PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR
LUAR BIASA TALENTA KIDS SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
ANI YULI ASTUTI
NIM 11412019
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR
LUAR BIASA TALENTA KIDS SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
ANI YULI ASTUTI
NIM 11412019
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S. Ar Rahman : 13)
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, aku persembahkan skripsi ini untuk:
Orang tuaku, buah hatiku,keluargaku
Para dosenku, saudara-saudaraku, sahabat-sahabat seperjuanganku,
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Autis di Sekolah Dasar Luar Biasa Talenta Kids Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016”. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga
3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag.,selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Ibu Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu guru SDLB Talenta Kids Salatiga yang banyak membimbing dan membantu dalam penelitian ini.
7. Kedua orang tuaku, buah hatiku, kakak-kakakku, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam penyusunan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak dengan ikhlas memberikan bantuan baik material maupun
ix
Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan pada penulis diridhoi Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasn dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
x ABSTRAKSI
Astuti, Ani Yuli. 2016. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Autis di Sekolah Dasar Luar Biasa Talenta Kids Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam
Kelahiran anak merupakan anugerah bagi orang tua, dan setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya dalam hal apapun, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Anak pada umumnya mungkin tidak memiliki kendala yang berarti dalam pendidikan, namun berbeda dengan anak autis yang memiliki kebutuhan khusus. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menjelaskan tentang bagaimana pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak autis di sekolah dasar luar biasa.
Melalui penelitian ini pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) bagaimanakah proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis di SDLB Talenta Kids Salatiga?, dan (2) apa saja kendala-kendala dan solusi yang dihadapi guru PAI bagi anak autis di SDLB Talenta Kids Salatiga?. Pertanyaan tersebut dijawab dengan menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif. Adapun metode pengumpul data yang digunakan ialah pengamatan/obsevasi, wawancara dan dokumentasi.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAKSI ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 5
D.Manfaat Penelitian ... 5
E. Penegasan Istilah ... 6
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9
xii
3. Lokasi Penelitian ... 9
4. Sumber Data ... 10
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 10
6. Analisis Data ... 12
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 12
8. Tahap-tahap Penelitian ... 13
G.Sistematika Penulisan ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pendidikan Agama Islam ... 16
2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran ... 17
3. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran ... 17
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 18
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 19
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 20
C.Evaluasi Pembelajaran ... 24
1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran ... 24
2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran ... 25
3. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran ... 26
D.Anak Autis ... 29
1. Pengertian Autis ... 29
2. Ciri-ciri Autis ... 31
xiii
4. Faktor Penyebab Autis... 35
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A.Paparan Data SDLB Talenta Kids Salatiga 1. Sejarah Berdirinya SDLB Talenta Kids Salatiga ... 37
2. Letak Sekolah ... 38
3. Identitas Sekolah ... 38
4. Visi dan Misi SDLB Talenta Kids Salatiga ... 39
5. Struktur Organisasi ... 40
6. Sarana dan Prasarana ... 41
7. Keadaan Guru ... 43
B. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .. ... 44
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 46
3. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 50
C.Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam ... 51
BAB IV ANALISIS DATA A.Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 53
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 57
3. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 62
xiv BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran-saran ... 68
C. Kata Penutup ... 69
xv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Bagan 3.1 : Struktur Organisasi Sekolah ... 40
Bagan3.2 :Denah Gedung SDLB Talenta Kids... 41
Tabel 3.1 : Data Sarana SDLB Talenta Kids ... 42
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto-Foto Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Talenta kids
Lampiran 2 : Kurikulum SDLB Talenta kids
Lampiran 3 : Contoh RKH di SDLB Talenta Kids
Lampiran 4 : Contoh Program Semester anak di SDLB Talenta Kids
Lampiran 5 : Contoh Lembar ABA
Lampiran 6 : Contoh Jurnal Guru
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kelahiran anak ditengah keluarga merupakan anugerah terindah.
Kehadiran seorang anak membuat orang tua merasakan kebahagiaan yang luar
biasa. Bahkan orang tua berharap kelak anak tersebut tumbuh dan berkembang
secara sempurna. Orang tua mengupayakan hal yang terbaik untuk
perkembangan anak, dengan harapan cita-cita yang mungkin belum bisa
terwujud bisa terealisasi.
Namun, bagaimana jika anak yang terlahir memiliki beberapa
keterbatasan atau lebih dikenal dengan anak berkebutuhan khusus?. Pertanyaan
ini mengingatkan kepada semua pihak mengenai pendidikan yang sesuai
dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus. Untuk itu, seharusnya orang
tua membimbing dan mengarahkan anak secara tepat, agar anak dapat
tertangani dengan benar sesuai dengan kebutuhan juga bakat yang dimiliki oleh
anak. Orang tua yang tidak mengetahui terkadang justru mengisolasi
keberadaan anak mereka tanpa mencari solusi yang tepat bagi anaknya.
Solusi yang tepat bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus ini
adalah memberikan kesempatan kepada anak belajar di sekolah khusus, salah
satunya yaitu di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Bentuk dukungan ini
menjadikan anak menjadi pribadi yang mandiri. Sekolah khusus tersebut dapat
2
Dijelaskan dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 5 ayat (1) dan (2) menyatakan : (1)Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2)
Warga negara yang berkelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan sosial
berhak mendapatkan pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus memiliki
kebutuhan yang khusus pula dalam pendidikannya, sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 5 UU No.20 tahun 2003 di atas.
Menurut Smart (2010) dalam Ajna, 2014: 3 mengatakan pelayanan
pendidikan bagi setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus tentu akan
berbeda-beda, tergantung kekurangan apa yang dialami oleh anak tersebut dan
seberapa parah kekurangan tersebut sehingga pelayanannyapun dapat sampai
kepada anak dengan tepat.
Menurut Ali (2008:40) agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang
dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan dia melalui upacara,
penyembahan, permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut
atau berdasarkan ajaran agama itu. Dalam hal ini anak berkebutuhan khusus
semestinya mendapatkan pengarahan pembelajaran pendidikan agama tanpa
adanya perlakuan diskriminasi. Hal ini sesuai dengan QS. An-nisa:9
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran
yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam.
Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadist (Maslikhah,
2004:199). Tujuan akhir mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia.
SDLB adalah suatu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab
melaksanakan pendidikan untuk mencerdaskan anak didik yang berkebutuhan
khusus (ABK). Salah satu karakteristik dalam penyelenggaraan pendidikan
bagi ABK yaitu berorientasi pada kebutuhan anak.
Masalah perbedaan individu justru menjadi titik tolak layanan kepada
anak dalam pendidikan khusus. Kenyataan ini membawa konsekuensi dalam
corak pelayanan pendidikan yang berorientasi kepada individu. Kenyataan ini
merupakan masalah serius bagi para guru SDLB, terutama di dalam model
pembelajaran maupun dalam mengembangkan program pembelajarannya.
Pengorganisasian materi Pendidikan Agama Islam merupakan upaya
kegiatan mensiasati proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui
penyusunan materi secara rasional dan komprehesif. Pengorganisasian materi
ini mencakup tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Fatchurrohman (dalam Ajna, 2014: 3)
menyatakan sebagai berikut:
4
Tahap pelaksanaan mencakup langkah yang dipergunakan guru untuk mengaplikasikan beberapa metode dan media dalam melakukan pembelajaran pendidikan agama Islam.
Sedangkan tahap evaluasi menjadi pengontrol pengembangan materi pendidikan agama Islam.
Dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi materi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, seorang guru pendidikan khusus harus menyadari
secara baik kebutuhan-kebutuhan yang ada pada setiap siswa. Hal ini
membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang mendukung kepentingan
tersebut. Guru harus mampu membuat materi yang tingkat kesulitan dan
kemudahannya sejalan dengan tingkat perkembangan kemampuan penguasaan
kompetensi peserta didik, baik dari segi afektif, psikomotorik, dan kognitifnya.
Pembelajaran agama Islam yang ada di SDLB, masih ditemui
pembelajaran seperti yang terjadi di sekolah umum. Sedangkan, jelas bahwa
kondisi ABK berbeda dengan anak pada umumnya. Mereka memiliki
beberapa keterbatasan pada sistem otak, sistem saraf, juga pada indera mereka.
Berbeda dengan sekolah pada umumnya, SDLB Talenta Kids adalah
salah satu lembaga pendidikan yang khusus menangani ABK. Lembaga
pendidikan Talenta Kids yang bertempat di Jln. Gondangsari No. 4 Tegalrejo
Salatiga tersebut mengutamakan hal yang dibutuhkan oleh peserta didiknya
yang berbeda antara siswa satu dengan lainnya.
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik
“ PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK AUTIS
DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TALENTA KIDS SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016”
B. Fokus Penelitian
Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak
autis di SDLB Talenta Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016?
2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam proses
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis di SDLB Talenta
Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pnelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis
di SDLB Talenta Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.
2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam proses
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis di SDLB Talenta
Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang jelas tentang
proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada ABK,
6
1. Secara Teoretis
a. Diharapkan penelitian ini dapat menambahkan wawasan ilmu terutama
yang berkaitan dengan masalah pembelajaran Pendidikan Agama
Islam bagi ABK.
b. Diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan tentang
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi ABK
2. Secara Praktis
a. Memudahkan orang tua dalam memantau perkembangan keagamaan
pada ABK
b. Guru Agama Islam memberikan dukungan terhadap ABK untuk
semangat melaksanakan ibadah
c. ABK terbiasa melaksanakan ibadah dalam kehidupan sehari-hari
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian dan salah penafsiran pada judul di
atas, perlu penulis jelaskan sesuai dengan interpretasi yang dimaksudkan:
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Menurut kebahasaan, pembelajaran berasal dari kata “ajar” artinya
petunjuk yang diberikan kepada orang agar diketahui. Secara umum
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar.
Menurut Gagne (dalam rusmono, 2012:6) pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya
adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan dan terkendali agar orang
lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif meenetap pada diri orang
lain.
Moh Surya (1996:9) mengemukakan bahwa pembelajaran ialah
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari
pengalaman idividu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasar pendapat para ahli di atas, penulis mengartikan
pembelajaran adalah suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk
memodifikasi suatu kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu
tujuan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu usaha membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami agama Islam
seluruhnya, kemudian menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Majid
dan Andatani, 2004:130-131). Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan
usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah
keberagaman peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Terkait dengan pendidikan agama Islam, Muhaimin (2008:185)
menjelaskan bahwa:
Pembelajaran pendidikan agama Islam, sebagai salah satu mata
8
hidup dan kehidupan islami, perlu diupayakan melalui perencanaan
pembelajaran pendidikan agama yang baik agar dapat mempengaruhi
pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan peserta didik.
Dalam hal ini, penulis memberikan pengertian pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah upaya menciptakan suatu kondisi bagi
terciptanya suatu kegiatan belajar dengan muatan ajaran-ajaran Islam,
yang dalam proses pembelajarannya disesuaikan dengan kondisi tiap
peserta didik.
2. Anak Autis
Anak berkebutuhan khusus merupakan populasi kecil dari
keseluruhan anak pada umumnya. Mereka mengalami gangguan fungsi
salah satu dari gerak, indra, mental, dan perilaku atau kombinasi dari
fungsi tersebut. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah anak
berkebutuhan khusus dengan diagnosa autis.
Istilah autistic diambil dari bahasa Yunani yaitu autos yang artinya
self. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan seseorang yang bersibuk diri
dengan dunianya sehinga kelihatannya tidak tertarik pada orang lain
(Ginanjar, 2008: 23).
Sedangkan Smart (2010:56), menyatakan autis dapat diartikan
sebagai anak yang mengalami hambatan perkembangan otak terutama pada
area bahasa, sosial, dan fantasi.
Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud anak
menyebabkan terjadinya gangguan komunikasi, interkasi sosial, dan
perilaku berdasarkan hasil assesment dari sekolah.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono
menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dimana
penelitian adalah sebagai instrument kunci (Sugiyono, 2009:9)
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
deskriptif kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai
fakta-fakta yang ditemukan dilapangan, foto, memo, dan dokumen resmi
lainnya.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti sebagai pengamat, dalam hal ini tidak
sepenuhnya sebagai pemeran tetapi masih melakukan fungsi pengamatan
(Moleong, 2009:77). Dalam penelitian ini, peneliti ikut berperanserta
sebagai pengamat dan sebagai pendamping guru dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak penyandang autis di
SDLB Talenta Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDLB Talenta Kids Salatiga yang
berlokasi di Jl. Gondangsari no 03 Tegalrejo Kec. Argomulyo Salatiga,
10
4. Sumber Data
Menurut Sugiyono (2009:308), teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data berupa hasil wawancara yang dilkukan, dan sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, baik melalui dokumen maupun orang lain berupa
jurnal guru dan siswa, program semester dan harian siswa, serta laporan
perkembangan siswa.
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
ABK penyandang autis di SDLB Talenta Kids Salatiga. Sedangkan
informannya adalah kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah:
a. Observasi
Menurut Hadi dalam (Sugiyono, 2009:203), observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersususn
dari pelbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang
terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Observasi
dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi sekolah dan letak
geografis, serta metode yang diterapkan guru pendidikan agama Islam
b. Wawancara
Menurut Moleong (2009:186), wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang menjawab pertanyaan itu. Maksud
Lincon dan Guba dalam (Moleong, 2009:266), adalah mengkontruksi
mengenai orang, kejadian, organisasi, tuntunan, kepedulian, dan
sebagainya.
Untuk melaksanakan teknik wawancara, pewawancara harus
mampu menciptakan hubungan yang baik, sehingga informan bersedia
bekerjasama dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan
informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang digunakan
peneliti adalah terstruktur (tertulis), yaitu dengan menyusun terlebih
dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan.
Wawancara ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dari kepala
sekolah dan juga guru PAI dapat diolah dengan baik sesuai kebutuhan
penelitian ini.
c. Dokumentasi
Menurut Kamus Indonesia (2007:272) dokumentasi adalah
pengumpulan bukti atau keterangan, seperti kutipan, gambar, jurnal
pendidikan, dan bahan referensi lain. Metode ini peneliti gunakan
12
struktur organisasi, data guru, data siswa, laporan perkembangan
siswa, dan juga jurnal anak serta guru.
6. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya peneliti akan
melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian
data yang diperoleh disusun sedemikian rupa dan disajikan secara runtut.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data
sebagaimana dinyatakan oleh Miles & Huberman (1992:16) meliputi
reduksi data, dan verifikasi atau triangulasi. Pada tahap reduksi data
dilakukan pemilihan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data sehingga akhirnya dapat tercapai sebuah
kesimpulan. Pada tahap penyajian, data disajikan dalam bentuk teks
naratif. Selanjutnya pada tahap triangulasi dilakukan guna menyamakan
pandangan antar informan sehingga data bisa dan untuk menjaga
keutuhan penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti
melakukan beberapa upaya, selain menanyakan langsung kepada subjek,
peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan Bungin
(2004:99) menyatakan bahwa :
Dalam penelitian ini, peneliti mendasarkan pada prinsip
objektifitas, yang dinilai dari validitas dan reliabilitasnya. Validitas
dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan beserta penafsirannya,
yaitu agar penemuan dan penafsirannya sesuai yang sebenarnya dan
temuan disetujui oleh subjek yang diteliti. Reliabilitas diperoleh dari
konsistensi temuan penelitian yang diperoleh dari para subjek/informan.
Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara mendalami
wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subjek dan
memperhatikan suatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil analisis
sementara selalu dikonfirmasikan dengan informasi baru yang diperoleh
dari sumber lain. Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan penggunaan
teknik lain, misalnya observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang
masing-masing dibandingkan sebagai upaya pengecekan temuan.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan.
Penelitian Pendahuluan ini mengkaji buku-buku yang berkaitan
dengan pendidikan agama Islam pada ABK penyandang autis.
b. Tahap Penelitian di Lapangan
Setelah mengetahui kurikulum yang dilaksanakan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada ABK penyandang autis
berdasarkan buku-buku yang telah dikaji kemudian peneliti juga
mewawancara langsung kepada kepala sekolah dan guru pendidikan
14
c. Tahap Analisis dan Pelaporan
Setelah data terkumpul maka dilakukan penilaian secara selektif dan
disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Setelah itu, dilakukan pengolahan dengan permasalahan yang
diangkat dalam penelitian. Menurut Miles dan Huberman (1984) juga
Yin (1987) dalam Suprayogo (2003: 194) menyatakan sebagai
berikut:
Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif umum dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. A. Analisis selama pengumpulan data : dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis. B. Reduksi Data: proses pemilihan terhadap data yang hendak di kode, mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksi merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan
untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi
skripsi.
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi tentang Proses
fungsi perencanaan, prinsip-prinsip perencanaan. Pelaksanaan pendidikan
agama Islam, pengertian pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama
Islam. Evaluasi pembelajaran: pengertian evaluasi, fungsi evaluasi, dan
prinsip-prinsip evaluasi. Anak Autis: pengertian autis, ciri-ciri autis,
jenis-jenis autis, faktor penyebab autis.
Bab III merupakan paparan data dan temuan penelitian meliputi:
paparan data SDLB Talenta Kids Salatiga, dan proses pembelajaran
pendidikan agama Islam pada ABK di SDLB Talenta Kids Salatiga dalam
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, kendala yang dialami guru PAI
dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam.
Bab IV merupakan data yang meliputi proses pembelajaran
pendidikan agama Islam pada ABK di SDLB Talenta Kids Salatiga yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pendidikan
agama Islam, kendala yang dialami guru PAI dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam.
