• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. PEMBAHASAN ASPEK PEMASARAN

5.6 Struktur Pasar Beras

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat sering digunakan sebagai contoh untuk menggambarkan struktur pasar yang mendekati persaingan sempurna. Untuk komoditi pertanian yang sifatnya seragam, hal tersebut mungkin bisa sesuai. Berbeda dengan produk beras yang kini tidak hanya dipandang sekedar sebagai komoditi melainkan sebagai sebuah produk dengan berbagai atributnya.

Produk beras tidaklah seragam. Beras bervariasi berdasarkan jenis atau varietas dan tingkat kualitas berasnya. Variasi tersebut merupakan acuan bagi konsumen untuk memilih produk beras yang sesuai dengan keinginannya. Dari sudut pandang konsumen, beras varietas yang satu tidak bisa disamakan (diseragamkan) dengan varietas yang lain. Jika beras varietas tertentu sedang tidak ada di pasar, tidak semua konsumen mau menerima beras varietas lain. Hasil riset Selamet, 2003 menyebutkan bahwa sikap konsumen ketika beras yang diinginkan

Penjualan

Perkenalan Pertumbuhan Kemapanan Penurunan Gambar 10. Siklus Hidup Penjualan Beras di Indonesia

tidak tersedia di pasar, sekitar 76,7% responden kalangan bawah menyatakan akan membeli beras jenis lain di tempat yang sama, sedangkan 50% responden kalangan menengah-atas akan mencari beras yang diinginkan ke pasar yang lain (Tabel 15). Hal tersebut menunjukkan bahwa struktur pasar beras bukanlah struktur pasar persaingan sempurna.

Tabel 15. Sebaran responden berdasarkan sikap responden bila beras tidak tersedia di tempat pembelian

Kelas Bawah Kelas Atas Sikap bila beras tidak

tersedia di tempat pembelian Jumlah Persentase Jumlah Persentase Mencari ke tempat lain 6 20 15 50 Membeli beras lain 23 76,7 14 46,7

Lainnya 1 3,3 1 3,3

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : Selamet, 2003

Struktur pasar beras berbeda untuk masing-masing saluran pemasaran. Hal ini disebabkan antar saluran pemasaran beras memiliki jumlah penjual/produsen, jumlah konsumen serta perilaku konsumen yang berbeda sehingga terbentuk struktur pasar yang berbeda pula. Kondisi dan struktur pasar masing-masing saluran pemasaran beras di DKI Jakarta secara umum dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Struktur pasar beras di wilayah DKI Jakarta tahun 2006 Jenis Pasar

Karakteristik

PIBC Tradisional Modern Jumlah penjual Banyak Banyak Sedikit Jumlah pembeli Banyak Banyak Banyak Sifat produk Heterogen Heterogen Heterogen Hambatan masuk pasar Mudah Mudah Sulit Pengetahuan informasi pasar Besar Besar Besar Kemampuan mempengaruhi harga Sedikit Sedikit Lebih Besar Struktur Pasar Persaingan

Monopolistis

Persaingan

Monopolistis Oligopoli

1. Pasar Induk Cipinang

Pasar Induk Beras Cipinang merupakan pusat perdagangan beras di Jakarta. Lebih dari 60% kebutuhan beras penduduk DKI Jakarta masuk ke Jakarta melalui Pasar Induk Beras Cipinang. Terdapat sekitar 600 pedagang grosir yang beroperasi di pasar Cipinang. Pemasok beras ke pasar ini berasal dari berbagai

daerah produsen beras di Pulau Jawa seperti Karawang, Cianjur, Cirebon, Bandung, Solo, dan sentra produksi beras lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Tabel 17. Pemasukan beras ke Pasar Induk Beras Cipinang berdasarkan daerah asal tahun 2002-2006 Ex Dolog Karawang, Cirebon, Pantura dsk Bandung, Cianjur, dsk Surabaya, Lumajang, Kediri dsk Solo, Demak, Pati dsk Antar

