• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan aspek pemasaran pendirian pusat grading industri beras (PGIB) Perum Bulog, Tambun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan aspek pemasaran pendirian pusat grading industri beras (PGIB) Perum Bulog, Tambun"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PEMASARAN

PENDIRIAN PUSAT GRADING INDUSTRI BERAS (PGIB)

PERUM BULOG - TAMBUN

OLEH :

MOHAMAD MANSYUR F34102026

2006

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PEMASARAN

PENDIRIAN PUSAT GRADING INDUSTRI BERAS (PGIB)

PERUM BULOG - TAMBUN

OLEH :

MOHAMAD MANSYUR F34102026

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat kelulusan dan memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

2006

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PEMASARAN PENDIRIAN PUSAT GRADING INDUSTRI BERAS (PGIB)

PERUM BULOG – TAMBUN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

MOHAMAD MANSYUR F34102026

Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Juli 1984 Tanggal lulus : 31 Agustus 2006

Disetujui,

Bogor, September 2006

(4)

Mohamad Mansyur. F34102026. Analisis Kelayakan Aspek Pemasaran Pendirian Pusat Grading Industri Beras (PGIB) Perum Bulog, Tambun. Di bawah bimbingan Sapta Raharja dan Jono M Munandar

RINGKASAN

Dewasa ini ada kecenderungan perubahan preferensi konsumen ke arah beras dengan kualitas yang lebih baik dengan atribut produk yang lebih lengkap. Sebanyak 43,33 persen PNS di Dinas/Departemen Pendidikan Nasional Kecamatan Bogor Tengah dan 82 persen PNS di Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian tidak mengkonsumsi beras jatah dan mencari beras dengan kualitas yang lebih baik (Trestita, 2000 dan Pradesha, 2004). Perubahan preferensi tersebut akan menimbulkan unserved consumer yang merupakan peluang pasar bagi industri pengolahan beras berkualitas tinggi. Peluang tersebut coba dimanfaatkan oleh Perum Bulog untuk mengoptimalkan fasilitas-fasilitas yang dimiliki khususnya fasilitas pergudangan di Tambun, Bekasi dan memperluas usaha komersial Bulog, selain fungsi pelayanan publik. Hasil dari analisis aspek pemasaran kelayakan pendirian PGIB adalah seperti di bawah ini.

Pola pemilihan sasaran yang tepat bagi PGIB adalah pola segmentasi spesialisasi produk yaitu PGIB berkonsentrasi dalam menghasilkan produk beras yang dijual kepada beberapa segmen. Target segmen pasar yang potensial untuk dilayani PGIB adalah konsumen yang mengkonsumsi beras kualitas baik, kemudian lebih dispesifikkan pada konsumen kelas ekonomi menengah dan atas termasuk unserved consumer baik yang membeli beras di pasar tradisional maupun di supermarket. Beras PGIB dapat diposisikan sebagai ”beras yang bersih, enak, berkualitas tinggi”. Dari enam kota yang berada di sekitar lokasi PGIB Tambun, wilayah pasar yang paling potensial adalah wilayah DKI Jakarta dengan nilai MPE tertinggi 9.056.575.

Produk beras merupakan kebutuhan pokok yang bersifat inelastis (0<e<1) baik terhadap perubahan pendapatan dan harga. Pasar beras saat ini sedang dalam masa siklus hidup kedewasaan/kemapanan, ditandai dengan penurunan konsumsi per kapita sebesar 2,23 persen per tahun sejak tahun 2003 hingga 2005 (BPS, 2005). Namun, pertumbuhan permintaan masih positif sebesar 1,21 persen per tahun sebagai dampak pertumbuhan penduduk. Struktur pasar beras di pasar induk Cipinang dan pasar tradisional bersifat pasar persaingan monopolistis, sedangkan pasar beras supermarket bersifat oligopoli terdiferensiasi.

Dari delapan jalur pemasaran beras di DKI Jakarta, jalur yang paling potensial dan efisien adalah melalui saluran pasar tradisional dan supermarket tanpa agen ataupun pasar induk Cipinang. Pedagang grosir Cipinang mengambil margin sebesar Rp.100-Rp.250/kg, pengecer pasar tradisional sebesar Rp.250-Rp.400/kg beras, dan supermarket dapat mengambil margin yang sangat tinggi hingga Rp. 3500 - Rp. 4046/kg beras.

(5)

diperkirakan tidak akan merubah jumlah pasokan beras di Jakarta secara signifikan, karena produksi beras relatif tetap dan pasar terus berkembang. Di supermarket terdapat potensi pasar sebesar 551 ton per hari dengan peluang bagi PGIB sebesar mencapai 101 ton per hari. Dengan demikian total peluang PGIB sebesar 152,97 ton per hari kerja.

PGIB Bulog akan menghadapi persaingan yang cukup ketat meliputi persaingan memperoleh bahan baku (pemasok), persaingan antar produsen / perusahaan / pedagang beras, persaingan terkait daya tawar menawar dengan konsumen, persaingan dari pendatang baru, dan persaingan dari produk substitusi. Dengan pengalaman, jaringan mitra yang luas, dan dukungan (political wiil) dari pemerintah diperkirakan Bulog akan mampu unggul dalam persaingan.

Pada masa siklus hidup kedewasaan, strategi yang tepat bagi PGIB adalah melakukan pengembangan produk atau memproduksi beras berkualitas tinggi sesuai standar SNI dan persepsi konsumen untuk memperluas pasar. Strategi saluran pemasaran menggunakan saluran di pasar tradisional dan supermarket. Strategi produk PGIB adalah menghasilkan produk beras sesuai standar SNI, dikemas dalam satuan 5 kg, 10 kg, dan 20 kg dengan bahan kemasan plastik dan desain yang menarik. Info kemasan yang perlu dicantumkan antara lain merek produk, nama perusahaan, nomor ijin usaha, ijin Depkes, mutu produk, varietas beras, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, komposisi kandungan gizi dan cara memasak.

PGIB dapat menerapkan strategi harga sesuai dengan harga pasar pada saluran pasar tradisional dan strategi harga sedikit lebih rendah pada saluran supermarket atau strategi bersaing kuadran II pada peta persaingan. Strategi promosi di pasar tradisional dengan memberikan harga khusus kepada distributor/pedagang di pasar tradisional baik pada waktu-waktu tertentu atau pada jumlah pembelian tertentu serta menjalin mitra dengan pedagang. Bentuk promosi yang utama di supermarket berupa diskon/potongan harga. PGIB juga dapat melakukan suatu terobosan baru dengan mengiklankan produk beras PGIB di televisi.

(6)

Mohamad Mansyur. F34102026. Feasibility Studies on Marketing Aspect of The Establishment of Central Grading of Rice Industry (PGIB) Perum Bulog, Tambun. Supervised by Sapta Raharja and Jono M Munandar

SUMMARY

In the recent time, there is emerging in the changing of consumer’s preference to rice with better quality and more complete products attribute. About 43,33 percent government employee in the Department of National Education in Central Bogor and 82 percent government employee in Security Food Board in Department of Agriculture do not want to consume the government rice and they find better quality rice (Trestita, 2000 and Pradesha, 2004). The changing of consumer preference is going to effect an unserved consumer who is as market opportunity of industry which produce the high quality of rice. That opportunity is used by Bulog to optimalize facilities which are had, especially warehouse facility in Tambun, Bekasi and enlarge commercial function of Bulog, beside the function of public service.

Base on that situation, it necessary to evaluate project feasibility studies of the establishment of The Central Grading of Rice Industry (PGIB) which located at Tambun, Bekasi. This research especially analyzes the necessary of establishment of PGIB which observed marketing aspect. The result of analyzing the marketing aspect of PGIB feasibility studies are as follows.

The way of choosing the target which is suit for PGIB is specialized product segmentation design, which is sold to a few segments. The target of market which is potential to be serviced by PGIB is the consumer who consume the good quality rice, then specify excessively to the consumers which are in the middle and upper economic class involved unserved consumer who buy rice either at traditional and modern market. The PGIB products could be positioned as “the cleaned, delicious, and high quality rice”. From six towns which are in the surrounding of PGIB location in Tambun, the market area which is the most potential is DKI Jakarta with the highest MPE value about 9.056.575.

The rice product is fundamental need which has inelastic character (0<e<1) to the changing of income and price. Recently, the rice market is in the maturity of product live cycles (PLC), which have been signed with the decrease of per capita consumption which was 2,23 percent per year since 2003 until 2005 (BPS, 2005). But, the growth of demand is still positive is 1,21 percent per year as an effect of the inhabitant growth. The rice market structure at Cipinang rice market and the traditional market is as a monopolistic competition market, even the rice at supermarket is as an differentiated oligopoly market.