Bab V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan
16 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pendidikan Agama Islam
Terkait dengan pendidikan agama Islam, Muhaimin (2008:185)
menjelaskan bahwa: Pembelajaran pendidikan agama Islam, sebagai salah
satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran-ajara Islam dan
tatanan nilai hidup dan kehidupan islami, perlu diupayakan melalui
perencanaan pembelajaran pendidikan agama yang baik agar dapat
mempengaruhi pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan peserta
didik.
Dalam proses pendidikan, perencanaan merupakan penentuan
aktivitas yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Tanpa perencanaan
pembelajaran tidak mempunyai arah dan tujuan. Sebagai alat yang penting
untuk mencapai tujuan, perencanaan hendaknya adaptif terhadap
perkembangan zaman.
Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 1), perencanaan merupakan
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.
Oleh karena itu, wajar bila perencanaan selalu berubah dan berkembang
sesuai dengan kebutuhan yang hendak dicapai dan kondisi yang
Sedangkan sebagai sebuah proses yang disengaja dilakukan atau
direkayasa, proses pembelajaran memerlukan sebuah perencanaan, agar
apa yang dilakukan dapat berjalan dan menghasilkan sesuatu seperti yang
diharapkan. Dengan adanya perencanaan tersebut maka proses yang akan
dilaksanakan dalam waktu yang panjang memiliki arah yang jelas, dapat
diperkirakan sumber daya yang diperlukan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah penentuan arah
pembelajaran yang diwujudkan dengan aktivitas yang hendak
dilaksanakan di masa yang akan datang. Karena pekerjaan yang ditentukan
pada kegiatan perencanaan belum dilaksanakan, maka untuk dapat
membuat perencanaan yang baik harus menguasai keadaan yang ada pada
saat ini.
Pada tahap perencanaan guru harus menyusun program pengajaran
yang merupakan peaksanaan dari kurikulum, program satuan pembelajaran
dan perencanaan program belajar.
2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 4) fungsi perencanaan
pembelajaran adalah:
a. Pertama untuk menentukan kompetensi yang akan dilakukan dari proses pembelajaran.
b. Kedua untuk mengukur kompetensi yang telah ditentukan yang
mampu memenuhi kebutuhan SDM
3. Prinsip-prinsip Perencanaaan Pembelajaran
Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 5) beberapa prinsip
18
a. Dilakukan oleh SDM yang tepat dan kompeten.
Untuk merencanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka
yang dapat melaksanakannya adalah orang dari jurusan Pendidikan
Agama Islam. Selain itu orang yang akan melakukan perencanaan harus
memahami bagaimana membuat perencanaan dengan baik.
b. Memiliki visibilitas
Dalam melakukan perencanaan harus diperhitungkan bagaimana
perencanaan tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu harus
diperhitungkan proses yang akan dilalui untuk dapat mencapai
kompetensi yang telah direncanakan tadi.
c. Beracuan pada masa yang datang
Perencanaan yang diupayakan untuk dapat dicapai pada kurun waktu
yang akan datang.
d. Berpijak pada fakta
Perencanaan yang dibuat memperhitungkan berbagai realitas dan
kondisi yang ada di sekolah. Utamanya berkaitan dengan kemampuan
siswa sebagai stakeholder, dan kemampuan sekolah/madrasah
menyediakan sumber.
B.Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan komponen penting
yang harus ada dalam aktivitas pendiddikan. Tanpa ada kegiatan pembelajaran,
aktivitas pendidikan tidak akan berjalan secara sempurna. Kegiatan
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Syafaat (2008: 11) pendidikan agama merupakan kata majemuk dari kata “pendidikan” dan “agama”. Menurut kamus bahasa
Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses perubahan sikap dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Berbicara mengenai agama, menurut Ali (2008: 35-36) perkataan
agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan
agama Hindu dan Budha. Akar kata agama adalah gam yang mendapatkan
awalan a dan akhiran a sehingga menjadi a-gam-a. Agama artinya
peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja. Sedangkan arti
Islam intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh, dan taat dengan sepenuh
hati pada kehendak Ilahi.
Lalu pengertian Islam menurut Moeliono dalam Syafaat (2008:15) itu sendiri adalah “agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW,
berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT”.
Oleh karena itu, Sain (2001:280) memberikan pengertian
Pendidikan Agama Islam yaitu:
20
Sedangkan Darajat (2009:28) merumuskan bahwa Pendidikan Agama
Islam sebagai berikut:
“(a) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). (b) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. (c) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakini menyeluruh, serta menjadikan keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.”
Dari pendapat yang telah dikemukakan para ahli, dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa
pengajaran, bimbingan, dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai
pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama
Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun
kehidupan masyarakat.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah usaaha atau
kegiatan selesai. Menurut Daradjat (2009:30) ada beberapa tujuan
pendidikan.
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan. Tujuan itu meliputi sikap tingkah laku,
Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan
tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu
dilaksanakan dan harus dikaitkan dengan tujuan institusional lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan itu.
b. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan
akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.
Karena itu pendidikan Islam ini berlaku selama hidup untuk
menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan
mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir
pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah QS.
Ali-Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai
muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses
hidup jelas berisi kegiatan pendidikan.
Namun, tujuan akhir yang dimaksud dalam penelitian ini
karena yang diteliti adalah anak yang berkebutuhan khusus, tidak bisa
disamakan dengan anak normal. Tujuan akhir pendidikan agama Islam
22
diinstruksikan oleh guru dan juga mampu melakukan pembiasaan
sikap terpuji baik di rumah dan juga sekolah.
c. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang dapat dicapai setelah
anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan
dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam
bentuk tujuan intruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat
dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda. Tujuan
sementara disini yaitu anak mampu melakukan instruksi guru.
d. Tujuan Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan
pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan
diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.
Sementara itu, tujuan Pendidikan Agama Islam menurut
Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam tujuan Pendidikan
Agama Islam ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu
usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda
yang statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian
seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Oleh karena itu Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam,
pendidikan Islam bertujuan menumbuhkan pola kepribadian manusia
perasaan dari indera. Pendidikan itu harus melayani pertumbuhan
manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, imajinasi,
jasmaniah, ilmiah, maupun bahasanya (secara perorangan maupun
secara kelompok). Dan pendidikan ini mendorong semua aspek kearah
keimanan serta pencapaian kesempurnaan hidup.
