• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III - DOCRPIJM f361aeced4 BAB IIIBAB 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III - DOCRPIJM f361aeced4 BAB IIIBAB 3"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

3-1

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

3.1.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

3.1.1.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL 2005-2025.

Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.

(2)

3-2 A. ARAHAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH NASIONAL 2015-2019

RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015-2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

(3)

3-3 yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia; 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung; 6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah

dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar; 7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan.

3.1.1.2. ARAHAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN RENSTRA DITJEN CIPTA KARYA 2015-2019.

A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN CIPTA KARYA Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

(4)

3-4 sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program- program pemberdayaan masyarakat.

(5)

3-5 Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder.

Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

3.1.2. ARAHAN PENATAAN RUANG

(6)

3-6 peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.2.2. RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional, c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di

wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

A. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

(7)

3-7 transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

B. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

• Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

C. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKSN) Kriteria:

• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, • Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:

a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga;

(8)

3-8 internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya;

d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

D. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

1. Pertahanan dan keamanan.

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasanlangsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. Pertumbuhan ekonomi,

c) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

d) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

e) memiliki potensi ekspor,

f) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, g) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

h) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

i) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

j) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

k) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

l) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa,

m)merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

(9)

3-9 q) Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

r) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

s) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

t) memiliki sumber daya alam strategis nasional

u) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

v) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian Negara, memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup rawan bencana berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

• merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, alam nasional sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan

• Sosial dan budaya.

3.1.2.3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL A. RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:

a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

(10)

3-10 B. RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

a) Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi; b) Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan; c) Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera; d) Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

Tabel 3.1

Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO

PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL

STATUS PROVINSI

(1) (2) (3) (4)

1 Kota Sabang I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Nanggroe

(11)

3-11

Ekonomi Kota Sabang Nanggroe

Aceh

(Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang) RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India / Thailand / Malaysia

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

(12)

3-12 3.1.2.4 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:

a) Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: b) Arahan pengembangan pola ruang:

c) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

d) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

e) Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

f) Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Tabel 3.3

Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN di Provinsi Aceh

NO PROVINSI PKN PKW

1 2 3 4

1 Nanggroe

Aceh Darussalam

Lhokseumawe Sabang, Banda

Aceh,Takengon, Meulaboh

3.1.2.5 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN

(13)

3-13 a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Besar (KSK) yang didasari sudut

kepentingan:

1. Pertahanan keamanan 2. Ekonomi

3. Lingkungan hidup 4. Sosial budaya

5. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi.

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: 1. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan sesuai Qanun 4 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Besar;

3. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

4. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Tabel 3.4. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Besar Bidang Cipta Karya

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

Rencana Pola Ruang

Rencana Pola Ruang wilayah KabupatenAceh Besar, terdiri atas:

a. kawasan lindung;

b. kawasan budidaya; dan

c. pola ruang laut.

Rencana Kawasan Lindung

a. Kawasan hutan lindung; b. Kawasan perlindungan setempat;

e. Kawasan lindung geologi; dan

f. Kawasan lindung lainnya.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten, terdiri atas:

a. sistem pusat kegiatan; dan

b. system jaringan prasarana wilayah kabupaten.

A. Sistem Pusat Kegiatan

1) Penetapan sistem pusat kegiatan sebagaimana meliputi:

a.Pusat Kegiatan Lokal (PKL);

b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp);

c.Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan

d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

2) PKL sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu Kota Jantho;

3) PKLp, sebagaimana dimaksu p ada ayat (1) huruf b, yaitu Kuta Malaka dengan Ibu kota Samahani; 4) PPK sebagaimana dimaksud terdiri atas :

a. PPK Lhoknga di Kecamatan Lhoknga;

(14)

3-14 Rencana Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya Kabupaten terdiri atas: a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan hutan peoduksi

konversi

c. kawasan peruntukan hutan rakyat

d. kawasan peruntukan pertanian

e. kawasan peruntukan perikanan

f. kawasan peruntukan pertambangan;

g. kawasan peruntukan industri;

h. kawasan peruntukan pariwisata;

i. kawasan peruntukan permukiman; dan

j. kawasan peruntukan lainnya.

Kawasan Peruntukan Permukiman

(1) Kawasan peruntukan permukiman terdiri atas:

a.

awasan permukiman perkotaan; dan

awasan permukiman perdesaan.

(2). Kawasan permukiman perkotaan seluas kurang lebih 5.885,98Ha meliputi:

Permukiman perkotaan

a. Peukan Bada, seluas 232,49 ha, meliputi Gampong Lam GeuEu, Gampong Rima Keuneurom, Gampong Ajuen, Gampong Paya Tieng, dan Gampong Lam Asan; b. Permukiman perkotaan Darul

Imarah, seluas 1.111, 66ha, meliputi Gampong di seluruh Kecamatan Darul Imarah; c. Permukiman perkotaan Darul

Kamal, seluas 136,29 ha, meliputi Gampong Lhang, Gampong Lambleut, Gampong Lamtadok, Gampong Lamkunyet, Gampong Lambatee, Gampong Teubalui, Gampong Neusok, dan Gampong Blang Kiree;

d. Permukiman perkotaan Ingin Jaya, seluas 957,95ha, meliputi

Gampong di seluruh wilayah Kecamatan Ingin Jaya;

e. Pemukiman perkotaan Krueng

d. PPK Indrapuri di Kecamatan Indrapuri; e. PPK Seulimeum di

Kecamatan Seulimeum;

b. PPL Krueng Raya di Kecamatan Mesjid Raya;

c. PPL Blang Bintangdi Kecamatan Blang Bintang;

d. PPL Lampeuneurut di Kecamatan Darul Imarah;

e. PPL Lhoong di kecamatan Lhoong; f. PPL Peukan Bada di Kecamatan

j. PPL Kajhu di Kecamatan Baitussalam; k. PPL Leupung di Kecamatan Leupung; l. PPL Lampakuk di Kecamatan Kuta Cotglie;

m.PPL Montasik di Kecamatan Montasik; n. PPL Sibreh di Kecamatan Sukamakmur; dan

o. PPL Krung Mak di Kecamatan Simpang Tiga;

Pengembangan Sistem Pusat Kegiatan sebagai perwujudan struktur ruang, meliputi :

a. Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai pusat kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang ramah lingkungan; b. Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL

