• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 1

1.1 LATAR BELAKANG

Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada masalah kesehatan lingkungan. Sanitasi lingkungan pada gilirannya akan menentukan taraf produktivitas penduduk. Situasi ini memberikan tantangan signifikan dimana Pemerintah Daerah masih dihadapkan pada persoalan belum tertanganinya tingkat kemiskinan dan permasalahan lain. Hal ini masih menjadi persoalan pembangunan Nasional dan Daerah, tidak terkecuali di Pesisir Selatan.

Sanitasi yang tidak memadai atau kurang baik di Kabupaten Pesisir Selatan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan hidup, seperti masih banyaknya kasus diare yang berakibat pada kematian bayi. Kondisi di Indonesia baru 49% penduduk Indonesia yang mampu mengakses sarana dan prasarana sanitasi yang aman. Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki sistem jaringan air limbah (sewerage) terendah di Asia; kurang dari 10 Kabupaten di Indonesia yang memiliki sistem jaringan air limbah dengan tingkat pelayanan hanya sekitar 1,3% dari keseluruhan jumlah populasi. Sementara itu, tercatat juga bahwa ternyata Indonesia harus mengalami kerugian kerugian ekonomi sebesar 56 miliar setiap tahunnya karena kondisi sanitasi dan hygiene yang masih buruk. Fakta-fakta yang kita hadapi bersama inilah, yang telah mendorong Wakil Presiden sejak 8 Desember 2009 lalu mencanangkan pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Permukiman (PPSP) di Indonesia yaitu suatu program yang diprakarsai oleh Pemerintah Pusat untuk meningkatkan Pembangunan Sanitasi di Indonesia yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Kondisi tersebut mendorong Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. untuk ikut serta dalam program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) pada tahun 2011.

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dalam rangka melaksanakan program tersebut telah membentuk Kelompok Kerja Sanitasi Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman pada tanggal 9 Maret 2011 melalui Surat Keputusan Bupati Nomor :

050/215/Kpts/BPT-PS/2011, penyusun buku putih sanitasi, membuat rencana strategis sanitasi,

membuat rencana aksi sanitasi, informasi mengenai kegiatan-kegiatan sanitasi (project “Tercapainya Lingkungan Bersih dan Sehat

Melalui Pembangunan Sanitasi yang Partisipatif di Kabupaten Pesisir Selatan 2015”

(2)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 2 digest), penetapan prioritas dan zonasi (priority setting and sanitation zoning), dan tugas-tugas lain dalam rangka peningkatan sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan.

Pada tahun 2011 POKJA telah menyusun Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir

Selatan, buku laporan studi Environmental Health Risk Assesment (EHRA), dan hasil penetapan

prioritas dan zonasi sanitasi yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi. Dokumen-dokumen tersebut, disamping sumber-sumber lain yang telah ada sebelumnya, seperti rencana strategi pembangunan Kabupaten, rencana strategi SKPD, hasil musyawarah pembangunan (musrenbang), merupakan sumber informasi yang diperlukan untuk penyusunan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK). Pengembangan layanan sanitasi Kabupaten harus didasari oleh suatu rencana Pembangunan Sanitasi Jangka Menengah (3 sampai 5 tahunan) yang kompehensif dan bersifat strategis. Strategi sanitasi Kabupaten merupakan dokumen perencanaan yang dijadikan sebagai pedoman semua pihak dalam mengelola sanitasi secara komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif untuk memperbaiki perencanaan dan pembangunan sanitasi dalam rangka mencapai target-target pencapaian layanan sektor sanitasi kabupaten. Rencana jangka menengah yang juga disebut Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) itu memang dibutuhkan mengingat Kota/Kabupaten Indonesia akan memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk memiliki layanan sanitasi yang memenuhi prinsip layanan Sanitasi menyeluruh. Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten juga dibutuhkan sebagai pengikat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya untuk dapat terus bersinergi mengembangkan layanan sanitasi kabupatennya. Setelah disepakati, Strategi Sanitasi Kabupaten akan diterjemahkan ke dalam rencana tindak tahunan (annual action plan). Isinya, informasi lebih rinci dari berbagai usulan kegiatan (program atau proyek) pengembangan layanan sanitasi Kabupaten yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya.

Dalam konteks yang lebih luas, SSK adalah sebuah langkah penting menuju pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun 2002, dengan salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak mendapatkan akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar yang merupakan target ke 10 MDGs.

Disamping itu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di Bidang Sanitasi telah menetapkan 3 (tiga) target, sebagaimana tercantum dalam tabel 1.1 berikut yang sekaligus menggambarkan kondisi umum sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan yang masih cukup jauh dari target RPJMN Bidang Sanitasi tersebut.

(3)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 3

Tabel 1.1

Target RPJMN Dan Kondisi Umum Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan No Target RPJMN Dalam Bidang

Sanitasi

Kondisi Umum Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan

1.

Stop buang air besar sembarang tempat melalui peningkatan sistem pengelolaan limbah terpusat 10% untuk penduduk, dan peningkatan sistem pengelolaan air limbah setempat bagi 90% penduduk.

 Prosentase jumlah keluarga yang

memiliki jamban sehat sebanyak 52,87%, dan sisanya tidak mempunyai jamban (masyarakat masih buang tinjanya di kebun, sungai atau di kali).

 Prosentase jumlah keluarga yang

memiliki saluran pembuangan air limbah dengan kondisi baik sebesar 44,78%. Sebagian besar masyarakat

belum mempunyai saluran

pembuangan air limbah dan membuang air limbah dari dapur ke belakang pekarangan.

 BAB di halaman belakang.

2.

Peningkatan pengelolaan

persampahan yang berwawasan

lingkungan dengan cakupan layanan hingga 80%.

Dari data 18 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh informasi 60,83% yang baru mempunyai tempat sampah dan sisanya dibuang ke sungai, kebun dan dibakar didepan rumah.

3

Pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di 100 kawasan strategis per Kabupaten.

Frekuensi genangan mencapai lebih dari satu kali setahun dialami oleh 20 % rumah tangga sementara satu bulan sekali terjadi genangan dialami oleh 8%.

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) juga diharapkan dapat memberikan pengaruh dalam hal meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dimana IPM pada tahun 2009 di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 70,61, Propinsi Sumatera Barat 73,44 dan IPM Nasional sebesar 71,76. Perbandingan IPM Kabupaten, Provinsi dan Nasional lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :

(4)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 4 Tabel 1.2.

Perbandingan IPM Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat dan IPM Nasional pada tahun 2009

I P M Kab. Pesisir Selatan Sumatera

Barat Nasional

I P M 70,61 73,44 71,76

Dilihat dari kondisi sanitasi di Kabupaten Pesisir Selatan dibandingkan dengan target RPJMN tahun 2009 – 2014 dan SPM, sedangkan aturan perundangan yang mengatur tentang Standar Pelayanan Minimal dan Pelayanan Publik yaitu:

 Undang-Undang Nomor 25 Th 2009 tentang Pelayanan Publik.

 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 65 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan

Standar Pelayanan Minimal.

 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal.

