• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) 1. Angka Kesakitan DBD per 1000 Penduduk

Dalam dokumen IndikaTor (Halaman 79-90)

INDIKATOR YANG DIBUTUHKAN OLEH DINAS KESEHATAN

B. Subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) 1. Angka Kesakitan DBD per 1000 Penduduk

a. Pengertian:

Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di suatu wilayah per 1.000 penduduk.

b. Definisi Operasional:

Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di suatu wilayah dibanding jumlah penduduk suatu wilayah di kalikan 1.000

c. Cara Perhitungan :

Pembilang : Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyebut : Jumlah penduduk di suatu wilayah Konstanta : 1.000

Rumus : INSIDEN

RATE = MKJP

Jumlah penderita Demam Berdarah

Dengue (DBD) x 100%

Jumlah penduduk di suatu wilayah d. Sumber Data :

 Laporan W1 dan W2 e. Kegunaan:

 Untuk mengeahui tingkat kerawanan penyebaran penyakit DBD di suatu wilayah.

2. Angka Kesakitan Malaria per 1000 Penduduk a. Pengertian:

Jumlah penderita malaria positif (+) di suatu wilayah per seribu penduduk.

b. Definisi Operasional:

Jumlah penderita malaria positif (+) di suatu wilayah dibanding jumlah penduduk wilayah tersebut dikalikan 1.000

c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah Penderita Penyebut : Jumlah Penduduk

Konstanta : 1.000 Rumus :

API Jumlah penderita malaria positif x 100 &

: Jumlah penduduk

d. Sumber Data :

 Laporan bulanan penyakit e. Kegunaan:

 Untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu daerah terhadap ancaman penyakit malaria.

/ 3. % Kesembuhan TB Paru

a. Pengertiam

Jumlah Penderita BTA positif, bila hasil pemeriksaan ulang dahak dua kali berturut-turut hasilnya negatif salah satunya pada akhir pengobatan (AP)

b. Definisi Operasional:

Jumlah Penderita BTA positif dengan pemeriksaan ulang dahak dua kali berturut-turut hasilnya negatif di bagi jumlah penderita BTA positif yang diobati.

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah Penderita BTA positif dengan pemeriksaan ulang dahak dua kali berturut-turut hasilnya negatif

Penyebut : Jumlah penderita BTA positif yang diobati. Konstanta : Rumus : % Kesembuha n TB Paru MKJP =

Jumlah Penderita BTA positif dengan pemeriksaan ulang dahak dua kali

berturut-turut hasilnya negatif x 100% Jumlah penderita BTA positif yang

diobati. d. Sumber Data:

 Kartu penderita di Puskesmas e. Kegunaan:

 Untuk indikator keberhasilan program 4. Jumlah penderita baru BTA positif yg ditemukan

a. Pengertian :

Jumlah suspek yang diperiksa dan ditemukan BTA positif b. Definisi Operasional:

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah suspek positif

Penyebut : Jumlah penduduk yg ditemukan Ukuran/Konstanta : Rumus : Jumlah penderita baru BTA positif MKJP =

Jumlah suspek positif

x 100% Jumlah penduduk yg ditemukan d. Sumber Data:  Puskesmas e. Kegunaan:

 Untuk mengetahui perkiraan jumlah penderita dengan BTA positif

5. Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati a. Pengertian:

Jumlah suspek dengan hasil pemeriksaan menunjukkan BTA positif yang diobati

b. Definisi Operasional:

Jumlah penderita dengan BTA positif yang diobati dibagi dengan penderita BU positif yang diperiksa atau ditemukan c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah penderita dengan BTA positif yang diobati

Penyebut : Jumlah penderita BTA positif yang diperiksa atau ditemukan Konstanta : 100 Rumus : Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati MKJP =

Jumlah penderita dengan BTA positif yang diobati

x 100% Jumlah penderita BTA positif yang

diperiksa atau ditemukan

d. Sumber Data:  Puskesmas e. Kegunaan:

 Untuk memutuskan mata rantai penularan 6. Jumlah penderita BTA positif yang konversi

a. Pengertian:

Jumlah penderita BTA positif yang diobati dengan pemeriksaan dahak ulang hasilnya negatif

b. Definisi Operasional:

Jumlah penderita BTA positif setelah diobati fase intensif diperiksa ukang dahak hasilnya negatif.

