• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUBDIN KESGA DAN KB

Dalam dokumen IndikaTor (Halaman 55-79)

INDIKATOR YANG DIBUTUHKAN OLEH DINAS KESEHATAN

A. SUBDIN KESGA DAN KB

1. Cakupan Ibu Hamil Mendapat Pemeriksaan K-1 a. Pengertian :

Ibu hamil mendapat pemeriksaan Kl adalah ibu hamil yang kontak pertama kali dengan petugas kesehatan selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar 5 T. standar 5 T yang dimaksud adalah : - Pemeriksaan /

pengukuran tinggi dan berat badan.

- Pemeriksaan / pengukuran tekanan darah. - Pemeriksaan / pengukuran tinggi fundus. - Pemberian imunisasi TT

- Pemberian tablet besi. b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan ANC pertama ( K-1 akses ) disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap seluruh sasaran ibu hamil diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah ibu hamil yang memperoleh

pelayanan ANC pertama ( K-1 akses ) disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Penyebut : Seluruh sasaran ibu hamil diwilayah kerja

dan pada Waktu yang sama Konstanta : 100

Rumus :

Jumlah Bumil yg memperoleh pelayanan

ANC pertama (K-1 akses) disatu wilayah kerja pada

K-1 Bumil = kurun waktu tertentu x 100 % Seluruh sasaran ibu hamil diwilayah

kerja dan pada waktu yang sama. d. Standar pencapaian / Target:

95 % keatas e. Sumber Data :

 LB3 KIA, PWS KIA. f. Kegunaan :

 Mengukur tingkat kontak antara petugas dengan sasaran ibu hamil.

 Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan ibu hamil.

2. Cakupan KunjunganNeonatus 1 (KN-1) a. Pengertian :

Kunjungan neonatus KN-1 adalah kontak yg pertama kali

(akses) neonatus 0-28 hari dengan petugas kesehatan didalam / diluar institusi kesehatan.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah neonatal 0-28 hari yang kontak dengan petugas kesehatan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap seluruh sasaran neonatal diwilayah kerja dan»r3ada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah neonatal 0-28 hari yang kontak dengan petugas kesehatan disatu wilayah kerja pd kurun waktu tertentu

Penyebut : Seluruh sasaran neonatal di wilayah kerja dan pd waktu yang sama.

Konstanta : 100 Rumus

KN-1 =

Jumlah neonatal 0-28 hari yang kontak dengan petugas kesehatan disatu

wilayah kerja pd kurun waktu tertentu x 100% Seluruh sasaran neonatal di wilayah kerja

dan pd waktu yang sama. d. Standar pencapaian / Target

90 % keatas. e. Sumber Data :

 LB3 KIA, PWS KIA. f. Kegunaan :

 Mengukur jangkauan program KIA dalam pelayanan neonatal.

 Mengukur kualitas pelayanan neonatal. 3. Cakupan Pelayanan Ibu Meneteki

a. Pengertian :

Pelayanan Ibu Meneteki adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan didalam atau diluar institusi kepada ibu meneteki sampai dengan umur 24 bulan.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah ibu meneteki yang dilayani kesehatanannya disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap seluruh sasaran ibu meneteki di wilayah kerja dan pada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah ibu meneteki yang dilayani kesehatanannya disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Penyebut : Seluruh sasaran ibu meneteki diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

Konstanta : 100 Rumus : Cakupan Pelayanan ibu meneteki =

Jumlah ibu meneteki yang dilayani kesehatanannya disatu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu

x 100% Seluruh sasaran ibu meneteki

diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

d. Standar pencapaian / Target: 90 % keatas

e. Sumber Data :  LB3 KIA f. Kegunaan :

 Mengukur jangkauan program KIA dalam pelayanan kes. Ibu meneteki.

 Mengukur kualitas pelayanan kesehatan Ibu meneteki. 4. Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi Oleh NAKES

a. Pengertian :

Deteksi yang dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap ibu hamil yang memiliki tanda-tanda resiko tinggi, baik didalam maupun diluar institusi kesehatan.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah ibu hamil resiko tinggi yang dideteksi petugas disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap seluruh jumlah perkiraan ibu hamil resiko tinggi ( 20% dari sasaran Bumil ) diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah ibu hamil resiko tinggi yang dideteksi petugas disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Seluruh perkiraan ibu hamil resiko tinggi di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama Konstanta : 100 Rumus Deteksi Bumil Risti oleh Nakes. =

Jumlah ibu hamil resiko tinggi yang dideteksi petugas disatu wilayah kerja

pada waktu tertentu

x 100% Seluruh perkiraan ibu hamil resiko

tinggi di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama

d. Standar pencapaian / Target:

Bumil resti sebesar 20% dari Ibu Hamil. Target deteksi resti Nakes = 20% e. Sumber Data :

 PWS KIA f. Kegunaan:

 Mengetahui dan mengukur kinerja petugas dalam deteksi Ibu hamil resiko tinggi.

5. Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi Oleh Masyarakat a. Pengertian :

Deteksi yang dilakukan oleh masyafakat / kader kesehatan terhadap ibu hamil yang memiliki tanda-tanda resiko tinggi.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah ibu hamil resiko tinggi yang dideteksi masyarakat disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap seluruh jumlah perkiraan ibu hamil resiko tinggi ( 20% dari sasaran Bumil ) diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah ibu hamil resiko tinggi yang dideteksi masyarakat disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Seluruh perkiraan ibu hamil resiko tinggi diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama. Konstanta : 100 Rumus : Deteksi Bumil Risti oleh masyaraka t. =

Jumlah ibu hamil resiko tinggi yang dideteksi masyarakat disatu wilayah

kerja pada waktu tertentu

x 100% Seluruh perkiraan ibu hamil resiko tinggi

diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

d. Standar pencapaian / Target:

Bumil resti sebesar 20% dari Ibu Hamil. Target deteksi resti Nakes = 10% e. Sumber Data :

 PWS KIA f. Kegunaan :

 Mengetahui dan mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam deteksi Ibu hamil resiko tinggi.

6. Kematian Maternal Dilacak a. Pengertian :

Kematian maternal dilacak adalah kematian ibu yang diakibatkan oleh kehamilannya dan atau proses persalinannya dan dilakukan pelacakan oleh petugas kesehatan dengan menggunakan formulir pelacakan sesuai dengan pedoman program yang ada.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah kematian maternal yang dilacak disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap seluruh kematian maternal di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah kematian maternal yang dilacak disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Jumlah seluruh kematian maternal di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

Konstanta : 100 Rumus Kematian Maternal dilacak =

Jumlah kematian maternal yang dilacak disatu wilayah kerja pada

waktu tertentu

x 100% Jumlah seluruh kematian maternal di

wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

d. Standar pencapaian dan target: 100% kasus yang layak.

e. Sumber Data :  LB3 KIA f. Kegunaan :

 Mengetahui / mengukur kinerja petugas kesehatan dalam mengaudit kasus kematian Maternal

 Mengetahui kelemahan pelayanan untuk menekan kasus kematian maternal pada waktu mendatang.

 Penelusuran penyebab kesakitan / kematian untuk dianalisa, intervensi dan evaluasi.

7. Kematian Perinatal Dilacak a. Pengertian :

Kematian perinatal dilacak adalah kematian bayi baru lahir yang diakibatkan oleh kehamilan dan atau proses persalinan dan dilakukan pelacakan oleh petugas kesehatan dengan menggunakan formulir pelacakan sesuai dengan pedoman program ada.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah kematian perinatal yang dilacak disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap seluruh kematian perinatal di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Jumlah seluruh kematian perinatal di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

Konstanta : 100 Rumus Kematian Maternal dilacak =

Jumlah kematian perinatal yang dilacak disatu wilayah kerja pada

waktu tertentu

x 100% Jumlah seluruh kematian perinatal di

wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

d. Standar pencapaian dan target: 100% kasus yang layak.

e. Sumber Data :  LB3 KIA f. Kegunaan :

 Mengetahui / mengukur kinerja petugas kesehatan dalam mengaudit kasus kematian Perinatal

 Mengetahui kelemahan pelayanan untuk menekan kasus kematian perinatal pada waktu mendatang.

 Penelusuran penyebab kesakitan / kematian untuk dianalisa, intervensi dan evaluasi.

8. Desa Dengan KP-KIA a. Pengertian :

Desa dengan KP-KIA adalah Desa/Kelurahan yang memiliki kelompok peminat kesehatan Ibu dan Anak minimal 1 kelompok dan melakukan kegiatannya dengan teratur dan berkensinambungan.

Sebaiknya jumlah kelompok sama dengan jumlah Posyandu masing-masing Desa.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara Desa/Kelurahan dengan KP-KIA disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap jumlah seluruh Desa/Kelurahan yang ada di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Desa/Kelurahan dengan KP-KIA disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Jumlah seluruh Desa/Kelurahan yang ada di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama Konstanta : 100

Rumus Desa dengan KP-KIA

=

Desa/Kelurahan dengan KP-KIA disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

x 100% Jumlah seluruh Desa/Kelurahan yang

ada di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama

d. Standar pencapaian dan target 50 % jumlah Desa/Kelurahan. e. Sumber Data :

 LB3 KIA f. Kegunaan :

 Mengukur kinerja petugas dim kegiatan motivasi / upaya meningkatkan

partisipasi masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak.  Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dibidang

kesehatan ibu dan anak.