 Peraturan Menteri Dalam NegeriI Nomor 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Pemerintahan dalam NegeriI di Kabupaten/Kota.

Perbandingan kondisi sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan dibandingkan target RPJMN dan Standar Pelayanan Minimun Nasional dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut ini :

Tabel 1.3

Perbandingan RPJMN, SPM dan Kondisi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Sub Bidang RPJMN 2009- 2014 PP 16 Tahun 2006 (Standar Pelayanan Minimal) Kondisi SPM Kabupaten Pesisir Selatan Air Limbah Open defecation free untuk semua Kecamatan

Pelayanan minimal

sistem pengelolaan air

limbah Permukiman

dilakukan dengan menggunakan sistem

setempat atau

terpusat agar tidak mencemari badan air atau sumber air baku.

 Prosentase jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat sebanyak 47,51%. dan sisanya tidak memiliki jamban (masyarakat masih buang tinjanya di kebun, sungai atau di kali).

 Sementara sebagian

besar masyarakat

masih buang

tinjanya di kebun, sungai atau di kali

(5)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 5

mencemari badan air maupun sumber air baku.

 Prosentasi jumlah

keluarga yang

memiliki pembuangan air limbah dengan kondisi baik sebesar

44,78% dan

masyarakat yang

belum mempunyai

saluran pembuangan air limbah sebesar

55,22% ,dan

pembuangan limbah dilakukan dari dapur ke halaman belakang rumah. Persampahan Meningkatnya sampah yang terangkut hingga 75% Pelayanan minimal

prasarana dan sarana persampahan dilakukan melalui pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah di TPA. Prosentase jumlah keluarga yang mempunyai lubang/tempat sampah sebesar 60,83 %. Sebagian besar masyarakat masih membuang

sampah di kali, saluran irigasi atau di kebun dan dibakar. Sampah yang

terkelola sebesar 21,900 M3/Tahun. Drainase Berkurangnya wilayah genangan permanent dan temporer hingga 75% dari kondisi saat ini

Pelayanan minimal

prasarana dan sarana

drainase untuk

menghilangkan genangan.

Frekuensi genangan

mencapai lebih dari satu kali setahun

dialami oleh 16,1%

rumah tangga

sementara satu tahun sekali terjadi genangan

dialami oleh 8%,

sebulan sekali dialami oleh 0% rumah tangga, genangan ini sangat

(6)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 6 dipengaruhi oleh musim hujan dan pasang naik. Sumber : RPMN 2009-2014, PP 16 Tahun 2006 (Standar Pelayanan Minimal) dan Profil

Kesehatan 2010, data diolah.

Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah berupaya melaksanakan berbagai program kerjasama, baik dengan Pemerintah Pusat, Propinsi maupun lembaga swasta lokal seperti :

 Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).

 Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS).

 Peningkatan Kualitas Perumahan dan Bantuan Stimulasi Pembangunan Perumahan.

 Pemberdayaan Fakir Miskin dan Penyandang Masalah Kesos (Bantuan Bahan Bangunan).

 Program Pembangunan Rumah Nelayan Ramah Bencana (40 unit rumah).

 Program Kemitraan Multi Pihak bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.

Sedangkan Program Sanitasi yang didanai oleh APBD antara lain adalah : Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (Penyuluhan Masyarakat PHBS) dengan cakupan program antara lain :

 Pengembangan Lingkungan Sehat.

 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.

 Pemeliharaan rutin / berkala instalasi pengolahan air limbah rumah sakit.

 Pemeliharaan Air Minum / Air Bersih.

 Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya.

 Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku.

 Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air.

 Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.

 Pengembangan Perumahan.

 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

 Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Perdesaan.

 Koordinasi Perencanaan Penanganan Perumahan.

 Penyusunan Renstra AMPL-BM.

 Koordinasi Penyusunan Master plan Pengendalian SDA dan Lingkungan Hidup.

 Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan.

 Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.

 Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.

 Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

 Pengujian Kualitas Limbah Cair dan Udara.

 Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan.

 Investasi PDAM.

 Bantuan Pembangunan MCK di Pondok Pesantren.

(7)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 7

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah tersusunnya dokumen perencanaan strategis sanitasi Kabupaten yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan dalam jangka menengah (5 tahunan). Tujuan dari penyusunan dokumen kerangka kerja SSK ini adalah :

a. Tujuan Umum

Kerangka kerja SSK ini disusun sebagai rencana pembangunan sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun 2011 hingga tahun 2015.

b. Tujuan Khusus

1. Kerangka kerja SSK ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan selama 5 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

2. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan langkah-langkah pelaksanaan kebijakan, serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan sektor sanitasi. 3. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan

pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan.

1.3. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum yang menjadi acuan penyusunan SSK Kabupaten Pesisir Selatan adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat pusat maupun daerah, yang meliputi : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konversi Sumber Daya Alami Hayati dan

Ekosistemnya.

2. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

3. Undang-undang Nomor 23 tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Sumatera Barat. 4. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 7. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara 8. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

9. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara.

10. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 12. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

(8)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 8 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

14. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

15. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. 16. Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 Tentang Energi.

17. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (LN 69).

19. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial 20. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

21. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

22. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (TLN 5059).

23. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

24. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

25. Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1995 Tentang Perlindungan Tanaman. 27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan.

28. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 389 2).

29. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

31. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

32. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah.

33. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490).

34. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502).

35. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah. 36. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2005 Tentang Jalan.

37. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 Tentang Pinjaman Daerah. 38. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan.

39. Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah. 40. Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 Tentang Hibah kepada Daerah.

(9)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 9

41. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

42. Peraturan Pemerintah No. 06 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah.

43. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

44. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.

45. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

46. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kab./ Kota. 47. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Uang Negara/ Daerah. 48. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah.

49. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah.

50. Peraturan Pemerintah No. 06 Tahun 2008 Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

51. Peraturan Pemerintah No. 07 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. 52. Peraturan Pemerintah No. 08 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

53. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Nasional.

54. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2008 Tentang perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 06 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

55. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

56. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Modal Di Daerah.

57. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan.

58. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan UU No. 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

59. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2010 Tentang Perubahan PP No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.

60. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

61. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

62. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

63. Peraturan Pemerintah No. 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Daerah yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak

64. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah

65. Peraturan Pemerintah No. 28 Thn 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

(10)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 10 66. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah

67. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

68. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 - 2014.

69. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 70. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1996 Tentang Kawasan Industri. 71. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung.

72. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1990 Tentang Penggunaan Tanah bagi Kawasan Industri.

73. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2001 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

74. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

75. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

76. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/1992 tentang Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air.

77. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum.

78. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

79. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 494 Tahun 2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan.

80. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 07 Tahun 2006 Tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.

81. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

82. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM).

83. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/Tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).

84. Peraturan Menteri Keuangan No. Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pemberian Pinjaman Daerah Dari Pemerintah Yang Dananya Bersumber dari Pinjaman Luar Negeri.

85. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.

86. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

87. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 Tahunn 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

(11)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 11

88. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 07 Tahun 2006 Tentang Standardisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.

89. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

90. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

91. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal.

92. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pedoman Analisis Beban Kerja Di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.

93. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP).

94. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota.

95. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.

96. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

97. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

98. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum.

99. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum.

100. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL –UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum.

101. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/ 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

102. Kepmen Kimpraswil 534/2000 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Permukiman. 103. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang

Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.

104. Kepmen Kimpraswil No. 534 / 2001 Tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemetaan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum. 105. Kepmen Kimraswil No. 217 Tahun 2002 Tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional

Perumahan dan Permukiman (KSNPP).

106. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.

(12)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 12 107. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 152 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pengelolaan

Barang Daerah.

108. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

109. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil. 110. Kepmen PU Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan

persampahan.

111. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

112. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor : 5 Tahun 2000 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

113. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 13 tahun 2001 tentang Pengendalian Limbah.

114. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 17 tahun 2001 Tentang Garis Sempadan.

115. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 8 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Pembuangan Limbah.

116. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 2 tahun 2004 tentang Retribusi Pemberian Izin Pengelolaan Sumber Daya Air.

117. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Pesisir Selatan Tahun 2005 – 2025.

118. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 17 tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup.

119. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Pesisir Selatan.

120. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor : 11 tahun 2008 Tentang Sistem Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan.

121. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 7 tahun 1998 tentang Perusahaan Daerah Air Minum.

122. Peraturan Bupati Kabupaten Pesisir Selatan Nomor : 05 tahun 2010 Tentang Organisasi dan tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Pesisir Selatan.

123. Surat Edaran Mendagri Nomor 050/2020/SJ tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah.

1.4. METODE PENYUSUNAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan ini disusun oleh Tim Penyusun SSK yang dibentuk oleh Pokja AMPL–BM secara partisipatif dan terintegrasi melalui berbagai diskusi secara rutin, lokakarya dan pembekalan baik yang dilakukan oleh Tim Pokja sendiri maupun dengan dukungan fasilitasi CF/PF, KMW dan TTPS. Metode yang digunakan dalam penyusunan SSK ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu secara bertahap untuk menghasilkan

(13)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 13

dokumen perencanaan yang lengkap. Metode penyusunan SSK ini, terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini :

1) Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam visi, misi sanitasi kabupaten, dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi kabupaten. Dalam perumusan bagian ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan. 2) Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan. Analisis kesenjangan

digunakan untuk mendiskripsikan isu strategis dan kendala yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan.

1. Sumber Data

a. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi kabupaten saat ini (dari Buku Putih Sanitasi), untuk belajar dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi yang tidak diinginkan. Pada tahap ini Tim Penyusun SSK mengkaji kembali Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan untuk memastikan kondisi yang ada saat ini khususnya kondisi yang tidak diinginkan atau permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengelolaan sanitasi kabupaten. Kondisi semua sub sektor layanan sanitasi yang terdiri : sub sektor air limbah, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan dan sektor air bersih serta aspek pendukung. Metoda yang digunakan adalah kajian data sekunder dan kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi informasi.

b. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas / badan / kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta.

c. Data yang dibutuhkan antara lain : Data sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan, Data demografi, data sosial ekonomi, data institusi / kelembagaan dan data tata ruang.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik antara lain : Desk Study (kajian Literature, data sekunder) Field Research (Observasi, wawancara responden) FGD dan interview.

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara Deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Merumuskan Strategi Sanitasi Kabupaten yang menjadi basis penyusunan program dan kegiatan pembangunan sanitasi kabupaten jangka menengah Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan 5 (lima) tahunan. Dengan alat analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman serta Diagram Sistem Sanitasi.

1.5 SISTEMATIKA DOKUMEN

Penulisan dokumentasi SSK terdiri dari 7 Bab antara lain :

1. Bab pertama merupakan Pendahuluan, yang berisi latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan SSK, landasan hukum, medote dan sistematika penulisan Dokumen SSK.

(14)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 14 lain :

a. Gambaran umum kondisi sanitasi b. Visi dan misi sanitasi

c. Kebijakan Umum dan Strategi Sektor Sanitasi Kabupaten d. Sasaran Umum dan Arahan Tahapan Pencapaian

3. Bab ketiga membahas Isu Strategis dan Tantangan Sektor Sanitasi antara lain :

a. Enabling and Sustainability Aspect terdiri dari Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, Keuangan, Komunikasi, Keterlibatan pelaku bisnis, partisipasi masyarakat dan jender serta monitoring dan evaluasi.

b. Sub-Sektor dan Aspek Utama dari masing-masing sektor Air Limbah, persampahan, drainase lingkungan dan higiene.

4. Bab keempat mengenai Strategi Sekor Sanitasi Kota yang terdiri dari : a. Sasaran dan Arahan Pentahapan Pencapaian.

b. Strategi Sektor & Aspek Utama : Air Limbah, persampahan, drainase lingkungan dan Higiene c. Enabling and Sustainability Aspect, meliputi Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, Keuangan, Komunikasi, keterllibatan Pelaku Bisnis, Partisipasi Masyarakat dan Jender.

5. Bab ke lima memuat program dan kegiatan masing-masing sektor antara lain berisi : a. Program dan Kegiatan Sektor & Aspek Utama : Air Limbah, Persampahan,

Drainase Lingkungan dan Higiene.

b. Program dan Kegiatan Enabling and Sustainability Aspect : meliputi Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, Keuangan, Komunikasi, keterllibatan Pelaku Bisnis, Partisipasi Masyarakat dan Jender.

6. Bab keenam membahas strategi monev antara lain berisi :

a. Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi meliputi : Monitoring terkait pengambilan keputusan, Monitoring pelaksanaan dan Monitoring strategi.

b. Pengembangan / penyusunan indikator input, output dan outcome. c. Pengumpulan dan penyajian / pelaporan data.

(15)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 15

Bagian ini akan menjelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan arahan tentang pembangunan sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan lima tahun kedepan, Kebijakan umum sanitasi kabupaten saat ini dan arah ke depan serta tujuan dan sasaran pembangunan sektor sanitasi.

2.1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN PESISIR SELATAN 2.1.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ASPEK TATA RUANG

KONDISI GEOGRAFIS

Kabupaten Pesisir Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat. Adapun luas daerah ± 5.794,95 Km² atau 13,70 % dari luas total wilayah Provinsi Sumatera Barat, yang terletak antara 0°-59’- 2°28,6’ Lintang Selatan dan 100°19’ - 101°18’ Bujur Timur yang memanjang dari Utara ke Selatan dengan panjang garis pantai 234 Km, termasuk di dalamnya sekitar 25 pulau (kecil), dan luas perairan (laut) ± 84,312 km² serta memiliki 47 pulau-pulau kecil dengan luas ± 1.212,67 km². Kondisi topografi atau ketinggian tanah berkisar antara 0 – 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Daerah ini merupakan dataran rendah dan berbukit, yang merupakan perpanjangan dari Bukit Barisan. Sedangkan secara administrasi terdiri dari 12 Kecamatan dan 76 Nagari yaitu : Lebih jelasnya mengenai letak dan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.1

Posisi geografis daerah ini, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-Muko (Provinsi Bengkulu), sebelah Timur dengan Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Kerinci (Provinsi Jambi) dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

Dengan letak tersebut menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai gerbang masuk wilayah Selatan Provinsi Sumatera Barat yang perlu didukung oleh prasarana, baik transportasi darat dan laut yang memadai, seperti jalan nasional Padang Bengkulu dan pelabuhan Panasahan Carocok Painan.