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah penderita BTA positif yang diobati dengan pemeriksaan dahak ulang hasilnya negatif

Penyebut : Jumlah penderita BTA positif yang diobati Konstanta : 100 Rumus : Jumlah penderita BTA positif yang konversi MKJP =

Jumlah penderita BTA positif yang diobati dengan pemeriksaan dahak

ulang hasilnya negatif x 100% Jumlah penderita BTA positif yang

diobati d. Sumber Data :

Puskesmas

e. Kegunaan :

Untuk mengetahui keteraturan minum obat

7. Jumlah penderita baru BTA negatif Rontgen positif yang diobati a. Pengertian:

Jumlah suspek yang diperiksa dengan hasil BTA negatif dengan rontgen positif

b. Definisi Operasional:

Jumlah suspek yang diperiksa dengan SPS hasilnya BTA negatif dan pemeriksa arrontgen positif

c. Cara Perhitungan :

Pembilang : Jumlah suspek dengan hasil BTA negatif dan rontgen positif

Penyebut : Jumlah suspek yang diepriksa Konstanta : 100

Jumlah penderita baru BTA negatif Rontgen positif yang diobati MKJP =

Jumlah suspek dengan hasil BTA negatif dan rontgen positif

x 100% Jumlah suspek yang diepriksa

d. Sumber Data: Puskesmas e. Kegunaan:

Untuk mengetahui penderita sudah sesuai kaidah OAT 8. Angka Kesakitan Penyakit Tertentu

a. Pengertian :

Suatu angka yang menggambarkan tingkat kerawanan dari suatu penyakit tertentu yang diamati. Jenis penyakit yang diamati ada 29 penyakit.

b. Definisi Operasional:

Suatu angka kejadian dari penyakit menular tertentu di suatu daerah pada suatu waktu

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah penyakit tertentu

Penyebut : Jumlah penduduk yang beresiko Konstanta : 1.000 Rumus : Angka Kesakitan Penyakit Tertentu MKJP

= Jumlah penyakit tertentu x 100% Jumlah penduduk yang beresiko

d. Sumber Data LB1.SST e. Kegunaan:

- Untuk menggambarkan kerawanan suatu penyakit

- Sebagai bahan evaluasi terhadap tindakan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular tertentu

9. Angka Kesakitan Penyakit Menular a. Pengertian :

Suatu angka yang yang menggambarkan tingkat kejadian/kerawanan dari suatu penyakit menular.

b. Definisi Operasional:

Angka kejadian dari suatu penyakit menular pada suatu daerah dan pada saat tertentu

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah suatu penyakit menular dalam 1 tahun Penyebut : Jumlah penduduk yang berisiko Ukuran Konstanta : Rumus : Angka Kesakitan Penyakit Menular MKJP

= Jumlah suatu penyakit menular dalam

1 tahun x 100%

Jumlah penduduk yang berisiko d. Sumber Data

LB1,SST e. Kegunaan:

 Menggambarkan tingkat kerawanan suatu penyakit menular pada suatu daerah

 Sebagai bahan evaluasi terhadap upaya atau tindakan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

10. Cakupan UCI di Tingkat Desa a. Pengertian :

Semua bayi 0-11 bulan memperoleh imunisasi lengkap, merata di seluruh desa.

b. Definisi Operasional:

Cakupan imunisasi bayi dengan indikator DPTI sebesar 95%, DPT3, Polio, Campak dan HB3 sebesar 90%

c. Cara Perhitungan :