(15)

3-15

Barona Jaya, seluas 388,46ha, meliputi Gampong di seluruh wilayah Kecamatan Krueng Barona Jaya;

f. Permukiman perkotaan Baitussalam, seluas 469,12ha, meliputi Darussalam, seluas 663,06ha, meliputi Gampong di seluruh

i. Permukiman perkotaan Blang Bintang, seluas 357,21 ha, meliputi Gampong Cot Mon Raya, Gampong Cot Geundret, Gampong Paya Ue ,Gampong Lamme, Gampong Meulayo, Gampong Lam Siem, Gampong Cot Puklat, Gampong Cot Meulangen, Gampong Teupin Batee, Gampong Cot Hoho, meliputi Gampong Klieng Mayang, Gampong Tampok Blang, Gampong Seumeureung, Gampong Sibreh Keumude, Gampong Lampisang, Gampong Aneuk Galong Baro,Gampong Aneuk Batee, Gampong Lampanah Ineu, Gampong Buhok, Gampong Lambarih Bak Mee, Gampong Tampok Jeurat Raya, Gampong ReuhatTuha, Gampong Weusiteh, Gampong Lambaro Sibreh,

oleh pengelolaan limbah industri terpadu; e. Mengembangkan PKLp, PPK dan PPL

sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan;

f. Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan;

g. Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, dan pameran;

h. Mengendalikan PKL, PKLp, PPK, dan PPL sebagai pusat perkembangan fisik kawasan perkotaan untuk mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

i. Mengendalikan perkembangan PKL, PKLp, PPK dan PPL di

kawasan rawan bencana; dan

j. Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL berbasis sumber daya alam dan jasa lingkungan di wilayah pesisir dan

pegunungan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

(7) Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai pusat kegiatan

industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang ramah lingkungan, sebagaimana dimaksud pada ayat( 6) huruf a, dilakukan di PKL Kota Jantho, PKLp Samahani, PPK Indrapuri, PPL Lhoong, PPL Lampakuk dan PPL Lamtamot;

(8) Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai pusat penelitian

dan pengembangan perkebunan,

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b, dilakukan di PKL Kota Jantho, PKLp Samahani, PPK Seulimeum, PPL Krueng Raya, dan PPL Lamtamot

(16)

3-16

Gampong Meunasah Bakthu, Gampong Niron, Gampong Blang Cot, Gampong Lam Lheu, dan Gampong Meunasah Tuha; k. Permukiman perkotaan Indrapuri,

seluas 434,85ha, meliputi:

Gampong Lam LieGanto, Gampong Ulee Kareung, Gampong Lamlubok, Gampong Sinyeu, Gampong Lheu Jeumpa, Gampong EmpeeAra,GampongLamBeutong, GampongSihom Cot, Gampong Indrapuri, Gampong Meunara, Gampong Seureumo, Gampong Pasar Indrapuri, Gampong Lampupok Baro, Gampong Lampupok Raya, Gampong Kreung Lamkareung, GampongLam Lie Tuengoh, Gampong Lam Lie Mesjid, dan Gampong Seuot Baroh;

l. Permukiman perkotaan Kota Jantho, seluas 775,97ha, meliputi Gampong Weue, Gampong Teurebeh, Gampong Buket Meusara, Gampong Jantho Makmur, dan Gampong Barueh; m. Permukiman perkotaan Montasik,

seluas 1,39 ha,

meliputi Gampong Lamraya; n. Permukiman perkotaan Kuta

Malaka, seluas 140,96 ha, meliputi Gampong Leupung Rayeuk, Gampong Reulung Glumpang, Gampong Lambaro Samahani, Gampong Tumbo Baro, Gampong Leupung Rayeuk, Gampong Leupung Riwat, Gampong Leupung Cut, dan Gampong Lam Ara Cut;

o. Permukiman perkotaan Lhoknga, seluas 356,27Ha, meliputi Gampong Meunasah Blang, Gampong Meunasah Balee, Gampong Meunasah Cut, Gampong Meunasah Lambaro, Gampong Meunasah Moncut, Gampong Meunasah Mesjid Lampuuk, Gampong Mon Ikeun, Gampong Weu Raya, Gampong Lamkruet, Gampong Lampaya, Gampong Tanjong, Gampong Lamcok, Gampong Kueh, Gampong Lamgabo, Gampong Aneuk Paya, Gampong Lam Ateuk, Gampong Lambaro Kueh; dan

dimaksud pada ayat (6) huruf c, dilakukan di PPK Lhoknga, PPK Seulimeum, PPK Lampuyang, PPL Krueng Raya, PPL Kajhu, PPL Lhoong, dan PPL Leupung;

(10)Mengembangkan PPK dan PPL sebagai pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu, sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d, dilakukan di PPK Lhoknga, PPK Indrapuri, PPK Seulimeum, PPL Krueng Raya, PPL Lhoong, dan PPL Lampakuk; (11)Mengembangkan PKLp, PPK dan PPL sebagai

pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf e, dilakukan di PKLp Samahani, PPK Indrapuri, PPK Seulimeum, PPL Lampeuneurut, PPL Blang Bintang, PPL Lampakuk, PPL Lamtamot, PPL Montasik, dan PPL Sibreh;

(12)Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan, sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) huruf f, dilakukan di PKL Kota Jantho, PKLp Samahani, PPK Indrapuri, dan PPL Lamtamot;

(13)Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai pusat

pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari,serta penyelenggaraan pertemuandan pameran, sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf g, dilakukan di PKL Kota Jantho, PKLp Samahani, PPK Indrapuri, PPK Seulimeum, PPL Krueng Raya, PPL Peukan Bada, PPL Leupung, PPL Lampakuk, PPL Lamtamot, dan PPL Sibreh; (14) Mengendalikan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai pusat

perkembangan fisikkawasan perkotaan untuk mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan, sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf h, dilakukan di PKL Kota Jantho, PKLp Samahani, PPK Lambaro Angan, PPK Seulimeum, PPK Lambaro dan PPK Indrapuri, PPL Krueng Raya, PPL Lampeuneurut ,PPL Blang Bintang, PPL Peukan Lam Ateuk, PPL Peukan Biluy, PPL Cot Iri, PPL Lhoong, PPLLampakuk, PPL Montasik, PPL Krung Mak, dan PPL Sibreh; (15) Mengendalikan perkembangan PKL, PKLp, PPK,

(17)

3-17

p. Permukiman perkotaan Seulimeum, seluas 71,19Ha, meliputi Gampong Capeung Dayah, Gampong Capeung Baroh, Gampong Lampisang Dayah, Gampong Lampisang Teungoh, Gampong Lampisang Tunong, Gampong Seuneubok, Gampong Raya, Gampong Seulimeum, Gampong Pasar Seulimeum, dan Gampong Buga.

b. Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dalam RTRW seluas 4.987,44Ha (empat ribu Sembilan ratus delapan puluh tujuh koma empa tempat hektar) yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Aceh Besar.

