• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sub Sektor Air Limbah Cair I. Sektor Teknis

Gambaran Umum:

 Lembaga utama yang menangani sub sektor Air Limbah Rumah Tangga dan persampahan adalah

Dinas Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan dan Pertamanan serta Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Pesisir Selatan untuk limbah cair dari Industri.

 Pelibatan masyarakat dan pihak swasta dalam pengelolaan air limbah domestik belum ada.

Pengelolaan grey water (air buangan rumah tangga seperti air bekas cucian, air bekas mandi,

dan lain-lain) dilakukan oleh masyarakat hanya secara perorangan dan belum dilakukan pada satu tempat, dan kondisinya belum optimal. Sarana IPAL komunal sudah ada didirikan di beberapa lokasi percontohan melalui program Sanimas sejak tahun 2008 (ibu kota kabupaten) .

 Pengelolaan IPAL komunal dilakukan oleh masyarakat dengan bimbingan Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan.

Pengelolaan black water (limbah tinja) dilakukan oleh masyarakat mandiri, dan jasa

penyedotan kakus Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan. Gambaran Fungsi Pengelolan Air Limbah Domestik :

Fungsi pengelolaan air limbah domestic baik untuk jenis grey water maupun black water yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah:

 Penyediaan sarana daur ulang air limbah domestik

 Pengelolaan daur ulang air limbah domestik.

 Monitoring dan evaluasi kapasitas infrastruktur pengelolaan air limbah domestik.

Gambaran Kebijakan Pengelolaan Air Limbah Domestik:

Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan yang diarahkan untuk mewajibkan masyarakat di lingkungan pemukiman rumah tangga/individu untuk melakukan pengelolaan air limbah domestic (baik untuk grey water maupun black water) yang sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan hidup.

Kebijakan yang ada baru sebatas pengelolaan limbah industri melalui :

 Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 06 Tahun 2006 tentang Retribusi

Penyedotan Kakus.

 Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Rincian Biaya Penyedotan

Kakus.

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 36

Layanan Pengelolaan Air Limbah domestik saat ini baru dilayani oleh pihak pemerintah penyedia jasa sedot tinja yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan dan layanannya belum menjangkau seluruh kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan. Permasalahannya saat ini di Kabupaten Pesisir Selatan baru memiliki 1 unit prasarana IPLT maupun layanan sedot tinja.

Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik

Koordinasi dalam tahap perencanaan, implementasi maupun monev belum optimal dan masih menemui beberapa kendala.

Masalah utama:

 Dalam perencanan pembangunan sektor air limbah domestik, Kab. Pesisir Selatan Belum

memiliki master plan air limbah skala kabupaten

 Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai panjang dari utara – selatan sepanjang ± 240 km sedangkan untuk pengelolaan air limbah domestik belum dapat melayani semua kecamatan dan biaya operasional yang ditimbulkan menjadi besar untuk menjangkau seluruh kecamatan.

 Hanya memiliki 1 unit IPLT yang berada di Kecamatan IV Jurai di Bukit Penyambungan.

Permasalahan air limbah domestik di Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut :

 Belum tersedianya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, sehingga

banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan benar.  Sarana program sanitasi untuk sektor lair limbah domestik saat ini masih terbatas terdapat

MCK 9 Unit di Kecamatan Koto XI Tarusan, Bayang, IV Jurai, Batang Kapas, Lengayang, dan Inderapura. Pembangunan Jamban 9 unit di Kec.IV Jurai dan Batang Kapas. Melalui Kegiatan WSLIC 2 (2002 -2007) dialkukan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi di 81 wiliyah se Kab. Pesisir Selatan, serta Pamsimas terdapat pembangunan 45 unit pada tahun 2008-2011.

Permasalahan air limbah domestik di tingkat masyarakat:

 Masih banyaknya praktek buang air besar sembarang baik di kebun, sungai, kali atau sawah.

 Belum semua warga masyarakat mempunyai akses terhadap jamban baik jamban keluarga

maupun MCK.

