• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus di TPS Desa Cilowong

Dalam dokumen Bantenesia - FISIP Untirta Repository (Halaman 41-67)

oleh : Agus Sjafari

Pendahuluan

Masyarakat sebagai sebuah sistem sosial ternyata memiliki unsur-unsur yang berbeda jenis, berbeda fungsi, berbeda peran dan banyak lagi perbedaan lainnya. Sebagai sebuah sistem, perbedaan diantara unsur-unsur tersebut memiliki keterkaitan, memiliki hubungan, yang akhirnya menciptakan sebuah satu kesatuan yang terintegrasi.

Secara lebih spesifik bahwa dalam masyarakat terdapat berbagai jenis fungsi dan peran yang dimainkan dan dimiliki oleh anggota masyarakat, antara lain : peran sebagai dosen, pegawai negeri sipil, pengusaha, pengamen, pekerja sek komersial sampai dengan pekerja sebagai pemulung sampah.

Jenis pekerjaan yang terakhir di atas oleh sebagian kalangan dianggap sebagai pekerjaan yang menjijikkan dan kotor. Hal tersebut

28 | B A N T E N E S i A

dikarenakan mulai dari performance dan lingkungan kerjanya di tempat yang sangat kotor. Bayangkan saja bahwa lingkungan tempat kerja para pemulung adalah lingkungan yang sarat dengan barang bekas seperti halnya botol-botol bekas, mainan bekas, plastik bekas, kayu bekas, kerta serta apa saja yang identik dengan kategori ‚bekas‛.

Meskipun demikian, sejelek apapun atatus yang melekat pada diri seorang pemulung, pada dasarnya jenis pekerjaan tersebut ternyata sangat membantu masyarakat dilihat dari konteks sistem sosial. Ternyata dengan berperannya seorang pemulung, segala bentuk kotoran dan barang bekas rumah tangga dan pabrik-pabrik dapat dimanfaatkan kembali. Karena dengan peran pemulung tersebut proses daur ulang dapat berjalan. Tanpa adanya peran pumulung tersebut maka segala bentuk kotoran dari barang-barang bekas tersebut akan mengotori rumah tangga, kompleks-kompleks perumahan dan tidak dapat dimanfaatkan kembali. Artinya teori tentang sistem sosial yang mengatakan bahwa unsur-unsur dalam masyarakat tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya ternyata terbukti melalui contoh dari peran pemulung tersebut. Tanpa ada peran pemulung tersebut, maka akan mengganggu terhadap kesatuan masyarakat tersebut.

Salah satu yang sangat menarik dari peran pemulung tersebut adalah bahwa pemulung pada dasarnya merupakan sebuah kelompok informal yang didalamnya para anggotanya terdiri dari para pemulung

29 | B A N T E N E S i A

tersebut. Adanya keterkaitan senasib dan sepenanggungan sebagai pekerja dalam bidang yang sama, kemudian diantara mereka membentuk kelompok-kelompok tersendiri. Di sisi lain yang mendukung terciptanya kelompok-kelompok pemulung tersebut, dikarenakan eksistensi manusia sebagai mahluk sosial.

Pemulung sebagai mahluk sosial, juga tidak bisa dilepaskan dari

orang-orang lain, khususnya teman – teman sejawat sebagai pemulung.

Mereka pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri-sendiri terlepas dari orang lain. Segala kebutuhan yang mereka ingin dapat terpenuhi melalui kerja sama dan interaksi dengan orang. Sebagai kelompok informal, tentunya di dalamnya juga berlangsung adanya dinamika kelompok. Artinya bahwa dalam kelompok tersebut berlaku beberapa ciri atau karakteristik dari dinamika kelompok. Meskipun beberapa karakteristik tersebut tidak seketat yang terjadi pada organisasi semi formal atau organisasi formal pada umumnya. Oleh karena itu sangatlah menarik untuk mengkaji kelompok informal pemulung tersebut dalam perspektif dinamika kelompok, guna engetahui lebih jauh tentang kelompok pemulung tersebut.