Pembilang : Jumlah desa yang mencapai UCI Penyebut : Jumlah seluruh desa

Konstanta : 100 Rumus : Cakupan UCI di Tingkat Desa MKJP

= Jumlah desa yang mencapai UCI x 100% Jumlah seluruh desa

d. Sumber Data:

e. Kegunaan :

Untuk mengetahui pemerataan cakupan per desa secara menyeluruh

11. Cakupan Imunisasi DPT1 , a. Pengertian:

Hasil imunisasi DPTI pada bayi b. Definisi Operasional:

Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin DPT1 c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT1 Penyebut : Jumlah seluruh bayi (Sasaran dari BPS) Konstanta : 100 Rumus : Cakupan Imunisasi DPT1 MKJP =

Jumlah bayi yang mendapat imunisasi

DPT1 x 100%

Jumlah seluruh bayi d. Sumber Data :

Laporan imunisasi bulanan puskesmas e. Kegunaan :

Mengetahui cakupan imunisasi DPT1 ( untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus pada bayi.

12. Cakupan Imunisasi HB3 a. Pengertian:

Imunisasi yang dilakukan pada bayi dengan menggunakan vaksin HB3 (Hepatitis B3)

b. Definisi Operasional:

Cakupan imunisasi dengan vaksin Hepatitis B3 pada bayi c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah bayi di imunisasi HB3 Penyebut : Jumlah seluruh sasaran bayi Konstanta : 100 Rumus : Cakupan Imunisasi HB3 MKJP =

Jumlah bayi diimunisasi HB3

x 100% Jumlah seluruh sasaran bayi

d. Sumber Data:

Laporan imunisasi bulanan puskesmas e. Kegunaan :

Mengetahui cakupan imunisasi HB3 (untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B pada bayi)

13. Cakupan Imunisasi Campak a. Pengertian:

Imunisasi yang dilakukan pada bayi dengan menggunakan vaksin Campak.

b. Definisi Operasional:

Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin Campak c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah bayi diimunisasi Campak Penyebut : Jumlah seluruh sasaran bayi Konstanta : 100

Rumus : Cakupan

Campak = MKJP

Jumlah bayi diimunisasi Campak

x 100% Jumlah seluruh sasaran bayi

d. Sumber Data:

Laporan imunisasi bulanan puskesmas e. Kegunaan :

Untuk mengetahui cakupan imunisasi campak dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak pada bayi. 14. Cakupan Imunisasi Polio4

a. Pengertian:

Imunisasi yang dilakukan pada bayi dengan menggunakan vaksin Polio 4

b. Definisi Operasional:

Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin Polio 4 c. Cara Perhitungan :

Pembilang : Jumlah bayi diimunisasi Penyebut : Jumlah seluruh sasaran bayi Ukuran/Konstanta :

Rumus : Cakupan

Jumlah seluruh sasaran bayi d. Sumber Data :

Laporan imunisasi bulanan puskesmas e. Kegunaan:

Untuk mengetahui cakupan imunisasi Polio 4 dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit polio pada bayi 15. Cakupan Imunisasi DT murid SD/MI kfs I

a. Pengertian :

Imunisasi yang dilakukan pada murid SD/MI kls I dengan menggunakan vaksin DT.

b. Definisi Operasional:

Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin DT pada waktu bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah murid SD/MI kls I diimunisasi DT Penyebut : Jumlah seluruh murid SD/MI kls I

Konstanta : 100 Rumus : Cakupan DT murid SD/MI MKJP

= Jumlah murid SD/MI kls I diimunisasi

DT x 100%

Jumlah seluruh murid SD/MI kls I d. Sumber Data:

Laporan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) e. Kegunaan:

Untuk mengetahui cakupan imunisasi DT dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit Difteri dan Tetanus pada murid SD/MI kls I.

