• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4.2 Paparan Data

4.2.1 Deskripsi dan Analisis Realitas Fiksi

4.2.1.1 Data I: Novel Max Havelaar Karya Multatuli

4.2.1.1.4 Struktur Transmisi Narasi

Struktur transmisi narasi novel MH karya Multatuli dimulai oleh pengenalan

narator Droogstoppel dengan klausa, “Saya adalah makelar kopi, dan tinggal di Lauriergracht No. 37, Amsterdam.” Klausa ini dihadirkan oleh pengarang sebagai penegasan bahwa Droogstoppel adalah seorang makelar kopi di Belanda. Hal ini diperlihatkan oleh pengarang dengan pemunculan klausa yang sama dan klausa yang sejenis yang bersubstansi sama: Droogstoppel adalah makelar kopi di Amsterdam, Belanda. Pemunculan klausa yang secara eksplisit menginformasikan status Droogstoppel sebagai makelar kopi berjumlah 17 kali pada halaman 11 (2 kali), 17, 19, 23, 36, 44, 61, 62, 63, 65, 66, 159, 171, 177, dn 349 (2 kali).

Pemunculan identitas Droogstoppel sebagai makelar kopi secara berulang memberi penegasan bahwa Droogstoppel bekerja sebagai makelar kopi profesional. Dengan kata lain, Droogstoppel tidak memiliki kapasitas untuk menuliskan isi parsel

Pria Berselendang. Oleh karena itu, Droogstoppel membuat MoU dengan Stern dan anak-anaknya agar dapat menuliskan isi parsel Pria Berselendang menjadi sebuah buku atas nama Droogstoppel. Pembuatan MoU ini pun memunculkan Stern sebagai narator yang menceritakan isi parsel Pria Berselendang. Isi parsel itu berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan pemerintah Hindia Belanda. Kehidupan di Hindia Belanda itu dialami sendiri oleh Multatuli yang dikenal oleh Droogstoppel dengan penamaan Pria Berselendang. Multatuli inilah yang menampilkan diri sebagai narator yang menutup cerita dalam novel MH.

Pemunculan Droogstoppel, Stern, dan diakhiri oleh Multatuli sebagai narator dalam novel MH berisiko pada kehadiran dua hal, yaitu sudut pandangan penceritaan

dan strategi pengalihan narator. Sudut pandang penceritaan dimunculkan oleh orang pertama tunggal, “saya” untuk ketiga narator. Narator pertama dan narator ketiga menggunakan “saya” sebagai sudut pandang orang pertama pelaku utama. Akan tetapi, pendampingan identitas ini tidak terjadi pada pemunculan terakhir di mana Droogstoppel menyembunyikan diri dalam klausa, “Pria Berselendang itu dan istrinya....” (MH:386)

Di samping itu, sudut pandang orang pertama juga digunakan oleh pengarang sebagai sudut pandang pengarang serba tahu. Kata “saya” digunakan oleh pengarang untuk penanda Stern dalam penilaian namun tidak digunakan oleh pengarang ketika Stern menceritakan keadaan Hindia Belanda. Pada saat menceritakan Hindia Belanda, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan kata “dia” atau nama diri tokoh utamanya, “Havelaar”.

Secara skematis, pemunculan narator dalam novel MH dapat disistematiskan

pada gambar 4.1. Skema struktur transmisi narasi novel tersebut menghadirkan tiga orang narator, yaitu Droogstoppel yang berprofesi sebagai makelar kopi, Stern yang berprofesi sebagai pegawai usaha dagang Droogstoppel, dan Multatuli yang berprofesi sebagai penulis freelance dan baru kembali dari Hindia Belanda. Dari

ketiga narator tersebut, Droogstoppel berfungsi sebagai penguasa suara narator dalam proses penulisan novel sehingga dia selalu muncul di sembarang tempat dalam penarasian Stern. Stern sendiri berfungsi sebagai narator yang menceritakan realitas historis Hindia Belanda. Peran Stern tidak dapat dihentikan oleh Droogstoppel tetapi dapat dihentikan oleh Multatuli. Hal ini disebabkan Muktatuli bertindak sebagai pemesan novel sehingga dapat menghentikan penarasian Stern dan Droogstoppel.

Secara skematik, kehadiran ketiga narator dalam novel MH dapat

11-19 I 20-30 II 31-42 III 43-66 IV V 67-86 VI 87-107 VII 108-131 VIII 132-155 159-170 156-158 171-177 X XI 178-200 XII 201-214 XIII 215-231 XIV 232-267 XV 268-286 297-307 287-297 XVII 308-339 349-356 340-348 357-369 IX 357-369 370-386 386 386-389

Gambar 4.1: Skema Struktur Transmisi Narasi Novel Max Havelaar Karya Multatuli Narator I: DROOGSTOPPEL Narator II: STERN Narator III: MULTATULI

XVI

IX

XVIII

XX

Keterangan Gambar:

Garis pengalihan dan penguasaan narator Garis pengalihan narator

Garis penghubung antarbab atau antarkelompok bab novel Garis penanda kewenangan terbatas narator

atau Garis penanda kewenangan penuh narator Angka Arab Penanda penomoran halaman

Angka Rumawi Penanda penomoran narator dan bab

Berdasarkan uraian di atas, struktur transmisi narasi novel MH karya

Multatuli dapat dibagi atas tiga narator. Ketiga narator itu adalah:

