• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunggu Gunung Kudu Wareg : Studi Dinamika Masyarakat Desa dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal T2 092013008 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunggu Gunung Kudu Wareg : Studi Dinamika Masyarakat Desa dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal T2 092013008 BAB IV"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Sekilas Gambaran Umum Dusun Indrakila

Dusun Indrakila merupakan bagian dari Desa Lerep, yaitu sebuah desa yang menjadi bagian administratif dari Kecamatan Ungaran Barat yang berada di lereng Gunung Ungaran. Desa Lerep sendiri berbatasan langsung dengan Kota Ungaran, sehingga untuk menuju kesana dari Kota Ungaran dapat dicapai dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor, sementara Dusun Indrakila sebagai daerah paling ujung dan terjauh dari Desa Lerep dan berbatasan langsung dengan hutan Gunung Ungaran dapat dicapai dengan menempuh waktu perjalanan selama kurang lebih 45 menit dari pusat Desa Lerep, sehingga total waktu tempuh perjalanan dari Kota Ungaran sampai ke dusun tersebut mencapai kurang lebih 1 jam perjalanan.

Lamanya waktu tempuh perjalanan menuju Dusun Indrakila disebabkan oleh jalur yang menanjak dan bahkan kemiringannya mencapai lebih dari 30

°

pada beberapa titik, sehingga walaupun seluruh jaringan jalan menuju dusun tersebut sudah tertutup oleh lapisan aspal, terjalnya jalur yang ditempuh membutuhkan kehati-hatian yang sangat ekstra, sehingga membuat laju kendaraan harus diperlambat.

(2)

berupa batuan gunung (batu andesit) yang dapat dimanfaatkan untuk material bahan bangunan.

Gambar 4.1

Peta Kecamatan Ungaran Barat (Lokasi Penelitian) (Sumber : BAPPEDA Kab. Semarang)

Kesuburan tanah yang dimiliki Dusun Indrakila menjadikan wilayahnya banyak dimanfaatkan untuk budidaya pertanian dan perkebunan, sementara potensi bahan tambang yang dimiliki dusun tersebut juga dimanfaatkan untuk aktivitas pertambangan tradisional (tanpa izin). Potensi kawasan hutan yang sangat luas menjadikan daerah tersebut memiliki kekayaan sumber daya hutan berupa kayu yang memiliki manfaat ekonomis bagi masyarakatnya. Berbagai potensi yang dimiliki Dusun Indrakila membuat aktivitas masyarakatnya beragam, terdiri atas masyarakat petani sawah dan petani perkebunan yang memanfaatkan kesuburan tanah, penambang tradisional yang memanfaatkan potesi bahan tambang, para penebang kayu yang mengambil manfaat ekonomis dari kekayaan hutan serta sebagian kecil masyarakat yang berprofesi sebagai peternak.

(3)

bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dalam kehidupan masyarakat desa secara bersama-sama. Kearifan lokal ini tercermin pada berbagai macam tradisi dan tata peraturan yang kesemuanya bermuara pada kesadaran untuk secara bersama-sama menjaga kelestarian alam yang merupakan sumber utama mata pencaharian masyarakat Desa Lerep.

Contoh tradisi lokal yang sampai saat ini masih dilaksanakan adalah tradisi “iriban” yang pelaksanaannya ditentukan atas ketersediaan air bersih pada sumber mata air di desa tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seluruh masyarakat Desa Lerep dan masyarakat desa sekitarnya yang aktivitasnya sangat bergantung pada ketersediaan mata air. Kegiatan membersihkan mata air dilakukan oleh para tetua adat atau tokoh masyarakat yang diberikan kepercayaan oleh masyarakat setempat, sementara seluruh masyarakat berpartisipasi dalam melakukan kegiatan pembersihan saluran irigasi. Makna dari kegiatan ini adalah kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat di Desa Lerep untuk tetap menjaga agar penyaluran air dapat tetap terlaksana untuk generasi saat ini dan generasi mendatang, baik dari segi mutu kebersihan air yang dipergunakan, juga dari segi kelancaran distribusi penyalurannya yang dijamin dengan melakukan pembersihan saluran irigasi.

(4)

juga dipercaya akan mendapatkan kutukan tertentu secara mistis. Makna dari aturan ini adalah kesadaran masyarakat bahwa mata air dan kawasan di sekitarnya merupakan satu kesatuan yang harus dilindungi keberadaannya. Daerah disekitar mata air sangat memerlukan adanya pepohonan sebagai penangkap air, sehingga apabila disekitar mata air tersebut gundul, maka secara otomatis tidak akan ada lagi air yang tertangkap oleh akar dan daun pepohonan yang menyebabkan mata air menjadi kering dan pada akhirnya akan mengganggu seluruh aktivitas masyarakat yang selalu membutuhkan keberadaan air tersebut.

Kondisi Dusun Indrakila pada saat ini, terutama apabila ditinjau dari segi perekonomian masyarakatnya telah mengalami peningkatan yang sangat pesat dibandingkan dengan kondisi sepuluh tahun yang lalu. Pembangunan kawasan pedesaan yang berpusat pada aktivitas pemberdayaan masyarakat yang memanfaatkan potensi perekonomian lokal yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat di Dusun Indrakila itu sendiri membuat tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat di Dusun Indrakila berkembang dengan cukup pesat. Pada saat ini aktivitas perekonomian masyarakat difokuskan pada dua aktivitas utama yang sangat mempengaruhi terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat yang signifikan yaitu aktivitas pertanian perkebunan dan peternakan.

(5)

optimalisasi sumber daya alam melalui pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakatnya. Konsep tersebut dicetuskan oleh pemangku jabatan Kepala Desa Lerep yaitu Kades Sumariyadi, ST yang mulai aktif memangku jabatan semenjak tahun 2006 dengan tagline pembangunan “Tunggu Gunung Kudu Wareg”, yaitu sebuah konsep pembangunan yang bertujuan untuk melestarikan kekayaan alam kawasan pegunungan dengan jalan mensejahterakan masyarakatnya melalui aktivitas perekonomian yang berwawasan lingkungan.

Berangkat dari kesadaran masyarakat untuk meningkatkan taraf kehidupannya, serta didorong oleh pencetusan ide pembangunan dengan konsep pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan perekonomian berwawasan lingkungan, maka secara bertahap Desa Lerep melaksanakan pembangunan dan pengembangan aktivitas perekonomian masyarakatnya. Berdasarkan Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah tahun 2007 yang disusun oleh Pemerintah Desa Lerep dibawah kepemimpinan Kades Lerep Bapak Sumariadi, ST pembangunan perekonomian masyarakat di Desa Lerep difokuskan pada pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristiknya.

(6)

Dusun Indrakila dengan Segenap Dinamika Masyarakatnya

dalam Pembangunan

Dasar Pelaksanaan Progam Pembangunan dengan Konsep Kearifan Lokal “Tunggu Gunung Kudu Wareg”

Tahun 2006 dianggap sebagai tonggak awal terjadinya perubahan kondisi perekonomian masyarakat Dusun Indrakila ke arah yang lebih baik, sebab pada tahun tersebut program pembangunan berasaskan kearifan lokal melalui pemberdayaan masyarakat dengan aktivitas perekonomian berwawasan lingkungan mulai dicanangkan, dirancang dan disusun perencanaannya.

Gambar 4.2

Peneliti Melakukan Wawancara Mengenai Karakteristik Dusun Indrakila dengan Kepala Desa Lerep Bapak Sumariyadi, ST.

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Pembangunan yang dilaksanakan di Desa Lerep memiliki semboyan “Tunggu Gunung Kudu Wareg” yang menurut Kades Sumariyadi didefinisikan sebagai berikut :1

(7)

“Tunggu Gunung Kudu Wareg dapat diartikan sebagai tujuan pembangunan Desa Lerep untuk dapat terus melestarikan sumber daya alam yang berada di gunung/hutan sebagai tempat tinggalnya (tunggu gunung) yang juga merupakan sumber kehidupan masyarakat untuk bisa sejahtera (kudu wareg). Saya sebagai seorang anak asli Desa Lerep menggagas konsep ini

berdasarkan filosofi kehidupan kami yaitu “Guyub Rukun” yang sudah dipegang teguh oleh seluruh masyarakat dari generasi ke generasi hingga saat ini, dimana konsep dasar tersebut menggambarkan konsep pengembangan ekonomi kemasyarakatan yang selalu bersinergi dengan lingkungan alam yang merupakan sumber kehidupan kami sebagai masyarakat

desa”.

Filosofi “Guyub Rukun” menggambarkan pensikapan kondisi sosial oleh setiap anggota masyarakat dimana kondisi apapun yang dirasakan oleh setiap anggota masyarakat akan dirasakan secara bersama dan kemudian diatasi secara bersama-sama. Secara turun temurun masyarakat lokal Desa Lerep menganut kebijaksanaan bahwa setiap aktivitas manusia harus dapat mencukupi kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya namun juga tetap dapat menjaga keseim-bangan alam, agar kekayaan yang ada pada alam tidak menjadi rusak dan tidak dapat dimanfaatkan di kemudian hari. Pada filosofi tersebut terdapat dua makna penting, pertama adalah kesadaran masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi bagi setiap warganya dan kedua adalah kesadaran masyarakat untuk melaksanakan aktivitas ekonomi masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya alam yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhannya.

