• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus : Usulan sebuah terowongan di Jalan Nasional 1 Pendahuluan

Dalam dokumen SERIAL REKAYASA KESELAMATAN JALAN (Halaman 122-125)

2. Ulasan Tentang Keselamatan Umum

Ada kebutuhan tambahan kapasitas jalan untuk menghindari bagian yang sangat ramai dan penuh risiko di jalan nasional. Sebuah desain telah disiapkan untuk “sepasang jalan satu arah”–sebuah sistem jalan yang memiliki jalur jalan ke arah timur berlokasi hampir 1 km dari sebuah jalur jalan ke arah barat yang baru–ada kebutuhan untuk membangun sebuah terowongan sepanjang hampir 1 km di sebuah bagian dari jalur jalan baru ini.

-

Alinyemen longitudinal yang menanjak 10% sepanjang 100 m di tiga lokasi sepanjang jalur jalan baru menyulitkan beberapa bus dan truk (kebanyakan kelebihan beban) untuk melewatinya. Mereka meningkatkan risiko tabrakan depan-belakang ketika kendaraan yang lebih cepat mendekat dari belakang.

-

Terowongan itu satu arah, namun beberapa pemakai jalan dapat memakai arah yang sama untuk menyingkat waktu atau jarak. Berjalan di arah yang salah sepanjang jalan satu arah merupakan masalah keselamatan berisiko tinggi. Berjalan di arah yang salah di dalam terowongan mengandung risiko yang bahkan lebih besar lagi karena tidak ada tempat bagi pengemudi untuk melarikan diri.

-

Kecepatan rencana 40 km/jam untuk jalur jalan baru secara realistis merupakan kecepatan rendah. Kecepatan itu tidak mengakui kecepatan operasional banyak pemakai jalan. Ada sebuah masalah di mana kecepatan yang meningkat akan membawa risiko tabrakan yang lebih besar, khususnya di tikungan barat terowongan di potongan turunan dari jalan.

-

Akan ada banyak hazard sisi jalan di area bebas dari lajur jalan yang baru dibangun. Konsep area bebas tidak tampak digunakan. Drainase sisi jalan dan ujung yang tak tertutup dari dinding terowongan merupakan hazard yang sangat serius. Sebuaharea bebas lebar 5 m sangat dianjurkan (dianggap kecepatan operasional 65 km/jam dan kelebihan volume 5.000 kend/hari).

1 Masalah keselamatan terkait dengan usulan lajur baru dan terowongan UMUM 1 2 3 SANGAT TINGGI SEDANG SEDANG SEDANG

No. MASALAH KESELAMATAN RISIKO REKOMENDASI TANGGAPANKLIEN

-

Pertimbangkan kembali kecepatan rencana, jika tujuan kecepatan rencana 60 km/jam mungkin akan lebih realistis untuk jenis jalan ini.

-

Menjamin bahwa pembatasan yang baik sekali untuk jalur jalan dilaksanakan. Pembatasan ini termasuk garis tepi di kedua sisi jalur jalan, reflektor sepanjang pagar tabrakan, dan marka alinyemen chevron (CAM) di sekitar tikungan paling tajam, khususnya di potongan turunan.

-

Mempertimbangkan kembali kecepatan rencana untuk jalan ini.

-

Mempertimbangkan kembali untuk menggunakan nilai maksimal superelevasi karena ada banyak truk yang lambat dan kelebihan muatan.

-

Sebagai alternatif, mempertimbangkan untuk meningkatkan radius tikungan ini.

-

Mempertimbangkan kembali untuk mengambil sebuah kecepatan rencana yang lebih tinggi.

-

Meningkatkan radius tikungan untuk menjamin jarak paling sedikit 4,75 m.

-

Mengambil bahu jalan 3 m di sisi kiri untuk mencapai jarak ini.

-

Mempertimbangkan kembali kebutuhan akan jalur darurat.

-

Gunakan bahu jalan 3 m pada seluruh panjang ruas sebagai tempat berhenti darurat.

-

Jika menggunakan empat jalur darurat – pastikan masing-masing berada di potongan lurus dari jalan.

