• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suku-suku Yang Eksis pada Wilayah Tutur Bahasa Devayan.

NO KECAMATAN NAMA BAHASA TUTUR

5.1 Suku-suku Yang Eksis pada Wilayah Tutur Bahasa Devayan.

Pembahasan mengenai suku, menjadi hal yang cukup menarik perhatian untuk diteliti lebih lanjut pada penelitian lain. Informasi mengenai suku asli dan pendatang

di kecamatan Simeulue tidak bisa di akses dari BPS karena tidak tersedia data mengenai informasi ini.Dari 220 responden hanya 42 orang (19,09%) yang mengisi kolom suku, dan ketika dikonfirmasi, kebanyakan mereka menjawab lupa dan tidak tahu.Hal menarik masalah suku, yang di peroleh dari wawancara dengan beberapa nara sumber, adalah bahwa dalam masyarakat tutur bahasa Devayan, yang menggunakan bahasa yang sama, kenyataannya terdapat beberapa suku yang berbeda-beda yang didasarkan pada asal usul nenek moyang mereka. Namun hanya generasi G1 yang memahami suku asli Simeulue ini.Sebagian G3 mengetahui hanya karena mendengar dari orang tua mereka. Dari hasil wawancara dengan nara sumber, peneliti mendapat informasi bahwa ada 9 suku asli yang ada di pulau Simeulue, yaitu (1) Suku Dagang , menurut nara sumber suku ini bearasal dari Minang; (2) Suku Abon/Habu; (3) Suku Lanteng; dan berdasarkan sumber, nenek moyang mereka berasal dari Bugis keturunan Daeng; (4) Bangawan; (5) Rainang, (6) Bihau; (7) Ra Awa; (8) Manjungkang; dan (9) Pamuncak. Suku Manjungkang dan Pamuncak disebut banyak terdapat di daerah Simeulue Barat. Eksistensi suku-suku tersebut bisa dikatakan tidak muncul lagi dalam masyarakat karena sebagain besar mereka sudah tidak berkoloni pada suatu kelompok masing-masing, namun sudah menyebar di seluruh pulau, sehingga definisi suku sudah bergeser kepada kelompok suku nusantara yang menghuni pulau, sehingga ke sembilan suku-suku tersebut hanya bisa

dikelompokkan sebagai satu suku, yaitu suku Simeulue.Sementara suku yang lainnya dikelompokkan sebagai suku-suku pendatang.

Selanjutnya pada pertanyaan, “ suku-suku pendatang apa sajakah yang ada di lingkungan anda?“ , 100% responden dapat menjawab dengan cukup baik. Rata-rata suku-suku pendatang yang terdata dari keseluruhan responden adalah, suku Aceh (29,5%) terdapat di semua kecamatan, Padang (26,9%), sama seperti suku Aceh bahwa terdapat di semua kecamatan wilayah tutur bahasa Devayan , Batak (16,4%) , terdapat di 4 kecamatan yaitu Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat dan Teupah Tengah; Melayu (19,66% ) ada di 6 kecamatan, Nias (3,3% ) hanya di Simeulue Timur menurut data dari responden, Jawa (17,9%) tersebar di semua kecamatan , dan China (6,1%) hanya di kecamatan Simeulue Timur.Penjaringan data dilakukan terpisah menurut kecamatan, dan prosentase terbesar kuantitas suku pendatang adalah di kecamatan Simeulue Timur.Berikut gambaran visual suku-suku pendatang yang ada di wilayah mereka, versi responden menurut data per kecamatan.Pada garis y, melambangkan jumlah responden yang menyebut suku-suku yang ada di wilayah tutur mereka.

Pada grafik 5.1 a. gambaran suku-suku pendatang di wilayah Simeulue Timur yang dijaring dari data responden di kecamatan Simeulue Timur sebanyak 91 responden.Sebagian besar responden mendapati di lingkungannya terdapat suku Aceh dan Padang dengan prosentase terbanyak dari keseluruhan responden.Dalam

kehidupan masyarakat di kecamatan Simeulue Timur, khususnya ibukota kecamatan, yaitu Sinabang, banyak dijumpai kelompok etnis tersebut yang sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pedagang. Sinabang adalah tempat yang paling heterogen dibandingkan wilayah lain di pulau, bahkan bahasa yang berkembang di Sinabang adalah lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa pendatang yang berdagang di daerah tersebut. Kebanyakan pendatang adalah dari daratan Aceh yang berseberangan langsung dengan pulau Simeulue, yaitu Aceh Barat, Aceh Singkil, Aceh Selatan.Dan dari sejarah kabupaten Simeulue diketahui bahwa sebelum berdiri sebagai kabupaten sendiri, kabupaten ini dahulunya adalah bagian dari kabupaten Aceh Barat. Kecamatan Simeulue Timur, terletak di pantai utara di bagian timur di pulau, dengan Sinabang ibukotanya. Kecamatan ini terletak di sebuah teluk yang menghadap daratan Aceh, seperti dapat dilihat pada gambar 5.1.