 Meningkatkan cakupan pelayanan Kesehatan Ibu dan Balita. 9. Desa Dengan Gerakan Sayang Ibu (GSI)

a. Pengertian :

Desa dengan GSI adalah Desa/Kelurahan yang memiliki Sat gas Gerakan Sayang Ibu dengan didukung SK Kepala Desa/Kelurahan dan melakukan kegiatannya secara teratur dan berkensinambungan.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara Desa/Kelurahan yang memiliki Satgas GSI disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap jumlah seluruh Desa/Kelurahan yang ada di wilayah kerja dan pada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Desa/Kelurahan yg memiliki Satgas GSI disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Penyebut : Jumlah seluruh Desa/Kelurahan yg ada di wilayah kerja dan pada waktu yang sama Konstanta : 100

Rumus Desadenga

n =

Desa/Kelurahan yg memiliki Satgas

GSI waktu tertentu

Jumlah seluruh Desa/Kelurahan yg ada diwilayah kerja dan pada waktu yang

sama d. Standar pencapaian dan target:

Satgas GSI Desa/Kelurahan = 50 % Desa/Kelurahan. Pokja GSI Kecamatan = 100 % Kecamatan. e. Sumber Data :

 LB3 KIA f. Kegunaan :

 Mengukur kinerja petugas dim kegiatan motivasi / upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dibidang ke$ehatan ibu dan anak.

 Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak.

10. Cakupan Peseiia KB Baru a. Pengertian :

Peserta KB baru adalah pasangan usia subur yang menggunakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang dilayani oleh petugas sesuai dengan ketentuan / pedoman program yang ada.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah akseptor baru disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap jumlah pasangan usia subur diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah akseptor KB baru disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Jumlah pasangan usia subur diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

Konstanta : 100 Rumus : Akseptor KB Baru =

Jumlah akseptor KB baru disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

x 100% Jumlah pasangan usia subur diwilayah

kerja dan pada waktu yang sama. d. Standar pencapaian dan target

e. Sumber Data:

 Laporan Tribulan Kespro. f. Kegunaan :

 Untuk mengetahu tingkat pencapaian program serta kecenderungannya dari waktu ke waktu.

11. Kasus Efek Samping MKJP a. Pengertian :

Kasus efek samping MKJP adalah gangguan kesehatan sebagai efek samping yang dialami akseptor akibat dari penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD, Implant, MOW dan MOP).

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah kasus efek samping MKJP disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap jumlah akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada waktu yang sama. c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah kasus efek samping MKJP disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Jumlah akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama

Konstanta : 100 Rumus Efek samping MKJP = MKJP =

Jumlah kasus efek samping MKJP disatu wilayah kerja pada waktu

tertentu x 100%

Jumlah akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama

d. Standar pencapaian dan target : Angka toleransi :

Kasus efek samping = 12,6 % CU Efek samping ( orang) = 1,26 % CU e. umber Data :

 Laporan Tribulan Kespro. f. Kegunaan :

 Mengetahui / mengukur tingkat kualitas medik pelayanan KB ( MKJP )

12. Kasus Komplikasi MKJP a. Pengertian :

Kasus komplikasi MKJP adalah gangguan kesehatan sebagai komplikasi yang dialami akseptor akibat dari penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD, Implant, MOW dan MOP). b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah kasus komplikasi MKJP disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap jumlah akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada waktu yang sama. c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah kasus komplikasi MKJP disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Jumlah akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

Konstanta : 100 Rumus : Komplikasi MKJP = MKJP =

Jumlah kasus komplikasi MKJP disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

x 100% Jumlah akseptor MKJP diwilayah kerja

dan pada kurun waktu yang sama. d. Standar pericapaian dan target

Angka toleransi:

Kasus komplikasi = 3,70 % CU Komplikasi ( orang) = 0,37 % CU

e. Sumber Data :

 Laporan Tribulan Kespro. f. Kegunaan :

 Mengetahui / mengukur tingkat kualitas medik pelayanan KB ( MKJP )

