Shot 61, pada adegan ini, akan ada tokoh Capres yang menggunakan kekacauan
dan kepanikan masyarakat sebagai umpan untuk mempromosikan dirinya sendiri.
Karena posisinya sebagai pemimpin partai, dengan sombong dan percaya dirinya
ia berkata kepada masyarakat bahwa dirinya mampu menghentikan sang kadim
karya audiovisual yang sudah ada, dengan memperhatikan kesamaan konteks
yang ditawarkan yaitu adanya karakter pemimpin yang menjadi penggerak grup.
Referensi yang akan digunakan adalah film Memories of Murderer dan
Gang of New York. Film Memories of Murderer secara garis besar bercerita
tentang kasus pembunuhan berantai yang terjadi di perkampungan Korea, di mana
kasus tersebut ditangani oleh dua detektif congkak yaitu Doo-Man dan Yoon yang
berlomba untuk membuktikan siapa yang pertama kali dapat menangkap
tersangka. Konteks narasi yang sama dari film Memories of Murderer adalah
adanya tokoh yang merasa paling benar dan secara sombong merasa mampu
melakukan hal yang tidak mungkin. Lalu, Film Gang of Newyork yang bercerita
tentang perseteruan dua kubu yang dipimpin oleh Bill “The Butcher” dengan
“Priest” Vallon. Kesamaan yang terdapat pada Gang of Newyork adalah adanya
tokoh yang memimpin suatu grup yang mempunyai tujuan tertentu. Kedua film
tersebut memiliki konteks yang sesuai dengan keadaan tokoh Capres disini, maka
dari itu keduanya dianggap kompatibel untuk digunakan sebagai bahan referensi.
3.3.3.1. Sudut dan Jarak Pengambilan Gambar
Film Memories of Murder konsisten menggunakan low angle ketika para
tokoh detektif di film tersebut sedang menganalisa korban pembunuhan
Gambar 3.32 Contoh penggunaan low angle (Memories of Murder, 2003)
Seperti dua contoh gambar di atas, kedua gambar memiliki konteks naratif
yang sama. Gambar sebelah kiri adalah adegan ketika detektif Doo-Man
(pria yang berada disisi paling kanan frame) berlagak tahu apa yang
sebenarnya terjadi di tempat kejadian perkara. Pada adegan tersebut,
kepolisian sedang mencoba mereka ulang pembunuhan. Tetapi yang
terjadi justru Doo-Man dengan seenaknya mengatur aktivitas reka adegan
tersebut tanpa berkonsultasi kepada saksi mata. Sedangkan gambar di
sebelah kanan, adalah adegan ketika detektif Yoon (berkemeja biru)
dengan sombongnya menganalisa bukti lapangan dan membandingkannya
dengan laporan palsu yang sebelumnya ditulis oleh detektif Doo-Man.
Meskipun penggunaan low angle pada kedua gambar tersebut
teraplikasikan kepada setiap tokoh yang ada di frame, detektif Doo-Man
dan Yoon tetap mendominasi frame karena posisi mereka yang terlihat
lebih tinggi daripada karakter lain. Dapat disimpulkan bahwa kedua
gambar diatas sama – sama menggunakan low angle sebagai bentuk
penggambaran sosok tokoh yang mendominasi atau merasa paling benar.
(2009) bahwa dengan penggunaan sudut tersebut, objek pada frame akan
terkesan lebih kuat dan dominan.
Untuk jarak pengambilan gambar, sutradara Bong Joon-ho
menggunakan tipe medium shot yang mana membuat tidak hanya satu
karakter saja yang bisa masuk ke dalam frame, namun cukup banyak.
Contohnya pada gambar 3.32 sebelah kanan, karena medium shot menurut
Mercado (2011) masih dapat diandalkan untuk menangkap ekspresi dan
gestur tiap karakter, penggunaan jenis shot ini menjadi efektif untuk
mendapatkan reaksi tokoh – tokoh lain setelah detektif Yoon
mengungkapkan analisa tajamnya. Lalu untuk gambar sebelah kiri,
manfaat yang didapatkan dari penggunaan medium shot pada adegan
tersebut kurang lebih sama, yaitu mendapatkan gestur, gerak – gerik
karakter, dan sedikit informasi mengenai di mana adegan tersebut terjadi.
