• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Autis di Sekolah Dasar Luar Biasa Talenta Kids Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Autis di Sekolah Dasar Luar Biasa Talenta Kids Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. - Test Repository"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR

LUAR BIASA TALENTA KIDS SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

ANI YULI ASTUTI

NIM 11412019

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR

LUAR BIASA TALENTA KIDS SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

ANI YULI ASTUTI

NIM 11412019

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO









Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S. Ar Rahman : 13)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, aku persembahkan skripsi ini untuk:

Orang tuaku, buah hatiku,keluargaku

Para dosenku, saudara-saudaraku, sahabat-sahabat seperjuanganku,

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Autis di Sekolah Dasar Luar Biasa Talenta Kids Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016”. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga

3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag.,selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Ibu Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu guru SDLB Talenta Kids Salatiga yang banyak membimbing dan membantu dalam penelitian ini.

7. Kedua orang tuaku, buah hatiku, kakak-kakakku, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam penyusunan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak dengan ikhlas memberikan bantuan baik material maupun

(9)

ix

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan pada penulis diridhoi Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasn dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

(10)

x ABSTRAKSI

Astuti, Ani Yuli. 2016. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Autis di Sekolah Dasar Luar Biasa Talenta Kids Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam

Kelahiran anak merupakan anugerah bagi orang tua, dan setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya dalam hal apapun, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Anak pada umumnya mungkin tidak memiliki kendala yang berarti dalam pendidikan, namun berbeda dengan anak autis yang memiliki kebutuhan khusus. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menjelaskan tentang bagaimana pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak autis di sekolah dasar luar biasa.

Melalui penelitian ini pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) bagaimanakah proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis di SDLB Talenta Kids Salatiga?, dan (2) apa saja kendala-kendala dan solusi yang dihadapi guru PAI bagi anak autis di SDLB Talenta Kids Salatiga?. Pertanyaan tersebut dijawab dengan menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif. Adapun metode pengumpul data yang digunakan ialah pengamatan/obsevasi, wawancara dan dokumentasi.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAKSI ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9

(12)

xii

3. Lokasi Penelitian ... 9

4. Sumber Data ... 10

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 10

6. Analisis Data ... 12

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 12

8. Tahap-tahap Penelitian ... 13

G.Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pendidikan Agama Islam ... 16

2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran ... 17

3. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran ... 17

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 18

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 19

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 20

C.Evaluasi Pembelajaran ... 24

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran ... 24

2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran ... 25

3. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran ... 26

D.Anak Autis ... 29

1. Pengertian Autis ... 29

2. Ciri-ciri Autis ... 31

(13)

xiii

4. Faktor Penyebab Autis... 35

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A.Paparan Data SDLB Talenta Kids Salatiga 1. Sejarah Berdirinya SDLB Talenta Kids Salatiga ... 37

2. Letak Sekolah ... 38

3. Identitas Sekolah ... 38

4. Visi dan Misi SDLB Talenta Kids Salatiga ... 39

5. Struktur Organisasi ... 40

6. Sarana dan Prasarana ... 41

7. Keadaan Guru ... 43

B. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .. ... 44

2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 46

3. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 50

C.Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam ... 51

BAB IV ANALISIS DATA A.Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 53

2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 57

3. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 62

(14)

xiv BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran-saran ... 68

C. Kata Penutup ... 69

(15)

xv

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Bagan 3.1 : Struktur Organisasi Sekolah ... 40

Bagan3.2 :Denah Gedung SDLB Talenta Kids... 41

Tabel 3.1 : Data Sarana SDLB Talenta Kids ... 42

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto-Foto Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Talenta kids

Lampiran 2 : Kurikulum SDLB Talenta kids

Lampiran 3 : Contoh RKH di SDLB Talenta Kids

Lampiran 4 : Contoh Program Semester anak di SDLB Talenta Kids

Lampiran 5 : Contoh Lembar ABA

Lampiran 6 : Contoh Jurnal Guru

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelahiran anak ditengah keluarga merupakan anugerah terindah.

Kehadiran seorang anak membuat orang tua merasakan kebahagiaan yang luar

biasa. Bahkan orang tua berharap kelak anak tersebut tumbuh dan berkembang

secara sempurna. Orang tua mengupayakan hal yang terbaik untuk

perkembangan anak, dengan harapan cita-cita yang mungkin belum bisa

terwujud bisa terealisasi.

Namun, bagaimana jika anak yang terlahir memiliki beberapa

keterbatasan atau lebih dikenal dengan anak berkebutuhan khusus?. Pertanyaan

ini mengingatkan kepada semua pihak mengenai pendidikan yang sesuai

dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus. Untuk itu, seharusnya orang

tua membimbing dan mengarahkan anak secara tepat, agar anak dapat

tertangani dengan benar sesuai dengan kebutuhan juga bakat yang dimiliki oleh

anak. Orang tua yang tidak mengetahui terkadang justru mengisolasi

keberadaan anak mereka tanpa mencari solusi yang tepat bagi anaknya.

Solusi yang tepat bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus ini

adalah memberikan kesempatan kepada anak belajar di sekolah khusus, salah

satunya yaitu di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Bentuk dukungan ini

menjadikan anak menjadi pribadi yang mandiri. Sekolah khusus tersebut dapat

(18)

2

Dijelaskan dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 5 ayat (1) dan (2) menyatakan : (1)Setiap warga negara

mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2)

Warga negara yang berkelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan sosial

berhak mendapatkan pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus memiliki

kebutuhan yang khusus pula dalam pendidikannya, sebagaimana dijelaskan

dalam pasal 5 UU No.20 tahun 2003 di atas.

Menurut Smart (2010) dalam Ajna, 2014: 3 mengatakan pelayanan

pendidikan bagi setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus tentu akan

berbeda-beda, tergantung kekurangan apa yang dialami oleh anak tersebut dan

seberapa parah kekurangan tersebut sehingga pelayanannyapun dapat sampai

kepada anak dengan tepat.

Menurut Ali (2008:40) agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang

dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan dia melalui upacara,

penyembahan, permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut

atau berdasarkan ajaran agama itu. Dalam hal ini anak berkebutuhan khusus

semestinya mendapatkan pengarahan pembelajaran pendidikan agama tanpa

adanya perlakuan diskriminasi. Hal ini sesuai dengan QS. An-nisa:9



(19)

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.

Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran

yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam.

Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadist (Maslikhah,

2004:199). Tujuan akhir mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah

terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia.

SDLB adalah suatu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab

melaksanakan pendidikan untuk mencerdaskan anak didik yang berkebutuhan

khusus (ABK). Salah satu karakteristik dalam penyelenggaraan pendidikan

bagi ABK yaitu berorientasi pada kebutuhan anak.

Masalah perbedaan individu justru menjadi titik tolak layanan kepada

anak dalam pendidikan khusus. Kenyataan ini membawa konsekuensi dalam

corak pelayanan pendidikan yang berorientasi kepada individu. Kenyataan ini

merupakan masalah serius bagi para guru SDLB, terutama di dalam model

pembelajaran maupun dalam mengembangkan program pembelajarannya.

Pengorganisasian materi Pendidikan Agama Islam merupakan upaya

kegiatan mensiasati proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui

penyusunan materi secara rasional dan komprehesif. Pengorganisasian materi

ini mencakup tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Fatchurrohman (dalam Ajna, 2014: 3)

menyatakan sebagai berikut:

(20)

4

Tahap pelaksanaan mencakup langkah yang dipergunakan guru untuk mengaplikasikan beberapa metode dan media dalam melakukan pembelajaran pendidikan agama Islam.

Sedangkan tahap evaluasi menjadi pengontrol pengembangan materi pendidikan agama Islam.

Dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi materi pembelajaran

Pendidikan Agama Islam, seorang guru pendidikan khusus harus menyadari

secara baik kebutuhan-kebutuhan yang ada pada setiap siswa. Hal ini

membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang mendukung kepentingan

tersebut. Guru harus mampu membuat materi yang tingkat kesulitan dan

kemudahannya sejalan dengan tingkat perkembangan kemampuan penguasaan

kompetensi peserta didik, baik dari segi afektif, psikomotorik, dan kognitifnya.

Pembelajaran agama Islam yang ada di SDLB, masih ditemui

pembelajaran seperti yang terjadi di sekolah umum. Sedangkan, jelas bahwa

kondisi ABK berbeda dengan anak pada umumnya. Mereka memiliki

beberapa keterbatasan pada sistem otak, sistem saraf, juga pada indera mereka.

Berbeda dengan sekolah pada umumnya, SDLB Talenta Kids adalah

salah satu lembaga pendidikan yang khusus menangani ABK. Lembaga

pendidikan Talenta Kids yang bertempat di Jln. Gondangsari No. 4 Tegalrejo

Salatiga tersebut mengutamakan hal yang dibutuhkan oleh peserta didiknya

yang berbeda antara siswa satu dengan lainnya.

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik

(21)

“ PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK AUTIS

DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TALENTA KIDS SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016”

B. Fokus Penelitian

Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak

autis di SDLB Talenta Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016?

2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam proses

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis di SDLB Talenta

Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pnelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis

di SDLB Talenta Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.

2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam proses

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis di SDLB Talenta

Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang jelas tentang

proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada ABK,

(22)

6

1. Secara Teoretis

a. Diharapkan penelitian ini dapat menambahkan wawasan ilmu terutama

yang berkaitan dengan masalah pembelajaran Pendidikan Agama

Islam bagi ABK.

b. Diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan tentang

pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi ABK

2. Secara Praktis

a. Memudahkan orang tua dalam memantau perkembangan keagamaan

pada ABK

b. Guru Agama Islam memberikan dukungan terhadap ABK untuk

semangat melaksanakan ibadah

c. ABK terbiasa melaksanakan ibadah dalam kehidupan sehari-hari

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dan salah penafsiran pada judul di

atas, perlu penulis jelaskan sesuai dengan interpretasi yang dimaksudkan:

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut kebahasaan, pembelajaran berasal dari kata “ajar” artinya

petunjuk yang diberikan kepada orang agar diketahui. Secara umum

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang

atau makhluk hidup belajar.

Menurut Gagne (dalam rusmono, 2012:6) pembelajaran adalah

serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya

(23)

adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan dan terkendali agar orang

lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif meenetap pada diri orang

lain.

Moh Surya (1996:9) mengemukakan bahwa pembelajaran ialah

suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari

pengalaman idividu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasar pendapat para ahli di atas, penulis mengartikan

pembelajaran adalah suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk

memodifikasi suatu kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu

tujuan.

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu usaha membina dan

mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami agama Islam

seluruhnya, kemudian menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat

mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Majid

dan Andatani, 2004:130-131). Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan

usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah

keberagaman peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

Terkait dengan pendidikan agama Islam, Muhaimin (2008:185)

menjelaskan bahwa:

Pembelajaran pendidikan agama Islam, sebagai salah satu mata

(24)

8

hidup dan kehidupan islami, perlu diupayakan melalui perencanaan

pembelajaran pendidikan agama yang baik agar dapat mempengaruhi

pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan peserta didik.

Dalam hal ini, penulis memberikan pengertian pembelajaran

pendidikan agama Islam adalah upaya menciptakan suatu kondisi bagi

terciptanya suatu kegiatan belajar dengan muatan ajaran-ajaran Islam,

yang dalam proses pembelajarannya disesuaikan dengan kondisi tiap

peserta didik.

2. Anak Autis

Anak berkebutuhan khusus merupakan populasi kecil dari

keseluruhan anak pada umumnya. Mereka mengalami gangguan fungsi

salah satu dari gerak, indra, mental, dan perilaku atau kombinasi dari

fungsi tersebut. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah anak

berkebutuhan khusus dengan diagnosa autis.

Istilah autistic diambil dari bahasa Yunani yaitu autos yang artinya

self. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan seseorang yang bersibuk diri

dengan dunianya sehinga kelihatannya tidak tertarik pada orang lain

(Ginanjar, 2008: 23).

Sedangkan Smart (2010:56), menyatakan autis dapat diartikan

sebagai anak yang mengalami hambatan perkembangan otak terutama pada

area bahasa, sosial, dan fantasi.

Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud anak

(25)

menyebabkan terjadinya gangguan komunikasi, interkasi sosial, dan

perilaku berdasarkan hasil assesment dari sekolah.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono

menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dimana

penelitian adalah sebagai instrument kunci (Sugiyono, 2009:9)

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

deskriptif kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai

fakta-fakta yang ditemukan dilapangan, foto, memo, dan dokumen resmi

lainnya.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti sebagai pengamat, dalam hal ini tidak

sepenuhnya sebagai pemeran tetapi masih melakukan fungsi pengamatan

(Moleong, 2009:77). Dalam penelitian ini, peneliti ikut berperanserta

sebagai pengamat dan sebagai pendamping guru dalam pelaksanaan

pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak penyandang autis di

SDLB Talenta Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDLB Talenta Kids Salatiga yang

berlokasi di Jl. Gondangsari no 03 Tegalrejo Kec. Argomulyo Salatiga,

(26)

10

4. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2009:308), teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber

primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data berupa hasil wawancara yang dilkukan, dan sumber

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, baik melalui dokumen maupun orang lain berupa

jurnal guru dan siswa, program semester dan harian siswa, serta laporan

perkembangan siswa.

Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah

ABK penyandang autis di SDLB Talenta Kids Salatiga. Sedangkan

informannya adalah kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah:

a. Observasi

Menurut Hadi dalam (Sugiyono, 2009:203), observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersususn

dari pelbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang

terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Observasi

dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi sekolah dan letak

geografis, serta metode yang diterapkan guru pendidikan agama Islam

(27)

b. Wawancara

Menurut Moleong (2009:186), wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang menjawab pertanyaan itu. Maksud

Lincon dan Guba dalam (Moleong, 2009:266), adalah mengkontruksi

mengenai orang, kejadian, organisasi, tuntunan, kepedulian, dan

sebagainya.

Untuk melaksanakan teknik wawancara, pewawancara harus

mampu menciptakan hubungan yang baik, sehingga informan bersedia

bekerjasama dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan

informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang digunakan

peneliti adalah terstruktur (tertulis), yaitu dengan menyusun terlebih

dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan.

Wawancara ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dari kepala

sekolah dan juga guru PAI dapat diolah dengan baik sesuai kebutuhan

penelitian ini.

c. Dokumentasi

Menurut Kamus Indonesia (2007:272) dokumentasi adalah

pengumpulan bukti atau keterangan, seperti kutipan, gambar, jurnal

pendidikan, dan bahan referensi lain. Metode ini peneliti gunakan

(28)

12

struktur organisasi, data guru, data siswa, laporan perkembangan

siswa, dan juga jurnal anak serta guru.

6. Analisis Data

Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya peneliti akan

melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian

data yang diperoleh disusun sedemikian rupa dan disajikan secara runtut.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data

sebagaimana dinyatakan oleh Miles & Huberman (1992:16) meliputi

reduksi data, dan verifikasi atau triangulasi. Pada tahap reduksi data

dilakukan pemilihan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data sehingga akhirnya dapat tercapai sebuah

kesimpulan. Pada tahap penyajian, data disajikan dalam bentuk teks

naratif. Selanjutnya pada tahap triangulasi dilakukan guna menyamakan

pandangan antar informan sehingga data bisa dan untuk menjaga

keutuhan penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti

melakukan beberapa upaya, selain menanyakan langsung kepada subjek,

peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan Bungin

(2004:99) menyatakan bahwa :

(29)

Dalam penelitian ini, peneliti mendasarkan pada prinsip

objektifitas, yang dinilai dari validitas dan reliabilitasnya. Validitas

dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan beserta penafsirannya,

yaitu agar penemuan dan penafsirannya sesuai yang sebenarnya dan

temuan disetujui oleh subjek yang diteliti. Reliabilitas diperoleh dari

konsistensi temuan penelitian yang diperoleh dari para subjek/informan.

Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara mendalami

wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subjek dan

memperhatikan suatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil analisis

sementara selalu dikonfirmasikan dengan informasi baru yang diperoleh

dari sumber lain. Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan penggunaan

teknik lain, misalnya observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang

masing-masing dibandingkan sebagai upaya pengecekan temuan.

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Penelitian Pendahuluan.

Penelitian Pendahuluan ini mengkaji buku-buku yang berkaitan

dengan pendidikan agama Islam pada ABK penyandang autis.

b. Tahap Penelitian di Lapangan

Setelah mengetahui kurikulum yang dilaksanakan dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada ABK penyandang autis

berdasarkan buku-buku yang telah dikaji kemudian peneliti juga

mewawancara langsung kepada kepala sekolah dan guru pendidikan

(30)

14

c. Tahap Analisis dan Pelaporan

Setelah data terkumpul maka dilakukan penilaian secara selektif dan

disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Setelah itu, dilakukan pengolahan dengan permasalahan yang

diangkat dalam penelitian. Menurut Miles dan Huberman (1984) juga

Yin (1987) dalam Suprayogo (2003: 194) menyatakan sebagai

berikut:

Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif umum dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. A. Analisis selama pengumpulan data : dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis. B. Reduksi Data: proses pemilihan terhadap data yang hendak di kode, mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksi merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan

untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi

skripsi.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi tentang Proses

(31)

fungsi perencanaan, prinsip-prinsip perencanaan. Pelaksanaan pendidikan

agama Islam, pengertian pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama

Islam. Evaluasi pembelajaran: pengertian evaluasi, fungsi evaluasi, dan

prinsip-prinsip evaluasi. Anak Autis: pengertian autis, ciri-ciri autis,

jenis-jenis autis, faktor penyebab autis.

Bab III merupakan paparan data dan temuan penelitian meliputi:

paparan data SDLB Talenta Kids Salatiga, dan proses pembelajaran

pendidikan agama Islam pada ABK di SDLB Talenta Kids Salatiga dalam

tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, kendala yang dialami guru PAI

dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam.

Bab IV merupakan data yang meliputi proses pembelajaran

pendidikan agama Islam pada ABK di SDLB Talenta Kids Salatiga yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pendidikan

agama Islam, kendala yang dialami guru PAI dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam.

Bab V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan

(32)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pendidikan Agama Islam

Terkait dengan pendidikan agama Islam, Muhaimin (2008:185)

menjelaskan bahwa: Pembelajaran pendidikan agama Islam, sebagai salah

satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran-ajara Islam dan

tatanan nilai hidup dan kehidupan islami, perlu diupayakan melalui

perencanaan pembelajaran pendidikan agama yang baik agar dapat

mempengaruhi pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan peserta

didik.

