• Tidak ada hasil yang ditemukan

Substansi Sidang AFML

Dalam dokumen Evaluasi Rekomendasi AFML untuk Perlindu (Halaman 68-71)

Ada banyak rekomendasi yang dihasilkan hingga forum AFML terakhir pada tahun 2015 yang lalu. Secara efekif sidang AFML merumuskan rekomendasinya untuk buruh migran sejak forum AFML yang ke-4. Seidaknya, terdapat 93 poin rekomendasi dari sidang AFML ke-4 hingga ke-8 tahun 2015. Berikut substansi rekomendasi yang disepakai dalam forum AFML ke empat hingga ke delapan:

Tabel 3.1 : Substansi Kesepakatan Rekomendasi

Forum Substansi Kesepakatan Rekomendasi Keterangan

AFML 3 Enhancing Awareness and Informaion Services to Protect the Rights of Migrant Workers -

AFML 4 tahun 2011

The paricipants agreed to recommend concrete acions to promote and protect the rights of migrant workers in the sending, transit, and receiving countries, which shall be gender sensiive, implemented in close cooperaion among triparite partners and civil society organisaions, and applied to all migrant workers.

Fokus pada serangkaian program perlindungan BMI yang sensiif gender dan secara parisipaif melibatkan aktor civil

society dan swasta. AFML 5

tahun 2012

The paricipants agreed to recommend concrete acions to promote and protect the rights of migrant workers in ASEAN Member States towards efecive recruitment pracices and regulaions, which shall be in line with internaional instruments that have been raiied by ASEAN Member States, rights based and gender responsive, implemented in close cooperaion among triparite partners and civil society organisaions, and applied to all migrant workers.

Fokus pada serangkaian program yang

mendukung efekivitas prakik dan regulasi rekrutmen yang sejalan dengan instrumen internasional.

Forum Substansi Kesepakatan Rekomendasi Keterangan

AFML 6 tahun 2013

The paricipants recommended concrete acions to promote and protect the rights of migrant workers in ASEAN Member States, facilitate the formulaion of evidence based migraion policies through labour migraion data sharing and adequate complaint mechanisms and grievance handling mechanisms.

Fokus pada rekomendasi serangkaian program berbagi data dan mekanisme pengaduan kasus dan keluhan. AFML 7

tahun 2014

The paricipants agreed to recommend the following concrete measures to promote and protect the rights and address the speciic vulnerabiliies of men and women migrant workers in the region paricularly in relaion to fulillment of the commitments of ASEAN Member States.

Fokus pada serangkaian program perlindungan dan airmasi kepada kelompok buruh migran yang rentan (termasuk hak-hak ketenagakerjaan seperi gaji dan kondisi kerja).

AFML 8 tahun 2015

The paricipants agreed to recommend the following acions to promote and protect the rights of migrant workers to occupaional safety and health (OSH) paricularly in relaion to fulillment of the commitments of ASEAN Member State.

Fokus pada rekomendasi mengenai program perlindungan BMI dalam konteks pemenuhan hak hak Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) (Sumber: Rekomendasi AFML 4-9)

Forum ini seiap tahun mempertemukan aktor dari elemen negara (state), swasta/ asosiasi pengusaha (privat), dan civil society (serikat buruh dan CSO). Seiap tahun terdapat pembahasan terhadap rekomendasi yang disepakai dan juga evaluasi terhadap implementasi rekomendasi di seiap negara. Namun dinamika perubahan tema dalam forum AFML selama ini memang cukup inggi. Ada beberapa tema dalam AFML yang membahas isu yang khusus namun juga ada beberapa substansi rekomendasi dengan cakupan yang umum.

Untuk mempermudah pembagian substansi poin rekomendasi perlu kategorisasi berdasarkan permasalahan isu tata kelola buruh migran. Menguip laporan Progress of the implementaion of Recommendaions adopted at the 3rd – 6th ASEAN Forum on Migrant Labour meeings: Background paper to the seventh AFML, dari puluhan rekomendasi AFML kemudian dibagi dalam enam sub tema yang berkaitan dengan isu perlindungan hak-hak buruh migran. Kelima sub tema tersebut adalah:

a. Sharing informasi, disemenasi, dan kampanye publik berkaitan dengan

informasi migrasi yang aman ke luar negeri – mencakup biaya penempatan dari seiap tahap, kondisi kerja, dan informasi negara penerima – dan menciptakan persepsi posiif dari buruh migran.

b. Pengumpulan, sharing dan analisis data buruh migran antara negara pengirim dan penerima.

c. Pemulangan dan reintegrasi, termasuk alternaif pekerjaan yang berkelanjutan bagi buruh migran.

d. Akses terhadap fasilitas keluhan dan pengaduan di negara asal dan negara tujuan.

e. Kerjasama, pertukaran informasi, dan koordinasi sinergis semua stakeholders di negara asal dan negara penerima.

f. Regulasi proses rekruitmen buruh migran.

Rekomendasi tersebut idak semuanya aplikaif dan tepat di lakukan di semua negara anggota ASEAN. Beberapa rekomendasi ada yang tepat dilakukan di negara asal dan sebagian lain di negara tujuan. Untuk mempermudah pemahaman terhadap klasiikasi substansi rekomendasi AFML, maka pembagian didasarkan pada isu krusial tata kelola buruh migran di Indonesia, yakni:

a. Mekanisme pengaduan/ pelaporan pengaduan kasus (complaint

mechnism) baik di negara asal dan negara penerima dan sistem informasi.

b. Regulasi proses rekrutmen buruh migran dan pengawasan swasta (agencies).

c. Jaminan sosial (social security) dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

d. Pendidikan (training, kampanye publik) untuk mendukung migrasi yang aman ke luar negeri menciptakan persepsi posiif dari buruh migran. e. Pengumpulan, sharing dan analisis data buruh migran antara negara

pengirim dan penerima.

f. Pemulangan dan reintegrasi, termasuk alternaif pekerjaan yang berkelanjutan bagi buruh migran.

g. Layanan Satu Atap dan Migrants Resource Center.

Regulasi dan Instrumen di level internasional (baik bilateral maupun regional ASEAN) yang mendorong perlindungan buruh migran dan anggota keluarganya.

Indonesia yang termasuk sebagai negara asal sejauh ini memiliki regulasi UU No. 39 tahun 2004 dengan turunannya baik melalui Peraturan Presiden, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan, dan Surat Edaran Kepala BNP2TKI. Ada beberapa rekomendasi dari AFML yang telah diimplementasikan di Indonesia baik dalam ingkat regulasi maupun prakik kebijakan namun idak sedikit pula poin rekomendasi yang belum diadopsi sama sekali. Termasuk sidang AFML ke-8 tahun 2015 yang khusus mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang baru saja disepakai, belum banyak yang bisa dikonirmasi mengenai adopsi rekomendasi ini dalam bentuk kebijakan. Arinya, memang belum ada langkah yang signiikan mengetengahkan kebijakan dan program yang memfasilitasi keselamatan dan kesehatan kerja buruh migran.

Dalam dokumen Evaluasi Rekomendasi AFML untuk Perlindu (Halaman 68-71)