• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi kasus : Dampak dari pelatihan pada penyebaran dan aplikasi

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 47-52)

pengetahuan di kalangan akademis pada institusi pendidikan di Malaysia.

Case study ini meneliti tentang dampak dari program pengembangan profesional yang dilakukan oleh Akademi Kepimpinan Pengajian Tinggi Malaysia (AKEPT). Program AKEPT bertanggung jawab dalam mengembangkan program kepemimpinan dalam pengajaran dan pendidikan dari sektor pendidikan tinggi pada sektor swasta dan pemerintah di Malaysia.

Program pengembangan pelatihan profesional yang ditawarkan oleh AKEPT melayani beberapa aspek, seperti menjelaskan tugas dari sesama rekan pendidik dan meneliti bagaimana dukungan dari staff akademis kepada satu dengan yang lain, lebih lanjut AKEPT juga mempertimbangkan tentang program pelatihan ulang dan pengembangan program beasiswa di kalangan akademis yang merupakan prioritas utama di banyak perguruan tinggi, AKEPT juga melayani bagaimana hasil kerja akademis dapat diketahui, dinilai dan dihargai dan seberapa baik program pengembangan akademis dapat dilakukan, dan terakhir AKEPT memberikan wawasan mengenai kepercayaan dan perilaku mengenai proses belajar mengajar di kelas kepada pihak akademis melalui praktek-praktek pedagogi yang mereka anut.

Data survei dikumpulkan dari 519 bagian akademis dari sektor swasta dan pemerintah dari pelatihan yang diadakan oleh program pengembangan profesional AKEPT yang diadakan dari tahun 2008 dan 2009. Orang-orang yang mengikuti program pelatihan AKEPT adalah pihak akademis perguruan tinggi baik dari sektor swasta dan.

53

Responden yang dipilih dari 5 pangkat akademis : professor, rekan professor, pembicara senior, pembicara, dan asisten pembicara. Semua kuisioner didistristribusikan kepada responden setelah para responden telah menyelesaikan program pelatihannya.

Dari hasil kuisioner didapatkan 65% data didapatkan dari responden pria dan 35% didapatkan dari responden wanita. Dan hampir 40% dari responden berumur diantara 35-40 tahun. Data juga menunjukkan bahwa hampir 49% dari responden mempunyai masa kerja lebih dari 5 tahun. Dari kelima group, pembicara menempati urutan pertama 46,8%, diikuti dengan pembicara senior (19,1%), rekan professor (13,9%), asisten pembicara (13,1%), dan professor (6,9%).

Untuk meneliti mengenai proses penyebaran dan aplikasi dari program pelatihan, data difokuskan pada level 3 ( perubahan perilaku) dari Kirkpatrick's model (1994). perubahan perilaku dianalisa dengan membandingkan perubahan dalam perilaku yang diterima sebelum dan setelah selesai program pelatihan. Dan untuk kepentingan triangulasi data, responden diharapkan untuk menjawab 3 permasalahan pokok : kompetensi akademisi, bahan-bahan pengujian untuk supervisor, dan bahan pengujian untuk siswa.

Responden diharapkan untuk merespon dari 10 hal utama yang dijadikan sebagai indikator untuk menjelaskan tentang proses penyebaran pengetahuan yang berhubungan dengan proses pengajaran harian. 10 hal tersebut adalah :

1. Bertanya kepada rekan sejawat untuk ide-ide atau saran-saran 2. Mengimbangi perubahan pada proses perubahan di organisasi 3. Keterlibatan rekan sejawat dalam proses perubahan.

54

4. Keterlibatan dalam perubahan di unit kerja atau divisi

5. Keterlibatan dari rekan sejawat dalam proses belajar dan mengajar. 6. Keenganan dalam mengambil keputusan

7. Mengadakan rapat dalam group

8. Keyakinan dalam pengambilan keputusan

9. Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah rencana menjadi aksi

10. Waktu yang dibutuhkan untuk merefleksikan konsekuensi dari pengambilan keputusan

2.17.1 Hasil dan kesimpulan

Hasil dari analisa statistik t-test didapatkan ada 3 dari 10 perilaku yang mempunyai faktor yang mempengaruhi hasil dari pelatihan dan penyebaran pengetahuan. Faktor-faktor tersebut adalah mengimbangi perubahan pada proses di organisasi, keterlibatan unit/ divisi dalam proses perubahan dan keyakinan dalam pengambilan keputusan.