Kawasan Peruntukan Lainnya

(1)Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana meliputi :

a. Kawasan pertahanan dan keamanan negara; b. Kawasan transmigrasi; dan c. Kawasan Hutan Pendidikan STIK

untuk tujuan penelitian dan pendidikan.

(2)Kawasan pertahanan dan keamanan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, seluas 291,51 Ha, meliputi: a. Kawasan Markas Komando Brimob

di Lamtamot KecamatanLembah Seulawah;

b. Komando Distrik Militer (Kodim) Lhoknga di

KecamatanLhoknga;

c. Pos Ramil di Kecamatan Ingin Jaya,

Kecamatan Kota Jantho dan Kecamatan Leupung; d. Perwira penghubung (Pabung)

Jantho di Kecamatan Kota Jantho;

e. Yonif 112/Dharma Jaya di Kecamatan Darul Imarah f. Kompi Senapan (Kipan) di

(16) Mengembangkan PKL, PKLp, PPK, dan PPL berbasis sumber daya alam dan jasa lingkungan di wilayah pesisir dan pegunungan

dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf j, dilakukan di PKL Kota Jantho, PKLp Samahani, PPK Lhoknga, PPK Lambaro Angan, PPK Lambaro, PPK Indrapuri, PPK Lampuyang danPPK Seulimeum, PPLPeukan Bada, PPL Darul Imarah, PPL BlangBintang, PPL Peukan Biluy, PPL Mesjid Raya, PPL Kajhu, PPL Cot Iri, PPL Peukan Lam Ateuk, PPL Leupung, PPL Lampakuk, PPL Lamtamot, PPL Montasik, PPL Sibreh, dan PPL Krung Mak.

A. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten Sistem Jaringan Prasarana Utama

Rencana sistem prasarana utama di wilayah kabupaten meliputi:

a. Sistem jaringan transportasi darat; dan

b. Sistem jaringan transportasi laut.

c. Sistem jaringan transportasi udara

Sistem Jaringan prasarana lainnya

Sistem jaringan prasarana lainnya terdiri atas:

a. sistem jaringan energi;

b. sistem jaringan telekomunikasi;

c. sistem jaringan sumber daya air; dan

d. sistem jaringan prasarana wilayah lainnya. Pengembangan sistem jaringan sumber daya air berbasis wilayah sungai terdiri atas:

(1) Rencana system jaringan sumber daya air sebagaimana di maksud dalam Pasal 18 huruf c berdasarkan pengelolaan sumber daya air yang berbasis wilayah sungai terdiri atas: a. Pengelolaan Wilayah Sungai

b. Pengelolaan Aset Sumber Daya Air;

c. Pemanfaatan Daerah Irigasi; d. Cekungan Air Tanah (CAT); e. Jaringan air baku untuk air bersih; f. Pengembangan system pengendali banjir. Cekungan Air Tanah (CAT) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d adalah CAT Banda Aceh seluas 125.200 Ha meliputi :

a. Kecamatan Peukan Bada seluas 309 Ha; b. Kecamatan Darul Imarah seluas 1.228 Ha; c. Kecamatan Ingin Jaya seluas 2.442 Ha;

(18)

3-18

Kecamatan Seulimeum dan Kecamatan Lhoong; g. Batalyon Kavaleri (Yonkav) Penyerbu di Kecamatan Jantho; h. Kompi Markas Batalyon Zeni (Kima Yonzi) di Kecamatan Indrapuri; i. Kizipur C Yonzi di Kecamatan Indrapuri;

j. Resimen Induk Daerah Militer (Rindam) di Kecamatan Darul Imarah;

k. Depo Pendidikan dan Kejuruan Iskandar Muda (Dodikjur IM) di Kecamatan Darul Imarah;

l. kawasan Pangkalan TNI Angkatan Udara berada di Kecamatan Blang Bintang seluas kurang lebih 3 (tiga) hektar;

m. Kantor Polres di Kecamatan Kota Jantho;

n. Unit Polisi Air di Kecamatan Mesjid Raya yang juga melakukan

pengawasan untuk Pulau Rusa dan Pulau Benggala sebagai salah satu pulau terdepan Indonesia yang ada di Kabupaten Aceh Besar;

o. Kantor Polsek meliputi : 1. Polsek di Gampong Lambada Peukan Kecamatan Darussalam; 2. Polsek Peukan Biluy di Gampong Biluy Kecamatan Darul Kamal; Lampeuneurut Ujong Blang Kecamatan Darul Imarah;

e. Kecamatan DarulKamal seluas 223,70 Ha; f. Kecamatan Simpang Tiga seluas 402,80Ha; g.

Kecamatan Sukamakmur seluas 1.333 Ha; h. Kecamatan Kuta Malaka seluas 561,65 Ha; i. Kecamatan Indrapuri seluas 12.330 Ha;

j. Kecamatan Montasik seluas 5.993 Ha; k. Kecamatan Blang Bintang seluas 4.189 Ha; l. Kecamatan Kuta Baro seluas 6.128 Ha; m.Kecamatan Darussalam seluas 3.856 Ha; n.

Kecamatan Baitussalam seluas 2.005 Ha; o. Kecamatan Mesjid Raya seluas 12.820 Ha; p. Kecamatan

Seulimeum seluas 38.790 Ha;

q. Kecamatan Lembah Seulawah seluas 14.110 Ha; r. Kecamatan Kuta Cotglie seluas 12.020 Ha; dan s. Kecamatan Kota Jantho seluas 5.725 Ha.

Jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada

Ayat (1) huruf e terdiri atas:

a. Krueng Aceh dengan potensi debit air rata- rata1.000- 2.500 l/dtk;

b. Krueng Jreu dengan potensi debit air rata-rata 1.000-2.500 l/dtk;

c. Krueng Montala dengan potensi debit air rata-rata 350-1000 l/dtk; dan

d. Krueng Daroy dengan potensi debit air rata-rata 300- 500l/dtk.

Pengembangan sistem pengendali banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf meliputi

a. Pengaman sungai;

dan

b. Pengembangan Sistem Pengendalian Banjir.

Pengamanan Sungai sebagai mana dimaksud pada ayat (10) huruf a meliputi:

a. Sungai Krueng Aceh sepanjang 1,96 Km yang melalui Gampong Tanjong,Gampong Meunasah Manyang PA dan Gampong Santan di Kecamatan Ingin Jaya;

b. Sungai Krueng Aceh sepanjang 2,87 Km yang melalui Gampong Jurong Peujera, Gampong Lubuk Batee, Gampong Lambaro, Gampong Lampreh Lamteungoh dan Gampong Ujong XII di Kecamatan Ingin Jaya;

c. Sungai Krueng Aceh sepanjang 0,99 Km yang melalui

(19)

3-19 Reuhat Tuha Kecamatan Suka Makmur;

18. Polsek Pembantu di Gampong Cot Malem Kecamatan Blang Bintang;

d. Sungai Krueng Aceh sepanjang 1,11 Km yang melalui Gampong Ie Alang Masjid dan Gampong Ie Alang Dayah di Kecamatan Kuta Cot glie;

Sungai Krueng Aceh sepanjang 1,60 Km yang melalui Gampong Capeung Dayah, Gampong Capeung Baroh dan Gampong Lampisang Dayah di Kecamatan Seulimeum;

f. Sungai Krueng Aceh sepanjang 0,68 Km yang melalui

Gampong Seuneubok di Kecamatan Seulimeum;

g. Sungai Krueng Lhoong sepanjang 2,40 Km yang melalui Gampong Mon Mata dan Gampong Meunasah Keutapang di Kecamatan Lhoong; dan

h. Sungai Krueng Raba sepanjang 1,18 Km yang melalui

Gampong Mon Ikeun di Kecamatan Lhoknga. Pengembangan sistem pengendali banjir sebagaimana

dimaksud pada ayat (10) huruf b terdiri atas : a. penyediaan kolam retensi;

b. penyediaan embung;

c. pembuatan sumur resapan di permukiman perkotaan dan

perdesaan di seluruh kecamatan;

d. pembuatan lubang resapan biopori di

permukiman perkotaan dan perdesaan di seluruh kecamatan;

e. pembangunan tanggul; f. normalisasi sungai; dan

g. pengerukan sungai.

Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

1) Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf d terdiri atas:

(20)

3-20

19. Polsek di Gampong Sihom Cot Kecamatan Indrapuri; 20.Polsek di Gampong

Lamjuhang Kecamatan Lhoong;

21.Polsek di Gampong Lam lumpu Kecamatan Peukan Bada;

22.Polsek di Gampong Seulimeum Kecamatan Seulimeum; dan

23.Polsek di Gampong Gugop Kecamatan Pulo Aceh. p. Kantor

Koramil,meliputi:

1. Koramil Peukan Biluy di Gampong Biluy Kecamatan Darul Kamal;

2. Koramil 07 di Gampong Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam;

3. Koramil di Lampeuneurut Ujong Blang Kecamatan DarulImarah;

4. Koramil di Gampong Lubuk Batee Kecamatan Ingin Jaya; 5. Koramil di Gampong Jantho Makmur Kecamatan

KotaJantho;

6. Koramil di Gampong Reuhat Tuha Kecamatan SukaMakmur;

7. Koramil di Gampong Lamseunia Kecamatan Leupung;

8. Koramil di Gampong Lambro Bileu Kecamatan Kuta Baro; 9. Koramil di Gampong Meunasah Kulam Kecamatan Mesjid Raya;

10.Koramil diGampong Weu Bada Kecamatan Montasik; 11.Koramil di Gampong Reukih Dayah Kecamatan Indrapuri; 12.Koramildi Gampong

Lamjuhan di KecamatanLhoong; 13.Koramil 10 di Gampong Paya Tieng Kecamatan PeukanBada;

(2) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a terdiri atas:

a. Lokasi tempat pembuangan sampah sementara (TPS) meliputi :

1. Desa Saree Aceh di Kecamatan Lembah Seulawah sebanyak 1 (satu) unit; 2. Gampong Peukan Seulimeum di

Kecamatan Seulimeum sebanyak 1 (satu) unit;

3. Desa Lampakuk Kecamatan Kuta Cot glie sebanyak 2 (dua)

unit;

4. Pasar Indrapuri Kecamatan Indrapuri sebanyak 2 (dua)

unit;

5. Desa Lambaro Kecamatan Ingin Jaya sebanyak 2 (dua)

unit; dan

6. Desa Cot Irie Kecamatan Krueng Barona Jaya sebanyak 1 (satu) unit.

b. Lokasi tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) dan atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) dengan menerapkan sistem operasional

sanitary landfill untuk melayani wilayah permukiman sekitar perkotaan terdiri atas: 1. TPA Regional Blang Bintang di Gampong Data Makmur, Kecamatan Blang Bintang, seluas lebih kurang dua ratus enam hektar (±206 Ha), dengan wilayah pelayanan meliputi: a).Kecamatan Peukan Bada;

b).Kecamatan Blang Bintang; c).Kecamatan Krueng Barona Jaya; d).Kecamatan Darul Kamal;

(21)

3-21

15.Koramildi Gampong

Lamteng Kecamatan Pulo Aceh.

Kawasan transmigrasi berada di Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan Lembah Seulawah, Kecamatan Seulimeum dan Kecamatan Kuta Cot Glie seluas kurang lebih 2.978,35Ha (dua ribu Sembilan ratus tujuh puluh delapan koma tiga puluh lima hektar); (4). Kawasan Hutan Pendidikan STIK

untuk tujuan penelitian dan pendidikan berada di Kecamatan Kota Jantho seluas kurang lebih 132,87Ha (seratus tiga puluh dua koma delapan puluh tujuh hektar).