Secara administrasi Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 12 Kecamatan dan 76 Nagari dan 363 kampung . Lebih jelasnya mengenai letak dan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.1

“Tercapainya Lingkungan Bersih dan Sehat

Melalui Pembangunan Sanitasi yang Partisipatif di Kabupaten Pesisir Selatan 2015”

(16)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 16 Tabel 2.1

Luas Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Nagari Kampung Luas Wilayah Persentase

(km2) (%)

1. Koto XI Tarusan 12 34 428,83 7,40

2. Bayang 4 32 78,82 1,36

3. IV Nagari Bayang Utara 4 15 253,08 4,35

4. IV Jurai 6 30 376,67 6,50

5. Batang Kapas 5 23 361,60 6,24

6. Sutera 4 27 449,11 7,75

7. Lengayang 9 45 595,14 10,27

8. Ranah Pesisir 4 27 569,06 9,82

9. Linggo Sari Baganti 7 40 318,14 5,49

10. Pacung Soal 8 32 745,81 12,87

11. Basa IV Balai Tapan 8 22 682,65 11,78

12. Lunang Silaut 5 36 937,04 16,17

Jumlah 76 363 5.794,95 100,00

Sumber : RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 - 2030

Dari tabel diatas tersebut, diketahui bahwa Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Lunang Silaut (929,50 Km2) dan Kecamatan Pancung Soal (740,10 Km2) serta

Kecamatan Basa IV Balai Tapan (677,50 Km2), Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling

kecil adalah Kecamatan Bayang dengan luas (78,00 Km2) dan Kecamatan IV Nagari Bayang Utara

dengan luas (250,24 Km2).

Dari jumlah nagari dan kampung, Kecamatan Koto XI Tarusan merupakan nagari yang terbanyak yaitu, mempunyai 12 nagari (dua belas) dan 34 kampung. Kecamatan Lengayang merupakan kecamatan yang mempunyai nagari terbanyak kedua dengan 9 nagari (sembilan) dan 45(empat puluh lima) kampung, sedangkan Kecamatan Bayang merupakan kecamatan yang memiliki nagari paling sedikit yaitu 4 (empat) Nagari dan 32 kampung.

Untuk studi Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dilaksanakan diseluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan. Dimana studi SSK ini juga mengacu pada studi yang dilaksanakan pada penyusunan BPS seperti studi EHRA, data sekunder, serta data lainnya yang mendukung penyusunan SSK ini.

(17)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 17 GAMBAR 2.1

PETA ADMINISTRASI KABUPATEN PESISIR SELATAN

(18)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 18

A. Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Pesisir Selatan 2010-2030

Berdasarkan hasil kajian dan analisa dengan memperhatikan karakteristik potensi dan permasalahan yang dihadapi pada setiap wilayah, serta mengacu pada arah kebijakan pengembangan wilayah dan kawasan serta pola pengembangan kawasan, telah terpilih beberapa cluster atau kelompok wilayah yang dapat diidentifikasikan sebagai kawasan strategis terpilih pusat pertumbuhan di Kabupaten Pesisir Selatan merupakan kawasan andalan yang ditetapkan oleh Kabupaten. Kawasan andalan tersebut terdiri dari :

1. Kawasan Mandeh (minapolitan);

2. Kawasan Lunang Silaut;

3. Kawasan Pelabuhan Panasahan – Wisata Carocok Bukik Langkisau;

4. Kawasan Agropolitan Perternakan;

5. Kawasan Pelabuhan Perikanan Kambang;

6. Kawasan Istana Indrapura;dan

7. Kawasan Jembatan Akar Bayang Sani.

A.1. Kebijakan Pola Struktur Kabupaten Pesisir Selatan

Kebijakan pola struktur ruang dimaksudkan sebagai upaya untuk membentuk kerangka dasar pola ruang agar tujuan pengembangan wilayah secara keseluruhan dapat dicapai melalui :

1. Opimalisasi pengembangan kegiatan 2. Optimalisasi pola ruang

3. Optimalisasi pelayanan terhadap masyarakat

Rencana pola struktur ruang dituangkan dalam bentuk 3 (tiga) aspek perencanaan, yaitu : 1. Rencana Kawasan Lindung

2. Rencana Kwasan Budidaya

3. Rencana Kawasan Budidaya yang Bernilai Strategis A.1.1. Rencana Pembentukan Wilayah Pengembangan

Rencana pembentukan wilayah pengembangan dimaksudkan untuk dapat mendistribusikan pengembangan kegiatan-kegiatan berdasarkan potensi-potensi yang ada dengan memperhitungkan pola jangkauan pengaruhnya pada kawasan sekitarnya. Melalui pembentukan Wilayah Pengembangan ini diharapkan potensi-potensi yang ada di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan wilayah Kabupaten Pesisir Selatan secara keseluruhan.

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pesisir Selatan sangat dipengaruhi oleh pengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang ada. Wilayah yang relatif luas dengan potensi serta karakteristik kawasan yang berbeda-beda mendorong diperlukannya pembagian wilayah perencanaan dalam satuan kawasan yang lebih kecil, sehingga arah pengembangan kawasan dapat dioptimalkan sesuai potensinya masing-masing, dan dengan pengembangan sistem keterkaitan antar pusat kegiatan tersebut dapat dicapai tujuan dan sasaran pengembangan kabupaten secara keseluruhan.

Rencana Strategis pengembangan Kabupaten Pesisir Selatan yang telah disusun dalam RTRW dengan pengembangan kawasan strategi meliputi :

(19)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 19

1. Kecamatan Lunang Silaut :

• Penyusunan RDTR Kota Silaut • Pembangunan Gerbang Perbatasan • Pengembangan Kota Terpadu Mandiri

• Peningkatan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan • Peningkatan Sarana Listrik dan Telekomonikasi

• Pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) • Pembangunan TPU

• Pengembangan Pasar Silaut

• Pengembangan Pusat Perbelanjaan • Pengembangan Hotel dan Restoran • Pembangunan Perbankan

• Pembangunan Pengelolaan Padi (Rice Milling ) • Perbaikan Daerah Irigasi

• Pembangunan jalan produksi perkebunan • Pembangunan sentra perternakan sapi • Pengembangan Istana Mande Rubiah

2. Basa Ampek Balai (Tapan)

• Penyusunan RDTR Kota Tapan • Pembangunan Terminal (Tipe A)

• Peningkatan Pengelolaan Sampah dan Penyediaan TPA yang ramah lingkungan • Alokasi lahan untuk Kasiba dan Lisiba

• Pembangunan Jalan Lingkar Kota • Pembangunan Gerbang Batas Provinsi • Pembangunan Rest Area

• Alokasi lahan untuk Kasiba dan Lisiba • Pembangunan Kantor Pemerintahan • Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) • Pembangunan Drainase Perkotaan