Pulau Ex Impor Jumlah Tahun

Ton % Ton % Ton % Ton % Ton % Ton % Ton % Ton 2002 1.390 0,22 341.586 53,07 87.732 13,63 5.685 0,88 105.272 16,36 713 0,70 101.224 15,73 643.602 2003 - - 353.794 51,19 84.430 12,22 6.035 0,87 112.428 16,27 4.237 3,25 130.205 18,84 691.129 2004 - - 465.839 63,06 103.299 13,98 10.538 1,43 135.227 18,31 12.824 0,02 11.002 1,49 738.729 2005 - - 464.465 58,26 108,503 13,61 64.815 8,13 143.103 17,95 16.343 2,05 - - 797.229 2006* - - 220.593 66,36 40,023 12,04 7.081 2,13 60.301 18,14 4.421 1,33 - - 332.419

Sumber : PT. Food Station Tjipinang Jaya, 2006 (* Data sampai bulan Mei 2006)

Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan para pedagang dan petugas di Pasar Induk Beras Cipinang nampak bahwa mekanisme pasar yang berlangsung adalah mekanisme pasar persaingan monopolistis, karena pasar terdiri dari banyak penjual dan pembeli dengan produk yang tidak seragam berupa diferensiasi mutu dan jenis produk beras yang dijual. Setiap produsen dan pembeli beras dari berbagai daerah dapat secara bebas menjual atau membeli beras ke/dari pasar induk. Setiap individu pedagang tidak dapat mempengaruhi harga pasar dan harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran.

Mereka juga menyampaikan dukungannya terhadap pendirian PGIB Bulog selama mengikuti mekanisme yang berlaku. PGIB Bulog akan meningkatkan penyerapan gabah/beras dari petani dan meningkatkan jaminan ketersediaan pasokan beras secara kontinu. PGIB dapat memanfaatkan Pasar Induk Beras Cipinang sebagai jalur ditribusi beras baik untuk memperoleh pasokan beras maupun pemasaran beras seperti yang dilakukan pedagang dan perusahaan industri beras yang ada.

Jenis beras yang dijual di Pasar Induk Cipinang sangat beragam antara lain beras Cianjur, Cianjur Slip, Setra Ramos, IR 42, IR 64 I, IR 64 II, IR 64 III, Muncul I, Muncul II dan Muncul III dengan porsi paling besar pada jenis IR 64 (Tabel 18). Pedagang memperoleh pasokan beras dari pemasok yang tidak selalu sama baik melalui pesanan maupun membeli dari pedagang daerah yang

membawa berasnya ke pasar induk. Begitupun beras yang dijual oleh pedagang di pasar induk tidak selalu dengan merek yang sama kecuali merek khusus pedagang yang bersangkutan. Alasan utama pedagang beralih merek beras yang dijual yaitu merek lain lebih enak atau kualitasnya lebih baik dan banyak konsumen yang mencari beras tersebut.

Tabel 18. Pemasukan beras ke Pasar Induk Cipinang berdasarkan varietas 2004 Varietas Jumlah (Ton) Persentase (%)

Cianjur Kepala 8.031 1,09 Cianjur Slyp 13.639 1,85 Setra Ramos 27.983 3,79 Saigon Bandung 44.646 6,04 Muncul 196.983 26,67 IR 423.694 57,35 Ketan 14.836 2,01 Eks Impor 8.917 1,21 Total 738.729 100

Sumber : PT Food Station Tjipinang Jaya, 2004

Persyaratan yang diterapkan pedagang di Pasar Induk Cipinang terhadap pemasok adalah kesesuaian antara kualitas beras dan harga yang ditawarkan serta pemasok mengikuti mekanisme pasar yang berlangsung di Pasar Induk Cipinang. Perkembangan harga beras di Pasar induk Beras Cipinang dapat dilihat pada Gambar 11.

Perkembangan Harga Beras 2005-2006

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Janu ari 2 005 Febr uari 2005 Mar et 2 005 Apr -05 Mei 200 5 Juni 200 5 Juli 2005 Agu stus 200 5 Sep -05 Okt ober 200 5 Nov -05 Des em ber 2 005 Janu ari 2 006 Febr uari 2006 Mar et 2 006 Apr -06 Mei 200 6 Bulan H a rg a p e r k g ( R p ) Cianjur Kepala Cianjur Slyp Setra Ramos Saigon Bandung Muncul I Muncul II Muncul III IR 64 I IR 64 II IR 64 III IR 42

Beras di Pasar Induk Cipinang dipasarkan ke berbagai wilayah di DKI Jakarta (+65%), wilayah Bogor, Depok, Tangerang, Banten, Bekasi, Bandung, Serang, Cirebon, daerah Jawa Barat lainnya, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga antar pulau (Tabel 19). Beras tersebut dipasarkan kepada pedagang besar/grosir, pedagang eceran dan konsumen akhir di sekitar Pasar Induk Cipinang.

