kasar, misalnya angkat tangan, dan mewarnai gambar ciptaan Allah.

50

g. Dalam kemampuan bahasa reseptif, anak dikondisikan tetap fokus. Intruksi yang diberikan yaitu mengenal anggota tubuh.

h. Pada tiap intruksi yang diberikan, bila siswa mampu melakukan guru memberikan imbalan.

i. Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa berdo’a sebelum pulang dan juga bersalaman pada setiap guru.

Selain hal di atas, pada saat observasi ada waktu khusus bagi siswa dimana siswa dapat mengekspresikan apa yang ia inginkan di ruang terapi. Mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan tanpa meja dan ruang sempit yang membatasi gerak mereka seperti di kelas. 3. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam

Evaluasi pembelajaran PAI yang dilakukan guru PAI yaitu serangkaian penilaian yang digunakan untuk mengetahui perkembangan keagamaan siswa, khususnya anak autis. Penilaian pada anak autis bisa dilakukan dengan tes dan non tes. Tes yang dilakukan adalah UTS dan UAS, sedangkan non tes yaitu pengamatan yang dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung.

Evaluasi bagi anak autis dalam pembelajaran PAI menggunakan standar minimal dalam mendidik siswa autis, yaitu penanaman akhlaq yang baik pada anak autis, misalnya berdo’a sebelum dan sesudah belajar, bersalaman, dan kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anak. Hal ini sesuai deangan paparan hasil wawancara dengan ibu LS yang menyatakan :

Anak-anak yang bersekolah di sini, sebagian adalah anak dengan gangguan sedang dan berat, sehingga tidak bisa dikejar untuk akademiknya, dan dialihkan pada program pembiasaan. Untuk itu, pembelajaran yang dilakukanpun sesuai kemampuan tiap anak. Dalam pembelajaran yang dituju adalah kemampuan anak melakukan intruksi yang diberikan guru, dan itu bisa terjadi melalui pembiasaan secara terus menerus. Harapannya, siswa mampu melakukan hal yang sama di rumah (15 Januari 2016, di ruang Kepsek).

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses evaluasi untuk siswa autis minimal siswa dapat melakukan apa yang diajarkan oleh guru PAI, selain itu siswa juga dapat melakukan pembiasaan tersebut di luar sekolah. Hal tersebut juga dilakukan melalui UTS dan UAS, selain itu juga pengamatan langsung guru pada saat pembelajaran berlangsung.

C. Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Talenta Kids Salatiga tentu ada halangan dan hambatan. Jenis kendala yang dialai oleh guru pendidikan agama Islam diantaranya :

Target materi pelajaran yang tidak selesai, hal ini sesuai hasil wawancara dengan ibu KZ :

Dikarenakan anak-anak di sini kategori gangguannya berat, maka untuk menyampaikan materi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk satu jenis materi saja. Contohnya anak diminta sikap berdo’a yang baik, itu bisa memerlukan waktu berbulan-bulan karena memerlukan pembiasaan yang terus menerus dan selalu berulang, karena bila diselingi dengan kegiatan lain, konsentrasi anak mudah teralihkan. (06 Februari 2016, di ruang kelas SDLB).

52

Selain itu, konsentrasi dan juga kepatuhan anak yang mudah teralihkan juga sangat mempengaruhi proses belajar mengajar, karena sebelum anak konsentrasi maka intruksi belum bisa diberikan pada anak.

Masih kurangnya media yang digunakan dalam pembelajaran juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan beberapa anak autis termasuk anak yang mudah bosan, jadi membutuhkan beberapa media yang lebih variatif untuk menarik minat belajar anak.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam oleh guru PAI di SDLB Talenta Kids Salatiga antara lain :

1. Target materi pelajaran pendidikan agama Islam yang tidak selesai, hal ini karena tuntutan kurikulum masih terlalu tinggi

2. Kurangnya konsentrasi dan kepatuhan siswa 3. Minimnya media pembelajaran bagi anak autis 4. Pembiasaan di rumah kurang.

53 BAB IV ANALISIS DATA

Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan pada Bab III, maka pada bab ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah proses pembelajaran berupa perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, serta evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada sisw autis di SDLB Talenta Kids Salatiga. Analisis ini didasarkan pada data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang menggambarkan kondisi konkrit yang ada di SDLB Talenta Kids Salatiga.

A. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

Proses perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Talenta Kids Salatiga menggunakan dua jenis kurikulum, yaitu kurikulum nasional dan kurikulum yang dimodifikasi dari kurikulum Maurice Chaterineuntuk anak autis, kurikulum anak berkebutuhan khusus (SLB) yang dimodifikasi dari kurikulum TK dan SD untuk disesuaikan dengan karakteristik anak serta pendekatan terbaru dalam penanganan anak autis. Kurikulum bersifat individual, berbeda antara anak satu dengan anak lainnya. Setiap anak disiapkan program individual yang disusun berdasar asesment awal, dari hasil observasi dan wawancara dengan orang tua. Pembelajaran dilakukan secara terpadu, sistimatis dan kontinu. Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah penyusunan program semester,

54

program harian, penyusunan RPP atau PPI, pemilihan metode, dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan tiap peserta didik.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Prabowo dan Nurma (2010:1) yang mengatakan bahwa prinsip perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah guru yang kompeten dalam menanamkan nilai-nilai Islam yaitu guru pembimbing agama Islam. Selain itu, adanya prinsip visibilitas dengan pembiasan perilaku terpuji pada siswa autis. Dengan harapan siswa autis tersebut bisa menjadi pribadi yang mandiri dan bertaqwa kepada Allah SWT. Berpijak pada fakta merupakan hal penting yang menjadi prioritas dalam proses perencanaan pembelajaran. Dengan demikian guru pendidikan agama Islam mampu memberikan alternatif mudah dalam upaya mendesain pembelajaran yang sesuai dengan mempertimbangkan karakteristik siswa autis diantaranya dengan memberikan materi pelajaran PAI yang sederhana, antara lain pembiasaan berdo’a sebelum dan sesudah belajar.

Proses pembelajaran diperlukan perencanaan atau rangkaian kegiatan sebagai proses yang akan menjadi program dalam jangka panjang. Karena perencanaan bertindak sebagai pemandu guru dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik. Apabila dihubungkan dengan pembelajaran, maka perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan pembelajaran yang akan disiapkan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dan berguna sebagai pedoman guru dalam mendesain pelajaran.

Pembelajaran pendidikan agama Islam berkaitan dengan proses penyampaian pengetahuan dari guru kepada peserta didik secara kontinyu dan berkesinambungan dengan muatan nilai-nilai keislaman. Sehingga diharapkan dengan adanya pembelajaran peserta didik menjadi generasi yang berguna pada kehidupan di dunia. Proses perencanaan pembelajaran mengantarkan guru dan peserta didik ke gerbang kesuksesan jika tersusun dengan efektif dan efisien.

Perencanaan dalam pembelajaran merupakan komponen yang memadukan antara proses kegiatan belajar mengajar dan rangkaian aktivitas dalam belajar. Bagi guru kegiatan perencanaan pembelajaran menjadi modal guru mengembangkan potensi peserta didik yang perlu digali secara intens. Apa yang akan diberikan kepada peserta didik tidak hanya relevan dengan kebutuhan peserta didik, melainkan juga berguna bagi kehidupan yang akan datang. Di samping itu kegiatan pembelajaran harus bervariasi dan menarik.

Perencanaan pembelajaran memerlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Khususnya pada siswa autis yang memiliki gangguan pervasif dalam perkembangan intelektual yang dimilikinya. Berdasarkan pemaparan data dalam kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa autis harus benar-benar diperhatikan. Hal ini sama dengan pendapat Zakiyah Darodjat dalam Pendidikan Agama bahwa dalam penyajian pendidikan agama hendaknya memperhatikan keadaan jiwa yang dihadapi anak. Jadi guru pendidikan

56

agama Islam yang bijaksana dapat memilih metode yang tepat sebagai wujud kepedulian dengan siswa autis dan materi pendidikan agama Islam yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dalam membina mental secara terarah.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, kurikulum yang digunakan tidak sepenuhnya mengikuti kurikulum nasional karena masih dimodifikasi lagi sesuai dengan kemampuan tiap peserta didik. Namun, desain ruangan pembelajaran untuk anak autis cukup kondusif, hal ini di dukung dengan sistem pengajaran one on one sehingga ruangan sudah didesain sesuai kebutuhan anak.