Dalam proses pendidikan, perencanaan merupakan penentuan

aktivitas yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Tanpa perencanaan

pembelajaran tidak mempunyai arah dan tujuan. Sebagai alat yang penting

untuk mencapai tujuan, perencanaan hendaknya adaptif terhadap

perkembangan zaman.

Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 1), perencanaan merupakan

keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan

dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.

Oleh karena itu, wajar bila perencanaan selalu berubah dan berkembang

sesuai dengan kebutuhan yang hendak dicapai dan kondisi yang

(33)

Sedangkan sebagai sebuah proses yang disengaja dilakukan atau

direkayasa, proses pembelajaran memerlukan sebuah perencanaan, agar

apa yang dilakukan dapat berjalan dan menghasilkan sesuatu seperti yang

diharapkan. Dengan adanya perencanaan tersebut maka proses yang akan

dilaksanakan dalam waktu yang panjang memiliki arah yang jelas, dapat

diperkirakan sumber daya yang diperlukan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah penentuan arah

pembelajaran yang diwujudkan dengan aktivitas yang hendak

dilaksanakan di masa yang akan datang. Karena pekerjaan yang ditentukan

pada kegiatan perencanaan belum dilaksanakan, maka untuk dapat

membuat perencanaan yang baik harus menguasai keadaan yang ada pada

saat ini.

Pada tahap perencanaan guru harus menyusun program pengajaran

yang merupakan peaksanaan dari kurikulum, program satuan pembelajaran

dan perencanaan program belajar.

2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 4) fungsi perencanaan

pembelajaran adalah:

a. Pertama untuk menentukan kompetensi yang akan dilakukan dari proses pembelajaran.

b. Kedua untuk mengukur kompetensi yang telah ditentukan yang

mampu memenuhi kebutuhan SDM

3. Prinsip-prinsip Perencanaaan Pembelajaran

Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 5) beberapa prinsip

(34)

18

a. Dilakukan oleh SDM yang tepat dan kompeten.

Untuk merencanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka

yang dapat melaksanakannya adalah orang dari jurusan Pendidikan

Agama Islam. Selain itu orang yang akan melakukan perencanaan harus

memahami bagaimana membuat perencanaan dengan baik.

b. Memiliki visibilitas

Dalam melakukan perencanaan harus diperhitungkan bagaimana

perencanaan tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu harus

diperhitungkan proses yang akan dilalui untuk dapat mencapai

kompetensi yang telah direncanakan tadi.

c. Beracuan pada masa yang datang

Perencanaan yang diupayakan untuk dapat dicapai pada kurun waktu

yang akan datang.

d. Berpijak pada fakta

Perencanaan yang dibuat memperhitungkan berbagai realitas dan

kondisi yang ada di sekolah. Utamanya berkaitan dengan kemampuan

siswa sebagai stakeholder, dan kemampuan sekolah/madrasah

menyediakan sumber.

B.Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan komponen penting

yang harus ada dalam aktivitas pendiddikan. Tanpa ada kegiatan pembelajaran,

aktivitas pendidikan tidak akan berjalan secara sempurna. Kegiatan

(35)

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Syafaat (2008: 11) pendidikan agama merupakan kata majemuk dari kata “pendidikan” dan “agama”. Menurut kamus bahasa

Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses perubahan sikap dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

Berbicara mengenai agama, menurut Ali (2008: 35-36) perkataan

agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan

agama Hindu dan Budha. Akar kata agama adalah gam yang mendapatkan

awalan a dan akhiran a sehingga menjadi a-gam-a. Agama artinya

peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja. Sedangkan arti

Islam intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh, dan taat dengan sepenuh

hati pada kehendak Ilahi.

Lalu pengertian Islam menurut Moeliono dalam Syafaat (2008:15) itu sendiri adalah “agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW,

berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT”.

Oleh karena itu, Sain (2001:280) memberikan pengertian

Pendidikan Agama Islam yaitu:

(36)

20

Sedangkan Darajat (2009:28) merumuskan bahwa Pendidikan Agama

Islam sebagai berikut:

“(a) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). (b) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. (c) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakini menyeluruh, serta menjadikan keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.”

Dari pendapat yang telah dikemukakan para ahli, dapat

disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa

pengajaran, bimbingan, dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai

pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama

Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun

kehidupan masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah usaaha atau

kegiatan selesai. Menurut Daradjat (2009:30) ada beberapa tujuan

pendidikan.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua

kegiatan pendidikan. Tujuan itu meliputi sikap tingkah laku,

(37)

Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan

tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu

dilaksanakan dan harus dikaitkan dengan tujuan institusional lembaga

yang menyelenggarakan pendidikan itu.

b. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.

Karena itu pendidikan Islam ini berlaku selama hidup untuk

menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan

mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir

pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah QS.

Ali-Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai

muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses

hidup jelas berisi kegiatan pendidikan.

Namun, tujuan akhir yang dimaksud dalam penelitian ini

karena yang diteliti adalah anak yang berkebutuhan khusus, tidak bisa

disamakan dengan anak normal. Tujuan akhir pendidikan agama Islam

(38)

22

diinstruksikan oleh guru dan juga mampu melakukan pembiasaan

sikap terpuji baik di rumah dan juga sekolah.

c. Tujuan Sementara

Tujuan sementara adalah tujuan yang dapat dicapai setelah

anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan

dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam

bentuk tujuan intruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat

dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda. Tujuan

sementara disini yaitu anak mampu melakukan instruksi guru.

d. Tujuan Operasional

Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai

dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan

pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan

diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.

Sementara itu, tujuan Pendidikan Agama Islam menurut

Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam tujuan Pendidikan

Agama Islam ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu

usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda

yang statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian

seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Oleh karena itu Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam,

pendidikan Islam bertujuan menumbuhkan pola kepribadian manusia

(39)

perasaan dari indera. Pendidikan itu harus melayani pertumbuhan

manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, imajinasi,

jasmaniah, ilmiah, maupun bahasanya (secara perorangan maupun

secara kelompok). Dan pendidikan ini mendorong semua aspek kearah

keimanan serta pencapaian kesempurnaan hidup.