From the eight rice marketing lines in DKI Jakarta, the most potential and efficient lines is traditional market and supermarket lines with no agent or Cipinang rice market. The Cipinang whole seller take margin about Rp.100 – Rp.250/kg, retailers at traditional market take margin about Rp.250 – Rp.400/kg of rice, and supermarket can take margin very high aboutRp.3500 – Rp.4046/kg of rice.

(7)

opportunity which is about 15.591 ton or 51,97 ton per day and increase immediately from year to year. With production capacity is about 80 ton per day or about 1,86 percent from market potency, the establishment PGIB is estimated that is not going to change the total of rice supply at Jakarta significally, because the production of rice is stable relatively and market grow immediately. Supermarkets have market potency about 551 ton rice per day with market opportunity about 101 ton rice per day. Base on that data, the total of PGIB market opportunity is about 152,97 ton per day.

In the maturity phase of product life cycles (PLC), PGIB can use product development strategy or PGIB produce high quality rice suit National Standard and consumer perception to develop market. Market lines strategy use traditional market and supermarket. Product strategy of PGIB is produce rice product suit National Standard, packaged in 5 kg, 10 kg, and 20 kg with plastic packaging material and good design. The packaging information are product merk, company name, commercial permit, Department of Healthy permit, quality of product, variety of rice, production date, expire date, nutrition facts, and cooking instructions.

PGIB can use price strategy suit price market at traditional market line and lower price at supermarket line or quadrant II competition strategy at competition map. Promotion strategy at traditional market is give special price for retailer at the special time or at the special quota / purchasing number and PGIB should get relationship with retailer at traditional market. Promotion strategy at supermarket is discount price. PGIB also can do a new break-through with advertising PGIB rice product at television.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Mohamad Mansyur, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Juli 1984 dari ayah bernama Chairon dan ibu bernama Bestari (alm) sebagai anak ke enam dari tujuh bersaudara. Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SDN Srengseng Sawah 02 Petang pada tahun 1996, kemudian melanjutkan studi di SMPN 254 Jakarta hingga tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis menamatkan studi di SMUN 38 Jakarta, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB melalui jalur USMI.

(9)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Aspek Pemasaran Pendirian Pusat Grading Industri Beras (PGIB) Perum Bulog – Tambun” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan tim studi kelayakan F-Techno Park Fateta IPB dan belum pernah dipublikasikan, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, September 2006 Yang membuat pernyataan,

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :.

1. Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis.

2. Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis.

3. Ir. Elisa Anggraeni, Msc selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis demi perbaikan skripsi ini.

4. Tim studi kelayakan PGIB F-Techno Park Fateta IPB antara lain Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc, Dr. Ir Sutrisno, M.Agr, Dr. Ir Rokhani Hasbullah, M.Agr, Dr. Ir. Slamet Budijanto, M.Agr, Sugiyono, STP,M.Si dan Iin Yuliana, STP atas kesempatan, kerjasama serta pelajaran profesionalismenya.

5. Semua dosen dan staf Fakultas Teknologi Pertanian, khususnya Departemen Teknologi Industri Pertanian yang telah membimbing penulis selama menyelesaikan studi di Fateta IPB.

6. Ibu Nurul Shantiwardhani,SE selaku Kasi Perencanaan dan Monitoring PT Food Station Tjipinang Jaya yang telah membantu memberikan data-data yang diperlukan dalam penelitian.

7. Keluargaku yang tercinta-Ayahanda, kakak serta adikku- atas semua cinta, dukungan dan dorongan yang diberikan untuk kemajuan penulis.

8. Sahabat seperjuangan yang kucintai karena Allah, terima kasih atas ukhuwah yang terjalin indah, semangat yang terus dikobarkan dan nasihat-nasihat yang menyejukkan. Ketika azzam telah mengakar dalam, tidaklah layak untuk kembali mundur menanggalkan kesetiaan. Keep Fight

9. Semua rekan mahasiswa TIN khususnya angkatan 39 atas persahabatan, keceriaan dan kebersamaan menjalani berbagai tantangan dan ujian selama menempuh studi di TIN.

10.Jenal Abidin Presma IPB, Wapresma, dan rekan-rekan pengurus BEM KM IPB atas kerjasama dan pengertiannya selama penulis menjalani penelitian. Khususnya staf-stafku yang kucintai, kalian sedang melakukan sesuatu yang besar jadi teruslah bergerak karena diam itu mematikan.

(11)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih indah yang dapat penulis sampaikan selain puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya kita masih dapat menikmati segala keindahan ciptaan-Nya. Tak lupa teriring shalawat dan salam senantiasa terhatur bagi junjungan umat Rasululah SAW yang telah membawa manusia dari kegelapan menuju pencerahan yang hakiki.

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tugas akhir ini berjudul Analisis Kelayakan Aspek Pemasaran Pendirian Pusat Grading Industri Beras Perum Bulog – Tambun. Pengambilan bahan penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa saat ini terdapat banyak fasilitas Perum Bulog yang belum dimanfaatkan secara optimal. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat digunakan untuk kegiatan usaha Perum Bulog yang dapat meningkatkan perolehan laba perusahaan dan memperkuat fungsi komersial Bulog selain fungsi pelayanan publik. Penulis berharap penelitian ini dapat memberi manfaat yang besar baik bagi penulis sendiri, Perum Bulog maupun bagi mahasiswa dan masyarakat umum.

Bogor, September 2006

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……… xi

DAFTAR ISI ……….. xii

DAFTAR TABEL ……….. xiv

DAFTAR GAMBAR ………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Ruang Lingkup ... 2

1.4 Manfaat ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Kelayakan ... 4

2.1 Grading Beras ... 4

2.3 Aspek Pemasaran ... 5

2.4 Penelitian Terdahulu ... 15

III.METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran ... 17

3.2 Pendekatan Studi Kelayakan ... 19

3.3 Tata Laksana 3.3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.3.2 Studi Literatur ... 22

3.3.3 Pengumpulan Data ... 22

3.3.4 Metode Analisis Data a. Target Wilayah Pemasaran ... 23

b. Ukuran Pasar dan Proyeksi Perkembangan Pasar ... 25

c. Margin Tataniaga ... 26

d. Analisis Persaingan ... 27

e. Peluang Pasar dan Market Share ... 27

(13)

IV.GAMBARAN UMUM

4.1 Potensi dan Karakteristik Bahan Baku ... 31

4.2 Penetapan Level Teknologi ... 37

4.3 Lokasi Industri ... 41

4.4 Aspek Hukum... 44

4.5 Manajemen ... 46

4.6 Aspek Finansial ... 47

V. PEMBAHASAN ASPEK PEMASARAN 5.1 Perubahan Preferensi Konsumen ... 49

5.2 Segmentasi ... 52

5.3 Penentuan Wilayah Pemasaran ... 54

5.4 Sifat Produk ... 57

5.5 Siklus Hidup Beras ... 59

5.6 Struktur Pasar Beras ... 62

5.7 Rantai Pemasaran dan Margin ... 69

5.8 Potensi Pasar dan Peluang Pasar ... 73

5.9 Jalur Distribusi ... 77

5.10 Analisa Persaingan ... 78

5.11 Strategi Pemasaran ... 89

5.12.1 Komposisi Produksi Optimum ... 95

5.12.2 Analisis Sensitivitas ... 99

5.13 Proyeksi Penjualan dan Profit ... 101

5.14 Keputusan Kelayakan ... 101

VI.KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 104

6.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Karakteristik masing-masing struktur pasar ... 8

Tabel 2. Alternatif kombinasi bahan baku, produk dan pasar ... 30

Tabel 3. Luas panen dan produksi di beberapa kabupaten sekitar Tambun 32 Tabel 4. Sebaran masa panen pada beberapa kabupaten ... 33

Tabel 5. Pemasukan beras varietas IR 64 di pasar Induk Beras Cipinang. 34 Tabel 6. Klasifikasi mutu bahan baku di daerah Pantura Jawa Barat ... 35

Tabel 7. Standar mutu nasional produk beras ... 36

Tabel 8. Karakteristik bahan baku dan pemilihan teknologi ... 39

Tabel 9. Tahapan proses pengolahan beras asalan berbagai kelas mutu .. 41

Tabel 10. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bentuk perusahaan ... 45

Tabel 11. Rekapitulasi kriteria kelayakan finansial PGIB ... 48

Tebel 12. Penentuan derajat kepentingan kriteria pemilihan wilayah pasar 56 Tabel 13. Rekapitulasi nilai MPE alternatif wilayah pemasaran PGIB ... 57