Berbicara mengenai perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam yang diterapkan di SDLB Talenta Kids Salatiga dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam langkah pertama yang ditempuh guru dalam menyusun/ mendesain kegiatan belajar sesuai dengan perkembangan kondisi jiwa peserta didik.

Dalam mewujudkan tujuan umum perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, perubahan perilaku menjadi aspek utama yang dibidik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Alasannya dengan penanaman nila-nilai keislaman dapat membentuk perilaku yang positif bagi siswa autis. Untuk itu, perubahan perilaku tersebut bisa terlihat dalam pembiasaan berdo’a sebelum dan sesudah belajar, bersalaman setiap pagi dan pulang sekolah yang diterapkan di SDLB Talenta Kids Salatiga akan berdampak positif pada perkembangan siswa autis. Sementara itu wujud

dari tujuan akhir pembelajaran pendidikan agama Islam siswa autis dikenalkan pentingnya beribadah kepada Allah, sehingga siswa autis termotivasi dalam berbuat baik dan menghargai kepada sesama. Pada tujuan sementara siswa diajarkan pembiasaan urutan bersalaman dulu ketika datang kemudian berdo’a untuk belajar, dengan adanya urutan pembiasaan maka siswa akan terbiasa dengan urutan tersebut. Selain itu, dengan adanya tujuan opersional menjadikan siswa autis lebih mudah diarahkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, khususnya pada materi bersalaman dan berdo’a.

2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Talenta Kids Salatiga menggunakan metode ABA dalam mendidik siswa autis. ABA adalah metode tentang perilaku manusia yang dikenal sebagai terapi perilaku. ABA dikembangkan oleh Ivar O Lovaas seorang professor dibidang psikologi dari Universitas California Los Angeles, Amerika Serikat. Terapi ABA adalah metode tatalaksana perilaku yang berkembang sejak puluhan tahun.

ABA adalah salah satu metode modifikasi tingkah laku behavior modification) yang digunakan untuk mengatasi anak-anak penyandang autism. Ivar O Lovaas melakukan eksperimen, dengan meminjam teori psikologi B.F. Skinner dengan sejumlah treatment pada anak autistic. Hasil eksperimen itu dipublikasikan dalam buku Behavioral Treatment and Normal Educational and Intellectual Functioning in Young Autistic

58

Childrensekitar tahun 1987. Metode ABA ini didasarkan pada pemberian

hadiah (reward) dan hukuman (punishment), setiap perilaku yang diinginkan muncul, maka akan diberi hadiah, namun sebaliknya jika perilaku itu tidak muncul maka akan diberikan hukuman (Ana dan Haryana, 2016: 77).

Penggunaan metode ABA dalam pembelajaran PAI pada anak autis sangat efektif karena metode ini pertama terstruktur, yakni pengajaran menggunakan teknik yang jelas, kedua terarah, yakni ada kurikulum jelas untuk membantu mengarahkan terapi, ketiga terukur, yakni keberhasilan dan kegagalan menghasilkan perilaku yang diharapkan, diukur dengan berbagai cara tergantung kebutuhan peserta didik.

Metode ABA pada pembelajaran PAI memiliki beberapa tujuan, diantaranya:

a. Untuk meningkatkan perilaku (pemberian hadiah meningkatkan perilaku untuk mengerjakan tugas). Sebagai contoh anak dapat melakukan intruksi salaman, sesegera mungkin berikan reward.

b. Untuk mengajarkan ketrampilan baru (misal, intruksi ABA yang sistematis dan prosedur reinforcement mengajarkan ketrampilan perilaku disiplin duduk tenang saat belajar).

c. Untuk mempertahankan perilaku, mengajarkan pengendalian diri contohnya duduk tenang saat belajar.

d. Untuk menggeneralisasi atau mentransfer perilaku atau respon dari suatu perilaku ke situasi yang lain, contohnya selain anak

melaksanakan intruksi salim di sekolah dengan guru, anak juga mampu melakukan intruksi yang sama di rumah dengan orang tua.

Dokumen terkait