16. Cakupan Imunisasi TT murid SD/MI kls II s/d III a. Pengertian:

Imunisasi yang dilakukan pada murid SD/MI kls II s/d III dengan menggunakan vaksin TT.

b. Definisi Operasional:

Cakupan imunisasi TT pada murid SD/MI kls II s/d III dengan vaksin TT.

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah murid SD/MI kls II s/d III di imunisasi TT Penyebut : Jumlah seluruh murid SD/MI kls II s/d III

Konstanta : 100 Rumus : Cakupan TT murid SD/MI kls II s/d VI MKJP

= Jumlah murid SD/MI kls II s/d III di imunisasi TT x 100% Jumlah seluruh murid SD/MI kls II s/d III

d. Sumber Data:

Laporan imunisasi bulanan puskesmas e. Kegunaan :

Untuk mengetahui cakupan imunisasi TT dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit Tetanus Neonatorum.

17. % Kecamatan Yang Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)

a. Pengertian :

Suatu upaya pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) secara dini dengan melakukan kegiatan pengumpulan data kasus baru penyakit potensial KLB yang dilaksanakan oleh Kecamatan.

b. Definisi Operasional:

Kecamatan yang melakukan upaya Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah Kecamatan yang melakukan SKD Penyebut : Jumlah Kecamatan yang ada

Konstanta : 100

Rumus :

%

Kecamatan

SKD MKJP

= Jumlah Kecamatan yang melakukan SKD x 100% Jumlah Kecamatan yang ada

d. Sumber Data KDRS,W2,W1,LB1 e. Kegunaan:

Mengetahui adanya kemungkinan KLB (memprediksi dan mencegah terjadinya KLB) sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan secepatnya.

18. % Kecamatan yang Melaksanakan Surveilans Epidemiologi a. Pengertian:

Kecamatan yang melakukan upaya pengumpulan data, analisa data dan intepretasi data serta penyebarluasan informasi sebagai tindak lanjut bagi pengelola surveilan epidemiologi.

b. Defmisi Operasional:

Kecamatan/Puskesmas yang melaksanakan kegiatan pengumpulan data, analisa data dan interpretasi data sebagai' bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah Kecamatan yang melaksanakan surveilan epidemiologi

Penyebut : Jumlah Kecamatan yang ada Konstanta : 100

Rumus :

Kec. SE = MKJP

Jumlah Kecamatan yang

melaksanakan surveilan epidemiologi x 100% Jumlah Kecamatan yang ada

d. Sumber Data

KDRS,W1, W2, LB1.SST e. Kegunaan :

Tersedianya data dan hasil kegiatan epidemiologi dari penyakit yang diamati untuk bahan pengambilan keputusan serta mengetahui perubahan epidemiologi penyakit menular.

19. Jumlah rumah dilakukan PJB a. Pengertian:

Pemeriksaan jentik di rumah-rumah penduduk setiap bulan sekali.

b. Definisi Operasional

Pemeriksaan jentik pada 100 rumah per desa secara acak yang dilakukan setiap tiga bulan.

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Rumah bebas jentik Penyebut : Rumah di periksa

Konstanta : 100

Rumus :

ABJ = MKJP Rumah bebas jentik x 100%

Rumah di periksa d. Sumber Data:

Laporan dari puskesmas e. Kegunaan:

Pemantauan wilayah setempat 20. Persentase Desa melakukan PSN

Semua desa melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). b. Definisi Operasional:

Semua desa melakukan PSN melalui gerakan 3 M (Menguras, Menutup dan Mengubur) oleh masyarakat seminggu sekali terus menerus

c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah Desa melakukan PSN Penyebut : Jumlah Desa seluruhnya Konstanta : 100 Rumus : Persentase Desa melakukan PSN MKJP =

Jumlah Desa melakukan PSN

x 100% Jumlah Desa seluruhnya

d. Sumber Data Puskesmas e. Kegunaan :

C. Subdin Pelayanan Kesehatan

Dalam dokumen IndikaTor (Halaman 79-90)

Dokumen terkait