• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan masyarakat pada intinya bertujuan menciptakan masyarakat yang dapat secara mandiri memberdayakan diri dan keluarganya untuk dapat mengakses kehidupan yang lebih baik dengan jalan mengembangkan aktivitas perekonomian yang mereka lakukan. Pemberdayaan tidak akan pernah dapat terlaksana selama masyarakat yang menjadi obyek pemberdayaan tidak memiliki

pengetahuan yang cukup untuk dapat mengembangkan aktivitas perekonomiannya.

Keberhasilan program pemberdayaan masyarakat pada pembangunan di Dusun Indrakila, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang seperti yang telah diperlihatkan pada pembahasan di atas, menurut Mardikanto dan Soebianto (2013: 113- 116) disebabkan usaha pemberdayaan masyarakat tersebut telah mencakup empat aspek pembinaan yang terdiri atas bina manusia, bina usaha, bina lingkungan dan bina kelembagaan.

Mardikanto dan Soebiato (2013: 113) menyebutkan bahwa pada aspek bina manusia pemberdayaan masyarakat harus dapat mengembangkan kapasitas individu, kapasitas kelembagaan dan kapasitas jaringan. Pengembangan kapasitas individu telah meningkatkan kemampuan setiap anggota masyarakat yang turut aktif dalam program tersebut, dimana teknik pengelolaan budidaya yang dijalankan oleh masyarakat menjadi lebih baik. Pengembangan kapasitas individu juga membuat masyarakat memiliki etos kerja yang lebih baik dari sebelumnya, dimana kemampuan untuk merencanakan pengembangan kegiatan ekonomi, melaksanakan rencana tersebut serta mengevaluasi berbagai permasalahan dan potensi pengembangan yang lebih lanjut telah dapat dilakukan oleh masyarakat.

Pada sisi pengembangan kapasitas kelembagaan sumber daya manusia, program pemberdayaan telah berhasil memperkenalkan masyarakat dalam sebuah proses kerja organisasi yang formal dan terstruktur. Tidak hanya mengenal, masyarakat Dusun Indrakila juga memiliki kemauan yang besar untuk terlibat secara aktif dalam mensukseskan tujuan dari organisasi yang dimasukinya, dimana pada pemberdayaan masyarakat di Dusun Indrakila terdiri atas dua kelompok organisasi yaitu Kelompok Tani Perkebunan dan Kelompok Peternak Sapi. Sementara pada sisi penguatan kapasitas jaringan, masyarakat Dusun Indrakila telah berhasil menjalin kerjasama dengan organisasi yang terkait dengan aktivitas perekonomian yang mereka jalankan antara lain kerja sama dengan Dinas Pertanian, Perkebunan

dan Kehutanan Kabupaten Semarang, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah, kelompok pedagang yang menjadi pasar produk hasil perkebunan dan peternakan serta berbagai kerjasama lainnya.

Bina usaha merupakan upaya untuk meningkatkan proses produksi dan distribusi terkait dengan aktivitas perekenomian masyarakat (Mardikanto dan Soebiato, 2013: 113 – 114). Pada proses pemberdayaan masyarakat di Dusun Indrakila, bina usaha telah berhasil dilaksanakan dimana peningkatan kapasitas produksi dari masyarakat petani kebun dan peternak sapi terjadi secara signifikan. Anggota kelompok tani perkebunan Dusun Indrakila telah berhasil meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh hasil budidaya perkebunan dengan kuantitas yang lebih banyak dan kualitas produk yang lebih baik. Pembentukan struktur organisasi kelompok tani yang bersifat formal telah berhasil membuat masyarakat Dusun Indrakila memiliki kemampuan untuk memanajemen operasional aktivitas budidaya pertanian perkebunan yang terlihat pada kegiatan pemantauan kondisi saluran irigasi secara bergiliran, penjaminan ketersediaan pupuk dan perlengkapan pertanian oleh koperasi usaha tani.

Mardikanto dan Soebiato (2013: 115) juga menjelaskan bahwa bina usaha mencakup kemandirian masyarakat dalam melakukan manajemen finansial, pengembangan aktivitas perekonomian serta pengembangan jejaring. Pada sisi manajemen finansial, keberadaan organisasi baik kelompok tani perkebunan maupun kelompok peternak sapi telah melakukan manajemen finansial untuk menjamin keberlangsungan usaha mereka masing-masing.