Dasar untuk semua itu adalah firman Allah dalam QS
Al-Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Jadi, tujuan akhir Pendidikan Agama Islam adalah membina
manusia agar menyerahkan diri kepada Allah baik secara individual
maupun secara komunal dan sebagai umat seluruhnya. Sudah
seharusnya sebagai hamba Allah menyerahkan diri kepadaNya, karena
pada dasarnya Allah SWT menciptakan jin dan manusia untuk menjadi
hamba yang senantiasa beribadah kepadaNya. Hal ini diperjelas dalam
firman Allah SWT QS Adz-dzariyaat: 56
24
Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam, jika diringkas
adalah mendidik manusia agar menjadi hamba Allah seperti nabi
Muhammad SAW yang tercermin dalam sifat-sifat kepribadiannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa
Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dalam kebutuhan
hidup manusia yang menghambakan diri kepada Khaliknya yang
dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama.
C. Evaluasi Pembelajaran
1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan kegiatan yang tidak terelakkan dalam setiap
proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi merupakan
bagian integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Menurut Arifin (2011:5) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari
sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
pembuatan keputusan. Evaluasi hasil belajar menekankan pada
diperolehnya informasi tentang seberapa besar perolehan siswa dalam
pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Sedangkan Sukmadinata 2001 dalam Arifin (2011:11)
pembelajaraan bersifat interaktif dan komunikatif. Interaktif artinya
kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat multiarah
antara guru, peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan yang saling
Nafi menambahkan dalam bukunya Belajar dan Bermain
Bersama ABK dan Autis bahwa evaluasi pembelajaran merupakan
proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan
proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan
pengajaran secara optimal sehingga hasil belajar menetapkan baik
buruknya hasil kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi
pembelajaran menetapkan baik buruknya proses kegiatan pembelajaran
(Nafi, 2012:23-24).
Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti)
pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan
pertimbangan tertentu. Hasil kegiatan evaluasi belajar pada akhirnya
difungsikan dan ditujukan untuk keperluan diagnostik dan
pengembangan, seleksi, kenaikan peringkat belajar/kenaikan kelas, dan
untuk penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.
2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Menurut Sciven 1967 dalam Arifin (2011:16) fungsi evaluasi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi
sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau
sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan.
26
kebaikan dari sistem secara keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat
dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap
selesai.
Mardapi dalam Widoyoko (2009:7) menambahkan, dalam
bukunya Evaluasi Program Pembelajaran, bahwa dalam bidang
pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro
dan ada yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah
program pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk
memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan
ditingkat kelas. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program
pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggung jawabnya adalah
guru. Guru mempunyai tanggung jawab menyusun dan melaksanakan
program pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah
bertanggung jawab untuk mengevaluasi program pembelajaran yang
disusun dan dilaksanakan oleh guru.
3. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran
Menurut Sudijono (2011:31) Evaluasi hasil belajar dapat
dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya
senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini:
a. Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal
dengan istilah komprehensif (comprehensive). Dengan prinsip
dikatakan terlakssana dengan baik apabila evaluasi tersebut
dilaksanakan secara bulat, utuh, atau menyeluruh. Dengan kata lain,
evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang
dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku
yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup.
Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, maka evaluasi belajar dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam itu hendaknya bukan hanya mengungkapkan
pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran Islam, melainkan
juga harus mengungkapkan sejauh mana peserta didik dapat
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam tersebut dalam
kehidupan mereka msing-masing.
Dengan demikian evaluasi hasil belajar secara bulat utuh
menyeluruh akan diperoleh keterangan dan informasi yang lengkap
mengenai keadaaan dan perkembangan subjek didik yang dijadikan
sasaran evaluasi.
b. Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambunagan juga dikenal dengan istilah prinsip
kontinuitas (continuity). Dengan prinsip kesinambungan dimaksud
disini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil
belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung-menyambung
28
Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dimaksudkan agar pihak evaluator (guru, dosen,
dan sebagainya) dapat memperoleh kepastian dan kemantapan
dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan
kebijakan-kebijakan yang perlu, agar tujuan pengajaran dapat tercapai dengan
sebaik-baiknya.
c. Prinsip Obyektivitas
Prinsip obyektifitas (objectifity) mengandung makna bahwa
evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik
apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subjektif.
Sehubungan dengan ini, dalam pelaksanaan evaluasi hasil
belajar, seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan berindak
wajar. Prinsip ketiga ini sangat penting, sebab apabila dalam
melakukan evaluasi unsur-unsur subjektif menyelinap masuk ke
dalamnya, akan dapat menodai kemurnian pekerjaan evaluasi itu
sendiri.
Mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem
yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses, dan
keluaran/hasil, maka objek/sasaran evaluasi program pembelajaran
dapat dibedakan menjadi tiga,yaitu: evaluasi maasukan, proses,
dan keluaran/hasil pembelajaran. Menurut Widoyoko (2009:15)
1) Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada penilaian
prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan guru,
kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang
sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan
dimana pembelajaran berlangsung.
2) Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada penilaian
pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar
meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan,
keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang
dilakssanakan, dan minat, sikap serta cara belajar siswa.
3) Penilaian hasil pembelajaran merupakan upaya untuk
melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa, baik
menggunakan tes maupun non tes, dalam hal ini adalah
penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didik sesuai dengan
karakteristik masing-masing mata pelajaran.
D.Anak Autis
1. Pengertian Autis
Menurut Sunu (2012:3), autisme berasal dari kata “auto” yang
artinya sendiri. Istilah ini dipakai karena mereka yang mengidap gejala
autisme seringkali memang terlihat seperti seorang yang hidup sendiri.
