• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sub Sektor Drainase

Dalam dokumen BAB III - DOCRPIJM f361aeced4 BAB IIIBAB 3 (Halaman 83-88)

1. Merencanakan sistem penanganan drainase yang terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan

2. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan drainase

3. Memperluas pembangunan jaringan drainase

3.2.3.4. Strategi Pengembangan Sub Sektor Air Limbah Domestik Kabupaten Aceh Besar

Tabel 3.18.

Strategi Pengembangan Sub Sektor Air Limbah Domestik Kabupaten Aceh Besar

Strategi

1. Menyusun Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Limbah Domestik. 2. Menyusun Rencana Induk (Masterplan) pengelolaan Air Limbah 3. Menambah sarana dan prasarana IPLT yang dibutuhkan

4. Melakukan pengelolaan IPLT sesuai dengan sistem yang diharapkan

5. Meningkatkan kapasitas SDM dalam melakukan pengelolaan IPLT dan pengelolaan air limbah domestik secara umum

6. Membentuk Pengelola Teknis (UPTD) untuk Pengelolaan Limbah Domestik 7. Penyadaran Masyarakat terhadap pola hidup sehat dengan penyuluhan. 8. Mencari investor dan pendanaan lain

3-84 Tabel 3.19.

Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Sub Sektor Persampahan Kabupaten Aceh Besar

Strategi 1. Meningkatkan Sarana Prasarana Persampahan

2. Menambah jumlah TPS3R di lingkungan permukiman dan perkotaan

3. Menyusun Rencana Induk Sistem Pengelolaan Persampahan (masterplant Persampahan)

4. Meningkatkan kualitas SDM

5. Melakukan pengelolaan secara Sanitary Landfill pada TPA 6. Menambah TPA atau TPST

7. Memberikan Penyuluran/penyadaran sampah 3 R dengan pemberdayaan Masyarakat 8. Pelibatan Sektor Swasta dalam Pengelolaan Sampah

Tabel 3.20.

Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Sub Sektor Drainase Kabupaten Aceh Besar

Strategi

1. Menyusun Rencana Induk (Masterplan) pengelolaan Drainase berskala Kawasan/Kabupaten

2. Membentuk Pengelola Teknis untuk Pengelola Sistem Drainase 3. Memaksimalkan pembangunan dan rehabilitasi jaringan drainase

3.2.4. RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

3.2.4.1 Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.

Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan. Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lainr encana kegiatan rinci, indicator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani

3-85 pelaksanaan proyek serta mengelola asset proyek setelah infrastruktur dibangun. Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah: - Fasilitasi Ran Perda Bangunan Gedung

Kriteria Khusus:

Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ran perda Bangunan Gedung; Komitmen Pemda untuk menindak lanjuti hasil fasilitasi Ran perda BG.

- Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas:

• Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;

• Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis-nya;

• Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Peda, swasta, dan masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stake holder setempat.

- Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kriteria Lokasi:

• Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No. 6 Tahun 2006; • Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;

• Kawasan yang dilestarikan/heritage; • Kawasan rawan bencana;

• Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/budaya dan/atau ke agamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);

- Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;

• Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya

• Kesiapan pengelolaan oleh stake holder setempat; • Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

3-86

- Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.

Kriteria Umum:

• Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kawasan perencanaan> 5Ha) atau;

• Turunan dari Tata Ruang atau masuk dalam skenario pengembangan wilayah (jika luas perencanaan <5Ha);

• Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

• Kesiapan pengelolaan oleh stake holder setempat.

Kriteria Khusus: Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:

• Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;

• Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;

• Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;

• Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stake holder setempat.

Kriteria Khusus: Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:

• Ruang public tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman (RTH Publik)

• Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No.26/2007 tentang Tata ruang);

• Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota;

• Ada rencana pengembangandan investasi Pemda, swasta, masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stake holder setempat.

3-87 Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Tradisional Bersejarah:

• Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten);

• Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan estetis;

• Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stake holder setempat.

Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK): • Ada Perda Bangunan Gedung;

• Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk >500.000 orang;

• Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi • Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008

tentang Tata Ruang;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stake holder setempat.

Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman Tradisional/Gedung Bersejarah:

• Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-Bersejarah

• Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya; • Ada DDUB;

• Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran; • Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional,

di utamakan pada fasilitas umum/social, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya; • Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan

masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stake holder setempat. Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:

• Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimalSK/peraturan bupati/walikota);

3-88

• Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan DPRD);

• Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;

• Ada lahan yang di sediakan Pemda;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stake holder setempat.

Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan:

• Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;

• Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan, terminal, stasiun, bandara);

• Ruang public atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas social masyarakat (taman, alun-alun);

• Kesiapan pengelolaan oleh stake holder setempat

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

Untuk Kabupaten Aceh Besar sendiri tahun 2014 baru membuat kegiatan Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang dan Pada tahun 2016 baru di susun Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Lambaro dan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Lubok Kecamatan Ingin Jaya.

3.2.4.2 Rencana Umum dan Panduan Rancangan Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Dalam dokumen BAB III - DOCRPIJM f361aeced4 BAB IIIBAB 3 (Halaman 83-88)

Dokumen terkait