• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Referensi untuk Shot 143

Pada shot ini sang tokoh wakil rakyat yang sebelumnya melakukan kampanye

akan merasa frustasi karena ia menganggap perbuatannya tidak membuahkan

hasil, yang ada ia hanya menghabiskan sisa waktu hidupnya yang diberikan oleh

sang Kadim. Akhirnya ia menyesali sifat arogannya selama ini. Studi referensi

akan menggunakan karya audiovisual yang sudah ada dan memiliki konteks

naratif yang relatif sama untuk dianalisa bagaimana shotnya dieksekusi.

Referensi yang sama masih digunakan untuk shot ini yaitu film Memories

of Murderer karena adanya kesamaan konteks narasi yang terjadi di mana tokoh

Yoon yang di awal film merasa percaya diri akan metodenya, pada akhirnya di

penghujung film dirinya merasa frustasi karena metode detektif yang ia gunakan

tidak membuahkan hasil. Kesamaan konteks ini dinilai kompatibel untuk

digunakan sebagai bahan referensi untuk shot ini.

3.3.4.1. Sudut dan Jarak Pengambilan Gambar

Pada film Memories of Murders (2003), tokoh detektif Yoon

diperkenalkan sebagai detektif yang teladan dan dapat dipercaya. Ia sangat

percaya diri bahwa data – data sangat penting sebagai basis pencarian

Gambar 3.39 High angle pada detektif Yoon (Memories of Murder, 2003)

Pada adegan di atas, Yoon yang sudah menelusuri berbagai macam data

bukti dan petunjuk investigasi tetap tidak membuahkan hasil. Yoon yang

sudah menghalalkan segala cara kehabisan ide untuk mencari pelaku

sesungguhnya. Hari terus berganti dan pembunuhan tetap berlangsung

tanpa tahu siapa pelakunya. Hal tersebut mengubah sifat Yoon yang

sebelumnya sangat percaya akan dirinya mampu menyelesaikan kasus

tersebut menjadi sosok yang sangat putus asa. Perubahan sifat dari percaya

diri menjadi putus asa tersebut dieksekusi dengan menggunakan high

angle untuk membuat posisi Yoon terasa lemah bagi audiens. Seperti yang

Thompson dan Bowen (2009, hal. 41) katakan bahwa dengan

menggunakan high angle audiens akan menilai karakter tersebut sedang

dalam kondisi tak berdaya. Hal tersebut sejalan dengan perasaan putus asa

Gambar 3.40 Extreme long shot pada detektif Yoon (Memories of Murder, 2003)

Penggunaan angle yang sama juga ditunjukan kembali ketika Yoon

dengan putus asanya memukuli calon tersangka yang belum terbukti

bersalah. Tingginya sudut pengambilan gambar membuat adegan ini

memiliki efek yang lebih kuat dari adegan sebelumnya. Namun perbedaan

jarak pengambilan juga menjadi faktor yang mempengaruhi pesan yang

disampaikan.

Gambar 3.39 menggunakan close up sebagai bentuk visualisasi

keputus asaan Yoon. Dengan close up penonton langsung bisa merasakan

kefrustrasian yang dialami Yoon dari ekspresinya. Sedangkan Gambar

3.40 Menggunakan extreme long shot sebagai bentuk eksekusi perasaan

Yoon. Hal tersebut dikarenakan jenis shot ini mampu menangkap keputus

3.3.4.2. Komposisi

Film Memories of Murderer memiliki contoh penggunaan komposisi yang

cukup menggambarkan situasi keputusasaan karakter. Seperti pada gambar

3.41,

Gambar 3.41 Look room yang sempit untuk memberi kesan kegelisahan (Memories of Murder, 2003)

Penggunaan Unbalanced digunakan untuk memfokuskan kegelisahan

tokoh Yoon. Dari penempatan objek, Yoon dihadapkan kepada sisi kiri

frame yang sempit di mana ia tidak memiliki look room, padahal ada ruang

yang cukup besar di belakangnya. Hal tersebut membuat keseluruhan

frame memiliki atmosfir yang tidak nyaman. Gambar 3.40 juga

menggunakan komposisi Unbalaced untuk merekam kefrustasian Yoon.