(1)Narator pertama adalah Droogstoppel. Narator ini ditampilkan secara penuh pada bab I, II, III, dan IV. Kemudian, narator ini ditampilkan secara tidak penuh pada bab XIX, XVI, XVIII, dan XX. Droogstoppel adalah narator pertama yang berprofesi sebagai makelar kopi dan mendapat hak sebagai pemegang MoU penulisan buku. Sebagai pemegang MoU, Droogstoppel memiliki keleluasaan tampil menyelingi pemunculan narator kedua. Bahkan, Droogstoppel tidak hanya tampil sebagai narator yang menceritakan keadaan negeri dan masyarakat Belanda, keadaan keluarga dan tetangganya, serta Pria Berselendang, melainkan

juga melakukan kritik dan saran terhadap cara narator kedua menceritakan problematika Keresidenan Lebak. Pemeranan Droogstoppel sebagai narator pertama baru berhenti ketika Multatuli tampil sebagai narator ketiga pada akhir cerita. Dengan demikian, pengarang menempatkan Droogstoppel sebagai seorang makelar, baik dalam perdagangan kopi maupun penulisan novel.

(2)Narator kedua adalah Stern. Narator ini ditampilkan secara penuh pada bab V, VI, VIII, VIII, XI, XI, XI, XIII, XIV, XV, dan XVII. Sebaliknya, pada bab IX, XVI, XVIII, dan XX narator kedua tampil berbagi ruang penceritaan dengan narator pertama dan pada bab XX berbagi dengan narator kedua dan narator ketiga. Pemunculan narator kedua dimulai oleh pengarang secara bertahap.

Tahap pertama, Stern muncul dalam narasi narator pertama. Stern berposisi

sebagai tokoh antagonis sedangkan Droogstoppel sebagai narator pertama berposisi sebagai tokoh protagonis. Tahap kedua, Stern muncul dalam narasi

narator kedua, yakni dirinya sendiri. Di sini, Stern muncul menggunakan kata ganti “saya” untuk memberi penilaian atas penceritaannya dan mensugesti pembaca atas bacaan hasil karyanya. Pada tahap kedua ini, penceritaan Hindia Belanda belum berdiri sendiri secara utuh karena begitu muncul langsung diberi penilaian oleh naratornya, Stern. Tahap ketiga, Stern menghilangkan diri dari

penceritaan narator kedua sehingga Havelaar dapat memunculkan diri secara penuh dalam penceritaan. Di sini, pengarang menggunakan sudut pandang pengarang serba tahu dalam penceritaannya.

(3) Narator ketiga adalah Multatuli. Pemunculan narator ketiga ini sudah diberi penanda oleh pengarang sejak fase narator pertama. Pada fase narator pertama, Multatuli dihadirkan dengan penanda nama Pria Berselendang yang diberikan oleh Droogstoppel. Pemunculan Multatuli berlanjut pada fase narator kedua di mana Pria Berselendang belum membuka identitas diri sebagai Multatuli. Pada fase narator kedua, Multatuli yang dikenal sebagai Pria Berselendang bertemu dengan Stern. Pertemuan ini berimplikasi pada keteguhan Stern untuk menulis buku atas nama Droogstoppel. Penulisan buku baru berhenti pada fase narator ketiga di mana Multatuli sebagai pengarang menjadi narator ketiga yang menghentikan Stern menulis buku tentang Multatuli dan Hindia Belanda. Penghentian ini dapat diidentifikasi dari kutipan berikut ini.

Cukup, Stern yang baik! Saya, Multatuli, mengangkat pena. Kau tidak perlu menulis kisah hidup Havelaar. Saya telah memanggilmu dalam kehidupan... saya membawamu dari Hamburg... saya telah mengajarkanmu menulis tulisan indah Belanda dalam waktu singkat... saya biarkan kau mencium Louise Rosemeyer, yang berkecimpung di gula... Cukup, Stern, kau boleh pergi! (MH:386)

Berdasarkan penjelasan di atas, novel NH karya Multatuli dibangun oleh

sudut pandang orang pertama, “saya” dan “kami”. Sudut pandang orang pertama digunakan oleh tiga narator, yakni Droogstoppel, Stern, dan Multatuli. Dari tiga narator ini, Droogstoppel bertindak sebagai narator utama yang menerima pesanan dari narator ketiga dan memberi kuasa pesanan kepada narator kedua. Oleh karena itu, Multatuli sebagai narator pemesan cerita menemui Droogstoppel untuk menjadi narator utama. Akan tetapi, Droogstoppel bertahan pada status quonya sebagai

makelar kopi sehingga meminta rekanan dagangnya, Stern, untuk menjadi pelaksana pemesanan cerita dengan mengikat peran pelaksana pemesanan cerita dengan sebuah MoU.

Berdasarkan MoU, narator kedua menjalankan fungsi pencerita untuk menuliskan isi parsel Pria Berselendang. Meskipun bekerja di bawah aturan MoU, tetapi narator kedua tidak memperoleh kebebasan dalam mengerjakan pesanan novel tersebut. Hal ini disebabkan narator pertama selalu merasa tidak puas dengan pekerjaan narator kedua dan narator ketiga pun dipandang perlu untuk hadir menjelaskan maksudnya memberikan parsel kepada narator pertama. Dengan demikian, ketiga narator dalam novel MH memiliki ketergantungan satu sama lain

dalam mengungkapkan persekongkolan elite birokrasi pemerintahan Hindia Belanda di Keresidenan Lebak.

4.2.1.2Data II: Novel Berpacu Nasib di Kebun Karet Karya M.H. Székely-Lulofs

Dokumen terkait