Tabel 14. Konsumsi beras rata-rata per kaipta seminggu ... 61

Tabel 15. Sebaran responden berdasarkan sikap bila berastidak tersedia .. 63

Tabel 16. Struktur pasar beras di wilayah DKI Jakarta ... 63

Tabel 17. Pemasukan beras ke PIBC berdasarkan daerah 2002-2006 ... 64

Tabel 18. Pemasukan beras ke PIBC berdasarkan varietas 2004 ... 65

Tabel 19. Pengeluaran beras ke PIBC berdasarkan daerah tujuan ... 66

Tabel 20. Margin dalam rantai pemasaran ke DKI Jakarta ... 71

Tabel 21. Jumlah penduduk DKI Jakarta April 2006 ... 74

Tabel 22. Perkembangan produksi padi tahun 2001-2005 ... 74

Tabel 23. Neraca perdagangan beras ... 74

Tabel 24. Perkiraan pertumbuhan dan peluang pasar di DKI Jakarta ... 75

Tabel 25. Perhitungan peluang pasar supermarket ... 77

Tabel 26. Perkembangan harga terakhir (20-21 Juni 2006) ... 79

Tabel 27. Realisasi pengadaan dalam negeri Bulog ... 80

Tabel 28. Penetapan harga produk beras PGIB ... 93

(15)

Tabel 30. Pembatas bahan baku untuk masing-masing produk ... 97 Tabel 31. Komposisi produksi optimum ... 98 Tabel 32. Kebutuhan bahan baku PGIB ... 99 Tabel 33. Analisis sensitivitas optimasi produksi beras basis koefisien .... 99 Tabel 34. Analisis sensitivitas optimasi produksi beras basis koefisien .... 100 Tabel 35. Proyeksi penjualan, omset, dan profit PGIB per hari ... 101 Tebel 36. Kriteria pengambilan keputusan kelayakan aspek pemasaran

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Siklus hidup penjualan dan laba ... 10

Gambar 2. Lima faktor persaingan ... 13

Gambar 3. Kerangka pemikiran ... 18

Gambar 4. Tahapan studi kelayakan aspek pemasaran PGIB... 21

Gambar 5. Peta persaingan produk beras ... 27

Gambar 6. Bagan alir proses pengolahan beras ke beras ... 38

Gambar 7. Struktur organisasi PGIB ... 47

Gambar 8. Pengaruh perubahan penawaran dan permintaan ... 59

Gambar 9. Grafik perkembangan produksi dan konsumsi nasional ... 60

Gambar 10. Siklus hidup penjualan beras di Indonesia ... 62

Gambar 11. Grafik perkembangan harga beras tahun 2005-2006 ... 65

Gambar 12. Pola pemasaran beras dari sentra produksi ke DKI Jakarta .... 70

Gambar 13. Profil pendapatan penduduk DKI Jakarta berdasarkan pendapatan bersih ... 76

Gambar 14. Peta persaingan varietas beras di PIBC ... 81

Gambar 15. Peta persaingan varietas Pandan Wangi di supermarket ... 82

Gambar 16. Peta persaingan varietas Setra Ramos di supermarket ... 83

Gambar 17. Peta persaingan varietas Cianjur di supermarket ... 84

Gambar 18. Perbedaan desain kemasan beras kuadran I dan II ... 85

Gambar 19. Peta persaingan varietas IR 46 di supermarket ... 85

Gambar 20. Peta persaingan varietas Rojolele di supermarket ... 86

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Standar mutu beras giling SNI No.01-6128-1999 ... 107 Lampiran 2. Rancangan aliran proses sesuai kofigurasi mesin pada PGIB 110 Lampiran 3. Penilaian dan perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial 111 Lampiran 4. Perkembangan harga beras di PIBC tahun 2005-2006 ... 113 Lampiran 5. Alsin penggilingan padi di Indonesia ………... 114 Lampiran 6. Data merek dan varietas yang beredar di supermarket ... 115 Lampiran 7. Tabel kepentingan konsumen kelas menegah-atas terhadap

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tanggal 10 Mei 2003 melalui Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003, Perum Bulog resmi berbadan hukum Perusahaan Umum (Perum). Sebagai Perusahaan Umum selain bertugas dalam pelayanan publik, Bulog dituntut untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan usahanya. Perum Bulog mempunyai tiga misi utama, yakni : (i) tugas pelayanan publik, (ii) kegiatan ekonomi di bidang pangan dan usaha lain, (iii) usaha dalam bidang produksi, pemasaran, dan jasa di bidang komoditi pangan. Dalam konteks inilah Bulog mengembangkan dua kelompok besar strategi yaitu strategi kegiatan pelayanan publik kaitannya dengan optimasi aset dan implementasi usaha bisnis untuk mendukung penugasan publik dan corebusiness sejalan dengan perspektif jangka panjang menjadikan Bulog sebagai ”logistic service company”.

Prasarana dan fasilitas Bulog masih banyak yang penggunaannya belum optimal. Hal ini adalah peluang yang segera dapat dimanfaatkan. Salah satu dari banyak fasilitas tersebut adalah fasilitas Balai Penelitian Teknologi Pangan (BPTP) Tambun. Pada areal tersebut terdapat dua bangunan gudang masing-masing berkapasitas 3500 ton yang dibiarkan kosong. Fasilitas lain seperti kantor, laboratorium, asrama, guest house, ruang pelatihan, kantin, musholla, dan lapangan olahraga juga tidak banyak digunakan karena aktivitas di BPTP yang sangat sedikit. Oleh karena itu, pemanfaatan aset BPTP Tambun perlu ditingkatkan terutama dalam kegiatan usaha untuk membangun sumber pendapatan. Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan pemanfaatan fasilitas penggudangan di Tambun sebagai Pusat Grading Industri Beras (PGIB) sebagai satu langkah dalam upaya pengembangan usaha komersial Perum Bulog.

(19)

tingkat pendidikan masyarakat serta dengan mudahnya penyebaran informasi seiring kemajuan teknologi, juga secara bertahap mengubah pola konsumsi dan cara pandang masyarakat terhadap mutu (kualitas) pangan yang dikonsumsi. Perbaikan daya beli masyarakat yang diharapkan meningkat setelah Indonesia keluar dari krisis ekonomi akan menggeser peta permintaan ke arah beras bermutu tinggi.

Oleh karena itu diperlukan kajian / studi secara lebih mendalam mengenai struktur pasar, pangsa pasar, perkembangan permintaan, segman pasar, jalur distribusi, persaingan, peluang market share, proyeksi penjualan dan margin serta promosi dan advertising produk beras yang akan dihasilkan Pusat Grading Industri Beras Bulog. Kajian tersebut akan memberikan gambaran kelayakan pendirian Pusat Grading Industri Beras Bulog dari aspek pemasaran sekaligus menyajikan informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan kelayakan pendirian industri secara keseluruhan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari pengkajian kelayakan ini adalah untuk mengetahui kelayakan pendirian Pusat Grading Industri Beras (PGIB) Bulog khususnya dari aspek pemasaran. Hasil studi yang diperoleh akan menunjukkan bahwa pendirian PGIB tersebut layak, layak bersyarat atau tidak layak.

1.3 Ruang Lingkup

Kajian aspek pemasaran produk beras ini merupakan salah satu bagian dari studi kelayakan pendirian PGIB Bulog secara keseluruhan meliputi aspek teknis dan teknologi, produksi, manajemen, lingkungan dan aspek finansial. Ruang lingkup analisis kelayakan aspek pemasaran pendirian industri ini meliputi: 1. Pemilihan target wilayah pemasaran produk beras PGIB Bulog.

2. Menganalisa kondisi pasar beras yang meliputi struktur pasar, pangsa pasar, dan perkembangan permintaan produk beras.

(20)

4. Memprediksi potensi pasar PGIB Bulog yang meliputi segmentasi pasar, peluang market share, kombinasi produksi optimum, proyeksi penjualan dan profit.

Wilayah pasar yang dianalisis adalah wilayah pemasaran DKI Jakarta sebagai target utama pemasaran produk beras PGIB Bulog.

1.4 Manfaat

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Kelayakan

Pengembangan dari proyek investasi industri mulai dari tahap penggagasan ide hingga industri beroperasi dapat digambarkan dalam bentuk siklus proyek investasi yang terdiri dari tiga fase yaitu fase pra-investasi (pre-investment), fase investasi (investment) dan fase operasi (operational phase). Fase pra-investasi meliputi identifikasi peluang atau kemungkinan investasi, analisis alternatif proyek, pemilihan proyek dan persiapan proyek (pra-studi kelayakan dan studi kelayakan). Selang penyimpangan yang dapat diterima untuk tahap kajian peluang investasi adalah + 30 persen, tahap pra-studi kelayakan sebesar + 20 persen, sedangkan pada tahap studi kelayakan penyimpangan yang masih dapat diterima sebesar + 10 persen. (Behrens, W dan Hawranek P.M, 1991).