Pada sisi pengembangan aktivitas perekonomian, anggota kelompok tani perkebunan telah berhasil menerapkan pengembangan budidaya perkebunan dengan berbagai jenis tanaman sementara anggota kelompok peternak sapi telah berhasil melakukan pengolahan hasil produksi peternakan berupa produk pupuk kompos dan bahan bakar alternatif (biogas dari kotoran sapi). Pada sisi pengembangan

jejaring, kedua kelompok usaha telah berhasil menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait dengan pengembangan sistem produksi dan juga pengembangan sistem distribusi. Kerjasama dengan pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang dan Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Semarang telah memberikan akses bagi kedua kelompok usaha dalam mengupayakan berbagai fasilitas dan utilitas pendukung aktivitas perekonomian. Sementara kerjasama dengan berbagai kelompok dagang yang dilakukan oleh masing-masing kelompok usaha memperlihatkan kemampuan kedua kelompok usaha dalam memasarkan produk hasil budidaya yang mereka usahakan.

Pada aspek bina lingkungan, kedua aktivitas perekonomian baik pertanian perkebunan maupun peternakan sapi telah berhasil mengembangkan aktivitas yang mampu menekan terjadinya kerusakan lingkungan. Perkembangan aktivitas budidaya pertanian perkebunan yang merupakan aktivitas utama masyarakat Dusun Indrakila telah menarik minat para penambang bahan galian dan pelaku penebangan pohon untuk kembali mengusahakan budidaya perkebunan yang telah mereka tinggalkan. Sementara pelaksanaan peternakan sapi secara komunal yang terpisah dari kawasan permukiman warga membuat lingkungan permukiman warga Dusun Indrakila menjadi lebih sehat. Dihasilkannya produk bahan bakar alternatif hasil pengolahan kotoran sapi juga menjadi nilai tambah dalam menerapkan pengembangan kegiatan ekonomi hijau di Dusun Indrakila.

Pada aspek bina kelembagaan, Mosher (1969, dalam Mardikanto dan Soebianto: 2013, 117) menjelaskan bahwa untuk membangun struktur perdesaan yang progressif (berkembang secara positif) dibutuhkan kelembagaan-kelembagaan seperti: 1) sarana produksi dan peralatan pertanian; 2) kredit produksi; 3) pemasaran produksi; 4) percobaan / pengujian lokal; 5) penyuluhan dan 6) transportasi. Pada pelaksanaan pemberdayaan masyarakat Dusun Indrakila penyediaan peralatan pendukung aktivitas pertanian perkebunan dan peternakan sapi telah berhasil dijamin ketersediaannya secara mandiri oleh warga

masyarakat itu sendiri. Warga masyarakat juga telah memiliki akses untuk mendapatkan kredit produksi yang sangat lunak dari berbagai lembaga keuangan yang sangat tertarik dengan keberhasilan pengelolaan budidaya di wilayah tersebut.

Hasil produksi budidaya perkebunan dan peternakan sapi juga telah memiliki pangsa pasar yang luas, baik pasar permintaan di wilayah Desa Lerep maupun dari luar desa. Sementara itu, tahap pelaksanaan pemberdayaan yang berjenjang, dimana penambahan anggota masyarakat yang turut aktif dalam program tersebut memperlihatkan adanya proses percobaan atau pengujian lokal. Masyarakat yang sebelumnya tidak berminat untuk turut aktif melihat hasil percobaan pemberdayaan yang mendapatkan hasil yang sangat baik, hingga pada akhirnya hampir seluruh masyarakat berkeinginan untuk turut aktif dalam pemberdayaan masyarakat di Dusun Indrakila. Program penyuluhan dari berbagai ahli maupun praktisi aktivitas perekonomian yang lebih berpengalaman dan terbukti berhasil dapat diupayakan secara mandiri oleh masyarakat Dusun Indrakila, karena adanya kerjasama dengan berbagai institusi yang terkait dengan aktivitas mereka. Berbagai macam jenis penyuluhan mulai dari peningkatan teknik budidaya baik perkebunan maupun peternakan sapi, penyuluhan tentang pengembangan aktivitas produksi dan operasional, penyuluhan tentang sistem pemasaran dan berbagai jenis penyuluhan lainnya telah berhasil dilaksanakan dan diambil manfaatnya oleh para petani perkebunan dan peternak sapi Dusun Indrakila.

Terkait dengan transportasi, baik distribusi barang-barang faktor produksi maupun distribusi pemasaran hasil produksi, warga Dusun Indrakila telah berhasil mengusahakan secara mandiri alat transportasi untuk melakukan distribusi tersebut. Kondisi ini menggambarkan adanya kesadaran penuh dari setiap warga masyarakat Dusun Indrakila bahwa pengembangan aktivitas perekonomian juga harus meliputi proses pendistribusian barang-barang secara mandiri yang dapat menekan biaya yang pada akhirnya akan menekan pengeluaran dan

meningkatkan pendapatan masyarakat Dusun Indrakila yang kemudian mendorong peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat wilayah tersebut.

Modal Sosial Sebagai Modal Pembangunan Berkelanjutan