Dasar untuk semua itu adalah firman Allah dalam QS

Al-Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Jadi, tujuan akhir Pendidikan Agama Islam adalah membina

manusia agar menyerahkan diri kepada Allah baik secara individual

maupun secara komunal dan sebagai umat seluruhnya. Sudah

seharusnya sebagai hamba Allah menyerahkan diri kepadaNya, karena

pada dasarnya Allah SWT menciptakan jin dan manusia untuk menjadi

hamba yang senantiasa beribadah kepadaNya. Hal ini diperjelas dalam

firman Allah SWT QS Adz-dzariyaat: 56



(40)

24

Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam, jika diringkas

adalah mendidik manusia agar menjadi hamba Allah seperti nabi

Muhammad SAW yang tercermin dalam sifat-sifat kepribadiannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa

Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dalam kebutuhan

hidup manusia yang menghambakan diri kepada Khaliknya yang

dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama.

C. Evaluasi Pembelajaran

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan kegiatan yang tidak terelakkan dalam setiap

proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi merupakan

bagian integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

Menurut Arifin (2011:5) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis

dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari

sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka

pembuatan keputusan. Evaluasi hasil belajar menekankan pada

diperolehnya informasi tentang seberapa besar perolehan siswa dalam

pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

Sedangkan Sukmadinata 2001 dalam Arifin (2011:11)

pembelajaraan bersifat interaktif dan komunikatif. Interaktif artinya

kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat multiarah

antara guru, peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan yang saling

(41)

Nafi menambahkan dalam bukunya Belajar dan Bermain

Bersama ABK dan Autis bahwa evaluasi pembelajaran merupakan

proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan

proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan

pengajaran secara optimal sehingga hasil belajar menetapkan baik

buruknya hasil kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi

pembelajaran menetapkan baik buruknya proses kegiatan pembelajaran

(Nafi, 2012:23-24).

Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau

kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka

pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti)

pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan

pertimbangan tertentu. Hasil kegiatan evaluasi belajar pada akhirnya

difungsikan dan ditujukan untuk keperluan diagnostik dan

pengembangan, seleksi, kenaikan peringkat belajar/kenaikan kelas, dan

untuk penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.

2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Menurut Sciven 1967 dalam Arifin (2011:16) fungsi evaluasi

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi

sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari

kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau

sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan.

(42)

26

kebaikan dari sistem secara keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat

dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap

selesai.

Mardapi dalam Widoyoko (2009:7) menambahkan, dalam

bukunya Evaluasi Program Pembelajaran, bahwa dalam bidang

pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro

dan ada yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah

program pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk

memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan

ditingkat kelas. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program

pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggung jawabnya adalah

guru. Guru mempunyai tanggung jawab menyusun dan melaksanakan

program pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah

bertanggung jawab untuk mengevaluasi program pembelajaran yang

disusun dan dilaksanakan oleh guru.

3. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran

Menurut Sudijono (2011:31) Evaluasi hasil belajar dapat

dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya

senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini:

a. Prinsip Keseluruhan

Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal

dengan istilah komprehensif (comprehensive). Dengan prinsip

(43)

dikatakan terlakssana dengan baik apabila evaluasi tersebut

dilaksanakan secara bulat, utuh, atau menyeluruh. Dengan kata lain,

evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang

dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku

yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup.

Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, maka evaluasi belajar dalam mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam itu hendaknya bukan hanya mengungkapkan

pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran Islam, melainkan

juga harus mengungkapkan sejauh mana peserta didik dapat

menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam tersebut dalam

kehidupan mereka msing-masing.

Dengan demikian evaluasi hasil belajar secara bulat utuh

menyeluruh akan diperoleh keterangan dan informasi yang lengkap

mengenai keadaaan dan perkembangan subjek didik yang dijadikan

sasaran evaluasi.

b. Prinsip Kesinambungan

Prinsip kesinambunagan juga dikenal dengan istilah prinsip

kontinuitas (continuity). Dengan prinsip kesinambungan dimaksud

disini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil

belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung-menyambung

(44)

28

Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara

berkesinambungan dimaksudkan agar pihak evaluator (guru, dosen,

dan sebagainya) dapat memperoleh kepastian dan kemantapan

dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan

kebijakan-kebijakan yang perlu, agar tujuan pengajaran dapat tercapai dengan

sebaik-baiknya.

c. Prinsip Obyektivitas

Prinsip obyektifitas (objectifity) mengandung makna bahwa

evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik

apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subjektif.

Sehubungan dengan ini, dalam pelaksanaan evaluasi hasil

belajar, seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan berindak

wajar. Prinsip ketiga ini sangat penting, sebab apabila dalam

melakukan evaluasi unsur-unsur subjektif menyelinap masuk ke

dalamnya, akan dapat menodai kemurnian pekerjaan evaluasi itu

sendiri.

Mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem

yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses, dan

keluaran/hasil, maka objek/sasaran evaluasi program pembelajaran

dapat dibedakan menjadi tiga,yaitu: evaluasi maasukan, proses,

dan keluaran/hasil pembelajaran. Menurut Widoyoko (2009:15)

1) Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada penilaian

(45)

prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan guru,

kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang

sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan

dimana pembelajaran berlangsung.

2) Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada penilaian

pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar

meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan,

keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang

dilakssanakan, dan minat, sikap serta cara belajar siswa.

3) Penilaian hasil pembelajaran merupakan upaya untuk

melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa, baik

menggunakan tes maupun non tes, dalam hal ini adalah

penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didik sesuai dengan

karakteristik masing-masing mata pelajaran.

D.Anak Autis

1. Pengertian Autis

Menurut Sunu (2012:3), autisme berasal dari kata “auto” yang

artinya sendiri. Istilah ini dipakai karena mereka yang mengidap gejala

autisme seringkali memang terlihat seperti seorang yang hidup sendiri.

Mereka seolah-olah hidup di dunianya sendiri dan terlepas dari kontak

sosial yang ada di sekitarnya. Autisme merupakan salah satu bentuk

gangguan tumbuh kembang, berupa sekumpulan gejala akibat adanya

(46)

30

secara normal sehingga mempengaruhi tumbuh kembang, kemampuan

komunikasi, dan kemampuan interaksi sosial seseorang.

Sedangkan menurut Ginanjar (2008:23), istilah autistic diambil

dari bahasa Yunani yaitu autos yang artinya self. Istilah ini digunakan

untuk menjelaskan seseorang yang bersibuk diri dengan dunianya sehingga

kelihatannya tidak tertarik pada orang lain.