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Sofyan (2004) ruang lingkup studi kelayakan bisnis meliputi aspek pemasaran, aspek operasi, aspek manajemen organisasi, aspek finansial, dan aspek sosial-lingkungan. Khususnya studi kelayakan investasi industri, aspek operasi meliputi aspek teknis dan teknologi seperti proses produksi, peralatan dan mesin, layout pabrik, neraca massa, neraca energi dan lain-lain.

2.2 Grading Beras

(22)

Grading merupakan proses memilah-milah produk menjadi terstruktur berdasarkan tingkatan kualitas tertentu. Dengan sistem grading maka produk seperti beras dapat dipisahkan menjadi beberapa tingkat kualitas yang berbeda. Kualitas produk yang berbeda akan berakibat pada harga yang berbeda pula, yang pada gilirannya akan dikonsumsi oleh jenis konsumen yang berbeda. Dengan kata lain, produk menjadi terdiferensiasi untuk berbagai konsumen yang sesuai.

2.3 Aspek Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Konsep inti pemasaran meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), permintaan ; produk ; nilai , biaya dan kepuasan ; pertukaran dan transaksi ; hubungan dan jaringan ; pasar ; serta pemasar dan prospek. Kebutuhan adalah ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar. Keinginan adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik. Permintaan adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan (Kotler, 1997).

(23)

daripada pesaing dengan mempertahankan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

Menurut Behrens, W dan Hawranek P.M (1991) studi kelayakan aspek pemasaran meliputi lingkungan bisnis, target pasar, segmentasi pasar, saluran distribusi, kompetisi, siklus hidup produk, permintaan dan penawaran, strategi pemasaran, pangsa pasar, harga proyeksi biaya, dan penjualan / pendapatan, implikasi terhadap kapasitas produksi dan kebutuhan bahan baku.

2.3.1 Segmentasi

Menurut Kotler (1997) segmentasi adalah proses mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen yang berbeda yang mungkin meminta produk dan/atau bauran pemasaran tersendiri. Proses pembentukan segmen tediri dari tiga langkah yaitu tahap survei, tahap analisa, dan tahap pembentukan. Segmentasi dapat dibentuk dengan berbagai cara. Beberapa dasar yang umum digunakan untuk melakukan segmentasi pelanggan antara lain segmentasi geografis, segmentasi demografis seperti usia, jenis kelamin, penghasilan, generasi, dan kelas sosial, segmentasi psikografis seperti gaya hidup dan kepribadian, dan segmentasi perilaku seperti manfaat, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan, dan sikap. Persyaratan segmentasi yang efektif antara lain :

• Dapat diukur. Ukuran, daya beli, dan profil segmen dapat diukur. • Besar. Segmen cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani. • Dapat diakses. Segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.

• Dapat dibedakan. Segmen-segmen secara konseptual dapat dipisah-pisahkan

dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan program bauran pemasaran yang berbeda.

• Dapat diambil tindakan. Program-program yang efektif dapat dirumuskan

untuk menarik dan melayani segmen-segmen tersebut. 2.3.2 Targetting

(24)

• Konsentrasi segmen tunggal. Perusahaan memilih sebuah segmen tunggal

untuk dilayani dan tidak melayani segmen lainnya.

• Spesialisasi selektif. Perusahaan memilih sejumlah segmen, masing-masing

menarik secara objektif dan memadai, berdasarkan tujuan dan sumber daya perusahaan.

• Spesialisasi produk. Perusahaan berkonsentrasi dalam menghasilkan produk

tertentu yang dijualnya pada beberapa segmen. Produk yang dijual sejenis namun memiliki atribut yang berbeda-beda untuk masing-masing segmen.

• Spesialisasi pasar. Perusahaan berkonsentrasi dalam melayani banyak

kebutuhan dari suatu kelompok pelanggan tertentu.

• Cakupan seluruh pasar. Perusahaan berusaha melayani seluruh kelompok

pelanggan dengan semua produk yang mungkin mereka butuhkan. 2.3.3 Positioning

Tahap selanjutnya dalam perumusan strategi pemasaran adalah menetapkan citra yang ingin ditanamkan pada benak pelanggan. Positioning atau penentuan posisi adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan berbeda dalam benak pelanggan sasarannya. Posisi sebuah produk merupakan seperangkat persepsi, kesan, serta produk yang bersangkutan dibandingkan dengan atau tanpa pemasar. Akan tetapi, pemasar tidak ingin membiarkan posisi produknya ditetapkan seenaknya saja. Dalam pemilihan pasar sasarannya, pemasar merencanakan posisi yang akan memberikan produk mereka keunggulan persaingan yang terbesar dan merancang marketing mix untuk memantapkan posisi yang telah direncanakan (Kotler dan Amstrong, 1994).

(25)

menurut kategori produk, (7) Penentuan atribut menurut kualitas / harga (Kotler, 1997).

2.3.4 Struktur Pasar

Menurut Sukirno (2000) berdasarkan kepada (i) ciri-ciri jenis produk yang dihasilkan, (ii) banyaknya perusahaan dalam kegiatan menghasilkan produk tersebut, (iii) mudah tidaknya perusahaan baru menjalankan kegiatan untuk memproduksi produk tersebut, dan (iv) besarnya kekuasaan suatu perusahaan di dalam pasar, bentuk-bentuk pasar dalam perekonomian dibedakan kedalam empat jenis. Keempat bentuk atau struktur pasar tersebut adalah pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan monopolistis dan pasar oligopoli. Perbedaan karakteristik struktur pasar dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Karakteristik masing-masing struktur pasar Karakteristik Persaingan

Sempurna Monopoli

Persaingan

Monopolistis Oligopoli

Sifat produk Homogen Homogen (tidak ada

produk pengganti) Heterogen Homogen/Heterogen

Jumlah perusahaan Banyak Satu Banyak Beberapa/sedikit

Barrier Mudah Sangat sulit Mudah Sulit Kekuasaan

perusahaan dalam

pasar

Sangat kecil Sangat besar Kecil Cukup besar

2.3.5 Permintaan dan Elastisitas Permintaan

(26)

Hukum permintaan merupakan hipotesa yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu produk, makin banyak permintaan terhadap produk tersebut. Berdasarkan sifat perubahan permintaan yang akan terjadi apabila pendapatan berubah, berbagai jenis produk dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu produk inferior, produk esensial, produk normal dan produk mewah. Produk inferior adalah jenis produk yang banyak diminta oleh orang-orang yang berpendapatan rendah. Peningkatan pendapatan akan mengurangi permintaan terhadap jenis produk inferior. Produk esensial adalah produk yang sangat penting artinya dalam kehigupan masyarakat. Produk normal adalah produk yang akan mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat kenaikan pendapatan. Produk mewah adalah jenis produk yang dibeli oleh orang-orang berpendapatan tinggi. Biasanya produk-produk jenis ini baru dibeli masyarakat setelah dapat memenuhi kebutuhan pokok.

Sukirno (2000) menambahkan bahwa elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu elastisitas pemintaan harga, elastisitas permintaan pendapatan, dan elastisitas permintaan silang. Berdasarkan tingkat elastisitasnya, kurva elastisitas permintaan dibedakan menjadi kurva permintaan tidak elastis sempurna (e=0), elastis sempurna (e= ~ ), elastis uniter (e=1), tidak elastis (0<e<1) dan elastis (e>1).

Menurut Kotler (1997) perencanaan dan pelaksanaan dari strategi pemasaran menuntut eksekutif pemasaran untuk mengestimasi potensi pasar, potensial pasar wilayah, dan penjualan industri dan pangsa pasar. Potensi pasar total adalah jumlah penjualan maksimum yang mungkin tersedia untuk seluruh perusahaan di dalam industri selama periode tertentu, di bawah suatu tingkat usaha pemasaran industri dan kondisi lingkungan tertentu. Cara yang umum untuk mengestimasi potensi pasar total adalah sebagai berikut :

Q = nqp dengan : Q = potensi pasar total

n = jumlah pembeli produk/pasar spesifik dengan asumsi-asumsi yang telah ditentukan.