Pada poin mengimbangi perubahan pada proses di organisasi, kebanyakan dari responden mengisi formulir tindak lanjut dari pelatihan dilakukan sesudah program AKEPT dibandingkan sebelum program AKEPT. Ternyata hasil dari pelatihan yang dilakukan oleh AKEPT dapat memberikan arahan yang lebih baik bagi peserta untuk melakukan pembandingan dan penyeimbangan dalam proses belajar mengajar mereka, untuk memastikan mereka selalu diperbaharui oleh perubahan praktek belajar mengajar terus menerus. Dalam kasus ini, guru yang produktif adalah guru yang mampu menciptakan lingkungan belajar untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa. Mereka dapat membuat iklim yang

55

kondusif dimana siswa dapat menikmati proses belajar dan mereka dapat menguasai apa yang harusnya mereka kuasai.

Untuk poin mengenai keterlibatan dalam perubahan unit atau divisi, peserta menyatakan bahwa mereka diberikan kesempatan yang lebih dalam perubahan yang dilakukan di dalam unit / divisi belajar mengajar mereka setelah berakhirnya program AKEPT. Bahkan persentase meningkat dari 38% ke 51% . Ini mungkin diakibatkan oleh pengakuan dari atasannya akan nilai dari pengetahuan dan keahlian yang didapatkan oleh partisipan dalam pelatihan. Dalam hal ini, penyebaran pengetahuan pada saat pelatihan dapat mempengaruhi perubahan dalam praktek belajar mengajar. Ini dapat dilakukan ketika guru mengenal diri mereka sendiri sebagai individual dan dapat beradaptasi dengan karakteristik unik dari setiap situasi dan konteks yang mereka ajarkan.

Untuk poin mengenai keyakinan dalam pengambilan keputusan, kebanyakan dari peserta menjawab bahwa keyakinan mereka meningkat setelah program AKEPT mereka ikuti. Dalam hal bertanya kepada rekan sejawat untuk ide atau saran, kebanyakan dari responden menjawab tidak ada perubahan dalam hal bertanya kepada rekan sejawat untuk ide atau saran.

Masalah Budaya adalah tantangan dalam inisiatif manajemen perubahan pada banyak perguruan tinggi dikarenakan banyak anggota dari fakultas merasa bahwa pengetahuan adalah hak milik dan sesuatu yang tidak dapat dibagikan secara bebas. Ini disebabkan karena rasa superioritas dari pengetahuan yang dirasakan dimiliki oleh peserta dibandingkan oleh peserta lainnya setelah menghadiri program yang menghambat mereka untuk berkonsultasi dengan peserta lainnya.

56

Pada poin keterlibatan dari rekan sejawat dalam proses belajar mengajar, data menyatakan bahwa kurang kolaborasi dan pembagian pengetahuan diantara pihak akademis. Kebanyakan dari peserta tidak berkonsultasi dengan rekan sejawat mereka setelah berakhirnya program AKEPT. Ini dapat disebabkan karena keyakinan yang peserta rasakan setelah mengikuti program yang membuat mereka merasa superior dalam hal pengetahuan dibandingkan dengan rekan sejawat mereka.

Pada poin memperbolehkan rekan sejawat terlibat dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan dari peserta tidak melibatkan rekan sejawatnya dalam proses belajar mengajar. Kemungkinan ini dapat diakibatkan karena mereka merasa percaya diri setelah mengikuti program dan merasa superior dalam pengetahuan dibandingkan dengan rekan mereka.

Pada poin keengganan dalam membuat keputusan, kebanyakan dari peserta memprediksikan tinggi atau tidak berubah sebelum dan sesudah program AKEPT dilaksanakan. Hal ini mungkin dari keuntungan yang didapatkan dari pelatihan yang mempengaruhi mereka untuk tidak menunda-nunda dalam mengajar dan untuk berpartisipasi dalam aktifitas riset.

Untuk poin mengadakan rapat dalam group didapatkan hasil tidak berubah sebelum dan sesudah pelatihan AKEPT. Ini disebabkan bahwa akibat dari pelatihan yang membuat mereka menjadi pemimpin yang visioner yang membuat opini dikalangan mereka bahwa konsultasi dengan rekan sejawat adalah hal yang membuang waktu karena mereka dapat mengatasi masalah mereka sendiri.

Pada poin yang mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mengubah rencana menjadi aksi, responden banyak yang menjawab bahwa mereka sekarang

57

menggunakan pendekatan yang lebih terencana pada pengambilan keputusan yang kemudian dibandingkan sebelum (45%) dan sesudah (48%) pelatihan AKEPT. Walaupun ini menunjukkan kenaikan yang sedikit, tetapi ini akan membentuk peserta agar lebih sistemasi dalam usaha belajar dan mengajar mereka.

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 47-52)

Dokumen terkait