• Pembangunan Jalan dan Jembatan

• Peningkatan Sarana Listrik dan Telekomonikasi

• Peningkatan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan • Pembangunan Perguruan Tinggi (Akademi)

• Pembangunan RSUD (Tipe B)

• Pembangunan Out lite-Out Lite Cendra Mata • Pengembangan Gedung Olah Raga dan Kesenian

(20)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 20 • Pembangunan Kantor Perbankan

• Pembangunan Perhotelan/Restoran

• Pembangunan Sarana dan Prasarana Perdagangan • Pengembangan Pasar Induk Tapan

• Pembangunan Litbang Perkebunan

• Pembukaan Lahan Baru Perkebunan dan Pertanian

3. Kecamatan Pancung Soal :

• Penyusunan RDTR Kota Indrapura

• Pembangunan gedung penyelamat dan penyedian peralatan peringatan dini bahaya gempa dan tsunami

• Peningkatan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan • Peningkatan Sarana Listrik dan Telekomonikasi

• Pengembangan Pasar Indrapura

• Pembangunan Pengelolaan Padi (Rice Milling ) • Perbaikan Daerah Irigasi

• Pembangunan Jalan Produksi Perkebunan • Pembangunan sentra perternakan sapi

• Pembangunan Istana Indrapura (Konservasi Cagar Budaya)

4. Linggo Sari Baganti :

• Pembangunan Pelabuhan regional • Pembangunan Terminal Type C

• Pembangunan gedung penyelamat dan penyedian peralatan peringatan dini bahaya gempa dan tsunami

• Pembangunan Drainase/Pembuangan Air Limbah • Pembangunan Pengelolaan Padi (Milling Reci) • Perbaikan Daerah Irigasi

• Peningkatan TPI • Peningkatan Dermaga

5. Ranah Pesisir :

• Pembangunan Drainase/Pembuangan Air Limbah • Peningkatan Pasar Balai Salasa

• Pembangunan Pengelolaan Padi (Milling Reci) • Perbaikan Daerah Irigasi

(21)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 21

6. Kecamatan Lengayang :

• Peningkatan Pasar Kamis

• Pembangunan Pengelolaan Padi (Milling Reci) • Perbaikan Daerah Irigasi

• Pembangunan jalan produksi perkebunan

• Pembangunan Drainase/Pembuangan Air Limbah • Peningkatan Pasar Kamis

• Pembangunan Pengelolaan Padi (Milling Reci) • Perbaikan Daerah Irigasi

• Pembangunan jalan produksi perkebunan

• Pembangunan Drainase/Pembuangan Air Limbah • Peningkatan Pasar Kamis

• Pembangunan Pengelolaan Padi (Milling Reci) • Perbaikan Daerah Irigasi

• Pembangunan jalan produksi perkebunan

7. Kecamatan Surantih :

• Pembangunan gedung penyelamat dan penyedian peralatan peringatan dini bahaya gempa dan tsunami

• Pembangunan Drainase/Pembuangan Air Limbah • Peningkatan TPI

• Peningkatan Dermaga

• Pembangunan jalan produksi perkebunan • Perbaikan Daerah Irigasi

• Pembangunan gedung penyelamat dan penyedian peralatan peringatan dini bahaya gempa dan tsunami

• Pembangunan Drainase/Pembuangan Air Limbah • Peningkatan Dermaga

• Pembangunan jalan produksi perkebunan • Perbaikan Daerah Irigasi

8. Kecamatan Batang Kapas :

• Pembangunan Drainase/Pembuangan Air Limbah • Pengembangan Pasar Kouk

• Perbaikan Daerah Irigasi

• Pembangunan Pengelolaan Padi (Milling Reci) • Pembangunan jalan produksi perkebunan

(22)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 22

9. Kecamatan IV Jurai :

• Penyusunan RDTR Kota Painan

• Pengembangan Perkantoran Pemerintahan • Peningkatan terminal (tipe B) Sago

• Peningkatan pengelolaan sampah dan penyediaan TPA yang ramah Lingkungan

• Alokasi lahan untuk Kasiba dan Lisiba • Pembangunan Sistim Drainase Perkotaan • Pembangunan Shelter Evakuasi Tsunami

• Peningkatan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan • Pembangunan Jalan dan Jembatan

• Peningkatan Sarana Listrik dan Telekomonikasi • Peyusunan Sistim Transportasi Lokal

• Pembangunan Kantor LKAM • Pengembangan Master Plant /DED

• Pembangunan gedung penyelamat dan penyedian peralatan peringatan dini bahaya gempa dan tsunami

• Rencana Induk Sistim Proteksi Kebakaran (RISPK) • Pembangunan jalan lingkar zona utara kota

• Pembangunan Pasar Moderen Painan • Pembangunan Perhotelan/Restoran

• Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) • Pengembangan RSUD Painan

• Kawasan PACAR BULAN (Panasahan, Carocok, Bukit Langkisau) • Pembinaan Guide Wisata

• Pembangunan Kereta Gantung

• Pembangunan Out lite-Out Lite Cendra Mata • Pembangunan Perguruan Tinggi (Akademi) • Pengembangan Sarana dan Prasarana Ibadah

• Pengembangan Gedung Olah Raga dan kesenian (Stadion) • Pembangunan Taman Budaya

• Peningkatan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) • Peningkatan Pelabuhan (Regional) Panasahan 10. Kecamatan Bayang Utara

• Pembangunan terminal (Tipe C) • Peningkatan Jalan dan Jembatan

(23)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 23 • Pembangunan PLTA

• Pembangunan Drainase/Pembuangan Air Limbah • Peningkatan pasar Tradisional

• Pengembangan Sentra Holtikultura • Peningkatan wisata jembatan Akar

• Pengembangan Pabrik Pengolahan Kemiri 11. Kecamatan Bayang

• Pembangunan gedung penyelamat dan penyedian peralatan peringatan dini bahaya gempa dan tsunami

• Pengembangan Kawasan Kasiba Lisiba • Pembangunan Shelter Evakuasi Tsunami • Pengembangan Kawasan Bayang Sani • Pengembangan Pasar Modern

• Peningkatan Pasar Tradisional

• Pembangunan Pengelolaan Padi (Milling Reci) 12. Kecamatan Koto XI Tarusan

• Penyusunan RDTR Kota Tarusan

• Peningkatan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan • Pembangunan Jalan dan Jembatan

• Peningkatan Sarana Listrik dan Telekomonikasi • Pembangunan Terminal (Tipe C)

• Pembangunan Shelter Evakuasi Tsunami

• Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) • Pengembangan Pasar Tarusan

• Pembangunan Out lite-Out Lite Cendra Mata • Pembangunan Pengelolaan Padi (Milling Reci) • Kawasan Sentra Produksi Gambir, Durian, Mangga. • Pembangunan Kawasan MinaPolitan

• Perbaikan Daerah Irigasi

• Pembangunan Pabrik Pengelolaan Hasil Laut ikan dan Non Ikan • Pembangunan Litbang Kelautan

• Peningkatan Dermaga

• Pengembangan Kawasan Khusus Manufaktur Perkapalan • Peningkatan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan • Peningkatan Sarana Listrik dan Telekomonikasi

(24)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 24 • Peningkatan Pasar Tradisional

• Pembangunan Pengelolaan Padi (Rice Milling ) • Pembangunan Pabrik Gambir

• Pengembangan Kakao

• Perluasan Perkebunan Gambir • Pengembangan Perindustrian A.1.2. Rencana Struktur Ruang

Sistem hirarki perwilayah dalam bentuk pusat kegiatan, sesuai kebijakan nasional dan provinsi, potensi, dan rencana pengembangan wilayah kabupaten diperlukan untuk dapat menyusun pengembangan kegiatan kawasan yang efisien. Sistem hirarki yang dimaksud lebih ditekankan pada kedudukan kota atau pusat kegiatan dalam memberikan pelayanan pada sistem perekonomian kawasan baik di dalam kawasan maupun diluar kawasan.