Demikian juga konsep pembangunan dengan filosofi “Tunggu Gunung Kudu Wareg” yang merupakan ide dari Kades Sumariyadi, ST dengan mengedepankan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi, namun tetap menjaga kelestarian sumber daya alam di kawasan sekitar Desa Lerep.

(8)

permasalahan spesifik yang terdapat di Dusun Indrakila dan membuat daerah tersebut menjadi prioritas utama pembangunan, antara lain :

1. Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat Dusun Indrakila yang rendah.

2. Tingkat pendidikan yang rendah, dikarenakan keterbatasan ekonomi sehingga menyebabkan upaya pengembangan perekonomian menjadi rendah.

3. Tidak optimalnya budidaya pertanian perkebunan yang menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat

4. Kerusakan lingkungan yang disebabkan aktivitas perambahan hutan dan penambangan bahan tambang (batuan gunung), dimana kedua aktivitas tersebut terjadi, karena tidak optimalnya budidaya pertanian masyarakat.

Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi oleh Pemerintah Desa bersama dengan masyarakat Dusun Indrakila, disusunlah rancangan program pemberdayaan masyarakat berwawasan lingkungan, yang disusun atas beberapa potensi yang dimiliki oleh Dusun Indrakila.

Beberapa potensi tersebut antara lain:

1. Kesuburan lahan di seluruh wilayah Dusun Indrakila yang merupakan daerah lereng pegunungan.

2. Luasan lahan hutan rakyat yang mencapai 30% dari total luas Dusun Indrakila, dimana seluruh masyarakat Dusun Indrakila memiliki hak pengelolaan hutan rakyat tersebut.

3. Aktivitas budidaya tanaman kopi yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, memberikan potensi sendiri bagi masyarakat untuk mengembangkan perekonomiannya dengan melakukan budidaya perkebunan kopi yang lebih baik

(9)

Dusun Indrakila dengan Pemerintah Desa Lerep. Hasil dari rembug dusun tersebut berhasil mengidentifikasi potensi pengembangan aktivitas peternakan sapi

Berdasarkan identifikasi permasalahan dan potensi yang telah dilakukan, kemudian Pemerintah Desa Lerep menyusun rancangan pengembangan aktivitas perekonomian rakyat melalui pemberdayaan masyarakat yang berwawasan lingkungan di Dusun Indrakila. Dengan telah disusunnya perencanaan pengembangan aktivitas perekonomian rakyat, maka itu digunakan menjadi dasar dari program pemberdayaan masyarakat Dusun Indrakila yang terdiri atas dua pokok program utama yaitu pengembangan aktivitas perkebunan rakyat dan pengem-bangan aktivitas budidaya peternakan sapi. Tujuan utama dari pelaksa-naan kedua program tersebut sebagaimana yang telah disampaikan oleh Kades Sumariyadi, ST adalah untuk meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat serta Melestarikan Sumber Daya Alam di Desa Lerep.

Kondisi Masyarakat dan Lingkungan Dusun Indrakila

Aktivitas Perekonomian Masyarakat

Kawasan Dusun Indrakila didominasi oleh kawasan hutan dan pertanian serta perkebunan, oleh karenanya sebagian besar atau bahkan hampir seluruh masyarakatnya merupakan masyarakat yang beraktivitas sebagai petani sawah, petani kebun dan perambah hutan. Keterbatasan pengetahuan tentang budidaya pertanian sawah dan perkebunan menjadikan kemampuan masyarakat dalam mengolah pertanian dan perkebunan menjadi rendah, sehingga menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat dari hasil aktivitas pertanian tersebut menjadi rendah.

(10)

Indrakila, dikarenakan tidak adanya informasi yang dapat mereka peroleh terkait dengan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam.

Gambar 4.3

Prosentase Aktivitas Perekonomian Masyarakat Dusun Indrakila Sebelum Tahun 2006

(Sumber : Arsip Kependudukan Desa Lerep, 2006)

(11)

Sementara itu, aktivitas peternakan yang ada di Dusun Indrakila merupakan aktivitas sampingan yang dilakukan dan pada awalnya dilakukan dalam rangka investasi, sehingga tujuan ekonomis dari aktivitas tersebut bersifat jangka pendek tanpa adanya rencana untuk mengembangkan aktivitas peternakan secara lebih baik, agar mendapatkan hasil yang lebih besar di kemudian hari. Dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat yang beternak sapi di Dusun Indrakila merawat sapi-sapi mereka dengan tujuan untuk dijual pada saat dewasa, sementara pada prosesnya aktivitas beternak sapi membutuhkan biaya yang sangat besar yang ditutup oleh masyarakat dari hasil berkebun dan pertanian sawah. Terkurasnya sumber daya modal masyarakat yang rendah untuk kemudian digunakan sebagai modal berternak sapi menyebabkan masyarakat tidak memiliki cadangan dana yang dapat digunakan untuk mengembangkan aktivitas perekonomiannya yang utama. Akumulasi dari kondisi ini menyebabkan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi sulit dilakukan.

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Sebagian besar masyarakat Dusun Indrakila merupakan masyarakat petani kebun yang menggarap lahan miliknya sendiri, dimana hal tersebut cukup membantu masyarakat dalam memperoleh pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendapatan para petani penggarap. Namun demikian, sebagaimana yang sudah diungkapkan sebelumnya bahwa akses informasi yang minim serta pengetahuan yang rendah tentang budidaya tanaman perkebunan dan pertanian sawah serta budidaya hewan ternak menyebabkan potensi kepemilikan lahan yang luas tidak dapat mendorong masyarakat menjadi sejahtera, karena rendahnya pendapatan yang mereka miliki.

Berdasarkan keterangan dari Bapak Junari, Kepala Dusun Indrakila yang menyatakan :2

(12)

“Sebelum ada pengembangan kebun dan peternakan sapi,

sebagian besar warga dusun hidup miskin, banyak yang pendapatannya maksimal Rp 1.000.000 per bulan, bahkan ada yang hanya Rp 500.000 per bulan, saja. Kemiskinan penduduk membuat banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah menengah apalagi sampai kuliah dan karena kemiskinan banyak warga yang tingkat kesehatannya rendah, sering sakit serta susah untuk berobat ke rumah sakit apabila

mengalami sakit yang cukup berat”.

Gambar 4.4

Tingkat Pendapatan Masyarakat Dusun Indrakila Sebelum Tahun 2006 (Sumber : Arsip Kependudukan Desa Lerep, 2006)

Dampak dari rendahnya tingkat pendapatan masyarakat di Dusun Indrakila secara otomatis akan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk membiayai kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebelum Tahun 2006 kemampuan masyarakat Dusun Indrakila untuk membiayai pendidikan anak hingga jenjang pendidikan menengah sangat rendah. Prioritas pemenuhan kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan dan papan yang telah menghabiskan ketersediaan dana yang dimilikinya membuat biaya pendidikan menjadi tidak terjangkau.

(13)

pada upaya pencegahan terlihat pada kemampuan masyarakat untuk menyediakan tempat tinggal layak huni, dimana sebelum Tahun 2006 lebih dari 63% masyarakat Dusun Indrakila bertempat tinggal pada rumah kurang layak huni dan hanya 14% yang memiliki rumah layak huni.

Gambar 4.5

Kategori Rumah Masyarakat Dusun Indrakila Sebelum Tahun 2006 (Sumber : Arsip Kependudukan Desa Lerep, 2006)

(14)

Indrakila yang pada akhirnya akan memperburuk kondisi perekonomian masyarakat yang tidak dapat lagi mengolah hasil kekayaan alam yang sudah tidak dapat lagi dibudidayakan.

Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Dusun Indrakila

Tingginya biaya hidup yang tidak diimbangi tingkat pendapatan yang memadai membuat masyarakat melakukan berbagai aktivitas tambahan dalam rangka menyediakan dana yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Selain sebagian dari masyarakat yang berternak sapi, ada juga masyarakat yang melakukan aktivitas tambahan dengan mengeksploitasi kekayaan alam Dusun Indrakila antara lain dengan melakukan perambahan hutan dan penambangan bahan tambang (batuan gunung). Kedua aktivitas tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan alam yang pada akhirnya akan menghabiskan sumber daya alam yang dimiliki Dusun Indrakila.

Keterangan dari Ketua Kelompok Tani (Wanatani) Dusun Indrakila Bapak Risman menjelaskan :3

“Banyak masyarakat dusun sebelum ada pengembangan pertanian yang menjadi perambah hutan dan penambang batuan gunung tanpa izin. Penggalian batu dilakukan di lereng gunung di kawasan hutan yang sudah digunduli karena penebangan liar, jadi kedua aktivitas saling berhubungan dan membuat lingkungan menjadi rusak. Dampak yang paling terasa yaitu tanah yang rusak dan membuat tanah mudah longsor”.

Perambahan hutan akan menimbulkan dua dampak besar, yang pertama terjadinya penggundulan lahan yang menyebabkan berkurangnya unsur hara dan juga erosi yang berpotensi longsor, sedangkan yang kedua menyebabkan tangkapan air hujan kedalam tanah akan berkurang drastis, sehingga membuat persediaan air untuk kebutuhan hidup dan irigasi lahan pertanian dan/ atau perkebunan menjadi habis. Kedua dampak tersebut sangat merugikan dan menyebabkan daya dukung alam dalam menyediakan sumber daya

(15)

bagi aktivitas perekonomian rakyat menjadi rendah. Kegiatan penambangan batuan gunung (tanpa izin) akan sangat merusak kondisi tanah di Dusun Indrakila, dimana dampak yang terjadi akan menyebabkan penurunan tingkat kesuburan tanah untuk pertanian dan erosi yang berpotensi menyebabkan longsor serta tercemarnya aliran air yang digunakan untuk pertanian dan kebutuhan hidup dari masyarakat lainnya.

