INDIKATOR YANG DIBUTUHKAN OLEH DINAS KESEHATAN
B. Subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) 1. Angka Kesakitan DBD per 1000 Penduduk
a. Pengertian:
Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di suatu wilayah per 1.000 penduduk.
b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di suatu wilayah dibanding jumlah penduduk suatu wilayah di kalikan 1.000
c. Cara Perhitungan :
Pembilang : Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyebut : Jumlah penduduk di suatu wilayah Konstanta : 1.000
Rumus : INSIDEN
RATE = MKJP
Jumlah penderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) x 100%
Jumlah penduduk di suatu wilayah d. Sumber Data :
Laporan W1 dan W2 e. Kegunaan:
Untuk mengeahui tingkat kerawanan penyebaran penyakit DBD di suatu wilayah.
2. Angka Kesakitan Malaria per 1000 Penduduk a. Pengertian:
Jumlah penderita malaria positif (+) di suatu wilayah per seribu penduduk.
b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita malaria positif (+) di suatu wilayah dibanding jumlah penduduk wilayah tersebut dikalikan 1.000
c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah Penderita Penyebut : Jumlah Penduduk
Konstanta : 1.000 Rumus :
API Jumlah penderita malaria positif x 100 &
: Jumlah penduduk
d. Sumber Data :
Laporan bulanan penyakit e. Kegunaan:
Untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu daerah terhadap ancaman penyakit malaria.
/ 3. % Kesembuhan TB Paru
a. Pengertiam
Jumlah Penderita BTA positif, bila hasil pemeriksaan ulang dahak dua kali berturut-turut hasilnya negatif salah satunya pada akhir pengobatan (AP)
b. Definisi Operasional:
Jumlah Penderita BTA positif dengan pemeriksaan ulang dahak dua kali berturut-turut hasilnya negatif di bagi jumlah penderita BTA positif yang diobati.
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah Penderita BTA positif dengan pemeriksaan ulang dahak dua kali berturut-turut hasilnya negatif
Penyebut : Jumlah penderita BTA positif yang diobati. Konstanta : Rumus : % Kesembuha n TB Paru MKJP =
Jumlah Penderita BTA positif dengan pemeriksaan ulang dahak dua kali
berturut-turut hasilnya negatif x 100% Jumlah penderita BTA positif yang
diobati. d. Sumber Data:
Kartu penderita di Puskesmas e. Kegunaan:
Untuk indikator keberhasilan program 4. Jumlah penderita baru BTA positif yg ditemukan
a. Pengertian :
Jumlah suspek yang diperiksa dan ditemukan BTA positif b. Definisi Operasional:
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah suspek positif
Penyebut : Jumlah penduduk yg ditemukan Ukuran/Konstanta : Rumus : Jumlah penderita baru BTA positif MKJP =
Jumlah suspek positif
x 100% Jumlah penduduk yg ditemukan d. Sumber Data: Puskesmas e. Kegunaan:
Untuk mengetahui perkiraan jumlah penderita dengan BTA positif
5. Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati a. Pengertian:
Jumlah suspek dengan hasil pemeriksaan menunjukkan BTA positif yang diobati
b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita dengan BTA positif yang diobati dibagi dengan penderita BU positif yang diperiksa atau ditemukan c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah penderita dengan BTA positif yang diobati
Penyebut : Jumlah penderita BTA positif yang diperiksa atau ditemukan Konstanta : 100 Rumus : Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati MKJP =
Jumlah penderita dengan BTA positif yang diobati
x 100% Jumlah penderita BTA positif yang
diperiksa atau ditemukan
d. Sumber Data: Puskesmas e. Kegunaan:
Untuk memutuskan mata rantai penularan 6. Jumlah penderita BTA positif yang konversi
a. Pengertian:
Jumlah penderita BTA positif yang diobati dengan pemeriksaan dahak ulang hasilnya negatif
b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita BTA positif setelah diobati fase intensif diperiksa ukang dahak hasilnya negatif.
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah penderita BTA positif yang diobati dengan pemeriksaan dahak ulang hasilnya negatif
Penyebut : Jumlah penderita BTA positif yang diobati Konstanta : 100 Rumus : Jumlah penderita BTA positif yang konversi MKJP =
Jumlah penderita BTA positif yang diobati dengan pemeriksaan dahak
ulang hasilnya negatif x 100% Jumlah penderita BTA positif yang
diobati d. Sumber Data :
Puskesmas
e. Kegunaan :
Untuk mengetahui keteraturan minum obat
7. Jumlah penderita baru BTA negatif Rontgen positif yang diobati a. Pengertian:
Jumlah suspek yang diperiksa dengan hasil BTA negatif dengan rontgen positif
b. Definisi Operasional:
Jumlah suspek yang diperiksa dengan SPS hasilnya BTA negatif dan pemeriksa arrontgen positif
c. Cara Perhitungan :
Pembilang : Jumlah suspek dengan hasil BTA negatif dan rontgen positif
Penyebut : Jumlah suspek yang diepriksa Konstanta : 100
Jumlah penderita baru BTA negatif Rontgen positif yang diobati MKJP =
Jumlah suspek dengan hasil BTA negatif dan rontgen positif
x 100% Jumlah suspek yang diepriksa
d. Sumber Data: Puskesmas e. Kegunaan:
Untuk mengetahui penderita sudah sesuai kaidah OAT 8. Angka Kesakitan Penyakit Tertentu
a. Pengertian :
Suatu angka yang menggambarkan tingkat kerawanan dari suatu penyakit tertentu yang diamati. Jenis penyakit yang diamati ada 29 penyakit.