TPS Cilowong merupakan salah satu tempat pembuangan sampah terbesar untuk wilayah Provinsi Banten. Karena merupakan TPS terbesar itulah, kemudian menjadi daya tarik bagi para pemulung untuk mengais mata pencahariannya melalui sampah tersebut. TPS tersebut merupakan sumber penghidupan bagi para pemulung untuk menafkahi

30 | B A N T E N E S i A

keluarganya. Sebagian besar dari mereka dengan dengan rela untuk berkotor-kotoran dan mengais rejeki melalui barang-barang bekas tersebut, kemudia masih berjuang untuk dapat mendapatkan hasil pencariannya agar dapat dijual kepada pengepul masing-masing.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti, sekitar 100-an pemulung yang menggantungkan hidupnya dengan tumpukan sampah tersebut. Artinya bahwa tumpukan sampah yang menggunung tersebut telah memberikan manfaat secara ekonomis kepada mereka. Hal yang sangat menarik untuk dianalisis adalah bahwa sebagaian besar dari mereka tetap hidup secara berkelompok, baik ketika mereka melakukan aktivitas kerjanya maupun di tempat tinggalnya, yang sebagian besar berstatus kontrakan.

Hal yang terpenting yang ingin di perdalam dalam penelitian ini adalah beberapa aspek yang terkait dengan pemulung dan keluarganya antara lain: kebutuhan bidang pendidikan, kondisi sosial budaya, kondisi ekonomi, kebutuhan fisik keluarga, dan peran organisasi eksternal dalam pemberdayaan pemulung dan keluarga. Melihat kehidupan mereka yang begitu unik tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk mengkaji kehidupan kelompok informal para pemulung tersebut dari perspektif beberapa kebutuhan yang melekat pada diri pemulung dan keluarganya.

31 | B A N T E N E S i A

Memahami Kelompok

Manusia dilahirkan sebagai mahluk sosial (gregariousness) yang

mengalami perkembangan dari dependen – independen –

interdependen. Ketika lahir dan selama hidup manusia sangat membutuhkan orang lain. Berdasarkan alasan tersebut akhirnya manusia membentuk kelompok. Kelompok merupakan interaksi antar anggota yang tersetruktur. Yang dimaksud dengan tersetruktur adalah terpola, tertaur dan berkelanjutan. Selain itu terdapat aturan yang berlangsung (Margono Slamet, 2006).

Sedangkan menurut Dorwin Cartwright & Alvin Zander (1968) merupakan sekumpulan dari individu-individu yang melakukan hubungan yang terus menerus dengan individu yang lain. Jenis hubungan tersebut berwujud adanya kehendak, keinginan, ketergantungan antar anggota dan sebagainya.

Setiap kelompok selalu mempunyai pemimpin, yang bertugas menjaga keteraturan mencapai tujuan individu dan bersama supaya sejalan. Hakikat pemimpin adalah kemampuan mempengaruhi orang lain. Pemimpin pada dasarnya mampu meyakinkan orang lain Jadi kepemimpinan adalah sifat-sifat dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Gannon : 1979).

Kelompok adalah dua atau lebih orang yang berhimpun atas dasar adanya kesamaan (tujuan, kebutuhan, minat, jenis) yang saling berinteraksi melalui pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan

32 | B A N T E N E S i A

bersama, dalam kurun waktu yang relatif panjang (Margono Slamet, 2006).

Lebih lanjut Margono Slamet (2006) menyatakan bahwa ciri-ciri kelompok tersebut antara lain:

1. Terdiri atas individu-individu, tidak harus selalu homogen, bisa beragam, tetapi mempunyai kerjasama, tujuan, kebutuhan, dan minat yang sama.