Gambaran aktivitas perekonomian di atas memperlihatkan bahwa sebelum dilaksanakannya program pembangunan berasaskan kearifan lokal melalui pemberdayaan masyarakat dengan aktivitas perekonomian berwawasan lingkungan di Dusun Indrakila pada Tahun 2006, hampir semua aspek perekonomian masyarakat Dusun Indrakila berada pada level perkembangan yang sangat rendah, atau dapat dikatakan tidak dapat menunjang peningkatan perekonomian masyarakatnya dan bahkan cenderung menyebabkan terjadinya penurunan kualitas daya dukung sumber daya alam di Dusun Indrakila dalam menunjang aktivitas perekonomian masyarakat.

Pengembangan

Aktivitas

Budidaya

Perkebunan

Berwawasan Pelestarian Sumber Daya Alam (SDA)

Dasar Pelaksanaan Pengembangan Aktivitas Budidaya Perkebunan Berwawasan Pelestarian SDA

(16)

1. Hasil aktivitas perkebunan tidak optimal, sehingga masyarakat memperoleh pendapatan yang rendah.

2. Tidak optimalnya pendapatan dari aktivitas perkebunan membuat banyak warga Dusun Indrakila yang mencari tambahan penghasilan dengan melakukan eksploitasi kekayaan alam seperti penebangan pohon kayu di hutan rakyat dan penambangan batuan gunung (tanpa izin) yang berpotensi pada kerusakan alam.

3. Tidak optimalnya usaha budidaya perkebunan masyarakat disebabkan pengetahuan yang minim tentang tata cara pengolahan tanaman perkebunan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, program pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas budidaya perkebunan direncanakan secara bertahap. Tujuan utama dari pemberdayaan masyarakat dengan budidaya perkebunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di Dusun Indrakila sekaligus mengurangi jumlah masyarakat yang melakukan eksploitasi kekayaan alam, sehingga disamping meningkatkan kesejahteraan masyarakat program tersebut juga dapat meningkatkan kelestarian alam di Dusun Indrakila.

Tahapan Proses Pelaksanaan Pengembangan Aktivitas Budidaya Perkebunan Berwawasan Pelestarian SDA

Proses pelaksanaan pengembangan aktivitas budidaya perkebunan di Dusun Indrakila berlangsung secara bertahap, namun secara perlahan menunjukkan perkembangan yang signifikan. Salah satu anggota LSM Bintari yang secara aktif turut membina masyarakat petani perkebunan Dusun Indrakila dari awal hingga saat ini Bapak Nuryanto menjelaskan secara singkat tahapan tersebut :4

“Dari awal, pengembangan perkebunan di Indrakila dilaksanakan seluruhnya secara mandiri oleh masyarakat. Berangkat dari kesadaran akan perlunya peningkatan kesejahteraan serta kenyataan satu-satunya pengetahuan yang dimiliki adalah bertani kebun, maka konsep pengembangan

4

(17)

budidaya perkebunan langsung disambut baik oleh masyarakat. Periode awal ditargetkan sebagai pilot project yang diharapkan dapat merangsang keinginan masyarakat untuk turut aktif dalam program ini. Diskusi aktif dengan masyarakat sering dilakukan dalam rangka berbagi pengetahuan, disamping itu sosialisasi aktif terus dilakukan oleh mereka yang sudah tergabung terlebih dahulu mengikuti program ini, hingga pada akhirnya banyak anggota masyarakat yang mau ikut aktif dan mengikuti arahan pengembangan budidaya perkebunan yang disepakati seluruh anggota kelompok tani Dusun Indrakila”.

Tahap Pertama: Sosialisasi Program Pemberdayaan Petani Perkebunan

Tahap awal pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani perkebunan di Dusun Indrakila dilaksanakan dengan melakukan kegiatan sosialisasi antara Pemerintah Desa Lerep yang mengikut sertakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bintari dengan masyarakat Dusun Indrakila.

Gambar 4.6

Diskusi bersama warga masyarakat Dusun Indrakila saat membahas permasalahan dan potensi pengembangan aktivitas

(18)

Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat ini melibatkan tiga pihak yaitu pemerintah desa sebagai fasilitator, LSM Bintari sebagai pendamping kegiatan dan masyarakat Dusun Indrakila sebagai pelaku aktif pemberdayaan masyarakat. Sebagai fasilitator, Pemerintah Desa Lerep memiliki kewenangan dalam mengeluarkan kebijakan yang dapat mendukung program pemberdayaan budidaya perkebunan di Dusun Indrakila. Disamping itu sebagai lokomotif pembangunan kawasan pedesaan, Pemerintah Desa Lerep memiliki akses yang sangat besar terhadap ketersediaan segala sarana prasarana penunjang kegiatan budidaya perkebunan.

LSM Bintari ditunjuk sebagai pendamping pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan memberikan bekal pengetahuan yang memadai mengenai berbagai teknik pengelolaan budidaya perkebunan yang dapat memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat. Dengan berbagai pengalaman yang dimiliki dalam melakukan pendampingan masyarakat, LSM Bintari diharapkan dapat menularkan semangat berinovasi dan mengimplementasikan pengalaman yang terkait dengan usaha optimalisasi budidaya perkebunan kepada masyarakat Dusun Indrakila. Sementara itu, masyarakat Dusun Indrakila sendiri diharapkan akan menjadi pelaku utama yang memiliki inisiatif untuk melakukan usaha pengembangan budidaya perkebunan secara optimal, proaktif dalam mengajak anggota masyarakat yang lainnya, agar mau mengikuti jejak dalam membudidayakan perkebunan dan meninggalkan kegiatan eksploitasi sumber daya alam serta memiliki keinginan yang besar untuk selalu menambah pengetahuannya tentang berbagai metode pengembangan budidaya perkebunan yang baik.

Tahap Kedua : Pembentukan Kelompok Tani dan Identifikasi Permasalahan Budidaya Perkebunan Dusun Indrakila

(19)

Pengelompokan tersebut dilakukan untuk dapat lebih mengorganisir aktivitas para petani sekaligus menemukenali segala permasalahan dan potensi pengembangan budidaya perkebunan secara lebih mendalam.

Gambar 4.7

Peneliti mengikuti diskusi bersama warga masyarakat Dusun Indrakila dengan salah satu anggota LSM Bintari

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Kegiatan ini melibatkan LSM Bintari sebagai pendamping kegiatan dan masyarakat petani sebagai pelaku aktif. Pendampingan dilakukan dalam rangka mengajarkan masyarakat untuk dapat mengorganisasi kegiatan yang mereka lakukan secara lebih teratur yang akan berguna dalam melakukan berbagai macam kegiatan dan mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan budidaya perkebunan sesuai dengan jenis tanaman perkebunan yang mereka budidayakan. Pada tahap kedua ini juga dilakukan proses identifikasi permasalahan yang menyebabkan tidak optimalnya budidaya perkebunan yang dilakukan oleh masyarakat. Sebagai pendamping,

(20)

kesamaan dengan budidaya perkebunan yang selama ini diusahakan oleh masyarakat Dusun Indrakila. Bapak Nuryanto selaku pembina aktif dari LSM Bintari menjelaskan peranan LSM dalam pelaksanaan program tersebut :5

“Fungsi pendampingan yang dilakukan oleh LSM Bintari

hanya sekedar memberikan masukan, gambaran, pengalaman serta bekal pengetahuan yang kami harapkan dapat bermanfaat dan dimanfaatkan oleh masyarakat pada proses pengembangan budidaya perkebunan yang sedang ber-langsung. LSM Bintari mempercayai bahwa ketiadaan pengalaman budidaya perkebunan yang dikelola secara baik dan benar bukan berarti masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan budidaya perkebunan yang baik, mereka hanya membutuhkan contoh pengalaman, bimbingan dalam memperluas pengetahuan dan mening-katkan kemampuan, serta berbagai wawasan lain yang dapat mereka terapkan dan berguna bagi pengembangan aktivitas perekonomian masyarakat. Hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai pendorong atau perangsang atau pemicu atas tumbuhnya keinginan masyarakat untuk berkembang lebih baik, karena dengan meningkatnya pengetahuan, masyarakat akan sadar dengan sendirinya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menjadi lebih baik, dan oleh karenanya akan mewujudkan kesadaran tersebut dalam berbagai upaya

untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang”

Dengan adanya berbagi pengalaman yang dilakukan oleh pendamping, selanjutnya masyarakat diajak untuk mengenali permasalahan yang mereka alami secara mandiri. Hasil dari identifikasi permasalahan budidaya perkebunan yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat dengan pendampingan dari LSM Bintari adalah ditemukannya permasalahan-permasalahan seperti :

1. Metode bercocok tanam tanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan karakter morfologi Dusun Indrakila

Berdasarkan hasil bagi pengalaman bersama pendamping, masyarakat Dusun Indrakila kemudian mencoba mengenali permasalahan yang mereka alami selama mengolah tanaman