Menurut Santoso (2010:155), secara neurologis (ilmu susunan

saraf), anak autis adalah anak yang mengalami hambatan perkembangan

otak, terutama pada area bahasa, sosial, dan fantasi. Menurut Maulana

(2007:17), autisme merupakan gangguan perkembangan yang berat pada

anak. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun.

Perkembangan mereka menjadi terganggu terutama dalam komunikasi,

interaksi, dan perilaku.

Menurut Widihastuti (2009:15), autisme adalah suatu gangguan

yang umumnya dimulai dan dialami oleh seseorang pada masa kanak-kanak

(infantile autism) sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang

lain, gangguan bahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda,

pembalikan kalimat, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk

mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.

Jadi dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, bisa

disimpulkan bahwa anak autis adalah anak yang mengalami gangguan

perkembangan otak sehingga mereka terganggu terutama dalam

(47)

2. Ciri-ciri Autis

Autisme digolongkan sebagai gangguan perkembangan pervasif,

seperti kognitif, emosi, dan psikomotorik anak (Widihastuti, 2008:15).

Maka dari itu, ciri-ciri autisme dapat diketuhui dari beberapa karakteristik.

Menurut Santoso (2010:156), berikut adalah ciri-ciri anak dengan

penyandang autis:

a. Dalam hal komunikasi

1) Kesulitan dalam hal bahasa. Bahkan, pada beberapa kasus nyaris tidak

ada perkembangan dalam berbahasa.

2) Mengalami kesulitan berbicara, tapi kemudian hilang kemampuannya.

3) Salah dalam memilih kata atau pilihan kata yang digunakan tidak

sesuai maknanya.

4) Materi yang dibicarakan tidak dipakai untuk berkomunikasi.

5) Suka meniru atau membeo (echolalia). Mampu menghafal kata-kata

atau nyanyian yang ditiru tanpa memahami artinya.

6) Beberapa dari anak autis tidak berbicara (nonverbal) atau sedikit

berbicara sampai mereka dewasa.

7) Suka menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang

diinginkannya atau dimintanya.

b. Dalam hal interaksi sosial

1) Lebih suka menyendiri.

2) Minus atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan.

(48)

32

c. Gangguan sensoris

1) Sangat sensitif terhadap sentuhan, misalnya tidak suka dipeluk.

2) Selalu menghindari suara keras dengan menutup kedua telinga.

3) Senang mencium dan menjilati mainan atau benda-benda.

4) Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut.

d. Pola bermain

1) Tidak suka bermain lazimnya anak-anak seumurnya.

2) Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.

3) Tidak kreatif, tidak imajinatif.

4) Menyukai benda-benda yang berputar, seperti roda sepeda.

5) Sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan

dibawa ke mana-mana.

e. Perilaku

1) Berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).

2) Memperlihatkan perilaku perangsangan diri, misalnya

bergoyang-goyang.

3) Tidak suka perubahan.

4) Duduk bengong dengan tatapan kosong.

f. Emosi

1) Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, dan

menangis tanpa alasan.

2) Mengamuk tak terkendali jika kecewa akibat dilarang atau

(49)

3) Suka menyerang dan perusak.

4) Menyakiti diri sendiri.

5) Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

Jadi, ciri-ciri anak autis dapat diketahui dengan karakteristik

khusus yang terlihat, diantaranya dalam hal komunikasi, interaksi sosial,

gangguan sensosis, pola bermain, perilaku, dan emosi.

3. Jenis-jenis Autis

Menurut Autism Society of America (Fitriyah, 2014:39),

menjelaskan bahwa jenis autis ada lima, diantaranya:

a. Sindrom Asperger: jenis gangguan ini ditandai dengan devisiensi

interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas

sehari-hari. Pada sindrom asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu

bila dibandingkan dengan gangguan lain. Anak yang menderita jenis

autism ini kurang sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat

mengatasi paparan suara keras dan sinar lampu secara tiba-tiba. Anak

dengan sindrom asperger memiliki kecerdasan rata atau diatas

rata-rata sehingga secara akademik mampu dan tidak bermasalah.

b. Autistic Disorder: disebut sebagai chilhood autism karena sebagian besar

berkembang pada tiga tahun awal usia anak. Anak yang terkena autistic

disorder tidak memiliki kemampuan bicara dan hanya tergantung pada

komunikasi verbal. Kondisi ini mengakibatkan anak menarik diri secara

(50)

34

gangguan ini, keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas

sehingga anak kurang bisa berkomunikasi.

c. Pervasif Development Disorder: autism jenis ini meliputi berbagai jenis

gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan. Tingkat keparahan

mulai dari yang ringan sampai ketidakmampuan yang ekstrim umumnya

didiagnosis dalam 5 tahun usia pertama anak. Pada gangguan ini,

keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas sehingga, anak

kurang bisa berkomunikasi.

d. Chilhood Disintegrative Disorder: gejala gangguan ini muncul ketika

seorang anak berusia antara 3-4 tahun. Pada dua tahun awal,

perkembangan anak nampak normal yang kemudian terjadi regresi

mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan motorik.

Anak menjadi kehilangan semua keterampilan yang dia peroleh

sebelumnya dan mulai menarik diri dari lingkungan sosial.

e. Reet Syndrome: jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis sebagai

autisme. Sindrom ini mempengaruhi perempuan dewasa atau anak

perempuan yang ditandai oleh pertumbuhan kepala yang abnormal.

Penyebabnya adalah mutasi pada urutan sebuah gen tunggal. Gejala awal

yang teramati diantaranya kehilangan kontrol otot yang menyebabkan

masalah dalam berjalan dan mengontrol gerakan mata. Keterampilan

motorik terlambat dan mengganggu setiap gerakan tangan dan kaki yang

(51)

Jadi, jenis autis dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu

sindrom asperger, autistic disorder, pervasif development disorder,

chilhood disintegrative disorder, dan reet syndrome.

4. Faktor Penyebab Autis

Menurut Widihastuti (2009:16), faktor penyebab autis belum

diketahui secara pasti. Ada dugaan kuat salah satu penyebabnya adalah

keracunan logam berat ketika anak masih dalam kandungan.

