VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR
6.2. Struktur Perekonomian Provinsi Maluku Dalam Kajian
6.2.2. Struktur Output dan Nilai Tambah Bruto
Output sering diartikan sebagai nilai produksi barang ataupun jasa yang
dihasilkan dari sektor-sektor ekonomi suatu wilayah (daerah). Dengan menelaah
besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor maka dapat diketahui
sektor-sektor mana saja yang mampu memberikan sumbangan terbesar dalam
pembentukan output secara keseluruhan di Provinsi Maluku.
Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi
yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Nilai tambah bruto di setiap
sektor biasanya ditentukan oleh besarnya output (nilai produksi) yang dihasilkan
serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Dengan demikian
suatu sektor yang memiliki output besar belum tentu memiliki nilai tambah yang
besar dan tergantung dari seberapa besar biaya produksi yang dikeluarkan oleh
Berdasarkan pengertiannya diatas maka output sektor ekonomi tabel I-O
Provinsi Maluku yang diklasifikasikan kedalam 60 sektor ekonomi diperoleh 10
sektor output terbesar seperti pada Tabel 15.
Tabel 15. Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Output Provinsi Maluku, Tahun 2007
No Kode Uraian Sektor Nilai (Juta Rp) Kontribusi
( % )
1 44 Perdagangan besar dan eceran 1.439.867 19.61
2 21 Perikanan 1.167.714 15.91
3 56 Pemerintahan Umum dan
Pertahanan 937.169 12.77
4 43 Bangunan 251.137 3.42
5 48 Angkutan Air 238.196 3.24
6 34 Industri Penggergajian Kayu 228.269 3.11
7 49 Angkutan Udara 219.691 2.99 8 13 Cengkih 214.141 2.92 9 47 Angkutan Darat 206.382 2.81 10 54 Sewa Bangunan 205.137 2.79 Lainnya 2.233.845.08 30.43 Jumlah 7.341.548.08 100.00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating 2007. Data Diolah
Berdasarkan Tabel 15 terlihat beberapa sektor ekonomi yang cukup
dominan dalam penciptaan output di Provinsi Maluku. Sektor-sektor ekonomi
dominan tersebut meliputi 3 sektor seperti terlihat pada besarnya kontribusi
sektor-sektor tersebut antara lain: (1) Sektor perdagangan besar dan eceran
dengan output sebesar Rp.1.58 triliun atau sekitar 21.64 persen. (2) Sektor
perikanan dengan output sebesar Rp. 1.16 triliun atau sekitar 15.91 peresen. (3)
Sektor pemerintahan umum dan pertahanan sebesar Rp. 0.94 triliun atau sekitar
12.77 persen. Bila dilihat dari kontribusi ketiga sektor dominan tersebut,
sektor-sektor ini mampu menciptakan output sebesar 50.32 persen dari struktur output
(sektor perdagangan dan eceran, perikanan, pemerintahan umum dan pertahanan)
merupakan leading sector dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku.
Beberapa sektor ekonomi yang memiliki peringkat output dalam
kelompok 10 sektor dominan dengan kontribusinya kurang dari 10 persen antara
lain: (1) Sektor bangunan dengan output 3.42 persen (2) Sektor angkutan air
3.24 persen (3) Sektor industri penggergajian kayu 3.11 persen (4) Sektor
angkutan udara 2.99 persen (5) Sektor perkebunan (cengkih) 2.92 persen (6)
Sektor angkutan darat 2.80 persen dan (7) Sektor sewa bangunan sekitar 2.79
persen. Bila dilihat dari besarnya kontribusi ketujuh sektor dominan dengan
kontribusi kurang dari 10 persen dalam struktur output Provinsi Maluku, dapat
dikatakan bahwa sektor angkutan air, angkutan udara, perkebunan (cengkih),
angkutan darat, belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah.
Untuk itu sudah selayaknya sektor-sektor tersebut dijadikan sebagai basis
pengembangan sektor unggulan wilayah kepulauan yang heterogen baik dari sisi
geografis, ekonomi, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sosial budaya dalam
rangka pengembangan ekonomi kawasan yang berbasis potensi lokal wilayah di
Provinsi Maluku.
Berdasarkan Tabel 16 nilai tambah bruto sebagai balas jasa terhadap
faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi maka nilai
tambah di tiap-tiap sektor tentunya ditentukan oleh besarnya output (nilai
produksi) yang dihasilkan. Ketiga sektor ekonomi dominan berdasarkan
penciptaan nilai tambah bruto antara lain: (1) Sektor perdagangan besar dan
eceran sebesar Rp.1.24 triliun atau sekitar 22.54 persen (2) Sektor perikanan
dan pertahanan sebesar Rp. 0.8 triliun atau sekitar 15.19 persen. Bila dilihat dari
penciptaan peringkat output dan nilai tambah maka terlihat ketiga sektor ini
berperan sangat dominan sebagai pencipta output terbesar dan nilai tambah
terbesar di Provinsi Maluku.