5

(21)

perkebunan di wilayahnya. Setelah melakukan saling silang pengalaman dengan pengetahuan yang didapat dari pendamping, diidentifikasi berbagai permasalahan terkait dengan metode bercocok tanam yang tidak sesuai dengan karakteristik morfologis wilayah Dusun Indrakila, antara lain :

a. Jenis tanaman kopi arabica yang kurang cocok untuk ditanam di Dusun Indrakila, dimana dengan karakter kesuburan tanah dan ketersediaan sumber daya air yang melimpah serta intensitas sinar matahari sepanjang tahun maka jenis tanaman kopi yang paling cocok adalah jenis kopi robusta.

b. Usia tanaman kopi yang sudah waktunya diregenerasi namun dibiarkan menjadi tua, yang berakibat pada hasil produksi kopi yang tidak optimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

c. Tidak dilakukannya pembibitan tanaman kopi untuk menjamin ketersediaan bibit kopi bagi proses regenerasi tanaman dalam rangka menjaga kualitas produk kopi hasil perkebunan masyarakat Dusun Indrakila

d. Tidak dilakukannya sistem tumpang sari antara tanaman kopi dengan tanaman perkebunan lainnya, sehingga penyediaan produk perkebunan siap jual tidak dapat dilakukan setiap hari. Kondisi tersebut berakibat pada tidak adanya pemasukan harian bagi masyarakat petani perkebunan yang membutuhkan adanya ketersediaan dana bagi pemenuhan kebutuhan hidup harian.

2. Penanaman berbagai macam tanaman yang kurang ekonomis

(22)

tanaman tersebut untuk dibudidayakan dikarenakan hasilnya yang tidak dapat dipanen setiap saat ataupun kebiasaan menanam jenis tanaman tertentu secara turun temurun tanpa ada inisiatif untuk merubah penanaman jenis tanaman baru yang lebih bermanfaat secara ekonomis bagi masyarakat. Berbagai jenis tanaman yang sudah turun temurun dibudidayakan oleh masyarakat dan kurang memberikan manfaat ekonomis bagi petani antara lain :

a. Berbagai jenis pohon kayu seperti cendana, sengon dan sebagainya. Penanaman pohon-pohon tersebut memang di-maksudkan untuk diambil kayunya dan kemudian dijual agar mendapatkan hasil jual dalam jumlah yang cukup besar. Meskipun menjanjikan hasil penjualan yang besar, budidaya pohon kayu memiliki beberapa masalah antara lain :

 Waktu panen yang sangat lama, sementara keterbatasan dana membuat jumlah pohon yang mampu ditanam tidak terlalu banyak dan pada umumnya memiliki usia tanam yang sama. Lamanya waktu panen berkisar lima hingga delapan tahun dari penanaman bibit pohon, membuat rentang waktu yang panjang tersebut memaksa para petani harus mencukupi kebutuhannya baik dengan melakukan penebangan kayu ilegal, penambangan batuan gunung secara tradisional dan liar atau bahkan berhutang;

(23)

berkurangnya pasokan sumber daya air serta kemungkinan terjadinya bahaya longsor akibat erosi;

 Adanya sebagian masyarakat yang berhutang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup akan membawa dampak yang sangat besar bagi kemampuan mereka untuk mengem-bangkan aktivitas perekonomiannya. Tingkat pendapatan yang kecil yang masih dibebani dengan hutang yang harus dibayarkan membawa konsekuensi berkurangnya kemampuan masyarakat untuk memberikan pendidikan yang tinggi bagi anak-anaknya serta menurunnya kemam-puan untuk menjamin kesehatan anggota keluarganya.

b. Penanaman tanaman umbi-umbian seperti jagung, ketela rambat dan sebagainya tanpa diselingi penanaman tanaman jenis lain dan tanpa disertai teknik bercocok tanam yang baik membuat kualitas dan kuantitas hasil produksi perkebunan masyarakat cukup rendah, sehingga tidak bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Jenis-jenis tanaman tersebut merupakan jenis tanaman yang secara turun temurun telah ditanam oleh masyarakat Dusun Indrakila, sehingga para generasi penerus dalam melakukan budidaya perkebunan hanya bersifat meneruskan budidaya yang sudah dilakukan, karena tanaman-tanaman tersebut dianggap sebagai tanaman yang cocok ditanam di Dusun Indrakila.

(24)

Bapak Samto, Ketua Kelompok Tani Dusun Indrakila yang khusus mengkoordinir pengembangan budidaya pertanian dan perkebunan menyatakan :6

“Adanya LSM Bintari membuat kami menjadi lebih mengerti tentang teknik bertani kebun yang lebih baik. Bintari mengajarkan kepada kami tentang tata cara perencanaan pengembangan aktivitas mulai dari menemukan masalah, menyusun solusi, hingga melaksanakan berbagai hal yang merupakan solusi dari permasalahan yang sudah berhasil kami kenali.”

Gambar 4.8

Wawancara peneliti dengan Ketua Kelompok Tani Dusun Indrakila (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Pembentukan kelompok tani merupakan inisiatif dari masyarakat Dusun Indrakila yang muncul sebagai hasil dari bagi hasil pengalaman yang dilakukan oleh pendamping dari LSM Bintari. Pembentukan kelompok-kelompok tani dalam jumlah anggota yang lebih sedikit ini bertujuan :

1. Mengorganisir berbagai kegiatan yang terkait dengan budidaya perkebunan di Dusun Indrakila

6

(25)

Budidaya perkebunan membutuhkan berbagai macam sarana dan prasarana pendukung yang sangat penting dalam rangka menjamin ketersediaan berbagai macam kebutuhan dalam kegiatan bercocok tanam seperti ketersediaan air, pupuk, peralatan bercocok tanam, dan berbagai macam keperluan air lainnya.

Pembentukan kelompok tani dalam skala yang kecil dimaksudkan untuk dapat membagi tugas dan kerja penyediaan berbagai macam keperluan tersebut. Beberapa model pembagian tugas kerja kelompok-kelompok tani tersebut antara lain :

a. Memantau kondisi saluran irigasi, termasuk didalamnya pengecekan kondisi saluran irigasi, perawatan dan gotong royong perbaikan saluran irigasi yang mengalami kerusakan secara bersama-sama.

b. Pendelegasian satu orang anggota kelompok tani untuk menjadi anggota koperasi usaha tani Dusun Indrakila yang memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain :

Menjamin ketersediaan pupuk, termasuk didalamnya pembelian, pendistribusian serta pencatatan kebutuhan pupuk dari setiap kelompok tani

Menjamin ketersediaan kelengkapan alat-alat pertanian

2. Menemukenali berbagai permasalahan yang akan timbul dalam proses pemberdayaan masyarakat petani perkebunan di Dusun Indrakila secara lebih cepat dan tepat.

(26)

Intensitas pertemuan yang cukup sering dengan tingkat kedekatan personal yang hangat akan membuat keinginan untuk membahas permasalahan dan menemukan solusi terhadap permasalahan dapat muncul dengan sendirinya pada setiap anggota kelompok tani tersebut. Dengan adanya kesadaran untuk saling membantu anggota kelompok, maka perumusan solusi permasalahan akan semakin cepat bisa disusun dan dilaksanakan, kemudian secara bersama-sama dievaluasi hasilnya.

3. Memberikan dorongan sekaligus memberikan pengaruh positif kepada anggota masyarakat lainnya

Setiap anggota kelompok tani kecil memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan pengaruh positif kepada anggota masyarakat lainnya di Dusun Indrakila, terutama masyarakat yang masih melakukan eksploitasi sumber daya alam agar berkeinginan mengikuti jejak anggota kelompok tani. Obrolan santai dalam kehidupan sehari-hari dirasa jauh lebih efektif dalam menularkan semangat dan menumbuhkan keinginan dari anggota masyarakat non-anggota kelompok tani untuk ikut menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat petani perkebunan tersebut.

Pada akhirnya, hasil ekonomi yang lebih baik yang diperoleh para anggota kelompok tani akan dapat diketahui secara langsung oleh masyarakat Dusun Indrakila lainnya, kemudian karena faktor kedekatan emosional, maka tidak akan ada rasa canggung dan malu dari anggota masyarakat lainnya untuk mengikuti jejak para anggota kelompok tani membudidayakan perkebunan secara profesional dan teroganisir.

Tahap Ketiga : Penyusunan dan Pelaksanaan Rencana Program Budidaya Pertanian Perkebunan di Dusun Indrakila

(27)

diskusi yang membahas tentang tata cara pengelolaan budidaya perkebunan, pembentukan kelompok-kelompok tani kecil sekaligus pembagian tugas kerja dari masing-masing kelompok tani tersebut memperlihatkan kesiapan program budidaya pertanian perkebunan di Dusun Indrakila siap untuk dilaksanakan.

Berdasarkan hasil pengidentifikasian masalah dan potensi budidaya pertanian perkebunan yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat menjadi informasi berharga untuk menemukenali jenis tanaman perkebunan yang layak untuk dibudidayakan di wilayah tersebut. Secara bersama-sama, masyarakat Dusun Indrakila menetapkan dan melakukan langkah–langkah budida pertanian perkebunan sebagai berikut :

1. Meminimalisasi penanaman pohon kayu untuk ditebang

Penanaman pohon kayu masih sangat penting untuk menunjang kestabilan tanah di lereng Dusun Indrakila, disebabkan struktur akar dari tanaman untuk menahan beban tanah di atasnya serta mampu menahan air hujan, agar tidak langsung mengalir ke bawah dusun. Berdasarkan pengalaman masa lalu yang memperlihatkan adanya penggundulan kawasan hutan rakyat dengan penebangan pohon, maka akhirnya jumlah pohon yang boleh ditebang dibatasi dengan beberapa persyaratan anatra lain harus ada regenerasi terhadap pohon yang akan ditebang.