Pendatang Aceh nampak mendominasi dengan prosentase 93,4 % atau 85 responden dihitung dari pendapat 91 responden mengaku didaerahnya ada suku Aceh, selanjutnya suku Padang dengan 91,2% (83 responden), disusul Melayu 42,8% (39 responden)), Jawa 34,1% (31 responden) , Batak 24,2% (22 responden), dan Nias 3,3% (3 responden). Jadi tidak mengherankan jika banyak penduduk kecamatan ini berkoloni menurut kelompok etnis nusantaranya sehingga mereka mempunyai wilayah tutur bahasa yang mereka bawa masing-masing.Pendatang Aceh yang banyak mendominasi wilayah kecamatan ini, sebagian besar bukan berbahasa Aceh, karena mereka banyak yang berasal dari Aceh Barat dan Aceh Selatan yang memang berbahasa ibu bahasa Jamee. Bahasa Jamee di kota Sibanang dudah mengalami pidginisasi sehingga menjadi bahasa pengantar sehari-hari dui wilayah ini. Bahasa Jamee adalah bahasa Minang yang dituturkan di provinsi Aceh bagian selatan yaitu di kecamatan Kluet Selatan, Kluet Utara, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Tapak Tuan hingga Aceh Barat Daya. Sama halnya di Munang Kabau, setiap daerah mempunyai beberapa perbedaan dialek, irama, dan cara pengucapannya. Bahasa Jamee dalam bahasa Aceh berarti “bahasa tamu” atau “bahasa pendatang”, jadi yang mempopulerkan nama itu adalah orang Aceh sendiri. Namun di Sinabang sebutannya berubah menjadi bahasa Jamu. Dibandingkan dengan bahasa Jamee, bahasa Jamu cenderung lebih kasar dan kurang berirama.Wacana berikut adalah contoh campur

kode antara bahasa Devayan dan bahasa Jamu, yang kecenderungannya banyak didominasi bahasa Jamu:

A : Sikula kau baisuk?

Jamu

B : Te en, ambo besok mau ka Teupah Selatan

Devayan Jamu

A: Samo siapo ka sitin?

Jamu

B: Alek bapa o.

Devayan

Grafik 5.1 a

Prosentase Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Suku-suku di Simeulue Timur

Pada grafik 5.1 b terlihat bahwa suku-suku yang eksis di kecamatan Teupah Selatan adalah Aceh, Padang, Jawa, dan Melayu. Kecamatan ini adalah kecamatan

93.4 91.2 24.2 34.1 24.2 42.8 3.3 0 20 40 60 80 100 Aceh Minang Cina Jawa Batak Melayu Nias

Simeulue Timur

yang relatif dekat dengan ibukota kabupaten yaitu sekitar 46 km, namun dalam kenyataannya baru saja sekitar tahun 2001, dibangun jalan menuju ibukota kecamatan tersebut setelah dibukanya sebuah proyek kelapa Sawit. Dahulu hanya ada satu akses yaitu dari Suak Bulu ke Anak O dengan kondisi yang tak beraspal dan tidak terawat sehingga tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, sehingga untuk menjangkau daerah ini diperlukan waktu yang lama.Sehingga tidak mengherankan bahwa jumlah pendatang yang ada prosentasenya tidak banyak.Anatar kabupaten Simeulue Timur dan Teupah Selatan dibatasi oleh pegunungan yang membentang sehingga ketika dibangun jalan lingkar pulau, tidak bisa terhubung langsung dengan ibukota kabupaten tetapi harus memutar melalui Teupah Selatan, dari daerah Lasikin.Kecamatan ini terletak di ujung pulau yang terkesan agak terisolir karena akses ke lain pulau hanya ada satu yang memadai melalui Lasikin. Namun beberapa lahan di kecamatan ini mulai dibeli/disewa orang asing dijadikan lokasi tertutup untuk olah raga surfing bagi para pelancong luar negeri.

Dari 31 responden diperoleh data mengenai suku-suku pendatang yang eksis di kecamatan Teupah Selatan adalah Aceh 22,1% atau hanya 7 responden dari 31 responden keseluruhan menyatakan terdapat suku Aceh, Padang 16.12% (5 responden), Melayu 16.2% (5 responden) dan Jawa 9.6 % (3 responden).

Grafik 5.1 b

Prosentase Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Suku-suku di Teupah Selatan

Selanjutnya pada grafik 5.1 c adalah deskripsi suku-suku pendatang di kecamatan Teupah Barat.Teupah Barat terdapat di sepanjang pantai bagian Selatan pulau yang menghadap ke Samudera India.Kecamatan ini adalah pemekaran dari kecamatan Simeulue Timur.Daerah ini berbatasan dengan Simeulue Timur dan membentang terus sampai berbatasan dengan Teupah Tengah dan Teupah Selatan.Kecamatan ini berjarak sekitar 35 km dari Sinabang, dan akses menuju ibukota kabupaten lumayan bagus dengan aspal yang lumayan mulus dan

22.1 16.12 16.12 9.6 0 5 10 15 20 25 Aceh Padang Jawa Melayu

Teupah Selatan

pemandangan pantai laut Selatan yang indah. Berikut pada gambar 5.3 dapat dilihat lokasi tepatnya:

Gambar 5.3 Peta Kecamatan Teupah Barat

Menurut responden yang berjumlah 26 orang, penelti mendapat informasi suku-suku yang eksis di kecamatan ini adalah Aceh 46,2% atau 12 orang responden yang mengaku ada suku Aceh di lingkungan mereka,Minang15.26% (4 orang) , Jawa26,9% (7 orang), dan Melayu 7,7% (2 orang), Batak 11.53% (3 orang).