13. Kasus Kegagalan MKJP a. Pengertian :

Kegagalan MKJP adalah akseptor kontrasepsi jangka panjang yang gagal dan mengalami kehamilan diluar kemauan / kesengajaan.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah kegagalan MKJP disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap jumlah seluruh akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : jumlah kegagalan MKJP disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Penyebut : jumlah seluruh akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

Konstanta : 100 Rumus Kegagalan MKJP = MKJP =

jumlah kegagalan MKJP disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

x 100% jumlah seluruh akseptor MKJP diwilayah

kerja dan pada waktu yang sama. d. Standar pencapaian dan target

Angka toleransi :

Kasus kegagalan = 0,19% CU e. Sumber Data :

 Laporan Tribulan Kespro. f. Kegunaan :

 Mengetahui / mengukur tingkat kualitas medik pelayanan KB ( MKJP )

14. SD/MI Melaksanakan Program UKS a. Pengertian :

SD/MI melaksanakan program UKS adalah SD dan MI yang melaksanakan kegiatan UKS dengan didukung SK Kepala Sekolah tentang Tim Pelaksana UKS.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah SD/MI yang melaksanakan program UKS disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap jumlah seluruh SD/MI yang ada diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah SD/MI yg melaksanakan program UKS disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Jumlah seluruh SD/MI yg ada diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama

Konstanta : 100 Rumus : Melaksanak an Program UKS = MKJP =

Jumlah SD/MI yg melaksanakan program UKS disatu wilayah kerja

pada waktu tertentu x 100% Jumlah seluruh SD/MI yg ada diwilayah

d. Standar pencapaian dan target 90% keatas.

e. Sumber Data :

Laporan Tribulan Kesehatan AREM f. Kegunaan :

Mengukur kinerja petugas dalam meningkatkan pertisipasi sekolah dibidang kesehatan.

Mengukur tingkat partisipasi sekolah dalam program UKS. 15. SLTP/SLTA Melaksanakan Program U!&

a. Pengertian :

SLTP/SLTA melaksanakan program UKS adalah SLTP dan SLTA yang melaksanakan kegiatan UKS dengan didukung SK Kepala Sekolah tentang Tim Pelaksana UKS.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah SLTP/SLTA yang melaksanakan program UKS disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap jumlah seluruh SLTP/SLTA yang ada di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah SLTP/SLTA yang melaksanakan program UKS disatu wilayah kerja pada waktu tertentu Penyebut : Jumlah seluruh SLTP/SLTA yang ada diwilayah

kerja dan pada kurun waktu yang sama. Konstanta : 100 Rumus SLTP/SLTA Melaksanak an Program UKS = MKJP =

Jumlah SLTP/SLTA yang melaksanakan program UKS disatu

wilayah kerja pada waktu tertentu

x 100% Jumlah seluruh SLTP/SLTA yang ada

diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

d. Standar pencapaian dan target 60 % keatas.

e. Sumber Data :

 Laporan Tribulan Kesehatan AREM f. Kegunaan :

 Mengukur kinerja petugas dalam meningkatkan pertisipasi sekolah dibidang kesehatan.

 Mengukur tingkat partisipasi sekolah dalam program UKS. 16. Murid Terlayani Skrening UKS

a. Pengertian :

Murid terlayani skrening UKS adalah murid kelas I tingkat SD, SLTP dan SLTA yang di-skrening kesehatannya oleh petugas tim kesehatan. Frekwensi skrening : 1 kali / tahun (tahun ajaran baru )

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah murid kelas I yang diskrening disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap jumlah seluruh murid kelas I yang ada diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah murid kelas I yg disekeliling disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Jumlah seluruh murid kelas I yang ada diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama

Konstanta : 100 Rumus Skrening UKS = MKJP =

Jumlah murid kelas I yg Skrening disatu wilayah kerja pada waktu

tertentu

x 100% Jumlah seluruh murid kelas I yang ada

diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama

d. Standar pencapaian dan target:  SD/MI = 80%keatas.  SLTP = 60%keatas.  SLTA = 60%keatas. e. Sumber Data:

 Laporan skrening kesehatan murid. f. Kegunaan :

 Mengukur kinerja petugas penyelenggara pelayanan pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa.

 Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelayanan siswa.