Menurut Sunu (2012:9), autisme merupakan ganguan yang

kompleks, sehingga autisme tidak terjadi pada satu bagian, namun meliputi

banyak faktor, diantaranya:

a. Kelainan anatomis otak, kelainan pada bagian-bagian otak tertentu yang

meliputi cerebellum (otak kecil), lobus pareitalis, dan sistem limbik ini

mencerminkan bentuk-bentuk perilaku berbeda yang muncul pada anak

autis.

b. Faktor pemicu tertentu saat kehamilan, terjadi pada masa kehamilan 0-4

bulan, bisa diakibatkan karena: polutan logam berat, infeksi, zat adiktif

(pengawet, pewarna), hiperemesis (muntah-muntah berat), pendarahan

berat, dan alergi berat.

c. Zat-zat adiktif yang mencemari otak anak, seperti asupan MSG

(monosodium glutamat), zat pewarna dan pengawet, dan lainnya.

d. Gangguan sistem pencernaan, seperti kurangnya enzim sekretin.

e. Kekacauan interpretasi dari sensori, menyebabkan stimulus dipersepsi

(52)

36

f. Jamur yang muncul di usus anak, pemakaian antibiotik yang berlebihan

juga dapat memicu gangguan pada otak, karena jamur menyebabkan

kebocoran usus dan tidak tercernanya kasein dan gluten dengan baik

sehingga tidak terserap dalam aliran darah ke otak.

Begitu banyak faktor pemicu yang dapat menyebakan munculnya

autisme, sehingga perlu penanganan yang ekstra. Jadi, faktor penyebab autis

pada intinya adalah dalam proses kehamilan yang berlangsung terkena atau

(53)

37 BAB III

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data SDLB Talenta Kids Salatiga

1. Sejarah Berdirinya SDLB Talenta Kids Salatiga

SDLB Talenta Kids adalah sekolah swasta yang berdiri di bawah

naungan yayasan Kanz Kids Family. Pada tahun 2008 diresmikan

berdirinya SDLB Talenta Kids Salatiga yang pada awalnya bernama

Sekolah Autis Talenta Kids berlokasi di Perum Griya Mustika Jl.

Gondangsari No.02 Tegalrejo, Argomulyo, Salatiga, Jawa Tengah.

Kemudian pada tahun 2010, kegiatan pembelajaran pindah ke Jl.

Gondangsari No.02 Tegalrejo, Argomulyo, Salatiga. Nama Sekolah

Autis Talenta Kids pada tahun 2014 berubah menjadi SDLB Talenta

Kids.

Adapun fasilitas yang ada di SDLB Talenta Kids Salatiga

diantaranya adalah ruang kantor, ruang perpustakaan, ruang sensori

integrasi. Kepala sekolah dipimpin oleh Ibu. Dr. Lilik Sriyanti, M.Si,

dengan 9 tenaga pengajar.

Tenaga pengajar di SDLB Talenta Kids, terdiri dari berbagai

macam lulusan diantaranya, S1 PAI, S1 Bahasa Inggris, S1 PGSD, S1

Bimbingan Konseling, dan sebagaian lagi lulusan SMA yang

(54)

38

SDLB Talenta Kids adalah sekolah khusus yang melayani

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya autis dan slow

learner.

2. Letak Sekolah

Letak SDLB Talenta Kids menempati areal tanah seluas 1090 m2.

Adapun batas-batasnya adalah

a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk

b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk

c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk

d. Sebelah barat berbatasan dengan perumahan penduduk

3. Identitas Sekolah

a. Namasekolah : SDLB Talenta Kids Salatiga

b. N.I.S : 280050

c. N.S.S : 862036201005

d. Provinsi : Jawa Tengah

e. Kecamatan : Argomulyo

f. Desa/Kelurahan : Tegalrejo

g. Jalan danNomor : Gondangsari no. 03

h. Kode Pos : 50733

i. Telepon : Kode wilayah : 0298

Nomor : 324478

j. Daerah : Perkotaan

(55)

l. Tahun Berdiri : 2008

m. KBM : Pagi

n. Bangunan Sekolah : Milik Yayasan

o. Luas Bangunan : 1090 m²

p. Lokasi Sekolah : Gondangsari no. 03 Tegalrejo

Argomulyo - Salatiga

q. E-mail : talentakids.salatiga@gmail.com

r. Jarak ke Pusat Kecamatan : 3 km

s. Jarak ke Pusat OTODA : 3 km

t. NPSN : 20361527

4. Visi dan Misi SDLB Talenta Kids Salatiga

a. Visi sekolah:

Menjadi lembaga pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang

handal, berlandaskan pada cinta kasih, religiusitas serta

perkembangan ilmu dan teknologi

b. Misi sekolah :

1). Menyelenggarakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

dengan pendekatan yang komprehensif sesuai potensi, bakat

dan kapasitas mental yang dimiliki peserta didik

2). Memberikan bekal ketrampilan dan kemampuan akademik yang

diperlukan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat untuk

(56)

40

3). Memanfaatkan teknologi informasi (TI) dan perkembangan

Iptek dalam pembelajaran, pengembangan SDM dan

membangun jaringan berdasarkan norma agama dan nilai

kemanusiaan

4). Mengoptimalkan daya dukung orang tua, masyarakat, instansi

pemerintah dan swasta untuk meningkatkan kualitas layanan

dan perkembangan peserta didik

5). Memberikan layanan sosialisasi dan pendampingan kepada

orang tua dan masyarakat tentang penanganan anak

berkebutuhan khusus

5. Struktur Organisasi

Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur

segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan individu dalam sebuah organisasi meliputi struktur

organisasi. Struktutr organisasi SDLB Talenta Kids Salatiga sebagai

berikut

Bagan 3.1

Struktur Organisasi Sekolah

WKU

KS

WKA WKS WKH

GM

(57)

Keterangan Bagan Organisasi :

dalam pembelajaran dibatasi dengan sekat yang membatasi kelas

satu dengan kelas yang lain. Hal ini sebenarnya kurang efektif bagi

pembelajaran, karena ruang yang terbuka akan sangat mengganggu

konsentrasi anak.

Bagan 3.2

Denah Gedung SDLB Talenta Kids Salatiga

Ruang bermain Ruang terapi

(58)

42

b. Sarana dan Prasarana lain

Sarana dan prasarana lain yang ada di SDLB Talenta Kids

Salatiga memiliki kriteria yang cukup mendukung pelaksanaan

pembelajaran. Adapun alat tersebut berupa meja, kursi, almari,

buku-buku penunjang, dan juga alat peraga sesuai kebutuhan

siswa.