2. Saling ketergantungan antar individu. Ada kebutuhan yang dapat diisi atau dipenuhiatas kehadiran individu yang lain.

3. Partisipasi terus menerus dari individu. Ketika partisipasi dirasakan sebagai suatu kebutuhan, bukan keterpaksaaan, ini terjadi bila dia berpartisipasi bermanfaat untuk orang lain, begitu juga sebaliknya apabila orang lain berpartisipasi dan merasakan manfaatnya.

4. Mandiri, yang dimaksud adalah bagaimana kelompok mengatur dan

mengarahkan diri sendiri. Kalau kelompok mengatur diri berarti mengatur untuk mencapai kebutuhan anggota dan menggerakkan untuk kebutuhan itu. Agar kelompok efektif maka harus berorientasi kedalam, bukan keluar.

5. Ciri selektif. Selektif dalam keanggotaan, tujuan, dan kegiatan.

6. Keragaman yang terbatas, homogenitas yang akan dicapai. Makin homogen akan makin dinamis dan efektif.

33 | B A N T E N E S i A

Dinamika Kelompok

Dorwin Cartwright & Alvin Zander (1968) menyatakan bahwa

Group dynamics is a field of inquiry dedicatd to advancing kenowledge about the nature of groups, the laws of their development, and their interrelations with individuals, other groups and larger institutions”.

Berdasarkan konsep di atas, pada dasarnya dinamika kelompok merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan tentang keadaan dari kelompok, perkembangan dari kelompok tersebut, hubungan individu dalam kelompok tersebut serta hubungan dengan kelompok lain dalam konteks yang lebih luas. Artinya bahwa dalam dinamika kelompok mengkaji semua aspek yang berkaitan dengan kelompok tersebut, baik aspek yang bersifat internal dalam kelompok maupun aspek eksternal dari kelompok tersebut, aspek individu dalam kelompok maupun aspek dari kelompok itu sendiri.

Lebih lanjut Dorwin Cartwright & Alvin Zander (1968 : 23) menyatakan bahwa terdapat beberapa asumsi dasar mengenai dinamika kelompok antara lain:

1. Bahwa keberadaan kelompok tidak bisa dihindari dan berada dimana-mana. Artinya bahwa dalam komunitas manusia pasti akan membentuk kelompok-kelompok baik kelompok dalam ukuran besar maupun dalam ukuran kecil. Di sisi lain setiap manusia pasti akan berhadapan dan berurusan dengan kelompok, karena kelompok

34 | B A N T E N E S i A

dapat mengatur setiap kebutuhan dan kepentingan dari setiap individu;

2. Setiap kelompok akan mampu memobilisasi kekuatan yang mampu memberikan efek yang sangat penting bagi setiap individu. Setiap individu akan selalu mengidentifikasikan dengan kelompoknya, baik dalam keluarganya, pekerjaannya, lingkungan sosial dan sebagainya. Melalui kelompok, setiap individu akan meningkatkan kapasitas dan kualitas individunya agar dapat berkembang menjadi lebih baik. 3. Setiap kelompok juga menciptakan sebuah konsekuensi yang baik maupun

yang jelek. Kompleksitas yang ada dalam setiap kelompok tentunya memiliki konsekuensi terhadap hal-hal yang baik, tetapi di sisi lain juga membawa konsekuensi yang jelek. Misalnya saja dalam kelompok terdapat adanya interaksi, integrasi, konflik dan sebagainya. Melalui kepemimpinan dan koordinasi yang baik, kelompok tersebut mampu meminimalisasi hal-hal yang jelek dan memaksimalkan hal-hal yang pisitif.

4. Melalui adanya pengertian yang baik dari dinamika kelompokmembawa konsekuensi yang layak menjadikan kelompok tersebut menjadi lebih baik (kondusif). Melalui pengertian tentang dinamika kelompok , setiap kelompok memberikan pelayanan yang baik kepada anggotanya, selain itu melalui pengetahuan juga akan mampu merubah perilaku manusia bahkan lembaga-lembaga sosial. Artinya bahwa kelompok

35 | B A N T E N E S i A

memiliki kekuatan yang luar biasa untuk merubah perilaku individu bahkan perilaku masyarakat (komunitas).