17. Cakupan Pemeriksaan Visus Mata Murid a. Pengertian :

Pemeriksaan visus mata murid adalah pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan menggunakan Snellen Chan terhadap murid tingkat SD, SLTP dan SLTA oleh petugas / tim kesehatan / Guru UKS atau Kader UKS. Frekwensi : 1 kali / tahun

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah murid yang diperiksa visus mata disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap jumlah seluruh murid yang ada diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah murid yang diperiksa visus mata disatu wilayah kerja pada waktu tertentu

Penyebut : Jumlah seluruh murid yang ada diwilayah kerja dan pd kurun waktu yang sama

Konstanta : 100 Rumus : Pemeriksaa n visus mata = MKJP =

Jumlah murid yang diperiksa visus mata disatu wilayah kerja pada waktu

tertentu

x 100% Jumlah seluruh murid yang ada

diwilayah kerja dan pd kurun waktu yang sama

d. Standar pencapaian dan target 60% keatas.

e. Sumber Data :

 Laporan skrening kesehatan murid. f. Kegunaan :

 Mengukur kinerja petugas penyelenggara pelayanan pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa.

 Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelayanan siswa.

18. Desa Dengan Posyandu USILA a. Pengertian :

Desa dengan Posyandu Usila adalah Desa/Kelurahan yang memiliki Posyandu Usila, minimal 1 Posyandu.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara jumlah Desa/Kelurahan yang memiliki Posyandu Usila disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap jumlah seluruh Desa / Kelurahan yang ada diwilayah

kerja dan pada waktu yang sama. c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah Desa/Kelurahan yang memiliki Posyandu Usila disatu wilayah kerja pada waktu tertentu Penyebut : Jumlah seluruh Desa / Kelurahan yang ada

diwilayah kerja dan pada waktu yang sama. Konstanta : 100 Rumus : Desa dgn Posyandu Usila = MKJP =

Jumlah Desa/Kelurahan yang memiliki Posyandu Usila disatu wilayah kerja

pada waktu tertentu

x 100% Jumlah seluruh Desa / Kelurahan yang

ada diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

d. Standar pencapaian dan target 60 % keatas.

e. Sumber Data:

 Laporan bulanan Usila. f. Kegunaan :

 Mengukur kinerja petugas dalam upaya motivasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan Usia lanjut.

 Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kesehatan usia lanjut.

19. Balita Ditimbang (D/S) a. Pengertian:

Balita ditimbang adalah balita yang datang di Posyandu dan ditimbang berat badan ( BB ) nya.

b. Definisi Operasional

Perbandingan antara jumlah balita yang datang di Posyandu dan ditimbang berat badannya disatu wilayah kerja pada waktu tertentu dengan jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja tersebut.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah balita yang datang di Posyandu dan ditimbang berat badannya disatu wilayah kerja pada waktu tertentu.

Penyebut : Jumlah seluruh balita yang ada diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

Konstanta : 100 Rumus :

Balita

ditimbang = MKJP

Jumlah balita yang datang di Posyandu dan ditimbang berat badannya disatu wilayah kerja pada

waktu tertentu. x 100%

Jumlah seluruh balita yang ada diwilayah kerja dan pada waktu yang

sama. d. Standar pencapaian dan target

80 % keatas. e. Sumber Data :

 LB3 Gizi f. Kegunaan :

 Untuk mengetahui / mengukur tingkat partisipasi masyarakat palam kegiatan penimbangan Balita di Posyandu.

20. Balita KEP Total a. Pengertian :

Balita yang mengalami kekurangan energi protein disatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

b. Definisi Operasional:

Perbandingan antara jumlah balita kekurangan energi protein disatu wilayah tertentu dengan seluruh balita yang diukur dengan menggunakan indikator BB/U ( WHO-NCHS ) dalam KMS diwilayah dan kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah balita kekurangan energi protein disatu wilayah tertentu

Penyebut : Balita yang diukur dengan menggunakan indikator BB/U ( WHO-NCJ-IS ) dalam KMS di wilayah dan

kurun waktu yang sama. Konstanta : 100

Rumus :

Balita KEP

Total = MKJP

Jumlah balita kekurangan energi protein disatu wilayah tertentu

x 100% Balita yang diukur dengan

menggunakan indikator BB/U ( WHO-NCJ-IS ) dalam KMS di wilayah dan

d. Standar pencapaian dan target Kurang dari 15 %

e. Sumber Data:

 LB3 Gizi, Survey Pemantauan Gizi (PSG) f. Kegunaan :

 Untuk menentukan tingkat kerawanan gizi suatu daerah serta menurunkan prevalensi gizi buruk.

21. Cakupan Ibu Hamil KEK a. Pengertian :

Ibu Hamil KEK adalah Ibu hamil yang selama masa kehamilannya mengalami kekurangan energi kronis.

b. Definisi Operasional :

Perbandingan antara Ibu Hamil KEK disatu wilayah kerja pada waktu tertentu dengan seluruh Ibu Hamil yang diperiksa

Dalam dokumen IndikaTor (Halaman 55-79)

Dokumen terkait