Grafik 5.1 c

Prosentase Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Suku-suku di Teupah Barat 46.2 15.26 31.8 7.7 11.53 0 10 20 30 40 50 Aceh Jawa Batak

Teupah Barat

Pada grafik 5.1 d adalah persepsi responden terhadap suku-suku yang terdapat di kecamatan Teupah Tengah.Daerah ini termasuk daerah yang cukup terbuka, karena daerah ini dilalui jalur lingkar pulau dari Sinabang yang menyusur pantai Selatan pulau.Di kecamatan ini juga terdapat lapangan udara yaitu di desa Lasikin.Di sekitar Lapangan udara banyak pendatang yang berkoloni menurut asalnya.

Gambar 5.4 Peta Kecamatan Teupah Tengah

Dari 21 responden, prosentase pengakuan adanya pendatang Aceh sebanyak 76.19% (16 responden), Padang 38% (8 responden)%, Jawa 19,26% (4 responden), Batak 9.5% (2 responden) dan Melayu 14.28% (3 responden).Kecamatan ini sangat terbuka karena manjadi penghubung dari ibukota kabupaten ke kecamatan-kecamatan lain di wilayah barat. Kecamatan ini diprediksi akan berkembang seperti Simeulue Timur.

Grafik5.1 d

Prosentase Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Suku-suku di Teupah Tengah

Pada grafik 5.1 e adalah grafik mengenai suku-suku yang ada di kecamatan Simeulue Tengah.Kecamatan ini adalah kecamatan yang cukup besar setelah Simeulue Timur.Di kecamatan ini terdapat pelabuhan lama yang juga dipakai pada jaman penjajahan dan juga sebagai tempat pertama berlabuhnya pendatang awal ke pulau ini.

Gambar 5.5

Peta Kecamatan SimeulueTengah

76.19 38 19.26 9.5 9 0 20 40 60 80 Aceh Jawa Melayu

Teupah Tengah

Dari observasi di ibukota kecamatan ini yaitu Kampung Ai, banyak pendatang yang ada di kecamatan ini, menurut pendapat dari 22 responden yaitu Aceh 19%, Minang 63,6% (14 responden)%, Cina 0.9% (2 responden), Jawa 31.8%(7 responden), Batak 22.72% (5 responden) , Melayu 9% (4 responden) .

Grafik 5.1 e

Prosentase Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Suku-suku di Simeulue Tengah

Kecamatan Simeulue Cut adalah kecamatan yang berbatas dengan kecamatan Salang yang berbahasa tutur Leukon dan Sibigo, sehingga daerah ini banyak penduduk yang bercampur antara penutur Devayan dan Leukon atau Sibigo.Simeulue Cut adalah kecamatan terkecil sehingga sampel yang kita ambil juga hanya 11 dari 224 responden keseluruhan. 50 63.6 14.3 31.8 22.72 9 0 20 40 60 80 Aceh Minang Cina Jawa Batak Melayu

Simeulue Tengah

Gambar 5.6 Peta Kecamatan SimeulueCut

Suku-suku yang terdapat di kecamatan ini menurut persepsi responden yang berjumlah 11responden adalah Aceh 54.5% (6 responden) , Padang 18.18% (2 responden), Jawa 27.27% (3 responden). dan Melayu 27,3% (3 responden).

Grafik 5.1 f

Prosentase Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Suku-suku di Simeulue Cut

Grafik 5.1 g adalah deskripsi suku-suku di Teluk Dalam. Kecamatan ini berbatasan dengan Simeulue Barat dab Simeulue Tengah, sehingga masyarakat tutur banyak berbaur antara bahasa Devayan dan bahasa Sigulai. Pada gambar 5.7 dapat

54.5 18.18 27.27 27.27 0 10 20 30 40 50 60 Aceh Padang Jawa Melayu

Simeulue Cut

dilihat letak kecamatan Teluk Dalam yang memanjang di pantai bagian utara pulau menghadap ke daratan Aceh.

Gambar 5.7 Peta Kecamatan Teluk Dalam

Adapaun suku-suku yang eksis menurut persepsi responden yang berjummlah 19 orang adalah sebagai berikut. Suku aceh 44.78% (8 responden), suku Padang 11,1% (2 responden) , dan suku Jawa 16.66% (3 responden) , Batak 27.27% (5 responden).

Grafik 5.1 g

Prosentase Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Suku-suku di Teluk Dalam 44.44 11.11 16.16 27.27 0 10 20 30 40 50 Aceh Padang Jawa Batak

Teluk Dalam

5.2 Bahasa Ibu dan Pemerolehannya Pada Masyarakat Tutur Bahasa Devayan

Dokumen terkait