(27)

Penentuan potensi pasar wilayah dapat menggunakan dua metode yaitu Metode Pembentukan Pasar (Market Buildup Method) dan Metode Indeks Faktor (Multiple Factor Index Method). Metode pembentukan pasar ditujukan untuk mengidentifikasi seluruh pembeli potensial dalam setiap pasar dan mengestimasi pembelian potensial mereka. Metode indeks faktor menggunakan indeks tertentu yang representatif untuk mengestimasi potensi pasar di wilayah tertentu yang dibandingkan dengan potensi pasar total secara nasional.

2.3.6 Siklus Hidup Produk (PLC)

Menurut Kotler (1997) sebagian besar pembahasan siklus hidup produk menggambarkan sejarah penjualan produk umum yang mengikuti kurva berbentuk bel (Gambar 1). Kurva bel umumnya dibagi menjadi empat tahap yaitu :

• Tahap perkenalan (introduction) : suatu periode pertumbuhan penjualan yang

lambat saat produk itu diperkenalkan ke pasar. Pada tahap ini tidak ada laba karena besarnya biaya-biaya untuk memperkenalkan produk.

• Tahap pertumbuhan (growth) : suatu periode penerimaan pasar yang cepat dan

peningkatan laba yang besar.

• Tahap kedewasaan (maturity): suatu periode penurunan dalam pertumbuhan

penjualan karena produk itu telah diterima oleh sebagian besar pembeli potensial. Laba stabil atau menurun karena peningkatan pengeluaran pemasaran untuk mempertahankan produk terhadap persaingan.

• Tahap penurunan (decline): periode saat penjualan menunjukkan arah menurun

dan laba menipis.

Strategi pemasaran merupakan usaha merumuskan formula mengenai bagaimana suatu bisnis akan berkompetisi, apa target yang seharusnya dicapai dan

Penjualan

Laba

Perkenalan Pertumbuhan Kemapanan Penurunan

(28)

kebijaksanaan apa yang dibutuhkan untuk mencapai target tersebut (Porter, 1990). Untuk memperluas pasar, perusahaan dapat memilih beberapa alternatif strategi berikut: (1) strategi penetrasi pasar yaitu strategi yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk menguasai pangsa pasar yang lebih luas pada pasar yang telah dimasuki; (2) strategi pengembangan pasar yaitu strategi yang dilakukan oleh suatu organisasi dengan cara menawarkan produk yang sudah ada ke pasar yang berbeda dari yang selama ini ia layani; (3) strategi pengembangan produk yaitu strategi yang dilakukan dengan cara menawarkan produk baru ke dalam pasar yang telah ada; (4) diversifikasi yaitu menawarkan produk baru ke dalam pasar yang baru (Kotler, 1997). Strategi perluasan pasar ini memberikan alternatif pengembangan agar suatu produk mampu memperluas kemampuannya dalam berekspansi.

Strategi yang dapat diterapkan berbeda pada masing-masing tahapan siklus hidup produk. Strategi pemasaran dalam tahap perkenalan antara lain :

• Strategi pelucuran cepat, merupakan peluncuran produk baru pada harga tinggi

dengan tingkat promosi tinggi.

• Strategi peluncuran lambat, merupakan peluncuran produk baru dengan harga

tinggi dan sedikit promosi.

• Strategi penetrasi cepat, merupakan peluncuran produk pada harga rendah

dengan biaya promosi yang besar.

• Strategi penetrasi lambat, merupakan peluncuran produk baru dengan harga

rendah dan tingkat promosi rendah.

Pada tahap pertumbuhan, perusahaan dapat menggunakan beberapa strategi untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin :

• Perusahaan meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan

produk baru dan gaya yang lebih baik.

• Perusahaan menambahkan model-model baru dan produk-produk penyerta. • Perusahaan memasuki segmen pasar baru.

• Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran

distribusi baru.

• Perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk ke iklan

(29)

• Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif terhadap

harga di lapisan berikutnya.

Pada tahap dewasa, perusahaan dapat menerapkan strategi berikut :

• Modifikasi pasar. Perusahaan dapat mencoba memperluas pasar untuk

mereknya yang mapan dengan mengatur dua faktor yang membentuk volume penjualan yaitu jumlah pemakai dan tingkat pemakaian.

• Modifikasi produk. Perusahaan berusaha mendorong penjualan dengan

memodifikasi produk melalui peningkatan kualita, peningkatan keistimewaan, atau peningkatan gaya.

• Modifikasi bauran pemasaran. Perusahaan dapat mencoba mendorong

penjualan dengan memodifikasi berbagai elemen bauran pemasaran lain seperti harga, distribusi, periklanan, promosi penjualan, penjualan personal dan pelayanan.

Pada tahap penurunan, perusahaan memiliki beberapa alternatif strategi antara lain :

• Meningkatkan investasi perusahaan untuk mendominasi dan memperkuat

posisi persaingan.

• Mempertahankan tingkat investasi perusahaan sampai ketidakpastian tentang

industri itu terselesaikan.

• Mengurangi tingkat investasi perusahaan secara selektif, dengan melepas

kelompok pelanggan yang tidak menguntungkan.

• Menuai investasi perusahaan untuk memperoleh kas secepatnya.

• Melepaskan bisnis itu secepatnya dengan menjual asetnya semenguntungkan

mungkin. 2.3.7 Persaingan

(30)

Persaingan bentuk terjadi apabila perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang memberikan jasa yang sama. Persaingan generik terjadi apabila perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk memdapatkan konsumen yang sama (Kotler, 1997).

Pesaing terdekat adalah perusahaan yang mengejar pasar sasaran yang sama dengan strategi yang sama. Menurut Porter (1985) keunggulan bersaing merupakan hasil dari kemampuan perusahaan dalam menanggulangi lima fakrot persaingan seperti tampak pada Gambar 2 , yakni (1) masuknya pendatang baru, (2) ancaman produk substitusi, (3) daya tawar menawar pembeli, (4) daya tawar menawar pemasok, dan (5) persaingan di antara peserta pesaing yang ada.

2.3.8 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran adalah suatu kesatuan alat-alat marketing yang digunakan oleh perusahaan / organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan marketingnya pada pasar sasaran tertentu (Kotler, 2000). Dasar konsep marketing adalah marketing strategis, yang merupakan kombinasi dari variabel-variabel yang dapat dikontrol oleh organisasi/perusahaan. Unsur-unsur yang terdapat dalam bauran pemasaran populer dikenal dengan 4 P (product, price, place, dan promotion). Namun demikian, ada satu P yang cukup penting dalam pengembangan beras sebagai komoditas yang bersifat politis, yakni power.

Pesaing Industri

(31)

Product (Produk/Jasa), meliputi unsur-unsur jenis-jenis produk, kualitas, desain, features (fasilitas dan kegunaannya), brand-name, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, dan penggantian jika terjadi kerusakan. Price (Harga), meliputi unsur-unsur daftar harga, potongan, bonus, jangka waktu pembayaran, aturan kredit. Harga biasanya digunakan oleh konsumen / pelanggan sebagai indikator kualitas. Artinya kalau harganya mahal seharusnya kualitasnya baik, dan sebaliknya. Dengan demikian strategi dan keputusan harga membutuhkan kecermatan dalam membaca dan menterjemahkan situasi yang sedang dan akan terjadi dalam competitive marketplace. Tetapi harga merupakan variabel yang relatif mudah berubah terlebih pada kondisi ekonomi yang tidak stabil.

Promotion / Communication di dalamnya termasuk promosi penjualan, periklanan, tenaga penjualan, hubungan masyarakat (public relation), direct marketing, pembentukan Customer Data base, Dialog, dan Provision of Customer Service. Sangat langka barang/jasa yang bisa survive di pasaran tanpa didukung oleh promosi yang efektif. Promosi merupakan alat / cara dimana perusahaan berkomunikasi dengan target marketnya tentang karakteristik dan sejumlah manfaat serta keuntungan dari produk atau jasa yang dijualnya. Place meliputi unsur-unsur saluran distribusi, cakupan (coverage), lokasi, pergudangan, transportasi, dalam hubungan dengan kebutuhan masyarakat. Misi utama pemasaran adalah untuk memuaskan kebutuhan setiap orang melalui pendistribusian berbagai jenis produk dengan harga, waktu, jumlah, dan tempat yang tepat. Dari pernyataan tersebut jelas sekali bahwa kata kunci misi pemasaran adalah pendistribusian (delivery). Dalam konteks ini, pendistribusian merupakan aktivitas yang menciptakan time utility dan place utility.

(32)

baik jika segenap aparat dan para penguasa turut mendukung dan memberi opini publik tentang pengembangan industri beras ini. Apalagi untuk mengarahkannya kepada kemampuan swasembada beras. Kemauan ini harus diwujudkan dalam kemudahan yang diberikan oleh aparat terhadap para pengusaha yang bergerak dalam memajukan industri beras tersebut, dan jaringan kelembagaan bisnis yang terkait dari hulu hingga hilir.