Waktu panen yang cukup lama juga menjadi pertimbangan oleh masyarakat Dusun Indrakila, sehingga masyarakat bersepakat untuk memfokuskan budidaya pertanian perkebunan dengan tanaman yang dapat dipanen secara periodik dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.

2. Mengusahakan penanaman tanaman jangka panjang

(28)

mendorong tingkat pendapatan masyarakat petani, dikarenakan hasil jual dari tanaman jangka panjang jauh lebih besar daripada tanaman dengan waktu panen yang pendek.

Tanaman musiman yang diusahakan umumnya terdiri dari tanaman buah-buahan seperti Durian, Nangka dan Rambutan yang dapat tumbuh subur di wilayah Dusun Indrakila. Hasil panen buah-buahan tersebut memberikan tambahan pendapatan yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dapat mengembangkan aktivitas perekonomiannya, meningkatkan kesejahteraan hidup keluarganya, sehingga mampu memberikan akses pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.

Sedangkan tanaman non-Musiman yang dapat dibudidayakan di wilayah penelitian antara lain tanaman kopi dengan waktu panen sekitar 2,5 tahun dari penanaman bibit. Tambahan pengetahuan mengenai jenis kopi yang cocok untuk wilayah Dusun Indrakila berupa kopi robusta, teknik budidaya perkebunan kopi yang lebih baik, penyediaan bibit kopi secara mandiri untuk menjamin regenerasi tanaman kopi merupakan praktek budidaya perkebunan kopi yang diimplementasikan oleh anggota kelompok tani dan pada akhirnya memberikan manfaat ekonomis yang lebih baik dari sebelumnya.

Berbagi pengalaman yang dilakukan oleh LSM Bintari sebagai pendamping dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai teknik penanaman secara berkala atau periodik yang bertujuan agar tanaman jangka panjang tersebut dapat dipanen dalam jangka waktu yang berselang-seling dikarenakan waktu penanaman yang tidak sama.

3. Mengusahakan penanaman tanaman jangka pendek

(29)

namun ketersediaan produk perkebunan siap jual yang dapat tersedia setiap hari dapat memberikan penghasilan yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat Indrakila.

Penggunaan teknik “tumpang sari” pada budidaya tanaman perkebunan jangka pendek memberikan banyak manfaat bagi anggota kelompok tani. Pertama adalah pemanfaatan lahan secara optimal untuk membudidayakan tanaman dalam jumlah yang lebih banyak. Kedua memberikan kesempatan kepada para anggota kelompok tani untuk menyediakan produk siap jual setiap hari yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup harian.

4. Memberikan kesempatan kepada masyarakat non-anggota kelompok tani untuk mendapat manfaat

Manfaat besar dari penjualan produk hasil perkebunan dirasa sudah memberikan keuntungan yang sangat besar bagi para anggota kelompok tani dan oleh karenanya para anggota tersebut berinisiatif untuk memberikan kesempatan masyarakat non-anggota yang selama ini berpenghasilan rendah untuk memanfaatkan keberadaan perkebunan tersebut. Salah satu peluang yang diberikan oleh para anggota kelompok tani yaitu membiarkan masyarakat non-anggota kelompok tani untuk mencari rumput yang tumbuh di sekitar tanaman perkebunan, kemudian rumput tersebut dijual sebagai bahan pakan ternak. Lahan perkebunan yang sangat luas serta pertumbuhan tanaman rumput yang sangat cepat memberikan peluang yang sangat besar untuk usaha penyediaan pakan ternak, terutama ternak sapi yang pada saat bersamaan juga dikembangkan di Dusun Indrakila.

(30)

Permasalahan-Permasalahan dalam Proses Pelaksanaan

Selama proses pelaksanaan pengembangan budidaya perkebunan di Dusun Indrakila beberapa permasalahanpun juga muncul. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diidentifikasi dari pernyataan narasumber LSM Bintari sebagai berikut :7

“Permasalahan pada pengembangan budidaya perkebunan di Dusun Indrakila dapat disimpulkan dalam satu sudut pandang yaitu dari segi waktu atau tahap proses pelaksanaan. Pada tahap awal pelaksanaan, kesulitan terbesar adalah memperoleh kepercayaan penuh dari masyarakat bahwa budidaya perkebunan di Dusun Indrakila dapat dikembangkan sedemikian rupa, hingga dapat menjadi aktivitas perekonomian utama yang menjamin kesejahteraan perekonomian masyarakat. Pada tahap awal ini kesulitan juga dirasakan karena rendahnya kemampuan masyarakat baik dari segi teknik bertani maupun pengalaman dalam melakukan pembudidayaan perkebunan dengan baik.

Pada tahap kedua permasalahan lebih kepada ketersediaan sarana prasarana penunjang baik untuk proses produksi maupun proses distribusi, serta pengembangan jaringan yang dapat menjamin ketersediaan sarana prasarana penunjang kedua aktivitas tersebut dan juga penyalur hasil produksi. Selain itu pada tahap ini juga terjadi permasalahan koordinasi masyarakat dalam mempertahankan sistem produksi dan distribusi budidaya perkebunan dikarenakan dalam sebuah sistem produksi konsistensi dari setiap anggota dibutuhkan, agar pelaksanaan pengembangan budidaya perkebunan dapat terus dilangsungkan.

Pada tahap akhir, dimana budidaya perkebunan telah memberikan hasil yang menjanjikan pendapatan ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat, permasalahan lebih kepada pengembangan teknik budidaya yang lebih baik yang dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat, agar dapat terus berinovasi dalam mengembangkan aktivitas budidaya perkebunan yang mereka jalankan, sehingga kelak di kemudian hari masyarakat benar-benar dapat menjadi petani perkebunan yang sukses dengan hasil yang memuaskan dan terus berkembang menjadi lebih baik” (Nuryanto – anggota Lembaga

Swadaya Masyarakat “Bintari”).

7

(31)

Mengacu pada penjelasan di atas, pengembangan budidaya perkebunan di Dusun Indrakila timbul lebih disebabkan oleh karena rendahnya sumber daya masyarakat setempat yang tidak memiliki pengetahuan serta akses jaringan yang baik untuk pengembangkan budidaya perkebunan yang mereka lakukan. Beberapa permasalahan pada saat proses pelaksanaan pengembangan budidaya perkebunan yang berhasil teridentifikasi dari hasil penelitian antara lain sebagai berikut :

1. Kepercayaan masyarakat yang minim pada awal pelaksanaan dikarenakan pengalaman masa lalu dalam budidaya perkebunan dengan mendapatkan hasil tidak memuaskan dari sesi ekonomi. Kondisi ini lama kelamaan memudar, seiring dengan keberhasilan dari setiap anggota kelompok tani binaan LSM Bintari didalam meningkatkan perekonomiannya, sehingga semakin banyak anggota masyarakat yang kembali berkeinginan untuk melakukan budidaya perkebunan agar mendapatkan penghasilan yang cukup seperti yang telah dicapai oleh anggota kelompok tani tersebut.

2. Rendahnya SDM masyarakat Dusun Indrakila pada umumnya yang hanya mengandalkan cara budidaya perkebunan warisan dari generasi sebelumnya, sehingga tidak mengetahui terhadap kemajuan teknik budidaya perkebunan yang telah berkembang sedemikian rupa. Berbagi pengalaman yang dilakukan antara LSM Bintari bersama masyarakat telah memberikan berbagai macam pengetahuan yang diperlukan oleh masyarakat dalam rangka melaksanakan pengembangan budidaya perkebunan. Keinginan yang besar dari masyarakat didasari oleh tradisi setempat untuk bersama-sama bangkit dari permasalahan dan dengan bimbingan dari pihak LSM Bintari telah berhasil membuat masyarakat meningkatkan kemampuannya sendiri dalam mengembangkan budidaya perkebunan.

(32)

membuat pekerjaan masyarakat menjadi lebih mudah berkali-kali lipat dan oleh karenanya dalam rangka memicu pertumbuhan aktivitas tersebut, keberadaan dari sarana prasarana penunjang menjadi sangat penting. Dukungan pemerintah Desa Lerep terhadap program pengadaan sarpras pertanian perkebunan dilakukan dalam bentuk fasilitasi kepada dinas/instansi terkait, sehungga masyarakat menjadi lebih mudah mengaksesnya.