Tabel 19. Pengeluaran Beras ke Pasar Induk Beras Cipinang Berdasarkan Daerah Tujuan Tahun 2002-2006

DKI Jakarta Bogor dsk Banten dsk Bekasi dsk Sukabumi, Jabar dsk Jogya, Solo, Semarang Surabaya, Kediri dsk Antar Pulau Jumlah Tahun

Ton % Ton % Ton % Ton % Ton % Ton % Ton % Ton % Ton 2002 418.255 64,78 14.394 2,23 150.346 23,28 14.779 2,29 30.669 4,75 6.010 0,93 1.016 0,16 10.183 1,58 645.682 2003 456.136 65,93 15.234 2,20 162.399 23,47 18.076 2,61 25.385 3,67 8.042 1,16 945 0,14 5.638 0,81 691.855 2004 536.800 72,75 9.151 1,24 109.792 14,88 6.170 0,84 5.777 0,78 2.243 0,30 4.002 0,54 63.913 8,66 737.848 2005 521.336 67,34 8.671 1,12 133.005 17,18 12.155 1,57 16.490 2,13 6.581 0,85 1.935 0,25 74.012 9,56 774.184 2006* 233.773 69,83 8.369 2,50 40.608 12,13 5.490 1,64 6.260 1,87 1.373 0,41 837 0,25 38.064 11,37 334.774 Sumber : PT. Food Station Tjipinang Jaya, 2006 (* Data sampai bulan Mei 2006)

2. Pasar Tradisional

Tidak berbeda jauh dengan struktur pasar beras di Pasar Induk Cipinang, pasar tradisional juga memiliki karakteristik pasar persaingan monopolistis. Banyak pedagang dan pembeli yang terlibat dalam jual beli beras di pasar tradisional. Produk beras yang dijual beragam berdasarkan varietas dan mutu. Harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran secara umum di wilayah DKI Jakarta. Setiap individu pedagang dan pembeli bertindak sebagai penerima harga khususnya harga hasil keseimbangan pasar pada level yang lebih tinggi (grosir/pasar induk Cipinang). Pedagang dan pembeli secara individu juga tidak dapat mempengaruhi harga pasar. Setiap pemasok bebas masuk dan bersaing di pasar. Namun umumnya pedagang di pasar tradisional memiliki pemasok langganan yang berasal dari Pasar Induk Cipinang.

Perbedaan yang cukup nyata antara pasar tradisional dan Pasar Induk Cipinang adalah kapasitas pelaku pasar. Pedagang beras di Pasar Induk Cipinang merupakan pedagang besar/grosir dan konsumen utamanya adalah pedagang eceran di pasar tradisional dan supermarket, sedangkan pedagang di pasar trdisional adalah pedagang eceran yang langsung melayani konsumen akhir.

3. Supermarket

Berbeda dengan struktur pasar beras di Pasar Induk Cipinang dan pasar tradisional, supermarket memiliki karakteristik pasar oligopoli terdiferensiasi. Diferensiasi terjadi dalam hal kualitas dan kelengkapan atribut. Tercatat ada enam perusahaan besar produsen beras yang bersaing di supermarket antara lain PT. Buyung Poetra Sembada, PT. Alam Makmur Sembada, Pertani, PT. Mitra Surya Mukti, PT. Prima Andalan Djaja Internusa, Lautan Mas. Selain itu terdapat beberapa perusahaan yang relatif lebih kecil yang turut bersaing antara lain PT. Mitra Meugah Bestari, Mahkota ABC, PD. LEE, AP Jakarta, 1001 Jakarta, Al Hijaz, dan PT Bangun Bumi Nusa. Sedikitnya perusahaan yang bersaing disebabkan segmentasi pasar di supermarket dan barier berupa persyaratan- persyaratan dari pihak pengelola supermarket. Daftar perusahaan, merek, dan harga beras yang bersaing di supermarket DKI Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 4.

Umumnya supermarket memiliki tiga hingga delapan perusahaan supplier tetap produk beras. Masing-masing perusahaan supplier menghasilkan beberapa merek produk dengan spesifikasi varietas dan kualitas tertentu. Alasan utama pihak supermarket beralih merek/perusahaan supplier adalah pihak supplier tidak mampu memenuhi persyaratan dan kesepakatan kedua belah pihak dalam hal kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan pelayanan.