(1) Pusat Kegiatan yang ditetapkan sebagai PKWp adalah Tapan. (2) Pusat Kegiatan yang ditetapkan sebagai PKL adalah Kota Painan. (3) Pusat Kegiatan yang ditetapkan sebagai PPK adalah :

a. Tarusan Kecamatan Koto XI Tarusan; b. Pasar Baru Kecamatan Bayang;

c. Kambang Kecamatan Lengayang;

d. Inderapura Kecamatan Pancung Soal; dan e. Lunang Kecamatan Lunang Silaut.

(4) Pusat Kegiatan sebagai PPL adalah sebagai berikut, yaitu : a. Barung – Barung Belantai (Kecamatan Koto XI Tarusan); b. Asam Kumbang (Kecamatan IV Nagari Bayang Utara); c. Lumpo (Kecamatan IV Jurai);

d. Pasar Kuok (Kecamatan Batang Kapas); e. Surantih (Kecamatan Sutera);

f. Amping Parak (Kecamatan Sutera); g. Koto Baru (Kecamatan Lengayang); h. Lubuk Sariak (Kecamatan Lengayang); i. Lakitan (Kecamatan Lengayang);

j. Balai Salasa (Kecamatan Ranah Pesisir); k. Air Haji (Kecamatan Linggo Sari Baganti); l. Muaro Sakai (Kecamatan Pancung Soal); m. Sindang (Kecamatan Lunang Silaut); n. Silaut (Kecamatan Lunang Silaut); o. Kumbung (Kecamatan Lunang Silaut).

(25)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 25

Gambar : 2.2

Peta Rencana Struktur Ruang

(26)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 26 A.1.3. Rencana Jaringan Jalan

Sistem jaringan infrastruktur utama atau dalam hal ini transportasi wilayah adalah penghubung bagi ruang-ruang kegiatan yang potensial, dengan transportasi pula maka pembangunan dan pengembangan daerah terpencil dapat dilakukan.

Berdasarkan arahan baik yang telah dirumuskan dalam sistranas maupun perangkat legalitas lainnya maka sistem transportasi darat diklasifikasikan menurut karakteristik fungsi pelayanannya:

 Transportasi antar kota antar propinsi

 Transportasi regional (antar kota dalam propinsi)

 Transportasi kota

 Transportasi pedesaan

(1) Selanjutnya pada masing-masing hubungan fungsional tersebut dalam hal ini berkaitan dengan sistem transportasi maka penataan peran dan fungsi jaringan yang terstruktur harus dilakukan, yaitu melalui pendekatan sistem jaringan jalan meliputi jalan nasional (K1), jalan provinsi (K3) dan jalan kabupaten (K4).

(2) Peningkatan jaringan jalan nasional (K1) meliputi ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul sebagai berikut :

a. Kota Padang – Painan – Bengkulu; b. Painan - Tapan – Sungai Penuh;dan

c. Inderapura – Muaro Sakai- Lunang- Bengkulu.

(3) Pengembangan jaringan jalan provinsi (K3) meliputi ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul sebagai berikut :

a. Koto XI Tarusan - Mandeh Tarusan - Sungai Pinang - Sungai Pisang. b. Pasar Baru – Alahan Panjang Kabupaten Solok; dan

(4) Pengembangan jaringan Jalan Kabupaten (K4) meliputi ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul sebagai berikut :

a. Barung-Barung Balantai (Tarusan) – Asam Kumbang (IV Nagari Bayang Utara) – Lumpo – Painan (IV jurai);

b. Koto Gunung (Batang Kapas) – Langgai (Sutera) – Koto Baru (Lengayang) – Sungai Liku (Balai Salasa);dan

c. Lagan (Air Haji) – Batung Transat (Inderapura) – Sarko Tapan (Tapan) – Sindang (Lunang Silaut).

A.2. Kebijakan Pola Ruang Kabupaten Pesisir Selatan Sedangkan rencana pola ruang meliputi :

a. Pola ruang kawasan lindung; dan

b. Pola ruang kawasan budidaya

Tujuan kebijakan pola ruang, tata ruang wilayah Kabupaten Pesisir Selatan adalah mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan, ketersediaan sumber daya alam.

Pola Ruang Kabupaten Pesisir Selatan yang berhubungan dengan sanitasi diarahkan pada pola ruang kawasan budidaya :

(27)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 27

(1) Rencana Pengembangan Kawasan hutan produksi meliputi;

a. Kawasan Hutan Produksi Terbatas yang tersebar di Kecamatan Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Pancung Soal, Basa Ampek Balai Tapan dan Lunang Silaut dengan luas total lebih kurang 40.004 Ha.

b. Kawasan Hutan Produksi yang dapat Konversi yang tersebar di Kecamatan Ranah Pesisir, Linggosari Baganti, Basa Ampek Balai Tapan dan Lunang Silaut dengan luas total lebih kurang 25.378 Ha.

c. Kawasan Hutan Produksi berada di Kecamatan Lunang Silaut dengan luas total lebih kurang 5.299 Ha.

(2) Rencana pengembangan hutan tanaman rakyat meliputi seluruh kecamatan yang ada hutan produksi dan hutan produksi terbatas.

(3) Rencana pengembangan kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 37 huruf c, dilakukan di seluruh kawasan kabupaten yang memiliki potensi dan sesuai untuk pengembangan perkebunan, meliputi kecamatan Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Pancung Soal, Basa Ampek Balai Tapan dan Lunang Silaut.

(4) Rencana pengembangan kawasan pertanian pada seluruh wilayah kacamatan yang memiliki potensi dan sesuai untuk pengembangan pertanian pangan, meliputi :

a. Kawasan pertanian lahan sawah irigasi teknis dikembangkan di seluruh kecamatan; b. Kawasan pertanian lahan kering dan hortikultura dikembangkan di wilayah kabupaten

yang memiliki kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian lahan kering dan hortikultura terutama di Kecamatan Koto XI Tarusan dan Kecamatan IV Nagari Bayang Utara; dan c. Kawasan agropolitan peternakan dikembangkan di wilayah Kecamatan Sutera,

Lengayang, Ranah Pesisir dan Linggo Sari Baganti dengan pusat kegiatan di Kecamatan Lengayang (Lakitan).