Perkembangan setiap kelompok yang dimulai dan didasari oleh beberapa asumsi di atas semakin menempatkan kelompok tersebut memiliki pengeruh yang besar terhadap setiap orang; memberikan pengaruh terhadap setiap individu serta kelompok itu sendiri bahkan terhadap masyarakat yang lebih luas.

Kelompok dibentuk untuk mempermudah anggota-anggota mencapai sebagian apa yang dibutuhkan dan/atau dinginkan. Dengan kesadaran semacam itu setiap anggota menginginkan dan akan berusaha agar kelompoknya dapat benar-benar efektif dalam

menjalankan fungsinya, dengan meningkatkan mutu

interaksi/kerjasamanya dalam memanfaatkan segala potensi yang ada pada anggota dan lingkungannya untuk mencapai tujuan kelompok.

Dinamika kelompok adalah suatau keadaan dimana suatu kelompok dapat menguraikan, mengenali kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam situasi kelompok yang dapat membuka perilaku kelompok dan anggota-anggotanya. Dinamika kelompok merupakan tingkat kegiatan dan tingkat keefektifan kelompok dalam rangka mencapai tujuannya (Slamet, 2006).

Lebih Lanjut Margono Slamet (2006) menyatakan bahwa dalam psikologi sosial ada disebutkan kelompok mempunyai perilaku, demikian juga anggotanya yang dipengaruhi oleh 9 faktor/unsur. Faktor

36 | B A N T E N E S i A

ini berfungsi sebagai sumber energi bagi kelompok yang bersangkutan. Adanya keyakinan yang sama akan menghasilkan kelompok yang dinamis.

Dari beberapa konsep tentang kelompok di atas menunjukkan bahwa pemulung di TPS Cilowong merupakan sebuah kelompok yang memiliki ciri – ciri dan karakteristik kelompok, meskipun belum secara

ideal mampu menerapkan ciri – ciri sebagai kelompok yang terorganisir

secara baik

Analisis Kebutuhan

Sebagai bagian dari entitas sosial, pemulung di TPS Cilowong tidak terlepas dari beberapa kebutuhan dasar yang melekat pada dirinya. Kebutuhan dasar tersebut antara lain: kebutuhan fisik dan non fisik keluarga, kebutuhan ekonomi keluarga, kebutuhan pendidikan keluarga, kebutuhan sosial, serta kebutuhan yang berhubungan dengan peran lembaga eksternal yang mampu melakukan intervensi dalam memperbaiki taraf hidup keluarganya. Sebagai penjelasannya dapat dilihat dari uraian selanjutnya.

Kebutuhan Fisik Keluarga Pemulung

Gambaran secara umum mengenai kebutuhan fisik keluarga pemulung ternyata menggambarkan kondisi fisik keluarga yang tidak menkhawatirkan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik rumah dan lingkungan fisik di sekitar rumah keluarga pemulung.

37 | B A N T E N E S i A

Keluarga pemulung di TPS Cilowong seperti halnya dengan keluarga lainnya membutuhkan rumah yang nyaman untuk bernaung.

Sebagian besar rumah – rumah keluarga pemulung sudah dapat

dikatakan permanen, dengan perincian antara lain memiliki tembok batu bata, lantai sudah disemen dan belum dikramik, meskipun rumah tersebut belum dikategorikan sebagai rumah yang bagus. Salah satu kekurangan sebagai rumah yang sehat adalah bahwa sebagian besar rumah keluarga pemulung belum memiliki dapur yang bersih dan sarana MCK yang sesuai dengan standar kesehatan.