 Sementara kepemilikan jamban Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat sebanyak

52,87%.

 Jumlah keluarga yang memiliki saluran pembuangan air limbah dengan kondisi baik sebesar

44,78%, Sebagian besar masyarakat belum mempunyai saluran pembuangan air limbah dan membuang air limbah dari dapur ke halaman belakang rumah.

II. Sektor Non Teknis

1. Peran Serta Masyarakat Dan Gender Dalam Penanganan Limbah Cair - Gambaran Umum

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 37

Peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Pesisir Selatan dalam pengolahan air limbah dapat di kategorikan sebagai berikut:

o Secara keseluruhan peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Pesisir Selatan dalam pengolahan air limbah belum ada, masih mengandalkan kegiatan atau proyek dari Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, baik penyediaan sarana prasarana maupun perawatannya.

Permasalahan

Permasalahan air limbah rumah tangga di Kabupaten Pesisir Selatan secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, dibeberapa wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan benar.

2. Kurangnya ketersediaan air bersih untuk Jamban dan MCK cenderung mendorong masyarakat berperilaku kurang sehat

3. Masyarakat dari kalangan kurang mampu sering beralasan tidak memiliki biaya untuk membuat jamban

4. Kurangnya kesadaran masyarakat akan penanganan air limbah yang betul seperti pembuangan air limbah digabung dengan saluran drainase, hal ini menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan yang berimplikasi pada kesehatan masyarakat.

5. Belum adanya peran sektor swasta dalam mengolah air limbah di Kabupaten Pesisir Selatan. B. Sub Sektor Persampahan

I. Sektor Teknis Gambaran Umum:

 Lembaga utama yang menangani sub-sektor persampahan adalah Dinas Pekerjaan Umum Bidang

Persampahan dan Pertamanan dan Kantor Lingkungan Hidup pada Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan

 Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah secara mandiri belum optimal

 Pelibatan swasta dalam pengelolaan sampah yang masih perlu ditingkakan.

Gambaran Fungsi Pengelolan Sub-sektor Persampahan :

Fungsi pengelolaan persampahan yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah: 1. Penyediaan sarana daur ulang sampah

2. Pengelolaan daur ulang sampah

3. Monitoring dan evaluasi terhadap dampak praktik pengelolaan sampah yang berjalan di Kabupaten Pesisir Selatan.

Gambaran Kebijakan Pengelolaan Sampah:

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan yang diarahkan untuk pengelolaan sampah sudah tertuang secara jelas di dalam perda. Perda yang ada sehubungan dengan pelayanan persampahan/kebersihan adalah Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2005 tentang

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 38

Restribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Keputusan Bupati Pesisir Selatan Nomor 15 Tahun 2005. Besarnya tarif retribusi pelayanan sampah/kebersihan

Gambaran Kapasitas Layanan Pengelolaan Persampahan

1. Permasalahan persampahan di Kab. Pesisir Selatan adalah hanya 3 kecamatan dari 12 Kecamatan yang ada, yaitu Kecamatan IV Jurai, Kecamatan Bayang dan Kecamatan Batang Kapas oleh bidang kebersihan dan pertamanan Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pesisir Selatan, sedangkan 9 Kecamatan lainnya dikarenakan timbulan sampahnya masih kecil dan dikelola langsung oleh masing-masing Kecamatan. Sampai saat ini timbulan sampah pada wilayah

operasional Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pesisir Selatan sebesar 25.699,65 m3/tahun dan

yang tertanganni sebesar 84,2% atau sampah terkelola sebesar 21,900 m3/Tahun

2. Layanan persampahan di Kabupaten Pesisir Selatan masih sangat terbatas, Hal ini dipengaruhi karena keterbatasan sarana dan prasarana penunjang seperti :

 Sarana dan prasarana pengolahan sampah yang sudah dalam kondisi tidak memadai

seperti jumlah armada truk sampah, gerobak dan kontainer serta TPA eksisting yang dimanfaatkan masih dengan sistem open dumping dan lokasinya berada di sago.