Mereka seolah-olah hidup di dunianya sendiri dan terlepas dari kontak
sosial yang ada di sekitarnya. Autisme merupakan salah satu bentuk
gangguan tumbuh kembang, berupa sekumpulan gejala akibat adanya
30
secara normal sehingga mempengaruhi tumbuh kembang, kemampuan
komunikasi, dan kemampuan interaksi sosial seseorang.
Sedangkan menurut Ginanjar (2008:23), istilah autistic diambil
dari bahasa Yunani yaitu autos yang artinya self. Istilah ini digunakan
untuk menjelaskan seseorang yang bersibuk diri dengan dunianya sehingga
kelihatannya tidak tertarik pada orang lain.
Menurut Santoso (2010:155), secara neurologis (ilmu susunan
saraf), anak autis adalah anak yang mengalami hambatan perkembangan
otak, terutama pada area bahasa, sosial, dan fantasi. Menurut Maulana
(2007:17), autisme merupakan gangguan perkembangan yang berat pada
anak. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun.
Perkembangan mereka menjadi terganggu terutama dalam komunikasi,
interaksi, dan perilaku.
Menurut Widihastuti (2009:15), autisme adalah suatu gangguan
yang umumnya dimulai dan dialami oleh seseorang pada masa kanak-kanak
(infantile autism) sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain, gangguan bahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda,
pembalikan kalimat, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk
mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.
Jadi dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, bisa
disimpulkan bahwa anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan otak sehingga mereka terganggu terutama dalam
2. Ciri-ciri Autis
Autisme digolongkan sebagai gangguan perkembangan pervasif,
seperti kognitif, emosi, dan psikomotorik anak (Widihastuti, 2008:15).
Maka dari itu, ciri-ciri autisme dapat diketuhui dari beberapa karakteristik.
Menurut Santoso (2010:156), berikut adalah ciri-ciri anak dengan
penyandang autis:
a. Dalam hal komunikasi
1) Kesulitan dalam hal bahasa. Bahkan, pada beberapa kasus nyaris tidak
ada perkembangan dalam berbahasa.
2) Mengalami kesulitan berbicara, tapi kemudian hilang kemampuannya.
3) Salah dalam memilih kata atau pilihan kata yang digunakan tidak
sesuai maknanya.
4) Materi yang dibicarakan tidak dipakai untuk berkomunikasi.
5) Suka meniru atau membeo (echolalia). Mampu menghafal kata-kata
atau nyanyian yang ditiru tanpa memahami artinya.
6) Beberapa dari anak autis tidak berbicara (nonverbal) atau sedikit
berbicara sampai mereka dewasa.
7) Suka menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang
diinginkannya atau dimintanya.
b. Dalam hal interaksi sosial
1) Lebih suka menyendiri.
2) Minus atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan.
32
c. Gangguan sensoris
1) Sangat sensitif terhadap sentuhan, misalnya tidak suka dipeluk.
2) Selalu menghindari suara keras dengan menutup kedua telinga.
3) Senang mencium dan menjilati mainan atau benda-benda.
4) Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut.
d. Pola bermain
1) Tidak suka bermain lazimnya anak-anak seumurnya.
2) Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
3) Tidak kreatif, tidak imajinatif.
4) Menyukai benda-benda yang berputar, seperti roda sepeda.
5) Sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan
dibawa ke mana-mana.
e. Perilaku
1) Berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).
2) Memperlihatkan perilaku perangsangan diri, misalnya
bergoyang-goyang.
3) Tidak suka perubahan.
4) Duduk bengong dengan tatapan kosong.
f. Emosi
1) Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, dan
menangis tanpa alasan.
2) Mengamuk tak terkendali jika kecewa akibat dilarang atau
3) Suka menyerang dan perusak.
4) Menyakiti diri sendiri.
5) Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
Jadi, ciri-ciri anak autis dapat diketahui dengan karakteristik
khusus yang terlihat, diantaranya dalam hal komunikasi, interaksi sosial,
gangguan sensosis, pola bermain, perilaku, dan emosi.
3. Jenis-jenis Autis
Menurut Autism Society of America (Fitriyah, 2014:39),
menjelaskan bahwa jenis autis ada lima, diantaranya:
a. Sindrom Asperger: jenis gangguan ini ditandai dengan devisiensi
interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas
sehari-hari. Pada sindrom asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu
bila dibandingkan dengan gangguan lain. Anak yang menderita jenis
autism ini kurang sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat
mengatasi paparan suara keras dan sinar lampu secara tiba-tiba. Anak
dengan sindrom asperger memiliki kecerdasan rata atau diatas
rata-rata sehingga secara akademik mampu dan tidak bermasalah.
b. Autistic Disorder: disebut sebagai chilhood autism karena sebagian besar
berkembang pada tiga tahun awal usia anak. Anak yang terkena autistic
disorder tidak memiliki kemampuan bicara dan hanya tergantung pada
komunikasi verbal. Kondisi ini mengakibatkan anak menarik diri secara
34
gangguan ini, keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas
sehingga anak kurang bisa berkomunikasi.
c. Pervasif Development Disorder: autism jenis ini meliputi berbagai jenis
gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan. Tingkat keparahan
mulai dari yang ringan sampai ketidakmampuan yang ekstrim umumnya
didiagnosis dalam 5 tahun usia pertama anak. Pada gangguan ini,
keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas sehingga, anak
kurang bisa berkomunikasi.
d. Chilhood Disintegrative Disorder: gejala gangguan ini muncul ketika
seorang anak berusia antara 3-4 tahun. Pada dua tahun awal,
perkembangan anak nampak normal yang kemudian terjadi regresi
mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan motorik.
Anak menjadi kehilangan semua keterampilan yang dia peroleh
sebelumnya dan mulai menarik diri dari lingkungan sosial.
e. Reet Syndrome: jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis sebagai
autisme. Sindrom ini mempengaruhi perempuan dewasa atau anak
perempuan yang ditandai oleh pertumbuhan kepala yang abnormal.