Kecamatan

Meusara di Kecamatan Kota Jantho, seluas kurang lebih 2

(dua) hektar, dengan wilayah pelayanan meliputi :

a).Kecamatan Kota Jantho; b).Kecamatan Seulimeum; c). Kecamatan Kuta Cotglie; d). Kecamatan Indrapuri; dan

e). Kecamatan Kuta Malaka. c. Rencana peningkatan tempat pembuangan

sampah sementara

(TPS) berupa Arm Roll Container akan di tempatkan pada setiap permukiman perkotaan, pasar dan fasilitas sosial;

d. Pengembangan teknologi pengelolaan sampah yang dikelola

dari sumbernya dengan teknologi komposting sampah organik dan sistem

Reduce (mengurangi), Reuse

(menggunakan kembali) dan Recycle

(mendaur ulang) atau 3R sesuai kawasan permukiman;

e. Pengangkutan sampah dilakukan dari depo wadah komunal

(TPS) ketempat pembuangan akhir regional atau untuk pengumpulan sampah langsung dari sumber-sumber sampah besar langsung ke TPA; dan

f. Pengembangan penyediaan sarana prasarana pengolahan sampah; dan g. Melakukankoordinasi antar lembaga

pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar terpadu dalam pengelolaan sampah. (3) Sistem jaringan air minum sebagai mana di maksud

pada ayat(1)

huruf b terdiri atas:

(22)

3-22

Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Barona Jaya, Kecamatan Darussalam, Kecamatan Baitussalam dan Kecamatan Mesjid Raya;

b. Instalasi pengolahan air di Gampong Meunasah Siron Kecamatan Ingin Jaya bersumber dari Krueng Aceh dengan kapasitas sumber 1.000–2.500l/dt, kapasitas terpasang intake 160 l/dt dan kapasitas distribusi 40 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan Sukamakmur, sebagian Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Barona Jaya, Kecamatan Darussalam, Kecamatan Baitussalam dan Kecamatan Mesjid Raya.

c. Instalasi pengolahan air di Gampong Teureubeh Kecamatan Kota Jantho bersumber dari Krueng Mountala dengan kapasitas sumber 350–1.000l/dt, kapasitas terpasang intake 40 l/dt dan kapasitas distribusi 40 l/dt, dengan cakupan

layanan meliputi wilayah Kecamatan Kota Jantho;

d. Instalasi pengolahan air di Gampong Leuue Kecamatan Darul Imarah bersumber dari Mata Ie dengan kapasitas 300–500 l/dt, kapasitas

terpasang intake 120 l/dt dan kapasitas distribusi 100 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi Kecamatan Darul Imarah, sebagian Kecamatan Darul Kamal, Kecamatan Peukan Bada dan sebagian Kecamatan Lhoknga;

e. Instalasi pengolahan air di Gampong Buga Kecamatan Seulimeum bersumber dari Krueng Buga dengan kapasitas sumber 500 – 1.500 l/dt, kapasitas terpasang 10 l/dt dan kapasitas distribusi 10 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi Kecamatan Seulimeum;

f. Instalasi pengolahan air di Gampong Geundring Kecamatan Darul Imarah bersumber dari Mata Ie

Daroy dengan kapasitas sumber 300–500l/dt, kapasitas terpasang Intake 40l/dt dan kapasitas distribusi 40 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Darul Kamal dan sebagian Kecamatan Darul Imarah;

(23)

3-23

Luthu Kecamatan Sukamakmur bersumber dari Krueng Luthu dengan kapasitas sumber 100 – 500 l/dt, kapasitas terpasang intake 10 l/dt dan distribusi 10 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Kuta Malaka;

h. Instalasi pengolahan air di Gampong Cot Kareung Kecamatan Indrapuri bersumber dari Krueng Tuan Tale dengan kapasitas sumber 40–100l/dt, kapasitas terpasang intake 40l/dt dan kapasitas distribusi 40 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Indrapuri;

i. Broncaptering di Gampong Lambaro Kueh Kecamatan Lhoknga bersumber dari Mata Ie Glee Taron dengan kapasitas sumber 110 l/dt, kapasitas terpasang broncaptering

35 l/dt dan

Kapasitas distribusi 5–35 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Lhoknga dan sebagian Kecamatan Peukan Bada;

j. Intake di Gampong Luthu Kecamatan Sukamakmur bersumber dari Krueng Luthu dengan kapasitas sumber 100–500l/dt, kapasitas terpasang intake 10 l/dt dan kapasitas distribusi 10 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Sukamakmur dan sebagian Kecamatan Montasik; dan

k. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), meliputi Gampong Lhok kruet di Kecamatan Lhoknga dan Gampong Ie Seu Um di Kecamatan Mesjid Raya. Sistem pengolahan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. Sistem pembuangan air limbah (sewage) mencakup sistem pengolahan air limbah (IPAL) yang terletak di Gampong Meunasah Mon Kecamatan Mesjid Raya;

b. Sistem pembuangan air buangan rumah tangga (sewerage) mencakup sistem pengelolaan sanitasi setempat (on site sanitation) untuk industri, hotel, rumah makan, rumah tangga serta pengolahan sanitasi terpusat (off site sanitasi) bagi komplek perumahan baru;

c. pemenuhan prasarana septictank untuk setiap rumah pada

(24)

3-24

d. pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman padat, kumuh dan fasilitas umum; dan

e. penyediaan sarana prasarana pengolahan limbah industri, limbah medis, limbah berbahaya beracun (B3) secara mandiri pada fasilitas tertentu maupun secara terpadu.