 Belum efektifnya pola pemungutan retribusi sampah yang berjalan selama ini.

Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Sampah

Koordinasi antar SKPD, dan juga antara SKPD dengan masyarakat dan swasta dalam tahap perencanaan, implementasi maupun monev pengelolaan sampah belum optimal dan masih menemui beberapa kendala.

Masalah Utama:

 Belum terbentuknya pemahaman yang baik tentang potensi masalah lingkungan yang besar

bagi Kabupaten Pesisir Selatan karena baru tersedianya 1 TPA dan belum menjangkau seluruh kecamatan.

 Belum optimalnya monitoring dan evaluasi terhadap praktik pengelolaan lingkungan di

Kabupaten Pesisir Selatan terkait hal pengelolaan sampah yang sudah dijalankan selama ini.

 Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal untuk turut serta mengusulkan

rencana program pengelolaan sampah dalam daftar usulan kegiatan prioritas yang dihasilkan pada proses musrenbang kelurahan dan kecamatan.

Permasalahan persampahan di tingkat masyarakat

 Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang

 Perilaku masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan membuang sampah di sungai atau badan

saluran, dan jalan.

 Masih banyak masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan persampahan seperti di

kecamatan – kecamatan.

Permasalahan persampahan di tingkat pemerintah

 Masih minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk data base persampahan di

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 39

 Belum optimalnya pengembangan kinerja pengelolaan persampahan masih terbatasnya

sarana dan prasarana penanganan sampah

 TPS (bak konteiner) hanya ada di Kecamatan baru melayani Kenagarian Pasar Baru,

Kenagarian Sago – Salido – Painan dan Batang Kapas dan belum mencapai keseluruh kecamatan.

 SDM Pengelola persampahan masih kurang

 Penegakan sanksi hukum masih lemah

 Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan baru memiliki 1 TPA untuk menjangkau seluruh

wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. 2. Sektor Non Teknis

Peran Serta Masyarakat Dan Gender Dalam Pengelolaan Sampah Adapun peran serta masyarakat yang nyata saat ini meliputi:

a. Sebagian sudah memilah sampah ditingkat rumah tangga, sampah yang bernilai ekonomis sudah dimanfaatkan dengan dijual ke pengumpul.

b. Masyarakat sudah memanfaatkan fasilitas TPS yang telah disediakan.

c. Pada lokasi pelayanan yang langsung ke rumah penduduk, masyarakat telah menyediakan karung sampah sendiri.

d. Pembayaran retribusi persampahan.

e. Sebagian besar masyarakat melakukan pemusnahan sendiri dengan cara ditimbun atau dibakar terutama pada permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah.

f. Pengelolaan sampah melibatkan perempuan terutama di tingkat rumah tangga, sementara di tingkat nagari dan kecamatan umumnya dikelola oleh laki-laki.

g. Belum ada kelompok masyarakat yang melakukan pengolahan sampah yaitu melakukan pemilahan sampah bahan plastik, logam, kertas, gelas dan sampah organik hanya bersifat individual.

h. Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual kembali bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut.

i. Peran pemerintah melakukan daur ulang sampah menjadi pupuk kompos tetapi belum dilakukan secara maksimal dan belum di produksi secara besar hanya dimamfaatkaan untu kebutuhan sendiri.

j. Kegiatan pemberdayaan kelompok composting di kampung sago dan salido pada tahun 2009 dan painan pada Tahun 2010.

k. Pengelolaan sampah diwujudkan dalam adanya usaha jual beli barang bekas. Sampah yang memiliki nilai jual dikumpulkan dan dipilah berdasarkan jenisnya kemudian dijual.

Permasalahan Dalam Pengelolaan Sampah

Permasalahan persampahan ditingkat masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan antara lain: 1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang

2. Perilaku masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan membuang sampah di sungai atau badan saluran, dan jalan.

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 40

3. Masih banyak masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan persampahan seperti di kecamatan – kecamatan.

C. Sub Sektor Drainase Lingkungan

Dokumen terkait