4. Akses jaringan distribusi hasil produksi perkebunan yang sempit. Keberadaan LSM Bintari yang telah memiliki jaringan distributor produksi perkebunan yang sangat luas dengan skala nasional membuat kesempatan masyarakat dalam menjual hasil produksinya menjadi lebih baik. Sistem distribusi yang baik juga berhasil dipelajari dan dipraktekkan oleh masyarakat Dusun Indrakila yang didapat dari berbagi hasil pengalaman baik dengan pihak LSM Bintari maupun dengan instasi pemerintahan yang juga dihadirkan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman dengan penduduk setempat. Keberadaan jaringan distribusi yang menjamin penjualan produk perkebunan dengan harga yang bersaing, sehingga membuat masyarakat petani perkebunan memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan memberikan mereka kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Kondisi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat setelah Pelaksanaan Pengembangan Aktivitas Budidaya Perkebunan Berwawasan Pelestarian SDA

Peningkatan Aktivitas Budidaya Perkebunan

(33)

1. Perkembangan budidaya perkebunan kopi yang jauh lebih baik

Beberapa kemajuan terkait budidaya perkebunan kopi tersebut antara lain:

a. Kualitas dan kuantitas panen kopi yang lebih baik karena metode budidaya perkebunan yang benar.

b. Jarak panen yang berselang-seling yang dikarenakan metode penanaman bibit kopi yang periodik, sehingga waktu tunggu panen menjadi lebih pendek dan karenanya akan memberikan dampak yang baik bagi perekonomian warga.

c. Regenerasi pohon kopi yang sesuai dengan waktunya, dimak-sudkan untuk dapat terus menjaga kualitas dan kuantitas hasil produksi kopi. Metode pembibitan yang lebih baik sebagai hasil tukar pengalaman dari pendamping kegiatan merupakan salah satu bukti berkembangnya kemampuan budidaya perkebunan masyarakat petani kebun Dusun Indrakila.

2. Hasil produksi budidaya perkebunan dapat menunjang pemenuhan kebutuhan hidup dan memberikan kesempatan peningkatan kesejahteraan ekonomi.

Budidaya perkebunan Dusun Indrakila dilakukan dengan menanam berbagai jenis tanaman sekaligus pada setiap petak lahan perke-bunan yang dimiliki setiap anggota kelompok tani. Jenis tanaman yang dibudidayakan terdiri atas tanaman jangka panjang dan tanaman jangka pendek, yang ditanaman dengan sistem “tumpang sari”, dimana berbagai jenis tanaman ditanaman dengan berselang-seling untuk memaksimalkan ketersediaan lahan yang ada.

Sistem penanaman tumpang sari dengan jangka waktu panen yang berbeda-beda memberikan keuntungan bagi para petani kebun, antara lain:

(34)

b. Produk perkebunan jangka panjang baik tanaman musiman maupun non-musiman memberikan hasil penjualan yang lebih besar dan memberikan kesempatan kepada para petani kebun untuk mengembangkan aktivitas perekonomiannya menjadi lebih baik, karena adanya ketersediaan dana.

c. Dikembangkannya berbagai macam pengolahan hasil produksi perkebunan seperti industri rumah tangga gula aren, beras ketan, bubuk kopi dan bubuk minuman jahe siap saji siap jual.

Gambar 4.9

Industri Rumah Tangga Gula Aren (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Gambar 4.10

(35)

3. Berbagai jenis tanaman perkebunan baru yang sebelumnya tidak pernah dibudidayakan oleh petani kebun Dusun Indrakila

Berdasarkan berbagi hasil pengalaman yang dilakukan LSM Bintari dengan anggota kelompok tani Dusun Indrakila, para petani kebun kemudian mengupayakan pembudidayaan berbagai jenis tanaman baru seperti : cabai, aren, jahe, durian dan rambutan. Budidaya tanaman baru tersebut memberikan manfaat tambahan penghasilan bagi para petani kebun yang pada akhirnya akan bermanfaat bagi peningkatan perekonomian masyarakat.

Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Petani Perkebunan di Dusun Indrakila

Hasil wawancara dengan ketua kelompok Wanatani Bapak Risman menggambarkan peningkatan kesejahteraan masyarakat :8

“Sebelum Kades Sumariyadi memimpin dan melaksanakan pembangunan di Dusun Indrakila, banyak warga yang pendapatan perbulannya sangat rendah dan susah dalam mencukupi kehidupannya sehari-hari. Banyak diantara warga yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke SMP dikarenakan tidak punya dana. Setelah pembangunan pada masa kepemimpinan Bapak Kades Sumariadi selama kurang lebih 8 tahun berjalan, petani kebun di Dusun Indrakila telah berhasil meningkatkan pendapatannya. Banyak warga yang mementingkan kelanjutan pendidikan anak-anaknya, hal ini dikarenakan ketersediaan dana dari warga serta adanya kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi peningkatan kesejahteraan anak-anaknya di masa depan”.

Keterangan dari narasumber di atas ditambahkan lagi oleh Bapak Nasta’in, sekretaris Kelompok Tani Dusun Indrakila yang menggambarkan peningkatan kesejahteraan:9

“Sejahteranya penduduk Indrakila dapat dilihat dari kemampuan daya beli masyarakat yang meningkat. Banyak warga sekarang memiliki rumah yang jauh lebih layak untuk ditinggali, karena memiliki dana untuk melakukan renovasi rumah. Juga mulai banyak warga yang memiliki kendaraan

8Wawancara tanggal 12 April 2015

9

(36)

pribadi sehingga warga dapat lebih mudah dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari”

Pendapat dari kedua narasumber di atas memperlihatkan bahwa pelaksanaan pengembangan budidaya perkebunan di Dusun Indrakila telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dapat ditinjau dari :

1. Tingkat pendapatan yang jauh lebih baik; 2. Tingkat pendidikan yang lebih baik;

3. Akses terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik, serta 4. Penyediaan perumahan yang layak huni

Tingkat Pelestarian Lingkungan setelah Pelaksanaan Pengembangan Aktivitas Budidaya Perkebunan Berwawasan Pelestarian SDA

Pengembangan aktivitas budidaya perkebunan di Dusun Indrakila telah berhasil menarik minat hampir seluruh masyarakat petani kebun di daerah tersebut untuk kembali membudidayakan lahan perkebunan yang mereka miliki, dimana banyak diantara mereka yang sebelum pelaksanaan pengembangan aktivitas tersebut telah melakukan aktivitas eksploitasi kekayaan alam untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Kondisi tersebut dapat tergambar dari uraian yang disampaikan oleh Bapak Manuri, Ketua Lembaga Masyarakat Daerah Hutan (LMDH) Desa Lerep yang menggambarkan:10

“Masyarakat Dusun Indrakila dulunya banyak yang melakukan aktivitas penebangan pohon secara liar maupun penebangan kayu pohon yang mereka miliki di lahan perkebunan rakyat milik mereka. Akibat dari aktivitas ini banyak wilayah hutan yang menjadi gundul dan berpotensi merusak hutan. Disamping melakukan penebangan hutan, banyak juga masyarakat yang melakukan aktivitas penambangan batu pada lahan-lahan di sekitar Dusun Indrakila dan sekitarnya. Perkembangan dari pendapatan petani yang melakukan aktivitas berkebun menjadi semakin besar mendorong minat pada para penduduk, sehingga yang semula sudah melakukan penebangan pohon dan menam-bang tertarik untuk serius menggarap kebunnya kembali.”

(37)

Salah satu warga masyarakat yang pernah menjadi penambang batu (Bapak Sahudi) menuturkan, gambaran kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitasnya serta dampak budidaya perkebunan terhadap pelestarian alam di daerahnya:11

“Saya menambang batu pada lahan yang banyak batunya,

biasanya didaerah sekitar lereng di Dusun Indrakila dan sekitarnya. Pada waktu itu kami lakukan, karena kebutuhan mendesak untuk keperluan kehidupan sehari-hari, sehingga kami tidak berpikir jauh tentang akibat dari kerusakan alam bagi penghidupan kami di kemudian hari. Setelah banyak masyarakat yang kembali berkebun, secara otomatis kegiatan penebangan pohon dan penambangan batu menjadi berkurang. Kami sadar bahwa menebang pohon-pohon besar akan mengurangi kemampuan resap air oleh tanah, serta daya dukung lahan bagi kesuburan tanah. Kami juga akhinya menyadari bahwa aktivitas penambangan benar-benar berdampak buruk bagi kesuburan lahan, padahal kegiatan kebun adalah penopang kehidupan kami. Dengan banyaknya masyarakat yang telah kembali berkebun dengan lebih serius, semakin banyak yang sadar bahwa menjaga kelestarian alam adalah hal yang sangat penting, sehingga sebisa mungkin kami semua berusaha agar tidak lagi terjadi aktivitas penambangan liar dan penebangan pohon besar di hutan”

Bangkitnya kesadaran masyarakat di Dusun Indrakila tentang pelestarian alam berangkat dari kesadaran mereka tentang arti penting daya dukung alam bagi kehidupan mereka sehari-hari, terutama menyangkut kemampuan alam sebagai penopang aktivitas perekonomian. Setelah program pengembangan budidaya perkebunan tersebut berjalan dengan baik, akhirnya aktivitas penambangan liar dan penebangan pohon besar di hutan berkurang dengan sangat signifikan. Kepala Dusun Jumari menyatakan: 12

“Dapat dikatakan lebih dari 75% penduduk yang dulunya

menambang dan menebang pohon sudah menjadi petani kebun. Hutan yang dulunya gundul sudah kembali ditanami dan dimanfaatkan untuk lahan perkebunan, area penambangan sebagian besar sudah ditutup dan dilarang untuk dieksploitasi kembali tujuannya agar alam Dusun

11Wawancara tanggal 13 April 2015

12

(38)

Indrakila dapat tetap subur dan mampu mendukung aktivitas

pertanian perkebunan masyarakat”

Uraian dari bapak Kadus Jumari di atas memperlihatkan bahwa pelestarian alam di Dusun Indrakila telah mencakup beberapa aspek dari tujuan pelestarian alam antara lain:

1. Preservasi kekayaan alam dari eksploitasi komersial

2. Dilakukannya restorasi kerusakan alam yang sudah pernah dilakukan

3. Koreksi terhadap setiap kesalahan tentang pengrusakan lingkungan yang berlanjut pada restorasi kerusakan tersebut.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh atas Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dan Pelestarian SDA dalam Pelaksanaan Pengembangan Aktivitas Budidaya Perkebunan Berwawasan Pelestarian SDA

Pengembangan aktivitas budidaya perkebunan di Dusun Indrakila berdasarkan kajian yang telah dilakukan, telah mencapai tujuannya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani perkebunan Dusun Indrakila, serta juga berhasil melakukan upaya pelestarian SDA yang ditunjukkan dengan menurunnya tingkat penebangan pohon dan aktivitas penambangan liar secara signifikan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan tersebut antara lain:

1. Kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui aktivitas budidaya perkebunan dengan teknik berkebun yang baik.