Penyebabnya adalah mutasi pada urutan sebuah gen tunggal. Gejala awal
yang teramati diantaranya kehilangan kontrol otot yang menyebabkan
masalah dalam berjalan dan mengontrol gerakan mata. Keterampilan
motorik terlambat dan mengganggu setiap gerakan tangan dan kaki yang
Jadi, jenis autis dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu
sindrom asperger, autistic disorder, pervasif development disorder,
chilhood disintegrative disorder, dan reet syndrome.
4. Faktor Penyebab Autis
Menurut Widihastuti (2009:16), faktor penyebab autis belum
diketahui secara pasti. Ada dugaan kuat salah satu penyebabnya adalah
keracunan logam berat ketika anak masih dalam kandungan.
Menurut Sunu (2012:9), autisme merupakan ganguan yang
kompleks, sehingga autisme tidak terjadi pada satu bagian, namun meliputi
banyak faktor, diantaranya:
a. Kelainan anatomis otak, kelainan pada bagian-bagian otak tertentu yang
meliputi cerebellum (otak kecil), lobus pareitalis, dan sistem limbik ini
mencerminkan bentuk-bentuk perilaku berbeda yang muncul pada anak
autis.
b. Faktor pemicu tertentu saat kehamilan, terjadi pada masa kehamilan 0-4
bulan, bisa diakibatkan karena: polutan logam berat, infeksi, zat adiktif
(pengawet, pewarna), hiperemesis (muntah-muntah berat), pendarahan
berat, dan alergi berat.
c. Zat-zat adiktif yang mencemari otak anak, seperti asupan MSG
(monosodium glutamat), zat pewarna dan pengawet, dan lainnya.
d. Gangguan sistem pencernaan, seperti kurangnya enzim sekretin.
e. Kekacauan interpretasi dari sensori, menyebabkan stimulus dipersepsi
36
f. Jamur yang muncul di usus anak, pemakaian antibiotik yang berlebihan
juga dapat memicu gangguan pada otak, karena jamur menyebabkan
kebocoran usus dan tidak tercernanya kasein dan gluten dengan baik
sehingga tidak terserap dalam aliran darah ke otak.
Begitu banyak faktor pemicu yang dapat menyebakan munculnya
autisme, sehingga perlu penanganan yang ekstra. Jadi, faktor penyebab autis
pada intinya adalah dalam proses kehamilan yang berlangsung terkena atau
37 BAB III
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data SDLB Talenta Kids Salatiga
1. Sejarah Berdirinya SDLB Talenta Kids Salatiga
SDLB Talenta Kids adalah sekolah swasta yang berdiri di bawah
naungan yayasan Kanz Kids Family. Pada tahun 2008 diresmikan
berdirinya SDLB Talenta Kids Salatiga yang pada awalnya bernama
Sekolah Autis Talenta Kids berlokasi di Perum Griya Mustika Jl.
Gondangsari No.02 Tegalrejo, Argomulyo, Salatiga, Jawa Tengah.
Kemudian pada tahun 2010, kegiatan pembelajaran pindah ke Jl.
Gondangsari No.02 Tegalrejo, Argomulyo, Salatiga. Nama Sekolah
Autis Talenta Kids pada tahun 2014 berubah menjadi SDLB Talenta
Kids.
Adapun fasilitas yang ada di SDLB Talenta Kids Salatiga
diantaranya adalah ruang kantor, ruang perpustakaan, ruang sensori
integrasi. Kepala sekolah dipimpin oleh Ibu. Dr. Lilik Sriyanti, M.Si,
dengan 9 tenaga pengajar.
Tenaga pengajar di SDLB Talenta Kids, terdiri dari berbagai
macam lulusan diantaranya, S1 PAI, S1 Bahasa Inggris, S1 PGSD, S1
Bimbingan Konseling, dan sebagaian lagi lulusan SMA yang
38
SDLB Talenta Kids adalah sekolah khusus yang melayani
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya autis dan slow
learner.
2. Letak Sekolah
Letak SDLB Talenta Kids menempati areal tanah seluas 1090 m2.
Adapun batas-batasnya adalah
a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk
b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk
c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk
d. Sebelah barat berbatasan dengan perumahan penduduk
3. Identitas Sekolah
a. Namasekolah : SDLB Talenta Kids Salatiga
b. N.I.S : 280050
c. N.S.S : 862036201005
d. Provinsi : Jawa Tengah
e. Kecamatan : Argomulyo
f. Desa/Kelurahan : Tegalrejo
g. Jalan danNomor : Gondangsari no. 03
h. Kode Pos : 50733
i. Telepon : Kode wilayah : 0298
Nomor : 324478
j. Daerah : Perkotaan
l. Tahun Berdiri : 2008
m. KBM : Pagi
n. Bangunan Sekolah : Milik Yayasan
o. Luas Bangunan : 1090 m²
p. Lokasi Sekolah : Gondangsari no. 03 Tegalrejo
Argomulyo - Salatiga
q. E-mail : talentakids.salatiga@gmail.com
r. Jarak ke Pusat Kecamatan : 3 km
s. Jarak ke Pusat OTODA : 3 km
t. NPSN : 20361527
4. Visi dan Misi SDLB Talenta Kids Salatiga
a. Visi sekolah:
Menjadi lembaga pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang
handal, berlandaskan pada cinta kasih, religiusitas serta
perkembangan ilmu dan teknologi
b. Misi sekolah :
1). Menyelenggarakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
dengan pendekatan yang komprehensif sesuai potensi, bakat
dan kapasitas mental yang dimiliki peserta didik
2). Memberikan bekal ketrampilan dan kemampuan akademik yang
diperlukan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat untuk
40
3). Memanfaatkan teknologi informasi (TI) dan perkembangan
Iptek dalam pembelajaran, pengembangan SDM dan
membangun jaringan berdasarkan norma agama dan nilai
kemanusiaan
4). Mengoptimalkan daya dukung orang tua, masyarakat, instansi
pemerintah dan swasta untuk meningkatkan kualitas layanan
dan perkembangan peserta didik
5). Memberikan layanan sosialisasi dan pendampingan kepada
orang tua dan masyarakat tentang penanganan anak
berkebutuhan khusus
5. Struktur Organisasi
Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur
segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan individu dalam sebuah organisasi meliputi struktur
organisasi. Struktutr organisasi SDLB Talenta Kids Salatiga sebagai
berikut
Bagan 3.1
Struktur Organisasi Sekolah
WKU
KS
WKA WKS WKH
GM
Keterangan Bagan Organisasi :
dalam pembelajaran dibatasi dengan sekat yang membatasi kelas
satu dengan kelas yang lain. Hal ini sebenarnya kurang efektif bagi
pembelajaran, karena ruang yang terbuka akan sangat mengganggu
konsentrasi anak.