Tabel 3.1

Data Sarana SDLB Talenta Kids

NO NAMA BARANG JUMLAH BAHAN

1 Meja siswa 12 Kayu

2 Kursi siswa 12 Kayu

3 Meja guru 5 Kayu

4 Kursi guru 8 Kayu

5 Almari 6 Plastik

6 Rak buku 3 Kayu

7 Papan tulis 4 Triplek

8 Papan statistic 3 Triplek

9 Meja kursi tamu 1 set Besi

10 Unit alat peraga 5 set

11 Unit alat permainan 4 set

12 Unit alat kesenian 3 set

13 Unit alat olahraga 2 set

14 Almari perpustakaan 1 set Kayu

(59)

16 Tempat parkir 1

17 Komputer 1 Elektronik

18 Monitor 1 Elektronik

19 TV 1 Elektronik

20 Wireless 1 Elektronik

21 Printer 1 Elektronik

22 Speaker 1 Mesin

7. Keadaan Guru

Tenaga pengejar yang bertugas di SDLB Talenta Kids Salatiga

pada tahun 2015/2016 seluruhnya ada sepuluh orang. Untuk lebih

jelasnya, penulis akan sajikan daftar tabel tenaga pengajar di SDLB

Talenta Kids Salatiga.

Tabel 3.2

Keadaan Pengajar di SDLB Talenta Kids Salatiga

NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN MENGAJAR

KELAS

1 Dr. Lilik Sriyanti,

M.Si

Kepala

Sekolah

S3 BK Terapis

2 Drs. Alfred L, M.SI Guru S2 BK Terapis

3 S Pujiastuti C, S.Pd Guru S1 PGSD IV

4 Alfisyah Liasari,

S.komp, S.Pd.I

(60)

44

5 Khuzaemah, S.Pd.I Guru S1 PAI I

6 Ani Yuli Atuti Guru SMA III

7 Eni Setiani Guru S1 BK I

8 Uli Fatwati Guru SMA I

9 Fitriana Astuti Guru SMA I

10 Nanang Himawan Terapis S1 OT Terapis

B. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Hasil penelitian mengenai proses pembelajaran pendidikan agama

Islam di SDLB Talenta Kids Salatiga dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan

hal yang sangat penting dalam menjalankan proses pembelajaran.

Berbicara mengenai perencanaan pembelajaran, pasti berkaitan dengan

kurikulum. Kurikulum merupakan penghubung antara guru dengan

peserta didik utamanya dalam melakukan proses pembelajaran. Selain

kurikulum, bagi anak ABK di SDLB Talenta Kids yang perlu

disiapkan juga adalah program semester dan juga Rencana Kegiatan

Harian (RKH).

Perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAI bagi

siswa autis di SDLB Talenta Kids Salatiga menggunakan kurikulum

nasional dan juga kurikulum modifikasi. Hal ini sesuai dengan hasil

(61)

Kalo untuk kurikulum yang digunakan di SDLB Talenta Kids kami menggunakan 2 versi. Pertama yaitu kurikulum nasional yang ke dua kurikulum modifikasi. Kurikulum yang diberlakukan mengadopsi dari kurikulum Maurice Chaterine untuk anak autis, kurikulum anak berkebutuhan khusus (SLB) yang dimodifikasi dari kurikulum TK dan SD untuk disesuaikan dengan karakteristik anak serta pendekatan terbaru dalam penanganan anak autis. Kurikulum bersifat individual, berbeda antara anak satu dengan anak lainnya. Setiap anak disiapkan program individual yang disusun berdasar asesment awal, dari hasil observasi dan wawancara dengan orang tua. Pembelajaran dilakukan secara terpadu, sistimatis dan kontinu.(15 Januari 2016 di ruang Kepsek).

Kurikulum nasional bagi ABK khususnya autis diambil dari

kurikulum TK hingga kurikulum SD kelas I sampai IV. Sedangkan

kurikulum modifikasi ini digunakan agar apa yang disampaikan oleh

guru itu sesuai dengan kebutuhan tiap anak. Karena untuk anak ABK,

utamanya autis memiliki kebutuhan yang berbeda tiap anaknya.

Setelah kurikulum, di sekolah umum hal lain yang perlu

diperhatikan yaitu pembuatan silabus dan juga RPP. Akan tetapi

berbeda dengan di SDLB Talenta Kids Salatiga, hanya beberapa siswa

saja yang menggunakannya. Sebagian besar siswa di SDLB Talenta

Kids pembelajarannya menggunakan Program Pembelajaran

Individual (PPI). Ibu LS menjelaskan bahwa :

PAI yang kami kembangkan di RPP hanya sebatas laporan di Dinas saja, sedangkan pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan tiap peserta didik (15 Januari 2016 di ruang Kepsek)

Jadi dalam perencanaan pembelajaran yang digunakan oleh

guru di SDLB Talenta Kids adalah PPI, karena dalam PPI menjelaskan

Gambar

Tabel 3.1 Data Sarana SDLB Talenta Kids
Tabel 3.2 Keadaan Pengajar di SDLB Talenta Kids Salatiga
gambar ayam dan
gambar ayam) dan berikan imbalan mainan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Beside the IBA, the BAFIA or the CBA, there is other related legislation that so significant in the implementation of Islamic banking such as the Hire Purchase Act 1948

KS menjadi sebuah fungsi yang menggunakan bilangan bulat n dengan jangkauan dari bilangan 1 sampai bilangan 16 dan blok 64 bit KEY sebagai input serta hasilnya sebagai output blok

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama.ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi

Sebagai masukan bagi institusi terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan bahan

Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas air Sungai Logawa menurut Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 pada saat hujan termasuk dalam golongan B peruntukannya sebagai

Makalah yang dinyatakan layak oleh panitia dan hasil penilaian pakar pendidikan tersebut terbagi dalam beberapa kelompok tema yaitu evaluasi program, evaluasi kebijakan,

Tujuan penyusunan skripsi ini adalah merancang suatu sistem kepegawaian yang berfungsi untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam melakukan proses perekrutan, absensi, mutasi,

Barchart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang menyerupai balok dan menunjukkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian-bagian pekerjaan dari