(39)

aktivitas yang dapat memberikan jaminan kelanggengan pendapatan yang jauh lebih baik.

Peranan pemerintah Desa Lerep serta LSM Bintari dalam membangkitkan kesadaran masyarakat Dusun Indrakila sangat penting, dimana pemerintah sebagai pihak yang mempunyai akses untuk melaksanakan penyuluhan pertanian serta LSM Bintari yang memiliki berbagai macam pengalaman sukses terkait pembudi-dayaan perkebunan telah berhasil menularkan pengalaman– pengalamannya kepada masyarakat, sehingga dapat mengembalikan budidaya perkebunan sebagai aktivitas perekonomian yang utama.

Adanya kesadaran akan besarnya peluang peningkatan kesejahteraan melalui budidaya perkebunan membuat masyarakat Dusun Indrakila menjadi lebih serius dalam mengembangkan perkebunannya, bersemangat untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang tata cara budidaya perkebunan yang baik serta termotivasi untuk dapat berhasil seperti halnya kisah sukses budidaya perkebunan yang telah diketahuinya.

Keinginan besar untuk menjadi lebih baik dalam mengembangkan budidaya perkebunan membuat masyarakat terus berupaya untuk selalu belajar mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan aktivitasnya dan ini berarti kesediaan untuk terus melanjutkan aktivitas perekonomiannya secara berkesinambungan.

2. Kesadaran tentang pentingnya kelestarian SDA dalam rangka menunjang aktivitas perekonomian masyarakat petani perkebunan.

Rendahnya kualitas SDM masyarakat Dusun Indrakila dan keterbatasan informasi membuat masyarakat mencari cara praktis untuk segera dapat memenuhi kebutuhan ekonominya, dengan melakukan eksploitasi SDA di wilayahnya.

(40)

hanya akan memberikan keuntungan sesaat, namun menimbulkan kerugian yang sangat besar di kemudian hari.

Sebagai masyarakat petani, akhirnya mereka sadar bahwa aktivitas mereka hanya akan dapat berlangsung, apabila alam menyediakan SDA yang berlimpah, untuk itu pelestarian SDA menjadi salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan agar aktivitas perekonomian masyarakat dapat terus berlangsung.

3. Penerapan kearifan lokal dalam proses pengembangan aktivitas budidaya perkebunan

Konsep kearifan “Tunggu Gunung Kudu Wareg” memiliki prinsip sederhana bahwa untuk dapat melestarikan alam, maka masyarakat harus sejahtera dan untuk dapat mensejahterakan masyarakat, maka pemanfaatan SDA harus dilakukan dengan bijak, agar tidak menimbulkan dampak kerugian yang mengganggu aktivitas perekonomian masyarakat sehari-hari.

Konsep tersebut disinergikan dengan kebijaksanaan lokal lainnya yaitu “Guyub Rukun” yang berarti bersama-sama sejahtera dan bertanggung jawab atas segala kondisi dan bersama-sama mengatasi permasalahan, sehingga tujuan bersama dapat tercapai.

Pengembangan aktivitas budidaya perkebunan tidak dapat dilakukan apabila tidak dapat merangkul seluruh anggota masyarakat menjadi pelaku aktif. Koordinasi dalam penyediaan sarana-prasarana penunjang aktivitas perkebunan, perawatan hingga pemantauan pelaksanaan merupakan kewajiban bersama, dimana dengan koordinasi yang baik maka aktivitas perkebunan di daerah tersebut akan berlangsung dengan baik dan pada akhirnya akan memberikan hasil yang baik juga.

4. Peran aktif seluruh pihak dalam proses pelaksanaan pengembangan aktivitas budidaya perkebunan

(41)

mandiri merupakan modal utama keberhasilan pelaksanaan pro-gram budidaya perkebunan. Kemauan yang kuat untuk belajar mandiri dalam mengembangkan aktivitas perekonomian serta tekad untuk melaksanakan hasil pembelajaran tersebut membuat aktivitas budidaya perkebunan di Dusun Indrakila menjadi berkembang dengan pesat dan memberikan penghasilan yang cukup besar bagi pera pelakunya.

Keberadaan LSM Bintari selaku pendamping juga menjadi faktor kunci keberhasilan program ini, dimana dengan pengalaman yang sangat banyak serta pengetahuan yang luas tentang pengembangan budidaya perkebunan, LSM Bintari telah berhasil menginspirasi para petani kebun di Dusun Indrakila untuk menerapkan setiap ilmu dan pengalaman yang telah disampaikan oleh LSM tersebut.

Selain itu Pemerintah Desa Lerep merupakan pihak yang memiliki peranan terbesar dalam kesuksesan pengembangan budidaya perkebunan di Dusun Indrakila. Akses jaringan yang luas terhadap penyediaan sarana prasarana penunjang aktivitas perkebunan memberikan jaminan dilangsungkannya pengembangan aktivitas perkebunan dengan lebih baik. Fasilitasi dalam pengadaan penyuluhan pertanian juga memberikan manfaat yang sangat besar bagi peningkatan wawasan dan keterampilan petani kebun dalam mengembangkan aktivitas perekonomiannya.

Pengembangan Aktivitas Peternakan Sapi Berwawasan

Pelestarian Sumber Daya Alam

Dasar Pelaksanaan Pengembangan Aktivitas Budidaya Peternakan Sapi Berwawasan Pelestarian SDA

(42)

peternakan sapi di Dusun Indrakila didasari atas dua hal pokok yaitu keinginan untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dengan sistem peternakan yang lebih maju serta kekhawatiran akan dampak buruk dari model peternakan lama yang dilakukan oleh masyarakat. Sebelum Tahun 2006, masyarakat Dusun Indrakila membuat kandang sapi mereka berhimpitan langsung dengan rumah, sehingga hal tersebut membawa konsekuensi menurunnya kualitas kesehatan lingkungan yang disebabkan oleh limbah peternakan sapi yang tidak hanya dirasakan oleh keluarga pemilik ternak, namun dirasakan juga oleh warga masyarakat di sekitar kandang tersebut.

Urun rembug kelompok peternak sapi Dusun Indrakila yang dilakukan atas inisiatif anggota kelompok tersebut terlaksana karena adanya stimulus berupa wacana pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi aktivitas perekonomian yang mereka lakukan. Diskusi yang terjadi antara anggota kelompok peternak sapi Dusun Indrakila, Pemerintah Desa Lerep yang diwakili Kades Sumariyadi serta kehadiran LSM Bintari yang diundang oleh kepala desa untuk memberikan tambahan wawasan mengenai budidaya peternakan sapi menghasilkan beberapa poin penting antara lain:

1. Pembuatan struktur organisasi kelompok peternak sapi secara formal di setiap dusun yang menjadi bagian wilayah Desa Lerep

Seperti halnya pembentukan kelompok tani di Dusun Indrakila, pembentukan kelompok peternak sapi secara formal dimaksudkan untuk mengorganisir aktivitas budidaya peternakan baik proses dari aktivitas peternakan maupun sampai pada penyediaan berbagai macam kebutuhan penunjang aktivitas budidaya peternakan sapi.

2. Pemisahan kandang sapi dengan area permukiman warga.

Kandang ternak yang terpisah memberikan beberapa dampak positif, antara lain:

(43)

b. Aktivitas budidaya peternakan sapi yang lebih fokus dan tidak terganggu oleh adanya aktivitas lain

3. Optimalisasi budidaya peternakan sapi melalui program pemberdayaan masyarakat anggota kelompok peternak sapi.

Salah satu bentuk konkrit dukungan Pemerintah Desa Lerep terhadap pemberdayaan masyarakat peternak sapi di Desa tersebut, khususnya peternak sapi Dusun Indrakila adalah penerbitan Perdes Nomor 3 Tahun 2007 tentang Penempatan Hewan Ternak Sapi di Kandang Kawasan, sehingga Pemerintah Desa menyediakan lahan kandang komunal bagi aktivitas peternakan sapi di tiga dusun, yaitu Dusun Indrakila, Dusun Lerep dan Dusun Soka.