Namun alasan yang paling mendukung konteks adalah bagaimana
sempitnya frame yang dihasilkan oleh medium shot tersebut mendukung
situasi kasus pembunuhan yang tidak dapat mereka pecahkan, dengan jenis
shot ini tiap – tiap karakter terkesan tidak bisa kabur dari situasi yang
Gambar 3.33Contoh normal angle dan medium close-up (Gang of New York, 2002)
Referensi kedua diambil dari film Gang of New York. pada adegan
ini tokoh Bill “The Butcher” sedang memprovokasi lawannya untuk
segera melakukan perang lokal. Namun disini, tokohnya tidak dipotret
dalam keadaan low angle karena dalam konteks ceritanya sosoknya
tersebut memiliki saingan yang setara kedudukannya, maka dari itu
normal angle dipakai di sini. Namun, Penggunaan medium close - up shot
terlihat disini, dengan maksud untuk memfokuskan pada ekspresi tokoh
Bill dengan bersamaan memperlihatkan para pengikutnya di latar
belakang.
Perbedaan sudut pengambilan gambar terlihat dari kedua bahan
studi referensi. Contoh pertama menggunakan low angle sebagai bentuk
implementasi pesan mendominasi yang ingin disampaikan, sedangkan
contoh kedua menggunakan normal angle dikarenakan adanya tokoh lain
di dalam cerita tersebut yang memiliki derajat yang sama dengan tokoh
yang berada di dalam frame. Perbedaan jarak pengambilan gambar juga
berbeda tetapi keduanya mempunyai tujuan yang kurang lebih sama, yaitu
untuk menunjukan gestur, ekspresi, dan latar dimana adegan tersebut
terjadi.
3.3.3.2. Komposisi Gambar
Gambar 3.34 Contoh komposisi balanced (Memories of Murder, 2003)
Jika diambil dari contoh film Memories of Murder sebelumnya, kedua
gambar menghasilkan komposisi Balanced meskipun tidak sempurna.
Memang pada adegan tersebut tidak ada kekacauan yang terjadi. Secara
konteks pun kedua shot tersebut seharusnya hanya bertujuan untuk
menekankan pada dua tokoh detektif Doo-Man dan Yoon yang
Eksekusi komposisi yang sama dengan konteks dominasi terdapat pada
film Gang of New York (2002). Bill selaku pemimpin, bersorak dengan
lantang dan percaya diri mengajak pengikutnya agar siap untuk melawan
musuh – musuh mereka. Deskripsi adegan tersebut tergambar dengan baik
menggunakan komposisi Balanced. Karakter Bill yang berada di tengah,
mendominasi ruang di dalam frame, membuatnya terkesan sebagai tokoh
yang kuat.
3.3.3.3. Visual Storytelling
a. Space
Seperti yang dikatakan oleh Mercado, untuk menunjukan pesan tertentu
seperti dominasi, kekuatan, atau derajat tokoh, maka aspek – aspek visual
harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menekankan pesan tersebut.
Dalam space misalnya menurut Block (2008, hal. 14 – 57), penekanan
terhadap objek tertentu bisa diatur menggunakan surface division ataupun
dua jenis space, flat ataupun deep. Gambar 3.32 sendiri memiliki depth
cue yang cukup banyak, misalnya tone yang sangat keras, dan penggunaan
low angle yang membuat gambar memiliki prespektif. Hal ini menjadikan
gambar 3.32 memiliki tingkat kontras yang tinggi.
Pada gambar 3.32 yang sebelah kanan, detektif Yoon dan
Doo-Man dipisahkan oleh surface division berupa pohon. Menurut Block,
Pemisahan tersebut dapat membuat penonton secara alam bawah sadar
menilai akan adanya perbedaan emosional pada kedua tokoh tersebut.
pandangannya kepada area yang terbagi oleh surface division tadi. Dalam
kasus Gambar 3.32 yang menjadi fokus penekanannya adalah tokoh
detektif Yoon.
