• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Perspektif Efektifitas Program Bantuan Stimulan Perumahan

2. Struktur Sosial dan Sistem Sosial

Menurut Talcott Parsons berpendapat bahwa struktur sosial adalah keterkaitan antarmanusia. Struktur sosial dapat diartikan sebagai jalinan unsur-unsur sosial yang pokok. Struktur social mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.

Struktur merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih tetap dan mantap, yang terdiri dari jaringan relasi-relasi sosial hierarkis dan pembagian kerja, serta dilandasi oleh kaidah-kaidah, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai sosial budaya. Setiap manusia terkait dengan struktur masyarakat di mana ia menjadi anggotanya. Artinya, setiap orang termasuk ke dalam satu atau lebih kelompok, kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, dan wewenang yang terdapat di dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai beragam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lain-lain, serta pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu pun juga beragam. Untuk memenuhinya, manusia memerlukan interaksi sosial dengan pihak lain atau lembaga yang menyediakannya. Interaksi sosial merupakan salah satu wujud dari sifat manusia yang hidup bermasyarakat. Sebagai anggota masyarakat, manusia tertata dalam struktur sosial atau jaringan unsur-unsur sosial yang ada dalam masyarakat. Unsur-unsur itu mencakup kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, dan wewenang.

Kemudian, unsurunsur tadi berhubungan dengan berbagai segi kehidupan, seperti

ekonomi, politik, hukum, sosial dan lain-lain, serta saling memengaruhi.

Misalnya, segi ekonomi selalu berhubungan dengan politik, segi politik selalu berhubungan dengan hukum, dan seterusnya.

b. Kelas Sosial.

Menurut Peter Beger (1993) mendifinisikan kelas sebagai “a type of stratification in which one’s general position in society is basically determined by economic criteria” seperti yang dirumuskan Max dan Weber, bahwa konsep kelas dikaitkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi, maksudnya disini adalah bahwasannya pembedaan kedudukan seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi. Yang mana apabila semakin tinggi perekonomian seseorang maka semakin tinggi pula kedudukannya, dan bagi mereka perekonomiannya bagus (berkecukupan) termasuk kategori kelas tinggi (high class), begitu juga sebaliknya bagi mereka yang perekonomiannya cukup bahkan kurang, mereka termasuk kategori kelas menengah ( middle class ) dan kelas bawah ( lower class).

Bernard Barber (1993) mendefinisikan kelas sosial sebagai sebagai himpunan keluarga-keluarga. Menurutnya, bahwa kedudukan seorang anggota keluarga dalam suatu anggota kelas terkait dengan kedudukan anggota keluarga lain. Bilamana seorang kepala keluarga atau anggota keluarga menduduki suatu status tinggi maka status anggota keluarga yang lain akan mendapatkan status yang tinggi pula. Sebaliknya apabila status kepala keluarga mengalami penurunan maka menurun pula status anggota keluarganya.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli sosiologi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kelas sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis), yang mana terjadinya pembedaan kelas dalam masyarakat tersebut didasarkan pada faktor ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan keterkaitan status (jabatan) seorang anggota keluarga dengan status anggota keluarga yang lain, bilamana jabatan kepala keluarga naik, maka status anggota keluarga yang lain ikut naik pula.

Adapun perwujudannya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah .

Menurut Paul B Waston (2007) faktor yang menyebabkan seseorang tergolong kedalam suatu kelas sosial tertentu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Kekayaan dan penghasilan

Uang diperlukan pada kedudukan kelas sosial atas. Untuk dapat memahami peran uang dalam menentukan kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada dasarnya kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut cara hidup orang berkelas sosial atas.

Mereka mampu membeli rumah mewah, mobil, pakaian, dan peralatan prabot rumah yang berkelas dan harganya mahal, namun tidak saja hanya berdasarkan materi akan tetapi cara bersikap juga menentukan kelas sosial mereka. Uang juga memiliki makna yang lain, misalnya penghasilan seseorang

yang diperoleh dari investasi lebih yang diperoleh dari tunjangan pengangguran. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan profesional lebih berfungsi daripada penghasilan yang berwujud upah pekerjaan kasar.

Sumber dan jenis penghasilan seseorang inilah yang memberi gambaran tentang latar belakang keluarga dan kemungkinan cara hidupnya. Jadi, uang memang merupakan determinan kelas sosial yang penting, hal tersebut sebagian disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran tentang latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang.

2. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan determinan kelas sosial lainnya. Pekerjaan juga merupakan aspek kelas sosial yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Jika dapat mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, teman bergaul, jam bekerja, dan kebiasaan sehariharinya. Kita bahkan bisa menduga selera bacaan, selera tempat berlibur, standar moral dan orientasi keagamaannya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang sangat berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Keseluruhan cara hidup seseoranglah yang pada akhirnya menentukan pada kelas sosial mana orang itu digolongkan. Pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik untuk mengetahui cara hidup

seseorang. Oleh karena itu juga pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik untuk mengetahui kelas sosial seseorang.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap lahirnya kelas sosial dimasyarakat, hal ini disebabkan karena apabila seseorang mendapatkan pendidikan yang tinggi maka memerlukan biaya dan motivasi yang besar, kemudian jenis dan tinggi- rendahnya pendidikan juga mempengaruhi jenjang kelas sosial. Pendidikan juga bukan hanya sekedar memberikan kerampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara hingga perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang.

c. Sistem Sosial

Teori sistem sosial pertama kali diperkenalkan oleh seorang sosiolog Amerika, Talcot Parsons. Konsep sistem sosial merupakan konsep relasional sebagai pengganti konsep eksistensional perilaku sosial. Konsep struktur sosial digunakan untuk analisis yang abstrak, sedangkan konsep sistem sosial merupakan alat analisis realitas sosial sehingga sistem sosial menjadi suatu model analisis terhadap organisasi sosial. Konsep sistem sosial adalah alat pembantu untuk menjelaskan tentang kelompok - kelompok manusia. Model ini bertitik tolak dari pandangan bahwa kelompok - kelompok manusia merupakan suatu sistem.

Tiap - tiap sistem sosial terdiri atas pola - pola perilaku tertentu yang mempunyai struktur dalam dua arti, yaitu :

1. Relasi, relasi sendiri antara orang - orang bersifat agak mantap dan tidak cepat berubah;

2. Perilaku - perilaku mempunyai corak atau bentuk yang relatif mantap.

Parsons (1962) menyusun strategi untuk analisis fungsional yang meliputi semua sistem sosial, termasuk hubungan berdua, kelompok kecil, keluarga, organisasi kompleks dan juga masyarakat keseluruhan. Sebagai suatu sistem sosial, ia mempunyai bagian yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya di dalam satu kesatuan. Kesemuanya saling mengkait satu sama lain dalam kebudayaan yang saling menguntungkan.

Dalam suatu sistem sosial, paling tidak harus terdapat empat hal, yaitu : 1. Dua orang

2. Terjadi interaksi di antara mereka 3. Bertujuan

4. Memiliki struktur, simbol dan harapan-harapan bersama yang dipedomaninya Lebih lanjut Parsons (1962) mengatakan bahwa sistem sosial tersebut dapat berfungsi apabila dipenuhi empat persyaratan fungsional, yaitu :

1. Adaptasi, menunjuk pada keharusan bagi sistem -sistem sosial untuk menghadapi lingkungannya.

2. Mencapai tujuan, merupakan persyaratan fungsional bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan - tujuannya (bersama sistem sosial).

3. Integrasi, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interelasi antara para anggota dalam sistem sosial.

4. Pemeliharaan pola - pola tersembunyi, konsep latensi (latency) pada berhentinya interaksi akibat keletihan dan kejenuhan sehingga tunduk pada sistem sosial lainnya yang mungkinterlibat.

Model persyaratan fungsional Parsons ini dapat digunakan untuk menganalisis interaksi di antara pola - pola institusional utama di dalam sistem - sistem sosial yang lebih besar. Sistem sosial terdiri atas satuan - satuan interaksi sosial. Unsur - unsur tersebut membentuk struktur sistem sosial itu sendiri dan mengatur sistem sosial. Unsur - unsur sistem sosial tersebut ada sepuluh yaitu :

1. Keyakinan (pengetahuan), 2. Perasaan (sentimen),

3. Tujuan, sasaran, atau cita - cita, 4. Norma,

5. Kedudukan peranan (status), 6. Tingkatan atau pangkat (rank), 7. Kekuasaan atau pengaruh (power), 8. Sangsi,

9. Sarana atau fasilitas,

10. Tekanan ketegangan (stress- strain)

Dokumen terkait