Meskipun konstruksi rumah sudah permanen, namun untuk bagian dapur sebagian besar rumah keluarga pemulung masih beralaskan tanah dan untuk memasak masih menggunakan tungku. Dapur bagi keluarga pemulung dipersepsikan sebagai pelengkap dalam keluarga, bagi mereka rumah hanya tempat berteduh dan tidur. Adapun alasan menggunakan tungku dan kayu bakar dibandingkan dengan memasak menggunakan kompor minyak tanah ataupun kompor gas adalah sudah terbiasa, serta secara ekonomi lebih efisien. Mereka juga mudah untuk memperoleh kayu bakar. Khusus terkait dengan kondisi fisik di sekitar rumah seperti jalan, sumber air bersih, dan sarana kesehatan dapat dijelaskan lebih lanjut.

Akses jalan raya ke Desa Cilowong tergolong sangat bagus dan sangat mudah. Hal tersebut dikarenakan kondisi jalan yang sudah bagus dan tersedianya angkutan kota yang beroperasi hingga malam

38 | B A N T E N E S i A

hari. Letak TPS Cilowong sendiri bertempat di pinggir jalan raya. Untuk jalan desa, khususnya di sekitar TPS Cilowong sudah cukup baik, hal ini terlihat secara fisik sudah dilapis batu dan ada yang menggunakan paving block. Meski kondisi jalan desa belum terlalu mulus namun

sangat mudah dijangkau. Berdasarkan informasi, bahwa

pembangunannya berasal dari dana PNPM Mandiri.

Hal yang memprihatinkan terkait dengan kondisi fisik sekitar adalah terkait dengan kebutuhan akan air bersih. Adanya TPS Desa Cilowong ternyata berdampak terhadap pencemaran sumber air bersih. Pencemaran sumber air bersih yang paling parang adalah di Kampung Pasir Gadung. Kondisi tersebut selama ini sudah ditanggulangi oleh PU bekerjasama dengan PDAM dengan menyediakan air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga. Namun hal tersebut hanya dapat dipergunakan untuk air minum, tetapi untuk kebutuhan mandi dan memasak tidak terdapat air yang bersih. Sungai yang mereka gunakan tidaklah jernih, sedangkan mereka tidak mempunyai sumur untuk memenuhi keperluan sehari – hari. Satu – satunya sumber air bersih bagi mereka adalah sumur bor (jetpump) yang jumlahnya hanya satu . Untuk mengambil air dari sumur tersebut, mereka harus mengeluarkan uang Rp. 3000/jam. Jumlah uang tersebut terkadang dirasa berat, dan warga terpaksa berhutang dulu untuk mendapatkan air bersih tersebut. Warga sebenarnya ingin sekali memiliki sumber air sendiri, akan tetapi biaya untuk membuat sumur bor (jetpump) masih belum terjangkau,

39 | B A N T E N E S i A

sedangkan untuk membuat sumur biasa dirasa percuma karena penggalian harus sangat dalam mengingat tempat tinggal mereka berada di dataran tinggi.

Kebutuhan Ekonomi Keluarga

Sebagian besar warga di Desa Cilowong menggantungkan hidupnya pada TPS yang berada di Desa Cilowong. TPS Cilowong ternyata memberikan penghidupan ekonomi yang menguntungkan khususnya bagi warga yang berada di sekitar TPS tersebut. Hal ini dapat dilihat dari sebagian warganya yang bekerja sebagai pemulung. Dengan penghasilan sekitar Rp. 400.000,- hingga Rp. 800.000,- perbulan yang didapatkan, terlihat bahwa pekerjaan menjadi pemulung bukanlah pekerjaan yang dianggap rendah, sebab penghasilannya dapat digolongkan cukup lumayan meskipun belum dapat mencukupi kehidupan sehari – hari warga setempat.

Kegiatan memulung yang dilakukan pemulung di Desa Cilowong dimulai pada pukul 07.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.00 WIB.