Tabel 16. Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Nilai Tambah Bruto Provinsi Maluku, Tahun 2007
No Kode Uraian Sektor Nilai (Juta
Rp)
Kontribusi ( % )
1 44 Perdagangan besar dan eceran 1.090.154 19.82
2 21 Perikanan 902.204 16.40
3 56 Pemerintahan umum dan pertahanan 835.498 15.19
4 3 Ubi kayu 181.755 3.30 5 13 Cengkih 170.270 3.10 6 54 Sewa bangunan 161.294 2.93 7 47 Angkutan darat 154.110 2.80 8 48 Angkutan air 143.136 2.60 9 49 Angkutan udara 141.396 2.57 10 12 Kelapa 137.255 2.50 Lainnya 1.582.960 28.78 Jumlah 5.500.032 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Sesuai dengan Tabel 16 dapat dirinci nilai tambah bruto berdasarkan 10
sektor terbesar dalam penciptaan nilai tambah bruto di Provinsi Maluku. Dari
kesepuluh sektor terbesar tersebut teridentifikasi 3 sektor paling dominan dalam
penciptaan nilai tambah bruto mampu menciptakan perannya sekitar 54.13 persen
atau sebesar Rp. 2 97 triliun terhadap seluruh nilai tambah bruto yang terbentuk di
Provinsi Maluku. Selain ketiga sektor dominan diatas terdapat 7 sektor lainnya
yang termasuk kedalam sektor dominan yaitu: (1) Sektor tanaman pangan
(ubi kayu) 3.30 persen (2) Sektor perkebunan 3.10 persen (cengkih) (3) Sektor
sewa bangunan 2.93 persen (4) Sektor angkutan darat 2.78 persen (5) Sektor
perkebunan (kelapa) 2.50 persen, ketujuh sektor ini menciptakan
kontribusi/perannya secara keseluruhan sekitar 27.9 persen dari nilai tambah
bruto Provinsi Maluku.
Secara umum dapat digambarkan struktur nilai tambah bruto dalam
Tabel I-O Provinsi Maluku Tahun 2007 dengan 3 pendekatan yaitu: (1) Menurut
produksi (sektor ekonomi) (2) Pendapatan dan (3) Pengeluaran (konsumsi).
Berdasarkan struktur perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2007 terlihat 9
sektor ekonomi yang berpengaruh terhadap perekonomian wilayah. Dari
kesembilan sektor ekonomi wilayah ini terlihat adanya beberapa sektor yang
sangat dominan dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku. Sektor-sektor
dominan tersebut antara lain: sektor pertanian dengan kontribusi sebesar Rp. 1 97
triliun atau sekitar 29.89 persen, diikuti oleh sektor sektor jasa-jasa sebesar Rp. 1.
30 triliun sekitar 24.69 persen dan sebesar perdagangan besar dan eceran Rp.
0.93 triliun sekitar 23.45 persen.
Perkembangan yang cukup menonjol karena sektor-sektor tersebut
berkontribusi terhadap struktur perekonomian Provinsi Maluku dibawah 10
persen. Bila melihat grafik struktur PDRB menurut sektor Ekonomi (persen)
terlihat bahwa sektor pertambangan, listrik, gas dan air bersih kontribusinya
sekitar 0.76 – 0.79 persen. Dengan demikian dapat dikatakan kedua sektor tersebut merupakan sektor yang kontribusinya paling rendah dari ketujuh sektor
lainnya. Untuk itu diperlukan berbagai kebijakan pemerintah daerah didalam
mengembangkan atau mempercepat peningkatan sektor-sektor tersebut sesuai
Komponen pendapatan berdasarkan nilai tambah bruto (PDRB)
menunjukkan sebagian besar nilai tambah tersebut bersumber dari komponen
surplus usaha. Dimana nilai surplus usaha dalam perekonomian Provinsi Maluku
Tahun 2007 mencapai Rp. 3.23 triliun atau sekitar 59.0 persen. Sedangkan
komponen upah dan gaji termasuk komponen yang cukup besar sekitar Rp. 1.65
triliun atau 30.0 persen dari keseluruhan nilai tambah dihasilkan di Provinsi
Maluku. Komponen lainnya seperti penyusutan dan pajak tak langsung
masing-masing memberikan nilai tambah yang tidak terlalu besar hanya sekitar 4 – 7 persen saja dari keseluruhan nilai tambah di wilayah ini.
Tabel 17. Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen Pendapatan (juta rupiah) Provinsi Maluku, Tahun 2007
No Kode Komponen Nilai (Rp) Persen (%)
1 2 3 4 5
1 201 Upah dan Gaji 1.657.215.67 30.13
2 202 Surplus Usaha 3.231.462.93 58.75
3 203 Penyusutan 362.477.43 6.59
4 204 Pajak tak langsung 248.876.17 4.52
PDRB 5.500.032.21 100.00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Sesuai Tabel 17 dapat dikatakan bahwa, komponen upah dan gaji relatif
masih rendah bila dibandingkan dengan surplus usaha. Ukuran masih rendah
terhadap komponen upah dan gaji karena komponen ini merupakan salahsatu
ukuran yang memperlihatkan komponen nilai tambah yang diterima secara
langsung dan dibawa pulang oleh pekerja serta dapat dinikmati oleh masyarakat.
Walaupun demikian dapat dikatakan surplus usaha merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari penerimaan pengusaha untuk digunakan sebagai modal usaha
Sehingga bila upah dan gaji merupakan komponen yang menjadi perhatian
pemerintah daerah maka kebijakan penetapan UMP perlu memperhatikan
komponen-komponen yang mempengaruhi nilai tambah struktur ekonomi
Provinsi Maluku. Dengan demikian komponen upah dan gaji serta surplus usaha
bagi pekerja dan pengusaha dapat memberikan nilai tambah secara langsung
yang dapat dinikmati baik oleh pekerja dan laba bagi pengusaha demi
pengembangan ekonomi wilayah kedepan.