Tahapan Proses Pelaksanaan Pengembangan Peternakan Sapi Berwawasan Pelestarian SDA

Ketua Peternak Sapi Dusun Indrakila, Bapak Jembar mengungkapkan :13

“Peternakan sapi merupakan gagasan murni dari para peternak di Dusun Indrakila, yang berawal dari keinginan untuk meningkatkan kondisi perekonomian yang lebih baik. Pelaksanannya dilakukan secara bertahap, dari yang semula masih kecil hingga berkembang menjadi besar seperti sekarang. Baik pemerintah desa, masyarakat dusun hingga LSM Bintari memiliki peranan yang sama besar dalam keberhasilan pengembangan aktivitas peternakan sapi ini. Koordinasi dari seluruh pihak yang terlibat dalam pengembangan peternakan sapi berlangsung sangat baik.

Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat peternak sapi Dusun Indrakila layaknya pemberdayaan masyarakat petani pekerbunan, dilaksanakan secara bertahap dan melibatkan tiga pihak yaitu Pemerintah Desa Lerep, masyarakat Dusun Indrakila dan LSM Bintari sebagai pendamping.

(44)

Gambar 4.11

Wawancara peneliti dengan ketua kelompok peternak sapi Dusun Indrakila (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Tahap Pertama: Sosialisasi Kegiatan Pemberdayaan Peternak Sapi Dusun Indrakila

Tahap sosialisasi dilakukan beberapa waktu setelah disepakatinya pelaksanaan pemberdayaan masyarakat peternak sapi dalam “urun rembug” yang sebelumnya telah dilaksanakan. Kegiatan sosialisasi melibatkan tiga pihak yaitu Pemerintah Desa Lerep, masyarakat peternak sapi Dusun Indrakila dan LSM Bintari selaku pendamping kegiatan.

(45)

1. Pembentukan struktur organisasi formal kelompok peternak sapi Dusun Indrakila

Tujuan dari penyusunan struktur organisasi formal adalah untuk mengorganisir seluruh kegiatan yang terkait dengan budidaya peternakan sapi. Beberapa hal yang disepakati terkait dengan pembentukan organisasi kelompok peternak sapi Dusun Indrakila tersebut antara lain:

a. Penunjukan pengurus inti kelompok peternak sapi Dusun Indrakila.

b. Penyepakatan pelaksanaan diskusi anggota kelompok peternak sapi yang mendapatkan pendampingan dari LSM Bintari setiap satu bulan sekali.

c. Penyepakatan rencana pengembangan kegiatan budidaya peternakan sapi dalam rangka meningkatkan nilai ekonomis hasil budidaya peternakan sapi Dusun Indrakila.

2. Rencana pembangunan kandang sapi komunal Dusun Indrakila

Pembangunan kandang sapi komunal yang terpisah dari kawasan perumahan merupakan inisiatif peternak sapi yang didukung oleh usulan dari LSM Bintari yang merekomendasikan dibangunnya sebuah kandang komunal untuk memfokuskan kegiatan budidaya ternak sapi secara sehat.

Gambar 4.12

(46)

Pemerintah Desa Lerep sebagai fasilitator kegiatan pemberdayaan peternak sapi Dusun Indrakila kemudian menindak lanjuti rencana tersebut dengan mengeluarkan Perdes No. 3 Tahun 2007 tentang tentang Penempatan Hewan Ternak Sapi di Kandang Kawasan. Kandang sapi secara komunal tersebut akhirnya dapat terbangun yang berlokasi di tanah bengkok bekas Bayan Dusun Indrakila. Pemanfaatan tanah bengkok bekas bayan, didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang No. 10 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Atau Pemberhentian Perangkat Desa, dimana pada Peraturan Daerah tersebut dilakukan perampingan struktur Pemerintahan Desa yang menghilangkan jabatan “Bayan” secara formal, sehingga menghilangkan hak kelola tanah bengkok yang dimiliki oleh para bayan.

3. Penyusunan peraturan budidaya peternakan sapi Dusun Indrakila

Dalam rangka melakukan pengelolaan budidaya peternakan sapi, agar menjadi lebih sehat dan profesional, maka peraturan dalam pengelolaan budidaya peternakan harus disusun sebagai panduan bagi para anggota kelompok peternak sapi. Penusunan tata aturan budidaya peternakan sapi dilakukan secara mandiri oleh para peternak sapi Dusun Indrakila setelah sebelumnya mendapatkan pengetahuan tambahan dari berbagi pengalaman yang dilakukan oleh LSM Bintari terkait budidaya peternakan sapi di wilayah lain yang pernah didampingi oleh LSM tersebut.

Peraturan yang disepakati bersama oleh setiap anggota kelompok peternak sapi Dusun Indrakila antara lain sebagai berikut :

a. Keharusan bagi setiap peternak sapi untuk mengandangkan hewan ternaknya di kandang komunal.

(47)

c. Kewajiban pembayaran iuran pokok setahun sekali untuk membayar biaya sewa lahan kandang komunal dan iuran wajib sebulan sekali yang digunakan untuk membiayai kebutuhan air bersih dan perawatan kawasan kandang komunal.

d. Pembentukan dan penunjukan kelompok jaga kawasan kandang komunal yang dilakukan setiap malam dalam rangka menjaga keamanan hewan ternak, baik dari tindak pencurian ataupun dari gangguan alam.

Tahap Kedua : Pembangunan Kandang Komunal Peternakan Sapi Dusun Indrakila

Masyarakat Dusun Indrakila sebagaimana halnya masyarakat Desa Lerep pada umumnya menganut prinsip “guyub rukun” dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga kegiatan pembangunan akan selalu mendapat dukungan penuh dari setiap warganya. Demikian juga dengan pembangunan kandang komunal peternakan sapi, dalam pelaksanaannya setiap warga masyarakat baik para peternak sapi maupun yang tidak memiliki sapi secara bersama-sama melaksanakan pembangunan kandang sapi secara komunal tersebut.

Pemerintah Desa Lerep sebagai fasilitator pembangunan memberikan kontribusi berupa penyediaan bantuan dana yang didapatkan melalui pengajuan proposal pembangunan kandang komunal pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang. Perijinan penggunaan lahan bekas tanah bengkok Bayan Dusun Indrakila sendiri sudah memperlihatkan kontribusi besar dari Pemerintah Desa Lerep pada pelaksanaan pembangunan kandang sapi secara komunal tersebut.

(48)

untuk melaksanakan diskusi yang bersifat sharing pengalaman terkait dengan teknik pembangunan kandang sapi secara komunal yang sesuai dengan standar peternakan. Berdasarkan berbagi pengalaman yang telah dilakukan dengan pendamping, para peternak sapi Dusun Indrakila kemudian merancang kandang sapi secara komunal beserta berbagai utilitas penunjangnya secara mandiri, kemudian melakukan bimbingan dan evaluasi terkait dengan budidaya peternakan yang sehat dan profesional.

Masyarakat Dusun Indrakila, terutama para peternak sapi berkontribusi penuh terhadap pembangunan kandang sapi secara komunal mulai dari tahap perencanaan kandang sapi secara komunal hingga pelaksanaan pembangunannya. Setiap peternak sapi memperhitungkan dengan tepat dan cermat setiap kebutuhan bahan kandang sapi, sehingga dapat menampung seluruh hewan ternak yang dimilikinya, semuanya dilakukan secara mandiri oleh para peternak.

Pada proses pelaksanaan pembangunan kandang sapi komunal, seluruh warga Dusun Indrakila secara sukarela memberikan bantuan tenaga dan material yang dibutuhkan untuk mendirikan kandang sapi secara komunal. Sebuah tradisi lokal masyarakat jawa yang biasa disebut sebagai “sambatan” masih tetap dipegang teguh oleh masyarakat Dusun Indrakila, dimana inti ajaran dari tradisi tersebut yaitu keperdulian dari setiap warga masyarakat untuk meringankan beban dari warga masyarakat lainnya yang sedang membutuhkan bantuan.

Tahap Ketiga : Penyusunan dan Pelaksanaan Rencana Pengembangan Aktivitas Budidaya Peternakan Sapi Dusun Indrakila

Proses penyusunan rencana pengembangan aktivitas budidaya peternakan sapi dilakukan oleh peternak sapi Dusun Indrakila pada setiap diskusi anggota kelompok yang mendapatkan bimbingan dari LSM Bintari.

Gambar

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Ungaran Barat (Lokasi Penelitian)
Gambar 4.2 Peneliti Melakukan Wawancara Mengenai Karakteristik Dusun Indrakila
Gambar 4.3  Prosentase Aktivitas Perekonomian Masyarakat Dusun Indrakila
Gambar 4.4 Tingkat Pendapatan Masyarakat Dusun Indrakila Sebelum Tahun 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. Pada Universitas Islam Negeri Sumatera Utara bentuk sistem informasi akuntansi yang digunakan adalah

[r]

Menimbang : l.Bahwa agar pelaksanaan perkuliahan mahasiswa Program Studi S-i PJKR, PKO dan IKORA Reguler dengan sistem kredit di lingkungan FIK LINY berjalan dengan baik

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

Pada hari ini, Rabu tanggal Dua Puluh Dua bulan Mei tahun Dua Ribu Tiga Belas , telah dilaksanakan Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) secara on-line pada lpse Kabupaten

d) Bilamana pada garis formasi dijumpai batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar untuk selokan, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau

Sikap qonaah adalah suatu sikap yang dituntut oleh orang sufi, karena dengan sikap qonaah mereka dapat terhindar dari ajakan nafsu terhadap dunia dan kemewahannya, dan keinginan