2.4 Penelitian Terdahulu.

Trestita (2000) melakukan analisis mengenai pola konsumsi beras rumah tangga PNS dan dampak diberlakukannya perubahan kebijakan tunjangan beras. Penelitian ini membahas pola konsumsi beras rumah tangga PNS untuk melihat seberapa banyak rumah tangga PNS yang mengkonsumsi beras jatah, seberapa banyak rumah tangga PNS yang tidak mengkonsumsi beras jatah dan seberapa banyak rumah tangga PNS yang mengkonsumsi beras dengan kombinasi keduanya. Selain itu, peneliti juga membahas perubahan perilaku konsumsi rumah tangga konsumsi pasca kebijakan dihapuskannya tunjangan beras secara natura.. Penelitian ini mengambil studi kasus di Dinas/Departemen Pendidikan Nasional Kecamatan Bogor Tengah.

Penelitian dengan topik yang sama dilakukan Pradesha (2003). Hanya saja Pradesha mengambil studi kasus pada lokasi yang berbeda yaitu pegawai negeri sipil Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian. Peneliti membahas perubahan pola konsumsi beras meliputi frekuensi konsumsi, jenis beras yang dikonsumsi, tempat pembelian beras, frekuensi pembelian, jumlah beras yang dibeli setiap pembelian, dan jumlah komsumsi beras. Peneliti menggunakan uji Chi-Square untuk menganalisis signifikansi perubahan pola konsumsi reponden dan analisis Regresi Logit untuk menjelaskan pengaruh berbagai faktor.

(33)

frekuensi makan per hari, mutu nasi, pencarian dan sumber informasi mengenai beras, dan jenis/varietas beras yang dikonsumsi, tempat pembelian. Peneliti juga membahas derajat kepentingan masing-masing kelas konsumen terhadap atribut produk seperti sifat beras, penampakan beras, keseragaman butir, kebersihan produk, identitas beras, harga, dan atribut lain seperti lokasi, kenyamanan tempat pembelian, dan promosi. Peneliti menggunakan penilaian bobot masing-masing atribut dengan pembanding angka Kaiser-Meyer-Olkin-Measure of Sampling Adequency (KMO-MSA) untuk menentukan derajat kepantingan atribut.

Mardianto et al (2005) melakukan kajian mengenai dinamika pola pemasaran gabah dan beras di Indonesia. Peneliti membahas perkembangan sistem pemasaran beras dari masa ke masa disertai dengan pembahasan perubahan preferensi konsumen serta pola pemasaran gabah dan beras di beberapa daerah di Indonesia. Peneliti juga membahas peranan Bulog dan pemerintah dalam memperlancar dan menjaga kestabilan pemasaran gabah dan beras serta memberikan beberpa rekomendasi kebijakan kepada pemerintah terkait pemasaran beras.

(34)

III. METODOLOGI

3.1 Kerangka Pemikiran

Beras Bulog memiliki ciri khas yang menarik, karena berasal dari berbagai petani dan sebagian dari impor (dalam kondisi tidak normal). Petani sawah yang menanam padi memiliki keragaman cara dan sumberdaya. Dengan banyaknya variasi ini menghasilkan produk beras yang bervariasi pula, baik dari segi rasa, warna maupun aromanya. Begitu pula dengan industri pengolahan beras yang ada di Indonesia, sebagian besar tergolong Penggilingan Padi Sederhana (PPS) dan Penggilingan Padi Kecil (PPK) dimana beras yang dihasilkan umumnya masih berkualitas rendah, tidak konsisten atau asalan. Variasi ini membutuhkan sistem grading yang mampu memisahkan dan sekaligus meningkatkan kualitas beras asalan menjadi beras berkualitas tinggi.

Peningkatan kualitas beras asalan menjadi beras berkualitas yang lebih tinggi merupakan salah satu upaya untuk memenuhi permintaan konsumen yang berubah. Cukup banyak penelitian dan teori yang menyatakan bahwa perubahan tingkat pendapatan dan pendidikan telah mendorong perubahan preferensi konsumen terhadap produk. Salah satunya kajian Mardianto et al,(2005) yang menyebutkan bahwa dewasa ini umumnya konsumen tidak lagi membeli beras sebagai komoditas melainkan sebagai produk. Konsumen tidak sekedar membeli beras (komoditas), melainkan beras dengan jenis tertentu, kualitas, dan kandungan nutrisi tertentu serta atribut produk lainnya.

(35)

teknologi modern, juga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah yang dinikmati oleh petani maupun usaha penggilingan padi kecil melalui sistem kemitraan yang saling menguntungkan dalam perbaikan mutu.

Untuk mengukur kelayakan pendirian PGIB Bulog maka diperlukan kajian secara mendalam mengenai berbagai aspek yang terkait khususnya pada penelitian ini adalah aspek pemasaran. Struktur pasar yang berkembang, perkembangan permintaan dan penawaran, rantai pemasaran, margin, persaingan dan barrier, peluang meraih pasar, hingga proyeksi keuntungan yang akan diraih merupakan parameter yang menjadi dasar pengambilan keputusan kelayakan industri dan investasi.

Kondisi Internal perusahaan

Kondisi Eksternal / Pasar

Analisis Pasar

Sifat Produk, PLC & Struktur Pasar Rantai Pemasaran

& Margin

Potensi & Peluang Pasar

Jalur Distribusi Kompetisi

Komposisi Produksi Optimum

Strategi Pemasaran Proyeksi

Penjualan & Profit Kemungkinan pendirian PGIB

Kelayakan

(36)

3.2 Pendekatan Studi Kelayakan

Untuk memecahkan masalah dan kendala yang akan dihadapi dalam pendirian Pusat Grading Industri Beras (PGIB) ini dilakukan pendekatan studi kelayakan. Pendekatan studi kelayakan ini terdiri dari lima tahap, yaitu tahap identifikasi, tahap seleksi awal (preselection), tahap pengujian (appraisals feabilitiy studies), tahap evaluasi, dan tahap penyusunan laporan (reporting).

Penelitian dimulai dengan tahap identifikasi yaitu mencari informasi tentang kemungkinan didirikannya suatu industri grading beras dengan konsep rice to rice processing yang menghasilkan produk beras dengan kualitas lebih baik dari kualitas sebelumnya. Pada tahap ini juga dilakukan proses pendefinisian ide-ide dan arahan dari pihak perusahaan mengenai gambaran umum PGIB yang akan didirikan. Hal ini penting untuk memberikan batasan penelitian sehingga kajian dapat lebih fokus dan spesifik.

Berdasarkan gambaran tersebut dapat didaftar seluruh data yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan kelayakan industri. Sebelum mengumpulkan data-data, terlebih dahulu dilakukan kajian terhadap penelitian terkait pemasaran beras yang telah dilakukan. Kajian ini bertujuan untuk menghindari penelitian berulang untuk hal yang sama sekaligus untuk efisiensi penelitian. Data-data yang belum pernah dikaji dalam penelitian terdahulu dikumpulkan baik secara primer maupun sekunder dari laporan instansi terkait.

Tahap kedua atau tahap seleksi awal (preselection) meliputi kegiatan analisa data-data awal yang telah diperoleh untuk mengetahui kebutuhan konsumen yang belum atau kurang terpenuhi serta segmen pasar yang berpeluang untuk dimasuki produk PGIB. Pada tahap ini juga ditentukan wilayah target pasar yang paling berpotensi dan sesuai dengan target segmen pasar. Setelah diperoleh wilayah pasar terpilih, penelitian dilanjutkan pada tahap pengujian dengan menganalisa secara mendalam mengenai kondisi pemasaran beras di wilayah tersebut. Menurut Behrens, W dan PM Hawranek (1991) secara garis besar analisa pasar meliputi struktur pasar, rantai pemasaran dan margin, potensi dan peluang pasar, jalur distribusi, dan kompetisi.

(37)

komposisi produksi optimum, proyeksi penjualan dan market share serta keuntungan yang bisa diraih. Pada tahap ini juga dilakukan perumusan rekomendasi strategi pemasaran terhadap target segmen pasar dari segi Product Life Cycle (PLC), diferensiasi produk, harga, saluran pemasaran, strategi promosi dan advertising.

Pendirian PGIB dikatakan layak dari aspek pemasaran apabila memenuhi beberapa kriteria antara lain peluang yang tersedia lebih besar dari produksi PGIB, terdapat saluran pemasaran yang memadai untuk mencapai target konsumen, PGIB memiliki kemampuan memenuhi persyaratan pasar baik konsumen target maupun saluran pemasaran, dan usaha yang dilakukan menguntungkan.