(5) Sistem pengembangan dan peningkatan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d terdiri atas :

a. Pembagian blok drainase, terdiri atas: 1. Blok Drainase Permukiman Perkotaan sekitar Kota Banda

Aceh terdiri atas:

a). Kecamatan Peukan Bada, meliputi : Gampong Paya Tieng, Gampong Lam Asan, Gampong Rima Keuneurom dan Gampong Ajuen; Gampong Pasheu Beutong, Gampong Lam Bheu, Gampong Gue Gajah, Gampong Ulee Lueng, Gampong Punie, Gampong Lampeuneurut Ujong Blang, Gampong Lampeuneurut Gampong, Gampong Lamcot, Gampong Bayu, Gampong Lamsidaya dan Gampong Kuta Karang;

c). Kecamatan Ingin Jaya, meliputi : Gampong Tanjong,

(25)

3-25

Gampong Cot Surui;

d). Kecamatan Blang Bintang, meliputi : Gampong Cot

Geundret, Gampong Cot Karieng, Gampong Cot Malem,

Gampong Cot Paya Ue, Gampong Lamme, Gampong Cot Mon Raya dan Cot Gampong Cucum, Gampong Krueng Anoi, Gampong Seupeu dan Gampong Krueng Bak Jok;

f). Kecamatan Darussalam, meliputi: Gampong Tanjung

Selamat, Gampong Miruk Taman, Gampong Tungkok, Gampong Lam Duroy, Gampong Lam Biheu, Gampong Lambaro Sukon, Gampong Lampuuk dan Gampong Limpok; dan

g). Kecamatan Baitussalam, meliputi : Gampong Baet, Gampong Cadek, Gampong Kajhu, Gampong Cot Paya, Gampong Blang Krueng dan Cot Aron.

2. Blok Drainase Permukiman Perkotaan Sibreh meliputi:

Gampong Lambarih Bak Mee, Gampong Lambarih Jurong

Raya, Gampong Bukloh, Gampong Niron, Gampong Aneuk Batee, Gampong Meunasah Bakthu, Gampong Lampisang, Gampong Aneuk Galong Baro, Gampong Aneuk Galong Titi, Gampong Semeureung dan Gampong Sibreh Keumude;

3. Blok Drainase Permukiman Perkotaan

Indrapuri meliputi

(26)

3-26

4. Blok Drainase Permukiman Perkotaan Jantho meliputi

Gampong Barueh, Gampong Jantho Makmur dan Gampong

Buket Meusara; dan

5. Blok drainase permukiman kota Lhoknga meliputi

Gampong Meunasah Blang, Meunasah Balee, Meunasah Cut, Meunasah Lambaro, Meunasah Moncut, Meunasah Mesjid Lampuuk, Mon Ikeun, Weu Raya,Lampruet, Lampayak, Tanjong, Lamcok, Kueh, lamgabo, Aneuk Paya, Lam Ateuk, Lambaro Kueh.

b. Sistem saluran meliputi penempatan saluran primer (conveyor drain), saluran pengumpul sukender dan tersier (collector drain); dan c. Sistem pembuangan terdiri dari :

1. Pemasangan pintu air yang kedap air beserta pompa air

pada hilir saluran; dan

2. Penataan sistem saluran di Gampong Rabo Kecamatan

Seulimeum, Gampong Bakoy Kecamatan Ingin Jaya dan

Gampong Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah.

Tabel 3.5.

Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Besar (KSK) berdasarkan RTRW

Kawasan Strategis Kab. Aceh Besar Sudut Kepentingan Lokasi / Batas Kawasan

Kawasan Strategis Nasional berupa KSN:

a. a. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas :

1. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Banda Aceh Darussalam meliputi seluruh kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar kecuali Kecamatan Pulo Aceh; dan

2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang meliputi Kecamatan Pulo Aceh. b. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pemeliharaan pertahanan dan keamanan negara, berupa kawasan perbatasan negara meliputi dua pulau terluar terdapat di Pulau Benggala dan Pulau Rusa.

Kepentingan Ekonomi dan Lingkungan serta pertahanan keamanan

Wilayah Kapet meliputi 22 Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar kecuali 1 kecamatan Pulo Aceh.

Kawasan BPKS meliputi Kecamatan Pulo Aceh di Kabupaten Aceh Besar

(27)

3-27

Kawasan strategis provinsi berupa:

a. Kawasan strategi provinsi dari sudut kepentingan Ekonomi berupa Kawasan pusat perdagangan dan distribusi Aceh atau ATDC (Aceh Tradeand Distribution Center) Zona Pusat (Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie dengan lokasi pusat agro industridi Kabupaten Aceh Besar);

b. Kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan sosial

budaya meliputi :

1.Kawasan Cagar Budaya Peninggalan Kesultanan Aceh, meliputi Kecamatan Mesjid Raya;

2.Kawasan Makam Korban Tsunami, meliputi Kecamatan Lhoknga dan Kecamatan Ingin Jaya; dan 3.Kawasan Pusat Pendidikan dan Olahraga Terpadu,

meliputi Kecamatan Baitussalam, Kecamatan Darussalam dan Kecamatan Mesjid Raya.

c. Kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi Kawasan Gunung Seulawah di Kecamatan Seulimeum dan Kecamatan Lembah Seulawah.

Potensi Ekonomi dan Potensi Sosial

- Kawasan strategi provinsi ATDC meliputi seluruh wilayah kabupaten Aceh kepentingan fungsi dan daya dukung

Kawasan Strategis Kabupaten yaitu :

a. KSK Kawasan Perkotaan sekitar Kota Banda Aceh meliputi: Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Darul Kamal, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan

Kuta Baro, Kecamatan Darussalam, Kecamatan Baitussalam dan Kecamatan Mesjid Raya. b. KSK Koridor perkotaan Lambaro – Sibreh;

c. KSK Agrowisata Saree;

d. KSK Agropolitan Indrapuri meliputi Kecamatan Seulimeum, Kecamatan Kuta Malaka, Kecamatan Kuta Cotglie, Kawasan Jalin - Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan Montasik dan Kecamatan Lembah Seulawah;

e. KSK Minapolitan Perikanan Laut Baitussalam –

Ekonomi KSK Kawasan Perkotaan sekitar Kota Banda Aceh meliputi: Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Darul Kamal, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Kuta Malaka

(28)

3-28

Mesjid Raya

meliputi Kecamatan Baitussalam, Kecamatan Mesjid Raya, Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Pulo Aceh, Kecamatan Leupung dan Kecamatan Lhoknga; Kecamatan Montasik, Kecamatan Kota Jantho,

Kecamatan Indrapuri dan Kecamatan Leupung; g. KSK Pembangunan Kota Baru Pemerintahan

meliputi Kecamatan Kuta Malaka seluas ±300 ha; dan

h. Kawasan Terminal Tipe Bdi Gampong Suka Mulia Kecamatan Lembah Seulawah menjadi Rest Area.