-

Mengklarifikasi gambar untuk menunjukkan apa yang diusulkan sebenarnya.

-

Periksa SSD untuk tikungan kanan di Km 2,05 dengan sebuah bah jalan hanya 1,0 m. Radius ini mungkin perlu ditingkatkan.

Gambar itu memiliki kecepatan rencana 40km/jam. Di dalam gambar ada dua tikungan dengan radius kecil (100 m di Km 1,818 dan 75 m di Km 2,337) dengan kemiringan

superelevasi lebih dari 7%. Potongan perempatan seperti ini menghadirkan risiko “goyah” untuk kendaraan yang bergerak lambat dan bermuatan berat. Dianjurkan agar superelevasi ini dikurangi karena banyak truk yang lambat (kelebihan muatan) diperkirakan lewat di sini. Superelevasi sangat berbahaya bagi truk yang bergerak lambat.

Kecepatan rencana untuk jalan di terowongan baru 40 km/jam. Ini merupakankecepatan rencana yang paling rendah yang digunakan di sebuah lajur jalan baru yang menjadi jalan nasional. Kecepatan itu memungkinkan geometri H dan V yang lebih rapat untuk dirancang alih-alih dianggap berkeselamatan untuk jenis jalan dan jenis daerah ini. Kecepatan rencana yang rendah ini tampaknya tidak akan mencerminkan kenyatan dari kecepatan operasional sepanjang jalan ini, khususnya pada potongan menurun. Kecepatan ini menyebabkan tabrakan depan belakang dan tabrakan keluar jalan.

Jarak Pandang Berhenti (Stopping Sight Distance - SSD) tidak sesuai dengankecepatan 60 km/jam untuk dua tikungan. Kecepatan operasional dari mobil dan sepeda motor sekitar 60-65 km/jam. Radius tikungan di Km 1+818 adalah 100 m yang tidak tunduk pada standar geometris kecepatan 60 km/jam.

Sulit untuk mengerti apa yang diusulkan oleh jalur darurat. Gambar memberikan pesan yang bertentangan. Mula-mula, jika bahu jalan sebelah kiri cukup lebar tidak diperlukan sebuah jalur darurat.

Kendaraan yang parkir di tengah tikungan akan sedikit lebih sulit terlihat dibandingkan di jalan lurus. Akibatnya, risiko tabrakan depan belakang akan meningkat. Akan lebih berkeselamatan untuk menempatkan jalur darurat (jika ada) di jalan lurus.

Panjang tanjakan 10% akan membuat kebanyakan truk dan bus menghadapi masalah dalam

mempertahankan kecepatan saat menaiki jalan baru ke arah terowongan. Banyak diantaranya menjadi lambat dan menimbulkan ancaman tabrakan depan belakang bagi kendaraan yang lebih cepat yang menghampiri dari belakang, khususnya pada malam hari.

- Berusaha mengurangi panjang dan kecuraman potongan tanjakan.

- Mengenali kesulitan masalah ini sekarang, menjamin bahwa pengemudi truk dan bus diberitahu tentang tanjakan di depan. Menggunakan rambu untuk memperingatkan tentang tanjakan tikungan dan meminta pengemudi untuk menggunakan gigi rendah.

- Memberikan bahu jalan sebelah kiri (lajur kemacetan) sedikitnya lebar 3 m di potongan tanjakan.

4

TINGGI

Desain menggambarkan tiga potongan dengan tanjakan 10%. Tanjakan akan membuat beberapa bus dan truk sangat sulit mempertahankan kecepatan mereka, dan hal ini meningkatkan risiko tabrakan depan belakang. Tanjakan 10% kedua berada di sebuah tikungan yang agak ke kiri di awal terowongan. Kedua fakor ini bergabung untuk meningkatkan risiko bahwa sebuah kendaraan yang mendekat dapat bertabrakan dengan bagian belakang dari sebuah truk yang kelebihan muatan atau bus begitu masuk ke dalam terowongan.

AUDIT KESELAMATAN JALAN

Dalam dokumen SERIAL REKAYASA KESELAMATAN JALAN (Halaman 122-125)