Apabila hasil kajian menunjukkan pendirian PGIB layak, maka tahapan penelitian selesai dan dilanjutkan dengan tahap penyusunan laporan. Namun, apabila hasil kajian menyimpulkan pendirian PGIB belum layak dari aspek pemasaran pada alternatif yang dipilih maka perlu dilakukan kajian lanjutan untuk memberikan rekomendasi penggunaan alternatif yang lain. Secara lebih jelasnya tahapan penelitian studi kelayakan aspek pemasaran pendirian PGIB Bulog dapat dilihat pada Gambar 4.

(38)

Mulai

Gambar 4. Tahapan studi kelayakan aspek pemasaran pendirian PGIB Bulog

(39)

3.3 Tata Laksana

3.3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas hasil kajian awal dari data yang diperoleh dan hasil focus group discussion tim studi kelayakan PGIB yang menunjukkan DKI Jakarta sebagai wilayah target pasar produk beras PGIB yang potensial. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2006.

3.3.2 Studi Literatur

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh teori-teori yang berkaitan dengan materi penelitian. Studi pustaka dilakukan dengan membaca dan mengumpulkan literatur baik buku, jurnal, artikel dan lain-lain di perpustakaan Institut Pertanian Bogor, perpustakaan Fakultas Teknologi Pertanian, perpustakaan Departemen Teknologi Industri Pertanian, Perum Bulog dan Internet. Teori dan literatur yang diperoleh dikaitkan dengan data empiris yang diperoleh dari lapangan dan sebagai dasar atau referensi untuk penelitian ini.

3.3.3 Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan desain riset eksploratif dan deskriptif. Riset eksploratif bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap suatu objek dalam hal ini pasar beras. Hasil riset eksploratif bermanfaat untuk menyusun atau memformulasikan masalah pemasaran beras secara lebih tepat, memberikan gambaran yang jelas mengenai struktur dan kondisi pasar beras, persaingan dan barrier serta menentukan variabel pengujian atau penelitian dan prioritas lebih lanjut.

(40)

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui beberapa teknik antara lain (i) wawancara pihak terkait, (ii) focus group discussion dengan pihak terkait, dan (iii) observasi langsung yang dilakukan di wilayah pemasaran beras DKI Jakarta dan sekitarnya.

Wawancara dilakukan terhadap pedagang beras di Pasar Induk Cipinang, pihak pengelola Pasar Induk Cipinang, dan pengelola supermarket. Wawancara dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi pasar beras, saluran pemasaran dan mekanisme pasar yang berlangsung. Data hasil wawancara merupakan data kualitatif sebagai penunjang pengambilan keputusan tanpa analisis statistik.

Focus group discussion melibatkan tim studi kelayakan PGIB Bulog dan pihak Perum Bulog. Fungsi utama focus group discussion adalah untuk menentukan alternatif yang dipilih terkait dengan pendirian PGIB. Observasi dilakukan di saluran pemasaran beras wilayah DKI Jakarta meliputi Pasar Induk Beras Cipinang, Pasar Tradisional dan Supermarket. Observasi dilakukan untuk mengetahui varietas dan kualitas beras yang beredar di pasaran dan persaingan yang terjadi antar varietas, kualitas, dan perusahaan produsen beras.

Data sekunder meliputi data kependudukan, produksi, dan pemasaran yang diperoleh dengan cara : (i) pengumpulan buku dan laporan dari dinas terkait seperti Perum Bulog dan PT. Food Station Tjipinang Jaya, (ii) Biro Pusat Statistik, (iii) laporan penelitian terdahulu, (iv) Browsing Internet dan (v) data-data lain yang menunjang penelitian.

3.3.4 Metode Analisis Data a. Target Wilayah Pemasaran

(41)

pihak Perum Bulog. Selain itu, pemilihan alternatif wilayah pasar juga ditunjang secara kuantitatif menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE).

MPE merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan untuk membantu bagi individu pengambil keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Keuntungan Metode Perbandingan Eksponensial adalah dapat mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) sehingga menjadikan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata.

Tahapan analisa meliputi :

1. Menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih,

2. Menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi,

3. Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria,

4. Menentukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria, 5. Menghitung skor atau nilai total pada setia alternatif, dan

6. Menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif.

Formulasi perhitungan skor nilai untuk setiap alternatif dalam metode perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut :

Dimana :

TNi = Total nilai alternatif ke -i

RK ij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i TKK j = derajat kepentingan kritera keputusan ke-j; TKKj > 0; bulat n = jumlah pilihan keputusan

m = jumlah kriteria keputusan

m

(42)

Pada penelitian ini penentuan kriteria pemilihan wilayah pemasaran, derajat kepentingan kriteria dan penilaian alternatif wilayah pemasaran dilakukan oleh empat orang penilai antara lain dua orang praktisi / pedagang beras di pasar induk beras Cipinang Jakarta, satu orang akademisi / dosen pemasaran, dan peneliti sendiri. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan wilayah pemasaran antara lain ukuran pasar, jumlah segmen yang sesuai, pertumbuhan pasar, persaingan, saluran pemasaran, biaya transportasi dan infrastruktur dan fasilitas penunjang. Ada enam alternatif wilayah pemasaran yang dinilai antara lain DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bandung.

b. Ukuran Pasar dan Proyeksi Perkembangan Pasar

Beras merupakan produk pangan pokok masyarakat Indonesia. Ukuran pasar atau jumlah permintaan beras di suatu wilayah dihitung berdasarkan estimasi standar BPS yaitu dengan mengalikan jumlah penduduk di wilayah tersebut dengan ketersediaan (konsumsi dan kebutuhan lain) beras per kapita.

Dimana : Ketersediaan = konsumsi individu dan penggunaan lain. Ketersediaan beras per kapita penduduk Indonesia tahun 2005 = 139,15 kg/th atau 0,381 kg/hari (BPS, 2006)

Prediksi perkembangan pasar beras pada tahun mendatang dihitung berdasarkan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan rata-rata jumlah konsumsi per tahun yang diperoleh dari laporan badan terkait (BPS dan Departemen Pertanian RI). Ukuran pasar tahun ke-i dapat diprediksikan menggunakan rumus dengan koefisien yang mengikuti kaidah Segitiga Pascal berikut :

Segitiga Pascal :

Koefisien tahun ke-1 1 Koefisien tahun ke-2 1 2 1 Koefisien tahun ke-3 1 3 3 1

Koefisien tahun ke-4 1 4 6 4 1 ,dst Sehingga rumus ukuran pasar tahun ke-i sebagai berikut :

(43)

UP1 = UP0 + (UP0 x MK1)

UP2 = UP0 + 2 (UP0 x MK1) + (UP0 x MK2)

UP3 = UP0 + 3 (UP0 x MK1) + 3 (UP0 x MK2) + (UP0 x MK3)

UPi = Cp1 UP0 + Cp2 (UP0 x MK1) + Cpn (UP0 x MK...) + Cp(i+1) (UP0 x MKi) UPi = UP0 { Cp1 + (Cp2 x MK1) + (Cp3 x MK2) + (Cpn x MK...) + (Cp(i+1) x MKi) } Dimana : UPi = Prediksi ukuran pasar tahun ke-i

UP0 = Ukuran pasar tahun ini (ke-0)

MK = Pertumbuhan rata-rata jumlah konsumsi per tahun i = Tahun yang akan diprediksi

Cpn = Koefisien ke-n dalam Segitiga Pascal, 1 n (i+1)

c. Margin Tataniaga

Analisis margin tataniaga digunakan untuk melihat efisiensi jalur tataniaga beras. Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga. Margin tataniaga pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya tataniaga dan keuntungan yang diperoleh dari lembaga pemasaran. Secara sistematis margin tataniaga dirumuskan sebagai berikut (Limbong dan Sitorus,1987) :

Mi = Psi - Pbi ...(1) Mi = Ci + µi ...(2) Dimana : Mi = Margin pemasaran pasar tingkat ke – i

Psi = Harga jual pasar tingkat ke – i Pbi = Harga beli pasar tingkat ke – i Ci = Biaya pemasaran tingkat ke – i

µi = Keuntungan lembaga tataniaga pasar tingkat ke – i

Penyebaran margin tataniaga beras dapat pula dilihat berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya tataniaga pada masing-masing lembaga tataniaga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus :

Rasio biaya-keuntungan (%) = µi x 100...(3) Ci

(44)

d. Analisis Persaingan

Merek produk beras yang ada di pasar khususnya pasar modern (supermarket) didata melalui survey lapang. Persaingan merek beras yang bersaing di supermarket dianalisa menggunakan Peta Persaingan. Peta persaingan menunjukkan persaingan antar merek produk untuk masing-masing varietas dalam kuadran harga dan kualitas. Melalui peta tersebut dapat terlihat strategi perusahaan produsen dalam bersaing dari segi mutu dan harga. Terdapat empat kuadran antara lain kuadran I strategi harga tinggi kualitas tinggi, kuadran II harga rendah kualitas tinggi, kuadran III harga rendah kualitas rendah dan kuadran IV harga tinggi mutu rendah. Kuadran peta persaingan dapat dilihat pada Gambar 4.

e. Peluang Pasar dan Market Share

Peluang pasar produk PGIB merupakan ukuran dari segmen pasar yang belum atau kurang terlayani dengan baik (unserved consumer) dan segmen yang sudah terlayani, namun PGIB memiliki keunggulan untuk merebut sebagian pasar. Peluang pasar dilihat dari posisi supply-demand beras untuk masing-masing segmen. Peluang pasar PGIB dapat dapat dirumuskan sebagai berikut :

MOus = Dsi – Ssi MOe = %Id x D

MOtotal = MOus + MOe

Kualitas Harga

I

II

III

IV

(45)

Dimana :

MOtotal = Peluang pasar total yang bisa diraih.