Prosesnya dimulai dari memilah sampah – sampah plastik, sampah

yang dipergunakan kembali dengan sampah – sampah lainnya. Sampah

yang laku dijual adalah sampah – sampah plastik yang dihargai Rp.200

hingga Rp.600 perkiogram dan sampah kabel yang bisa dihargai hingga Rp.60.000 perkilogramnya. Sampah yang telah dipilih dibawa ke rumah masing – masing atau ditinggalkan di dalah satu tempat di TPS tersebut untuk nantinya dijual kepada pengepul. Setelah sampah tersebut dirasa

40 | B A N T E N E S i A

untuk dijual, pemulung membawa sampah – sampah tersebut ke

koperasi desa untuk dijual. Koperasi tersebut sangaja dibuat dan dipimpin oleh Sekretaris Desa Cilowong dengan tujuan agar hasil kerja pemulung dapat dihargai dengan pantas dan sampah tersebut juga dapat didistribusikan dengan baik kepada pembeli. Pemulung tidak perlu bunging untuk menjual barang hasil memulungnya sebab telah disediakan koperasi ini yang dapat menampung barang hasil pulungannya. Melalui koperasi ini, sampah – sampah tersebut dipilih

dan dijual kembali kepada perusahaan – perusahaan yang

membutuhkan di Serang dan Tangerang. Pemulung yang ada di Desa Cilowong sebagian besar menjadi anggota yang didirikan pada tahun 2007. Selama ini koperasi pemulung tersebut masih belum berjalan maksimal. Hal ini disebabkan karena banyaknya anggota koperasi yang

mangkir dan masih tersendat – sendat dalam membayar simpanan

wajib di koperasi tersebut.

Kualitas Pendidikan Keluarga Pemulung

Kegiatan pendidikan merupakan usaha terprogram melalui seberapa lama keterlibatan dalam pengalaman belajar yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik dalam memperbaiki kualitas diri, keluarga, dan masyarakat. Khusus terkait dengan kualitas pendidikan pemulung dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu (1) Tingkat pendidikan formal; dan (2) Tingkat pendidikan non formal.

41 | B A N T E N E S i A

Dilihat dari tingkat pendidikan formalnya, sebagian besar pemulung hanya mengenyam pendidikan formal sampai pada sekolah SD dan paling tinggi SMP, bahkan banyak pula dari para pemulung yang tidak mengenyam bangku sekolah atau pendidikan formal. Bagi para pemulung yang berusia lanjut tidak mengenyam pendidikan formal (tidak bersekolah), sedangkan anak – anak atau pemuda yang tergolong produktif lebih beruntung dari orang tuanya sehingga berkesempatan untuk mengenyam pendidikan meskipun pendidikan rendah. Hanya sedikit pemulung yang mampu mengenyam pendidikan sampai ke tingkat SMA.

Sedangkan untuk pendidikan non formal ternyata lebih tragis, bahwa kebanyakan pemulung dan keluarga pemulung yang tidak pernah mengikuti pelatihan – pelatihan baik yang terkait dengan

kegiatan mereka sebagai pemulung maupun pelatihan – pelatihan

lainnya yang mendukung. Pekerjaan sebagai pemulung merupakan pekerjaan yang bersifat informasl yang tidak memiliki persyaratan dalam bentuk pendidikan formal serta keahlian khusus. Meskipun demikian mereka tetap membutuhkan pendidikan baik formal maupun informal dengan maksud untuk meningkatkan kecerdasan mereka, bahkan diharapkan dapat merubah nasib mereka agar tidak selamanya menjadi pemulung.

Warga yang bekerja sebagai pemulung terdorong oleh keadaan ekonomi keluarganya yang sangat terbatas. Karena di jaman yang serba

42 | B A N T E N E S i A

modern ini, peluang pekerjaan bagi orang yang berpendidikan rendah sangat sulit, sehingga menjadi pemulung sebagai pilihannya. Dalam beberapa kesempatan lainnya, pekerjaan sebagai pemulung terjadi secara turun – temurun tanpa terkait dengan pendidikan. Keahlian sebagai pemulung ternyata juga ditularkan kepada anaknya, khususnya anaknya yang masih belum memiliki pekerjaan yang layak. Namun ketika ada peluang untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak, maka pekerjaan sebagai pemulung akan mereka tinggalkan.