(5) Rencana pengembangan kawasan perikanan pada seluruh wilayah dalam kabupaten yang memiliki potensi dan sesuai untuk pengembangan perikanan, meliputi :

a. Kawasan perikanan tangkap, pengembangan perikanan tangkap dilakukan di Kecamatan Koto XI Tarusan, Bayang, IV Jurai, Batang Kapas, Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Pancung Soal, dan Lunang Silaut;

b. Kawasan perikanan budidaya, pengembangan perikanan budidaya dilakukan di seluruh kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan yang memiliki potensi budidaya perikanan dan di pusatkan di kawasan minapolitan mandeh;

(6) Rencana pengembangan kawasan peternakan pada seluruh wilayah kabupaten yang memiliki potensi dan sesuai untuk pengembangan perternakan, meliputi :

a. Peternakan dikembangkan di wilayah Kecamatan Sutera, Kecamatan Lengayang, Kecamatan Ranah Pesisir dan Kecamatan Linggo Sari Baganti dengan Pusat Pengembangan di Surantih;

b. Pengembangan Perternakan untuk sapi lokal di wilayah 12 kecamatan.

(7) Rencana pengembangan potensi pertambangan dilakukan di Wilayah Pertambangan (WP) yang berada di kecamatan IV Jurai (Lumpo dengan luas lebih kurang 922,70, IV Jurai lebih kurang 1.138 Ha dan Nagari Tambang dengan luas lebih kurang 292 Ha), Kecamatan Batang Kapas dengan luas lebih kurang 2.365 Ha, Kecamatan Sutera dengan luas lebih

(28)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 28

kurang 7.582,55 Ha, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan dengan luas lebih kurang 2.451,6 Ha dan Kecamatan Lunang Silaut lebih kurang 199 Ha.

(8) Rencana pengembangan kawasan industri pada kawasan yang sesuai untuk pengembangan industri besar, sedang, dan industri kecil, baik yang dikembangkan dalam bentuk kawasan industri, lingkungan industri, maupun industri rumah tangga yang berbasis agroindustri di Kecamatan Koto XI Tarusan (industri perikanan dan galangan kapal, gambir), Kecamatan Lengayang (peternakan dan Industri Kelapa Sawit), Kecamatan Pancung Soal (industri kelapa sawit), Kecamatan lunang silaut (industri kelapa sawit).

(9) Rencana pengembangan kawasan pariwisata memperhatikan kawasan dan jenis wisata yang dikembangkan di Kabupaten terdiri dari:

a. Kawasan Wisata Budaya di Kecamatan Pancung Soal (Istana Indrapura) dan Lunang Silaut (Rumah Mande Rubiah);

b. Kawasan Wisata Bahari berupa Wisata Pantai Teluk Kasai, Wisata Pantai Carocok Painan, Kawasan Mandeh, Sumedang, Pasir Putih, Sambungo ;dan

c. Kawasan Wisata Alam (Air Terjun Bayang Sani, Jembatan Akar, Air Terjun Timbulun, Air Terjun Pelangai Gadang, Ganting Ampalu, Air terjum Sungai Suam Lakitan dan Ekowisata Suaka Taman Nasional Kerinci Seblat Sako) ;

d. Kawasan Wisata Konservasi (pulau-pulau yang tersebar di Kabupaten Pesisir Selatan). (10) Rencana pengembangan kawasan permukiman meliputi permukiman perkotaan dan

permukiman perdesaan dikembangkan diseluruh wilayah kabupaten yang memenuhi kriteria sebagai permukiman yang terdiri dari :

a. Kawasan Permukiman Perkotaan, meliputi :

- Kawasan Kota besar terdapat di Kota Painan;

- Kawasan Kota menengah di Tapan dan Kota Terpadu Mandiri (Lunang);

- Kawasan Kota kecil di ibu kota kecamatan;

- Kawasan Permukiman Perdesaan, meliputi :

1. Pemukiman pusat pertumbuhan nagari; 2. Pemukiman kampung; dan

3. Pemukiman dusun;

(11) Rencana pengembangan kawasan budidaya peruntukan lainnya diatur dalam standar dan kriteria teknis pemanfaatan ruang dan merupakan persyaratan minimal untuk seluruh kabupaten yang meliputi :

a. Kawasan kantor pemerintahan; b. Kawasan pendidikan;

c. Kawasan pertahanan keamanan daerah dan lingkungan;dan

d. Kawasan budidaya perairan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kebijakan pola ruang wilayah Kabupaten Pesisir Selatan meliputi :

1. Peningkatan kualitas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam secara

terpadu dengan provinsi dan Kabupaten berbatasan. (Konservasi)

2. Pengguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi TNKS, hutan lindung,

kawasan lindung, cagar alam laut dan lain-lainnya. (Konservasi)

3. Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis konservasi

(29)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 29

4. Pengurangan kesenjangan pembangunan dan perkembangan wilayah Utara-Selatan.

(Ekonomi)

5. Peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan pengembangnan wilayah

pusat-pusat pemukiman melalui pengolahan sektor perkebunan, perternakan, pertanian dan perikanan dan pariwisata sesuai daya dukung wilayah. (Ekonomi Pangan)

6. Pendorong peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan. (Ekonomi dan Pangan)

7. Pendorong bertumbuhnya sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis pangan dan

kelautan sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan. (Ekonomi dan Konservasi)

8. Peningkatan dan mendorong potensi Sumber Daya Manusia untuk mengelola potensi

sumber daya alam. (Sumber daya manusia)

9. Pengembangan kawasan wisata alam dan laut melalui penetapan kawasan wisata sebagai kawasan unggulan, dikelola dengan ramah lingkungan. (Parawisata)

10. Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana. (Mitigasi Bencana)

(30)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 30

Gambar 2.3

Peta Rencana Pola Ruang kabupaten Pesisir Selatan

(31)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

(32)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 32

2.1.2 . DEMOGRAFI

A. Kependudukan

a. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2009, jumlah penduduk sekitar 448.488 jiwa. Dengan rasio, jumlah penduduk laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan, yaitu sebanyak 221.938 jiwa dan 226.550 jiwa. Jumlah ini mengalami penambahan (peningkatan) sebesar 6.231 jiwa atau 97,96%, dimana jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Lengayang yaitu 53.991 jiwa, sedangkan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara yaitu 7.590 jiwa.

Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Bayang yaitu 4,74 jiwa/Ha dan terendah terdapat di Kecamatan IV Bayang Utara yaitu 0,29 jiwa/Ha. Secara lengkap persebaran dan kepadatan penduduk per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2

Luas Wilayah, jumlah penduduk, Kepadatan dan Klasifikasi Kecamatan Di Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2009

(33)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 33 Gambar 2.4

(34)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 34

b. Proyeksi pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2011 – 2015

Berdasarkan angka pertumbuhan penduduk sebesar 1,3 %, maka didapat proyeksi pertumbuhan penduduk sampai tahun 2015 seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3

Proyeksi pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2011 sampai 2015

NO. KECAMATAN TAHUN

2011 2012 2013 2014 2015 1 Koto XI Tarusan 55,099 55,724 56,355 56,995 57,641 2 Bayang 45,843 46,363 46,888 47,420 47,958 3 Bayang Utara 8,565 8,662 8,760 8,860 8,960 4 IV Jurai 45,401 45,916 46,437 46,963 47,496 5 Batang Kapas 33,292 33,670 34,052 34,438 34,828 6 Sutera 46,048 46,570 47,098 47,632 48,172 7 Lengayang 56,283 56,921 57,567 58,220 58,880 8 Ranah Pesisir 33,551 33,931 34,316 34,705 35,099 9 Linggo Sari Baganti 43,459 43,951 44,450 44,954 45,464 10 Pancung Soal 35,467 35,869 36,276 36,687 37,103

11 Basa Ampek Balai 25,494 25,783 26,075 26,371 26,670

12 Lunang Silaut 28,973 29,301 29,634 29,970 30,309 JUMLAH 457,47 4 462,66 2 467,90 8 473,21 4 478,58 1 Sumber : RTRW Kab.Pesisir Selatan 2010 - 2030

(35)

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 35

2.1.3. GAMBARAN UMUM SITUASI SANITASI KABUPATEN PESISIR SELATAN Paparan tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan merupakan ringkasan dari Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan yang menggambarkan tentang kondisi sanitasi kabupaten saat ini. Terdiri dari gambaran umum sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan dan sektor air bersih.

A. Sub Sektor Air Limbah Cair I. Sektor Teknis

Gambaran Umum:

 Lembaga utama yang menangani sub sektor Air Limbah Rumah Tangga dan persampahan adalah

Dinas Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan dan Pertamanan serta Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Pesisir Selatan untuk limbah cair dari Industri.

 Pelibatan masyarakat dan pihak swasta dalam pengelolaan air limbah domestik belum ada.

Pengelolaan grey water (air buangan rumah tangga seperti air bekas cucian, air bekas mandi,

dan lain-lain) dilakukan oleh masyarakat hanya secara perorangan dan belum dilakukan pada satu tempat, dan kondisinya belum optimal. Sarana IPAL komunal sudah ada didirikan di beberapa lokasi percontohan melalui program Sanimas sejak tahun 2008 (ibu kota kabupaten) .

 Pengelolaan IPAL komunal dilakukan oleh masyarakat dengan bimbingan Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan.

Pengelolaan black water (limbah tinja) dilakukan oleh masyarakat mandiri, dan jasa

penyedotan kakus Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan. Gambaran Fungsi Pengelolan Air Limbah Domestik :

Fungsi pengelolaan air limbah domestic baik untuk jenis grey water maupun black water yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah:

 Penyediaan sarana daur ulang air limbah domestik

 Pengelolaan daur ulang air limbah domestik.

 Monitoring dan evaluasi kapasitas infrastruktur pengelolaan air limbah domestik.

Gambaran Kebijakan Pengelolaan Air Limbah Domestik:

Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan yang diarahkan untuk mewajibkan masyarakat di lingkungan pemukiman rumah tangga/individu untuk melakukan pengelolaan air limbah domestic (baik untuk grey water maupun black water) yang sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan hidup.

Kebijakan yang ada baru sebatas pengelolaan limbah industri melalui :

 Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 06 Tahun 2006 tentang Retribusi

Penyedotan Kakus.

 Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Rincian Biaya Penyedotan

Kakus.

(36)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 36

Layanan Pengelolaan Air Limbah domestik saat ini baru dilayani oleh pihak pemerintah penyedia jasa sedot tinja yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan dan layanannya belum menjangkau seluruh kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan. Permasalahannya saat ini di Kabupaten Pesisir Selatan baru memiliki 1 unit prasarana IPLT maupun layanan sedot tinja.

Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik

Koordinasi dalam tahap perencanaan, implementasi maupun monev belum optimal dan masih menemui beberapa kendala.

Masalah utama:

 Dalam perencanan pembangunan sektor air limbah domestik, Kab. Pesisir Selatan Belum

memiliki master plan air limbah skala kabupaten

 Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai panjang dari utara – selatan sepanjang ± 240 km sedangkan untuk pengelolaan air limbah domestik belum dapat melayani semua kecamatan dan biaya operasional yang ditimbulkan menjadi besar untuk menjangkau seluruh kecamatan.

 Hanya memiliki 1 unit IPLT yang berada di Kecamatan IV Jurai di Bukit Penyambungan.

Permasalahan air limbah domestik di Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut :

 Belum tersedianya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, sehingga

banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan benar.  Sarana program sanitasi untuk sektor lair limbah domestik saat ini masih terbatas terdapat

MCK 9 Unit di Kecamatan Koto XI Tarusan, Bayang, IV Jurai, Batang Kapas, Lengayang, dan Inderapura. Pembangunan Jamban 9 unit di Kec.IV Jurai dan Batang Kapas. Melalui Kegiatan WSLIC 2 (2002 -2007) dialkukan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi di 81 wiliyah se Kab. Pesisir Selatan, serta Pamsimas terdapat pembangunan 45 unit pada tahun 2008-2011.

Permasalahan air limbah domestik di tingkat masyarakat:

 Masih banyaknya praktek buang air besar sembarang baik di kebun, sungai, kali atau sawah.

 Belum semua warga masyarakat mempunyai akses terhadap jamban baik jamban keluarga

maupun MCK.

 Sementara kepemilikan jamban Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat sebanyak

52,87%.

 Jumlah keluarga yang memiliki saluran pembuangan air limbah dengan kondisi baik sebesar

44,78%, Sebagian besar masyarakat belum mempunyai saluran pembuangan air limbah dan membuang air limbah dari dapur ke halaman belakang rumah.

II. Sektor Non Teknis

1. Peran Serta Masyarakat Dan Gender Dalam Penanganan Limbah Cair - Gambaran Umum

Referensi

Dokumen terkait

1) Tujuan pembelajaran harus dinyatakan secara eksplisit. 2) Penahapan pembelajaran dilakukan berdasarkan kerumitan materi. 3) Penahapan pembelajaran hendaknya dilakukan

Pilihan kedua pada sekolah yang terletak di kawasan pendidikan sesuai dengan rekomendasi RTRW kota Manado, juga dari sisi tata massa bangunan, sekolah ini membentuk pola L

Oleh karena itu perencanaan dan prosedur kinerja PMT 20 KV distribusi pada jaringan tegangan menengah harus diperhatikan dan yang lebih penting lagi, sebelum PMT 20

Ulasan diatas menunjukkan bahwa mahasiswa pada era reformasi aktif dalam kehidupan politik negara, dengan memiliki kesadaran berpolitik yang tinggi sebagai wujud dari peran

Hasil analisis deskriptif data menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar dari 29 peserta didik kelas X MIPA 4 di SMA Negeri 5 Sinjai yang diajarkan dengan penerapan

Kepala bertopeng , Paruh berwarna orange muda hingga tua , Badan berwarna Biru tua , selat hitam. Jenis ini merupakan mutasi dari love bird Agapornis Personatus. Topeng pada

Sedangkan menurut Sawyer (2005:10) audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan oleh auditor internal terhadap operasi dan

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yang termasuk dalam variabel bebas adalah Sistem Pelatihan