MOus = Peluang pasar untuk segmen yang tidak terlayani (unserved consumer) MOe = Perkiraan peluang pasar akibat pertumbuhan permintaan.

Dsi = Permintaan (demand) segmen i Ssi = Penawaran (supply) segmen i %Id = persen pertumbuhan permintaan

Market share suatu perusahaan atau industri dihitung berdasarkan proporsi pasar (konsumen) yang berhasil dilayani dari keseluruhan ukuran pasar (konsumen). Untuk menghitung market share digunakan data penjualan perusahaan atau dalam kasus ini prediksi penjualan PGIB dibandingkan dengan penjualan total dalam pasar beras, sebagai berikut :

Market share = Proyeksi Penjualan x 100 % Ukuran Pasar

f. Komposisi Produksi Optimum dan Total Profit

Penentuan komposisi produksi optimum dilakukan untuk memperoleh profit optimum dengan batasan-batasan (constrain) bahan baku, kapasitas produksi, dan pasar. Variasi bahan baku yang bisa digunakan ada empat tingkatan mutu yaitu bahan baku grade A, B, C, dan D. Kualitas beras yang dapat diproduksi antara lain beras kualitas I, II, dan III. Saluran pemasaran yang mungkin digunakan untuk memasarkan produk beras adalah pasar tradisional dan supermarket.

Ketiga variabel tersebut menghasilkan 24 kombinasi dengan profit yang berbeda-beda (Tabel 2). Kombinasi optimum dicari untuk memperoleh profit yang optimum dari kombinasi dan batasan yang ada. Jumlah masing-masing kombinasi bahan baku, produk dan pasar ditentukan menggunakan metode Linear Programming dengan bantuan software LINDO. Rumusan Linear Programming untuk penentuan komposisi produksi optimum adalah sebagai berikut :

Fungsi Max Total Profit (Z) = ( µi x Qi ) n

(46)

Fungsi Pembatas :

(1)Kapasitas : Qi Qkap (2)Bahan Baku :

Qi QA Qi QC

Qi QB Qi QD

(3)Pasar :

Qgenap QS Qganjil QPT Dimana :

Qi = Jumlah produksi kombinasi ke-i µi = Profit untuk kombinasi ke-i n = Jumlah kombinasi

Qkap = Kapasitas produksi beras

QA = Jumlah batasan bahan baku grade A QB = Jumlah batasan bahan baku grade B QC = Jumlah batasan bahan baku grade C QD = Jumlah batasan bahan baku grade D

Qgenap = Jumlah total dari produksi kombinasi-kombinasi genap (saluran supermarket)

Qganjil = Jumlah total dari produksi kombinasi-kombinasi ganjil (saluran pasar tradisional)

QS = Jumlah batasan produk beras yang dapat dipasarkan melalui supermarket

QPT = Jumlah batasan produk beras yang dapat dipasarkan melalui pasar tradisional.

n i=1

i=1 6

i=7 12

18

i=13

24

(47)

Tabel 2. Alternatif kombinasi bahan baku, produk dan pasar:

Pemasaran Kombinasi (i) Kode

(48)

IV. GAMBARAN UMUM

Studi kelayakan merupakan sesuatu yang terintegrasi. Untuk memahami studi kelayakan PGIB Bulog secara menyeluruh dibutuhkan pengetahuan terhadap analisis kelayakan masing-masing aspek meliputi aspek bahan baku, produk, penetapan level teknologi, teknis teknologis, manajemen, lingkungan, hukum, pemasaran, dan finansial. Berdasarkan hasil kajian tim studi kelayakan PGIB F-Techno Park, Bantacut et al (2006) dapat diberikan gambaran mengenai beberapa aspek kelayakan PGIB selain pemasaran.

4.1 Potensi Dan Karakteristik Bahan Baku 4.1.1 Potensi Bahan Baku

Permasalahan utama yang dijumpai dalam proses pengolahan gabah/beras antara lain: (i) mutu gabah masih rendah karena sistem budidaya yang tidak menggunakan paket teknologi yang lengkap, serta penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik, (ii) panen raya yang terjadi pada musim hujan dengan volume yang banyak dalam waktu yang bersamaan akan menyulitkan petani untuk melakukan pengeringan dan penyimpanan, (iii) sebagian besar penggilingan padi tidak dilengkapi dengan alat pengering mekanis (dryer) dan pengeringan dengan sinar matahari menggunakan lamporan kurang baik karena sangat tergantung pada cuaca yang sering hujan, (iv) umumnya teknologi dan alat / mesin pengolahan padi/beras yang digunakan sudah tua (ketinggalan) dan sifatnya tidak terpadu sehingga efisiensinya rendah, dan (v) limbah sekam dan dedak hasil pengolahan gabah/beras belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal.

(49)

Kondisi lahan sawah di daerah ini sangat subur dan sebagian besar beririgasi teknis sehingga produktivitas lahan sangat tinggi. Lahan persawahan dengan pengairan teknis mencapai sekitar 50 persen luasan kabupaten di sekitar pantura, sedangkan sisanya daerah permukiman, industri dan persawahan dengan pengairan semi teknis dan tadah hujan. Kabupaten Karawang memiliki lahan persawahan yang luas yaitu sekitar 75 persen daerah merupakan lahan persawahan dengan pengairan teknis. Daerah Indramayu memiliki sekitar 80 persen lahan persawahan. Tabel 3 menunjukkan luas panen dan produksi di beberapa kabupaten sekitar Tambun yang potensial sebagai daerah sentra padi. Sebaran masa panen diperlihatkan pada Tabel 4. Dengan demikian, dapat diperkirakan jumlah produksi bahan baku penggilingan beras terutama gabah sangat besar.

Tabel 3. Luas panen dan produksi di beberapa kabupaten sekitar Tambun per

Jumlah Daerah Pantura 310,317 59,635

2. Daerah Lainnya

Jumlah Daerah Lainnya 872,128 170,516

Jumlah Jawa Barat 1,182,445 230,151

Gambar

Gambar 2. Lima faktor persaingan (Porter, 1985)
Gambar 4. Tahapan studi kelayakan aspek pemasaran pendirian PGIB Bulog
Tabel 2. Alternatif kombinasi bahan baku, produk dan pasar:
Tabel 3. Luas panen dan produksi di beberapa kabupaten sekitar Tambun per
+7

Referensi

Dokumen terkait

Output SPSS Analisis Uji Beda Rata-rata Karakteristik Respoden, Produktivitas Jahe Emprit, Harga Jual Jahe Emprit Petani Mitra dan Petani Non Mitra. status_kemitraan N Mean

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data populasi, persebaran spesies Dipterocarpaceae dan perubahan keragaman struktur flora pohon yang terjadi di

Konfigurasi APN provider GSM bertujuan agar perangkat GPS GT06 yang telah terpasang kartu dapat terkoneksi dengan internet. Konfigurasinya yaitu dengan cara

Masukan dari User Keluaran yang diharapkan Keluaran yang dihasilkan Kesimpulan Memilih menu Lemburan, Input.

Penggunaan navigasi situs sangat mudah, yaitu dengan meng-klik sebuah link mengenai pembahasan materi yang diinginkan maka pembahasan materi tersebut akan langsung ditampilkan

Karena analisis perubahan tutupan lahan ini membutuhkan pengambilan data yang repetitif, citra pengideraan jauh yang berasal dari Enhanced Thematic Mapper/Thematic Mapper