Rendahnya kesadaran keluarga pemulung terkait dengan pendidikan formal, mengakibatkan penanaman tentang pentingnya pendidikan juga menjadi rendah. Kepala keluarga yang seharusnya

bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak – anaknya, hanya

sekedarnya saja dan bukan menjadi perhatian yang pokok.

Khusus terkait dengan pendidikan informal dalam keluarga,

mereka lebih menekankan kepada pendidikan nilai – nilai agama

misalnya melalui pengajian – pengajian, baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh lembaga tertentu. Sedangkan rendahnya pendidikan informal yang terkait dengan peningkatan keterampilan, sehingga mereka tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk dapat bersaing di dunia kerja yang lebih baik.

Keterlibatan Dalam Kegiatan Sosial Budaya

Keterlibatan keluarga pemulung dalam kegiatan sosial budaya terbagi ke dalam beberapa kegiatan antara lain: (1) Keterlibatan dalam

43 | B A N T E N E S i A

kegiatan lingkungan kemasyarakatan (sosial); dan (2) Kerja sama keluarga dengan keluarga lainnya.

Keterlibatan keluarga pemulung di Desa Cilowong dalam kegiatan sosial masih tergolong rendah. Kegiatan yang diikuti oleh keluarga pemulung berkisar pada kegiatan pengajian yang dilakukan oleh warga sekitar. Pengajian tersebut terbagi dalam dua kelompok, yaitu pengajian

yang dilakukan oleh kalangan bapak – bapak dan pengajian oleh ibu –

ibu. Kegiatan pengajian yang dilakukan oleh bapak – bapak

dilaksanakan pada setiap malam Ju’mat, sedangkan untuk kegiatan

pengajian yang dilakukan oleh ibu – ibu dilakukan setiap hari Kamis siang hari. Jumlah peserta yang mengikuti pengajian tersebut relatif sedikit, yakni berkisar antara 5 – 10 orang. Sebagian keluarga pemulung mengatakan bahwa kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar TPS Cilowong hanya kegiatan pengajian saja, untuk kegiatan yang lainnya masih terbatas.

Kegiatan kerja sama yang melibatkan keluarga pemulung dengan keluarga lainnya dapat dikategorikan cukup rendah. Kegiatan bersama yang dilakukan antar keluarga pemulung lebih banyak kepada kegiatan gotong – royong dalam hal kebersihan lingkungan serta turut serta berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi seperti mengikuti program yang digagas oleh Desa Cilowong yaitu koperasi warga desa. Kegiatan bersama lainnya yang dilakukan oleh keluarga pemulung dengan keluarga yang ada sekitarnya seperti halnya membersihkan kebun.

44 | B A N T E N E S i A

Kegiatan ini dilakukan setiap hari Minggu, mulai jam 7 pagi sampai dengan jam 11 siang.

Dalam melakukan kegiatan sosial yang melibatkan keluarga pemulung, dalam beberapa kesempatan terdapat konflik diantara mereka. Konflik tersebut terkait dengan perebutan lahan pencarian

barang – barang pulungan serta terdapat praktek kotor seperti

pencurian barang dari hasil pulungan yang sudah dikumpulkan oleh pemulung. Dalam menyelesaikan persoalan tersebut, bisasanya diselesaikan secara musyawarah terutama oleh pemulung yang senior untuk menengahi masalah tersebut.

Intervensi Pihak Eksternal

Melihat kondisi fisik, ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya yang melekat pada keluarga pemulung masih tergolong rendah, sebenarnya perlu adanya intervensi dari pihak eksternal guna memperbaiki beberapa kondisi tersebut. Pihak eksternal yang

Dalam dokumen Bantenesia - FISIP Untirta Repository (Halaman 41-67)