Bagan 3.2
Denah Gedung SDLB Talenta Kids Salatiga
Ruang bermain Ruang terapi
42
b. Sarana dan Prasarana lain
Sarana dan prasarana lain yang ada di SDLB Talenta Kids
Salatiga memiliki kriteria yang cukup mendukung pelaksanaan
pembelajaran. Adapun alat tersebut berupa meja, kursi, almari,
buku-buku penunjang, dan juga alat peraga sesuai kebutuhan
siswa.
Tabel 3.1
Data Sarana SDLB Talenta Kids
NO NAMA BARANG JUMLAH BAHAN
1 Meja siswa 12 Kayu
2 Kursi siswa 12 Kayu
3 Meja guru 5 Kayu
4 Kursi guru 8 Kayu
5 Almari 6 Plastik
6 Rak buku 3 Kayu
7 Papan tulis 4 Triplek
8 Papan statistic 3 Triplek
9 Meja kursi tamu 1 set Besi
10 Unit alat peraga 5 set
11 Unit alat permainan 4 set
12 Unit alat kesenian 3 set
13 Unit alat olahraga 2 set
14 Almari perpustakaan 1 set Kayu
16 Tempat parkir 1
17 Komputer 1 Elektronik
18 Monitor 1 Elektronik
19 TV 1 Elektronik
20 Wireless 1 Elektronik
21 Printer 1 Elektronik
22 Speaker 1 Mesin
7. Keadaan Guru
Tenaga pengejar yang bertugas di SDLB Talenta Kids Salatiga
pada tahun 2015/2016 seluruhnya ada sepuluh orang. Untuk lebih
jelasnya, penulis akan sajikan daftar tabel tenaga pengajar di SDLB
Talenta Kids Salatiga.
Tabel 3.2
Keadaan Pengajar di SDLB Talenta Kids Salatiga
NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN MENGAJAR
KELAS
1 Dr. Lilik Sriyanti,
M.Si
Kepala
Sekolah
S3 BK Terapis
2 Drs. Alfred L, M.SI Guru S2 BK Terapis
3 S Pujiastuti C, S.Pd Guru S1 PGSD IV
4 Alfisyah Liasari,
S.komp, S.Pd.I
44
5 Khuzaemah, S.Pd.I Guru S1 PAI I
6 Ani Yuli Atuti Guru SMA III
7 Eni Setiani Guru S1 BK I
8 Uli Fatwati Guru SMA I
9 Fitriana Astuti Guru SMA I
10 Nanang Himawan Terapis S1 OT Terapis
B. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hasil penelitian mengenai proses pembelajaran pendidikan agama
Islam di SDLB Talenta Kids Salatiga dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan
hal yang sangat penting dalam menjalankan proses pembelajaran.
Berbicara mengenai perencanaan pembelajaran, pasti berkaitan dengan
kurikulum. Kurikulum merupakan penghubung antara guru dengan
peserta didik utamanya dalam melakukan proses pembelajaran. Selain
kurikulum, bagi anak ABK di SDLB Talenta Kids yang perlu
disiapkan juga adalah program semester dan juga Rencana Kegiatan
Harian (RKH).
Perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAI bagi
siswa autis di SDLB Talenta Kids Salatiga menggunakan kurikulum
nasional dan juga kurikulum modifikasi. Hal ini sesuai dengan hasil
Kalo untuk kurikulum yang digunakan di SDLB Talenta Kids kami menggunakan 2 versi. Pertama yaitu kurikulum nasional yang ke dua kurikulum modifikasi. Kurikulum yang diberlakukan mengadopsi dari kurikulum Maurice Chaterine untuk anak autis, kurikulum anak berkebutuhan khusus (SLB) yang dimodifikasi dari kurikulum TK dan SD untuk disesuaikan dengan karakteristik anak serta pendekatan terbaru dalam penanganan anak autis. Kurikulum bersifat individual, berbeda antara anak satu dengan anak lainnya. Setiap anak disiapkan program individual yang disusun berdasar asesment awal, dari hasil observasi dan wawancara dengan orang tua. Pembelajaran dilakukan secara terpadu, sistimatis dan kontinu.(15 Januari 2016 di ruang Kepsek).
Kurikulum nasional bagi ABK khususnya autis diambil dari
kurikulum TK hingga kurikulum SD kelas I sampai IV. Sedangkan
kurikulum modifikasi ini digunakan agar apa yang disampaikan oleh
guru itu sesuai dengan kebutuhan tiap anak. Karena untuk anak ABK,
utamanya autis memiliki kebutuhan yang berbeda tiap anaknya.
Setelah kurikulum, di sekolah umum hal lain yang perlu
diperhatikan yaitu pembuatan silabus dan juga RPP. Akan tetapi
berbeda dengan di SDLB Talenta Kids Salatiga, hanya beberapa siswa
saja yang menggunakannya. Sebagian besar siswa di SDLB Talenta
Kids pembelajarannya menggunakan Program Pembelajaran
Individual (PPI). Ibu LS menjelaskan bahwa :
PAI yang kami kembangkan di RPP hanya sebatas laporan di Dinas saja, sedangkan pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan tiap peserta didik (15 Januari 2016 di ruang Kepsek)
Jadi dalam perencanaan pembelajaran yang digunakan oleh
guru di SDLB Talenta Kids adalah PPI, karena dalam PPI menjelaskan