b. Definisi Operasional:
Suatu angka kejadian dari penyakit menular tertentu di suatu daerah pada suatu waktu
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah penyakit tertentu
Penyebut : Jumlah penduduk yang beresiko Konstanta : 1.000 Rumus : Angka Kesakitan Penyakit Tertentu MKJP
= Jumlah penyakit tertentu x 100% Jumlah penduduk yang beresiko
d. Sumber Data LB1.SST e. Kegunaan:
- Untuk menggambarkan kerawanan suatu penyakit
- Sebagai bahan evaluasi terhadap tindakan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular tertentu
9. Angka Kesakitan Penyakit Menular a. Pengertian :
Suatu angka yang yang menggambarkan tingkat kejadian/kerawanan dari suatu penyakit menular.
b. Definisi Operasional:
Angka kejadian dari suatu penyakit menular pada suatu daerah dan pada saat tertentu
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah suatu penyakit menular dalam 1 tahun Penyebut : Jumlah penduduk yang berisiko Ukuran Konstanta : Rumus : Angka Kesakitan Penyakit Menular MKJP
= Jumlah suatu penyakit menular dalam
1 tahun x 100%
Jumlah penduduk yang berisiko d. Sumber Data
LB1,SST e. Kegunaan:
Menggambarkan tingkat kerawanan suatu penyakit menular pada suatu daerah
Sebagai bahan evaluasi terhadap upaya atau tindakan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
10. Cakupan UCI di Tingkat Desa a. Pengertian :
Semua bayi 0-11 bulan memperoleh imunisasi lengkap, merata di seluruh desa.
b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi bayi dengan indikator DPTI sebesar 95%, DPT3, Polio, Campak dan HB3 sebesar 90%
c. Cara Perhitungan :
Pembilang : Jumlah desa yang mencapai UCI Penyebut : Jumlah seluruh desa
Konstanta : 100 Rumus : Cakupan UCI di Tingkat Desa MKJP
= Jumlah desa yang mencapai UCI x 100% Jumlah seluruh desa
d. Sumber Data:
e. Kegunaan :
Untuk mengetahui pemerataan cakupan per desa secara menyeluruh
11. Cakupan Imunisasi DPT1 , a. Pengertian:
Hasil imunisasi DPTI pada bayi b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin DPT1 c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT1 Penyebut : Jumlah seluruh bayi (Sasaran dari BPS) Konstanta : 100 Rumus : Cakupan Imunisasi DPT1 MKJP =
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi
DPT1 x 100%
Jumlah seluruh bayi d. Sumber Data :
Laporan imunisasi bulanan puskesmas e. Kegunaan :
Mengetahui cakupan imunisasi DPT1 ( untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus pada bayi.
12. Cakupan Imunisasi HB3 a. Pengertian:
Imunisasi yang dilakukan pada bayi dengan menggunakan vaksin HB3 (Hepatitis B3)
b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi dengan vaksin Hepatitis B3 pada bayi c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah bayi di imunisasi HB3 Penyebut : Jumlah seluruh sasaran bayi Konstanta : 100 Rumus : Cakupan Imunisasi HB3 MKJP =
Jumlah bayi diimunisasi HB3
x 100% Jumlah seluruh sasaran bayi
d. Sumber Data:
Laporan imunisasi bulanan puskesmas e. Kegunaan :
Mengetahui cakupan imunisasi HB3 (untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B pada bayi)
13. Cakupan Imunisasi Campak a. Pengertian:
Imunisasi yang dilakukan pada bayi dengan menggunakan vaksin Campak.
b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin Campak c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah bayi diimunisasi Campak Penyebut : Jumlah seluruh sasaran bayi Konstanta : 100
Rumus : Cakupan
Campak = MKJP
Jumlah bayi diimunisasi Campak
x 100% Jumlah seluruh sasaran bayi
d. Sumber Data:
Laporan imunisasi bulanan puskesmas e. Kegunaan :
Untuk mengetahui cakupan imunisasi campak dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak pada bayi. 14. Cakupan Imunisasi Polio4
a. Pengertian:
Imunisasi yang dilakukan pada bayi dengan menggunakan vaksin Polio 4
b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin Polio 4 c. Cara Perhitungan :
Pembilang : Jumlah bayi diimunisasi Penyebut : Jumlah seluruh sasaran bayi Ukuran/Konstanta :
Rumus : Cakupan
Jumlah seluruh sasaran bayi d. Sumber Data :
Laporan imunisasi bulanan puskesmas e. Kegunaan:
Untuk mengetahui cakupan imunisasi Polio 4 dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit polio pada bayi 15. Cakupan Imunisasi DT murid SD/MI kfs I
a. Pengertian :
Imunisasi yang dilakukan pada murid SD/MI kls I dengan menggunakan vaksin DT.