Menempatkan karakter pada posisi yang tidak nyaman di kiri bawah frame

sama – sama membuat atmosfir yang tidak nyaman.

3.3.4.3. Visual Storytelling

a. Space

Kedua contoh sebelumnya menggunakan deep space sebagai eksekusi

kedua gambar sebelumnya memiliki prespektif. Namun Gambar 3.39

memiliki perbedaan tone yang lebih keras daripada Gambar 3.40. Memang

keduanya memiliki deep space, tapi gambar 3.39 yang menunjukan close

up wajah sang detektif lebih memiliki kualitas intensitas visual dan kontras

yang lebih tinggi.

b. Line

Dari arah orientas garis, keduanya hampir memililki intensitas yang sama.

Gambar 3.42 Penyederhanaan bentuk objek menjadi garis pada gambar sebelumnya

(Dokumentasi penulis)

Gambar yang atas adalah hasil simplifikasi dari Gambar 3.39. Dapat

dilihat bahwa gambar tersusun dari perpaduan garis – garis diagonal dan

dan diagonal. Artinya, secara orientasi garis, kedua contoh memiliki

intensitas dan kontras visual yang cukup tinggi.

Gambar 3.43 Kualitas garis yang tercipta dari gambar sebelumnya (Dokumentasi penulis)

Secara kualitas garis, keduanya pun sama – sama tersusun oleh

kombinasi garis lurus dan garis lengkung. Namun gambar 3.39 lebih

didominasi oleh garis – garis lurus dibanding Gambar 3.40. Maka bisa

disimpulkan bahwa Gambar 3.40 memiliki kontras kualitas garis yang

lebih tinggi. Namun pada kasus Gambar 3.40, pengelihatan penonton

bisa beresiko terdistraksi oleh garis lengkung yang ada pada gambar. Hal

tersebut bisa dihindari karena shot tersebut adalah establishing atau shot

yang diam, maka pusat perhatian penonton masih tertuju pada objek yang

bergerak.

Gerakan seperti yang sudah diutarakan sebelumnya, dapat membuat

distraksi atau memfokuskan audiens, tergantung dari tujuan

penggunaannya.

Gambar 3.44 Arah gerak yang tercipta dari gambar sebelumnya (Memories of Murder, 2003)

Pada shot close up detektif Yoon, ia secara konsisten terus bergerak di

dalam frame, tetapi di belakang sang bos pun ikut bergerak memutar dan

berbicara kepada Yoon. Jika bagian background frame tidak diburamkan

maka perhatian penonton dapat terdistraksi oleh gerak – gerik bos dan

penonton pun beresiko tidak memahami apa yang dirasakan oleh Yoon.

Berbeda dengan gambar yang di bawah, meskipun shot terdominasi oleh

terowongan besar, perhatian penonton akan langsung terfokuskan kepada

akan langsung terfokuskan kepada hal apapun yang bergerak di dalam

frame.

3.3.4.4. Lensa

Acuan – acuan yang digunakan untuk shot 143 ini pun tidak menggunakan

lensa wide ataupun lensa long. Hal ini bisa dibuktikan dengan tidak adanya

distorsi atau penyempitan yang terjadi pada contoh – contoh shot tersebut.

Hal ini terbilang masuk akal karena objek shot merupakan manusia biasa,

seperti yang diucapkan oleh Mercado (2011, hal 13) bahwa lensa normal

memang lebih lazim untuk digunakan dalam keadaan tersebut.

3.3.4.5. Kesimpulan

Tabel 3.4 Hasil penelitian shot 143

Jarak Close up atau extreme long shot

Sudut High angle

Komposisi Unbalanced, look room sempit

Space Deep space

Line Orientation Vertikal atau diagonal

Line Quality Kombinasi garis, lurus dan melengkung

Movement Satu gerakan utama

Lensa Normal

Tabel diatas adalah rincian bagiamana aspek – aspek visual harus diatur di

Dokumen terkait