Produk beras di supermarket dipasarkan kepada konsumen akhir dengan segmentasi konsumen golongan ekonomi menengah-atas. Media promosi yang sering digunakan adalah brosur produk dengan bentuk promosi utama berupa potongan harga/diskon.

Pengelolaan supermarket dilakukan secara sentralistik. Kebijakan terkait produk yang dijual, ketersediaan/stok, harga, kerjasama dengan supplier, dan kebijakan lain dikelola oleh manajemen kantor pusat perusahaan supermarket. Supermarket cabang hanya bertindak sebagai supervisor dan penerima harga, produk, dan kebijakan lainnya. Pengelolaan secara sentralistik ini bertujuan untuk mengurangi biaya operasional dan mempermudah pengawasan terhadap penyelenggaraan usaha di supermarket cabang.

Supermarket dengan segmen pasar konsumen kelas menengah-atas menerapkan persyaratan tertentu bagi perusahaan supplier beras baik dalam hal produk, mekasnisme jual-beli, pelayanan, dan persyaratan lain sebagai berikut : a. Persyaratan Umum. Perusahaan supplier harus mampu memenuhi

permintaan/pemesanan supermarket dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas dalam kondisi apapun.

i) Kualitas produk harus sesuai dengan spesifikasi yang dipesan. ii) Jumlah produk harus sesuai baik pada masa panen maupun paceklik. iii) Pemasok harus mampu menjaga kesinambungan pasokan dalam kondisi

apapun termasuk hari raya, serta

iv) Pemasok harus menjaga komitmen terhadap tingkat pelayanan, harga dan margin secara kompetitif.

b. Produk.

i) Jenis Beras. Produk beras yang diterima pihak supermarket adalah produk beras dengan berbagai atributnya yang tidak umum dijual di pasaran (pasar tradisional). Jenis beras yang paling banyak dijual adalah beras Pandan Wangi. Jenis beras lain diantaranya Setra Ramos, IR 64, Cianjur, dan Rojolele.

ii) Kualitas. Kualitas beras yang paling banyak dijual adalah kualitas Kepala dan Super, serta sebagian kecil Istimewa/Spesial, dan biasa (tanpa keterangan grade/kualitas).

iii)Kemasan. Kemasan beras 100% berbahan plastik dan dijual dalam satuan ukuran 5 kg, 10 kg dan 20 kg. Beras dikemas dengan desain kemasan yang menarik dengan gambar dan warna yang beragam. Kemasan memuat informasi yang lengkap meliputi :

Tanggal kadaluarsa Jenis varietas Mutu

Komposisi kandungan dan Cara memasak

Merek

Nama perusahaan Nomor ijin usaha Ijin Depkes Tanggal produksi

c. Mekanisme Jual-Beli

i) Sistem Jual – Beli. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola supermarket, umumnya supermarket menerapkan sistem jual beli ”beli- putus”. Beras yang telah di beli supermarket dan diterima dengan baik di gudang supermarket sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak supermarket.

ii) Retur. Untuk kerusakan yang terjadi pada beras akibat kelalaian supplier, pihak supermarket mensyaratkan kepada supplier untuk menerima dan mengganti produk yang rusak tersebut.

iii)Pembayaran. Supermarket umumnya meminta jangka waktu pembayaran untuk produk yang dibeli. Jangka waktu pembayaran beragam dengan memperhatikan hasil negosiasi antara pihak supermarket dan supplier. Hasil negosiasi ini juga merupakan salah satu pertimbangan pihak supermarket untuk menentukan supplier yang dipilih dari beberapa supplier yang bersaing.

d. Pelayanan.

i) Pemesanan. Pemesanan oleh pihak supermarket dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan stok supermarket, umumnya sekitar dua minggu sekali.

ii) Pengiriman. Pengiriman produk beras dari supplier dilakukan sesuai dengan pesanan supermarket baik waktu, kualitas maupun kuantitas. Umumnya supermarket mensyaratkan waktu pengiriman produk kurang lebih tiga hari kerja setelah pemesanan.

iii)Transportasi. Serah-terima produk dilakukan di gudang supermarket. Biaya transportasi sebelum serah-terima ditanggung oleh pihak supplier.

5.7 Rantai Pemasaran dan Margin

Dokumen terkait