b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin DT pada waktu bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah murid SD/MI kls I diimunisasi DT Penyebut : Jumlah seluruh murid SD/MI kls I
Konstanta : 100 Rumus : Cakupan DT murid SD/MI MKJP
= Jumlah murid SD/MI kls I diimunisasi
DT x 100%
Jumlah seluruh murid SD/MI kls I d. Sumber Data:
Laporan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) e. Kegunaan:
Untuk mengetahui cakupan imunisasi DT dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit Difteri dan Tetanus pada murid SD/MI kls I.
16. Cakupan Imunisasi TT murid SD/MI kls II s/d III a. Pengertian:
Imunisasi yang dilakukan pada murid SD/MI kls II s/d III dengan menggunakan vaksin TT.
b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi TT pada murid SD/MI kls II s/d III dengan vaksin TT.
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah murid SD/MI kls II s/d III di imunisasi TT Penyebut : Jumlah seluruh murid SD/MI kls II s/d III
Konstanta : 100 Rumus : Cakupan TT murid SD/MI kls II s/d VI MKJP
= Jumlah murid SD/MI kls II s/d III di imunisasi TT x 100% Jumlah seluruh murid SD/MI kls II s/d III
d. Sumber Data:
Laporan imunisasi bulanan puskesmas e. Kegunaan :
Untuk mengetahui cakupan imunisasi TT dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit Tetanus Neonatorum.
17. % Kecamatan Yang Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
a. Pengertian :
Suatu upaya pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) secara dini dengan melakukan kegiatan pengumpulan data kasus baru penyakit potensial KLB yang dilaksanakan oleh Kecamatan.
b. Definisi Operasional:
Kecamatan yang melakukan upaya Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah Kecamatan yang melakukan SKD Penyebut : Jumlah Kecamatan yang ada
Konstanta : 100
Rumus :
%
Kecamatan
SKD MKJP
= Jumlah Kecamatan yang melakukan SKD x 100% Jumlah Kecamatan yang ada
d. Sumber Data KDRS,W2,W1,LB1 e. Kegunaan:
Mengetahui adanya kemungkinan KLB (memprediksi dan mencegah terjadinya KLB) sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan secepatnya.
18. % Kecamatan yang Melaksanakan Surveilans Epidemiologi a. Pengertian:
Kecamatan yang melakukan upaya pengumpulan data, analisa data dan intepretasi data serta penyebarluasan informasi sebagai tindak lanjut bagi pengelola surveilan epidemiologi.
b. Defmisi Operasional:
Kecamatan/Puskesmas yang melaksanakan kegiatan pengumpulan data, analisa data dan interpretasi data sebagai' bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah Kecamatan yang melaksanakan surveilan epidemiologi
Penyebut : Jumlah Kecamatan yang ada Konstanta : 100
Rumus :
Kec. SE = MKJP
Jumlah Kecamatan yang
melaksanakan surveilan epidemiologi x 100% Jumlah Kecamatan yang ada
d. Sumber Data
KDRS,W1, W2, LB1.SST e. Kegunaan :
Tersedianya data dan hasil kegiatan epidemiologi dari penyakit yang diamati untuk bahan pengambilan keputusan serta mengetahui perubahan epidemiologi penyakit menular.
19. Jumlah rumah dilakukan PJB a. Pengertian:
Pemeriksaan jentik di rumah-rumah penduduk setiap bulan sekali.
b. Definisi Operasional
Pemeriksaan jentik pada 100 rumah per desa secara acak yang dilakukan setiap tiga bulan.
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Rumah bebas jentik Penyebut : Rumah di periksa
Konstanta : 100
Rumus :
ABJ = MKJP Rumah bebas jentik x 100%
Rumah di periksa d. Sumber Data:
Laporan dari puskesmas e. Kegunaan:
Pemantauan wilayah setempat 20. Persentase Desa melakukan PSN
Semua desa melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). b. Definisi Operasional:
Semua desa melakukan PSN melalui gerakan 3 M (Menguras, Menutup dan Mengubur) oleh masyarakat seminggu sekali terus menerus
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah Desa melakukan PSN Penyebut : Jumlah Desa seluruhnya Konstanta : 100 Rumus : Persentase Desa melakukan PSN MKJP =
Jumlah Desa melakukan PSN
x 100% Jumlah Desa seluruhnya
d. Sumber Data Puskesmas e. Kegunaan :
C. Subdin Pelayanan Kesehatan