Gambar 3.36 Ruang untuk memfokuskan pandangan kepada tokoh (Gang of New York, 2002)
Eksekusi berbeda terlihat pada Gambar 3.33, daripada membuat
surface division untuk memfokuskan pandangan penonton pada satu
tokoh, sang sutradara justru memberi space kosong diantara kepala Bill
agar tokohnya menonjol diantara yang lain. Karena hal tersebut, Gambar
3.33 lebih berhasil menunjukan dominasi karakter. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan tone pada karakter Bill dan background terlihat lebih kuat
daripada karakter detektif Yoon pada Gambar 3.32. Dapat disimpulkan
bahwa deep space dan suface division digunakan untuk memfokuskan
perhatian penonton khususnya untuk menekankan informasi tertentu
mengenai objek atau tokoh.
Gambar 3.37 Hasil penyederhanaan objek menjadi garis (Dokumentasi penulis)
Ketiga gambar sebelumnya jika disederkahanakn menjadi garis – garis
akan banyak membentuk banyak garis vertikal, yang mana jika diukur
intensitas visualnya menurut Block (2008, hal. 101) akan tergolong berada
di tengah – tengah. Lebih dinamis dari garis horisontal, namun lebih statis
daripada garis diagonal. Hal ini membuat ketiga gambar tersebut tidak bisa
dinilai yang mana yang memiliki kontras tertinggi secara orientasi garis.
Namun jika dibuat secara kualitas garis yang dihasilkan, ketiga gambar
tersebut memiliki tingkat kontras yang berbeda. Gambar 3.33 dari film
Gang of Newyork (2002) lebih memiliki banyak variasi garis lurus dan
melengkung. Lalu karena karakter Bill yang secara dominan terbentuk dari
garis – garis lengkung berdiri diantara tokoh lain yang banyak membentuk
garis lurus, tokoh Bill terlihat paling kontras diantara yang lain. Hal
tersebut membuat Gambar 3.32 memiliki tingkat kontras paling tinggi
dalam cakupan kualitas garis.
c. Movement
Arah gerak juga termasuk penentu kemana mata penonton akan tertuju.
Menurut Block (2008), audiens akan langsung terfokus pada objek yang
geraknya berlawanan. Namun di dalam film, ketiga gambar sebelumnya
para tokoh tidak memiliki gerakan atau perpindahan yang cukup berarti
untuk dikategorikan arah geraknya. Meskipun seperti itu, shotnya tidaklah
sepenuhnya statis, masih ada gerakan dominan yang dilakukan oleh satu
karakter yang memang niatnya diberi fokus utama. Gambar 3.32 yang
kanan dapat didominasi oleh detektif Yoon karena ialah satu – satunya
karakter pada shot tersebut yang bergerak dan menjelaskan situasi, di
mana karakter yang lain diam dan mendengarkan. Gambar 3.33 pun sama,
Karena pada shot tersebut Bill terus menerus berteriak sendiri untuk
Block, mata audiens akan melihat pertama kali pada satu hal yang
bergerak di dalam frame.
3.3.3.4. Lensa
Tidak ditemukan adanya distorsi atau penyempitan ruang yang terjadi pada
acuan shot – shot disini. Hal ini dikarenakan objek gambarnya merupakan
manusia biasa. Selain itu, adegannya pun tidak memiliki konteks bahwa
suatu kejadian buruk akan terjadi. Maka dari itu semuanya hanya
menggunakan lensa normal untuk mengambil shot – shot tersebut.
3.3.3.5. Kesimpulan
Tabel 3.3 Hasil penelitian shot 61
Jarak Medium shot
Sudut Low angle
Komposisi Balanced
Space Deep space, surface division
Line Orientation Vertikal
Line Quality Perbaduan garis, lengkung dan lurus
Movement Satu gerakan utama
Lensa Normal
Tabel diatas adalah rincian bagiamana aspek – aspek visual harus diatur di