KSK Agropolitan meliputi Kecamatan Indrapuri, Kuta Cot glie, Kota Jantho, Seulimeum, Kuta Malaka, Montasik, Kuta Malaka dan Lembah Seulawah

KSK Minapolitan Perikanan Laut

Baitussalam –Mesjid Raya

Meliputi Kecamatan Baitussalam, Kecamatan Mesjid Raya, Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Pulo Aceh, Kecamatan Leupung dan Kecamatan Lhoknga; Kecamatan Kuta Malaka, Kecamatan Montasik, Kecamatan Kota Jantho

KSK Pembangunan Kota Baru Pemerintahan meliputi

(29)

3-29 Tabel 3.6. Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Besar terkait

Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

No. Usulan Program Utama

SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR

(30)

3-30 Aceh Besar

(31)
(32)

3-32

(33)

3-33

PROGRAM PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS

(34)

3-34 dan peningkatan

Prasarana dan sarana

pengendalian pemanfaatan ruang

Perindustrian dan

Perdagangan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pendidikan

3.1.3 ARAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS

Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

(35)

3-35 Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger- Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan- Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende- Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/

Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN,11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau Papua (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).

(36)

3-36

Tabel 3.7.

Daftar 35 WPS

Kelompok WPS WPS

WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-Api; Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru;

WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman

Batam-Bintan-Karimun;

Jambi-Palembang-Bangka Belitung (Pangkal Pinang)

WPS Konektivitas Keseimbangan

WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sambas; Gorontalo- Bolaang Mongondow;

WPS Konektivitas dan Pusat Pertumbuhan Wisata

Denpasar-Padang Bay

WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang dan Hinterland

Sabang-Banda Aceh-Langsa

Kelompok WPS WPS WPS Pusat Pertumbuhan Baru, Hinterland

dan Perbatasan

Jayapura-Merauke

WPS Pusat Pertumbuhan Wisata dan Hinterland

(37)

3-37

WPS Pertumbuhan Baru dan Perbatasan Kupang-Atambua

WPS Pertumbuhan Baru Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap; Mamuju-Mammasa-Toraja-Kendari

WPS Pertumbuhan Terpadu Baru dan Wisata

Labuan Bajo-Ende

WPS Pertumbuhan Wisata dan Hinterland

Pulau Sumbawa

WPS Perbatasan Temajuk-Sebatik

WPS Aksesibilitan Baru Nabire-Enarotali-(Ilaga-Timika)-Wamena

WPS Pulau Kecil Terluar Pulau Pulau Kecil Terluar (tersebar)

(38)

3-38 A. KRITERIA DAN KETENTUAN KAWASAN STRATEGIS

Mengacu pada RTRW Nasional dan RTRW Aceh maka terdapat beberapa lokasi di wilayah Kabupaten Aceh Besar yang menjadi bagian dari Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi sehingga menjadi potensi bagi daerah untuk menetapkan pula Kawasan Strategis Kabupaten.

Mengenai klasifikasi kawasan strategis, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 1 angka 28, 29, dan 30 dikemukakan bahwa:

Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan nagara, pertahanan dan keamanan Negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Perbedaan yang tegas antara kawasan strategis nasional (KSN) dengan kawasan strategis provinsi (KSP) dan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota berkaitan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Dalam PP No.26/2008 tentang RTRWN, khususnya Pasal 75 dikemukakan bahwa penetapan kawasan strategis nasional (KSN) dilakukan berdasarkan kepentingan: a. pertahanan keamanan,

b. pertumbuhan ekonomi, c. sosial dan budaya,

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Jenis kawasan strategis ini antara lain:

a. Kawasan yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan keamanan, antara lain adalah kawasan perbatasan negara, termasuk pulau2 kecil terdepan dan kawasan latihan militer.

b. Kawasan yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, antara lain adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal serta kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas.

(39)

3-39 termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia, seperti kompleks candi Borobudur dan kompleks candi Prambanan.

d. Kawasan yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan atau tekhologi tinggi antara lain adalah kawasan pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir.

e. Kawasan yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan antara lain adalah kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti Taman Nasional Lorentz, Taman nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional Komodo.

B. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN) DI WILAYAH KABUPATEN ACEH BESAR Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar meliputi :

1. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bandar Aceh Darussalam. Sudut kepentingan dari kawasan strategis nasional ini juga adalah pertumbuhan ekonomi. Kawasan ini akan mencakup wilayah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar (termasuk pulau-pulau di Kepulauan Aceh Besar), dan Kabupaten Pidie. Pengembangan KAPET Bandar Aceh Darussalam serta Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang bila bersinergi akan memberikan peluang munculnya

“pusat pertumbuhan” (growth center) di ujung utara Pulau Sumatera, yang akan

menjadi “pintu gerbang” ekonomi Indonesia bagian barat berhadapan dengan

ASEAN, Asia Selatan, Timur Tengah, Eropa, Afrika, dan Global.

Cakupan KSN KAPET Bandar Aceh Darussalam yang berada di Kabupaten Aceh Besar meliputi seluruh kecamatan yang ada kecuali Kecamatan Pulo Aceh. Hal ini ditegaskan melalui Keputusan Gubernur Aceh No.139/297/2010 tentang Penyesuaian Wilayah Kerja Badan Pengelola Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bandar Aceh Darussalam yaitu meliputi seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, dan Kota Banda Aceh.

(40)

3-40 2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas sabang sejatinya merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada Pemerintah Kota Sabang. Namun kemudian juga mengikutkan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar yaitu Kecamatan Pulo Aceh.

3. Kawasan perbatasan negara.

Kawasan strategis perbatasan negara antara lain termasuk pulau-pulau kecil terdepan yang merupakan perbatasan NKRI dengan negara India/Thailand/Semenanjung Malaysia. Kawasan ini termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan keamanan.

Di wilayah Kabupaten Aceh Besar, yang menjadi bagian dari kawasan strategis ini adalah Pulau Rusa dan Pulau Benggala (menurut RTRWN).

Pulau-pulau yang menjadi bagian KSN ini merupakandaerah tidak berpenghuni sehingga diarahkan untuk pengelolan pertahanan dan keamananolehpemerintah pusat guna menjaga kedua pulau tersebut sebagai bagian terluar wilayah kedaulatan NKRI.

C. KAWASAN STRATEGIS ACEH (KSA) DI WILAYAH KABUPATEN ACEH BESAR Berdasarkan kelompok sudut kepentingan pengembangannya, penetapan KSA tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini.

1. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Ekonomi.

Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Ekonomi berupa Kawasan pusat perdagangan dan distribusi Aceh atau ATDC (Aceh Trade and Distribution Center) Zona Pusat (Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie dengan lokasi pusat agro industri di Kabupaten Aceh Besar).

2. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Sosial Budaya.

Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Sosial Budaya yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar, meliputi :

a. Kawasan Cagar Budaya Peninggalan Kesultanan Aceh di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Kriteria KSA ini adalah pelestarian peninggalan budaya Aceh dan nasional. Peninggalan budaya dimaksud mencakup bangunan dan/atau situs peninggalan Kesultanan Aceh yang terletak di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Arahan penanganan KSA ini meliputi:

- Pelestarian cagar budaya.

- Sebagai objek wisata budaya dan religi.

(41)

3-41 Benteng Indra Patra seluas 0,25 Ha yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Besar sehingga diperlukan upaya-upaya pelestarian terhadap benda peninggalan dan kondisi ruang yang membentuk sejarah peninggalan Kesultanan Aceh.

b. Kawasan Makam Korban Tsunami

Kawasan makam korban tsunami tersebar di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar merupakan peninggalan berharga yang menjadi pengingat sejarah terjadinya bencana dahsyat gempa bumi dan tsunami tahun 2004 di wilayah Aceh dan sekitarnya. Kawasan ini dibentuk menjadi kawasan strategis Aceh yang ditinjau dari aspek sosial budaya, sehingga pengelolaannya harus menunjang kegiatan sosial budaya, seperti untuk wisata religi, sejarah, dan pendidikan.

Di Kabupaten Aceh Besar, kawasan strategis Aceh ini terdapat di Kecamatan Lhoknga, dan Kecamatan Ingin Jaya. Pengelolaannya dibatasi untuk kegiatan-kegiatan sosial budaya, sehingga manfaat yang diharapkan dari kawasan strategis ini yaitu sebagai obyek wisata religi, sejarah, dan pendidikan dapat terpenuhi dan tidak hilang termakan waktu.

c. Kawasan Pusat Pendidikan dan Olahraga Terpadu

Kawasan Pusat Pendidikan dan Olahraga Terpadu, meliputi Kecamatan Baitussalam, Kecamatan Darussalam dan Kecamatan Mesjid Raya

3. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup.

Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup yang terdapat dalam Wilayah kabupaten Aceh Besar adalah Kawasan Gunung Seulawah mencakup dari Gunung Seulawah hingga ke kaki gunungnya, yang terletak di Kecamatan Seulimeum, dan Kecamatan Lembah Seulawah.

Kriteria KSA Kawasan Gunung Seulawah ini adalah perlindungan ekosistem, sebagai gunung berapi (volkanik) yang solitair. Keunikan Gunung Seulawah (Agam) adalah adanya potensi panas bumi dan air panas, hulu (upstream) dari sejumlah sungai, dan potensi pengembangan pertanian dan pariwisata.

Arahan penanganan KSA Kawasan Gunung Seulawah ini meliputi: - Konservasi alam sebagai suatu ekosistem gunung berapi. - Pemanfaatan panas bumi (geothermal) Gunung Seulawah.

(42)

3-42 D. RENCANA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN ACEH BESAR

Berdasarkan Klasifikasi penataan ruang, nilai strategis kawasan adalah kawasan strategis propinsi/Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Propinsi/Kabupaten/Kota tehadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan.

Penentuan kawasan strategis berdasarkan jenis dan kriteria kawasan strategis tersebut diatas juga mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang tertuang di dalam PP No. 26 Tahun 2008 dan Rencana Tata ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) serta arahan pengembangan rencana kawasan strategis pada tingkat atau skala Kabupaten Aceh Besar.

Melihat sisi ketersediaan dan potensi sumber daya alam yang ada, maka kawasan strategis kabupaten yang akan ditetapkan di wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah termasuk jenis kawasan strategis dari sudut pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang ada berbasis pada sektor pertanian dan perikanan laut yang mendukung kepentingan ekonomi wilayah Kabupaten Aceh Besar. Kawasan strategis ini meliputi Kawasan Perkotaan Sekitar Kota Banda Aceh, Kawasan Koridor Perkotaan Lambaro-Sibreh, Kawasan Agrowisata Saree, Kawasan Agropolitan Indrapuri, Kawasan Minapolitan Perikanan Laut Baitussalam, Kawasan Minapolitan Perikanan Darat Kota Jantho, Kawasan Pembangunan Kota Baru di Kecamatan Kuta Malaka, dan Kawasan Terminal Tipe B di Gampong Suka Mulia Kecamatan Lembah Seulawah menjadi Rest Area.

Kawasan Agropolitan sebelumnya telah diusulkan melalui SK Menteri Pertanian No. 22 tahun 2002 tentang Program Rintisan Kawasan Agropolitan Tahun 2003 dan ditetapkan melalui SK Gubernur NAD No.12 tahun 2003 tentang Penetapan Kawasan Agropolitan NAD. Selain itu Bupati Aceh Besar pada tahun ini juga telah menetapkan Lembah Seulawah sebagai Kawasan Agropolitan.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Besar Bidang Cipta Karya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan memberikan respon yang sama terhadap keberhasilan pelaksanaan penyambungan ubikayu, namun rata-rata pada perlakuan cara

b. Surat keterangan bahwa pengunduran diri telah diterima dan sedang dalam proses, yang ditanda tangani oleh pejabt yang berwenang. 12 Apabila Calon adalah Gubernur,

Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Return on Asset (ROA) perusahaan industi

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa dalan cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS hubungan antar warga masyarakat masih menjalin hubungan yang sangat baik untuk mencapai

Bahan baku agregat dari kelompok andesit piroksen memperlihatkan tekstur hipokris- talin porfiritik, dengan fenokris (± 5% - 20%), berukuran 0,5 - 2,0 mm, berbentuk subhedral

Subrogasi atau subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung, yang telah Subrogasi atau subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung, yang

Kebijakan- kebijakan yang perlu ditempuh mengenai pidana penjara dalam rangka mewujudkan ide pemasyarakatan adalah (1) membatasi perumusan pidana penjara secara

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : (1) Bagaimana keterkaitan