• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Penyebaran/Daerah Penangkapan

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di WPP-RI 573 antara lain terdapat di perairan sebelah Selatan Binuangeun, Palabuhanratu, Pameungpeuk, Pacitan, Prigi, Sendangbiru,

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573

Selat Bali (khusus ikan lemuru), Selat Lombok, Ende dan sekitar Teluk Kupang. Sebagian besar ikan pelagis kecil tertangkap di perairan dangkal (neritik).

Darah penyebaran cumi-cumi terutama terdapat di Selat Alas, Selat Lombok, Selat Sape, perairan sebelah barat Sumba, sekitar Pulau Rote dan Teluk Kupang

3.2 Komposisi Jenis

Jenis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap di WPP-RI 573 disajikan pada Gambar III-9. Jenis ikan lemuru banyak tertangkap di perairan Selat Bali dan pada tahun 2011 mencapai 32.475 ton. Produksi tertinggi dicapai oleh jenis ikan layang yaitu 35,8% dari total produksi ikan pelagis kecil di WPP-RI. 573 yang besarnya 158.404 ton, diikuti oleh lemuru 23,3%, tembang 17,6%, kembung 7,5%, teri 6,6% dan lainnya masing-masing kurang dari 5%.

Menurut data Statistik Perikanan tahun 2011, produksi cumi-cumi di WPP-RI 573 sebesar 20.751 ton atau 94% dari total produksi binatang lunak yang besarnya 22.059 ton. Alat tangkap yang utama untuk menangkap cumi-cumi adalah bagan apung, bagan tancap, dan pancing cumi, kadang-kadang tertangkap juga dengan Pukat Ikan. Bagan apung jumlahnya relatif banyak dan selalu mendominasi hasil tangkapan cumi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya di WPP-RI 573.

Gambar III-9. Komposisi (%)jenis ikan pelagis kecil dominan tertangkap di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat, tahun 2011.

3.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan

3.3.1. Ikan Pelagis Kecil

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data

catch dan effort perikanan pelagis kecil tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh dugaan

potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 161.584 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 3.168 unit setara purse seine (Gambar III-10). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 129.268 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap tahun 2011, jumlah alat tangkap purse seine sebanyak 3.750 unit dengan produksi ikan pelagis kecil sebesar 158.404 ton. Memperhatikan Gambar III-10 maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di WPP-RI 573 mencapai 1,2 (indikator warna merah) atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Gambar III-10. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

3.3.2. Cumi-Cumi

Analisis model Surplus Produksi melalui korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort cumi-cumi tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 4.266 ton dengan upaya optimum

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573

(fopt.) sebesar 2.580 unit setara bagan apung (Gambar III-11). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 3.412 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011, jumlah alat tangkap bagan apung sebanyak 3.023 unit dan produksi cumi-cumi 5.358 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 573 sebesar 1,2 (indikator warna merah), atau sudah melebihi potensi lestarinya.

45

2006 2008 2001 2004 2003200720022005 2009 2010 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 Pr oduks i ( to n) Upaya (unit)

Gambar III-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di

WPP-RI 573.Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga

sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

Gambar III-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-RI 573.Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar dan Tongkol

4.1.Penyebaran/Daerah Penangkapan

Daerah penangkapan ikan pelagis besar di WPP-RI 573 antara lain terdapat di perairan sebelah Selatan Jawa dan Nusa Tenggara dengan tempat pendaratan utama di Binuangeun, Palabuhanratu, Pameungpeuk, Cilacap, Pacitan, Prigi, Sendangbiru, Banyuwangi, Tanjungluar (Lombok Timur), nded an Kupang. Sebagian dari ikan pelagis besar berada di perairan neritik terutama untuk jenis tongkol dan tenggiri.

4.2 Komposisi Jenis

Komposisi jenis ikan pelagis besar (selain tuna, tongkol dan cakalang) didominasi oleh ikan tenggiri yang besarnya 28,6% dari total produksi ikan pelagis besar di WPP-RI 573

diikuti oleh ikan pedang (18,5%), setuhuk hitam (14,4%), cucut lanyam (11,3%) dan lainnya masing-masing kurang dari 10% (Gambar III-12).

Gambar III-12. Komposisi (%) ikan pelagis besar di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat, tahun 2011

Jenis ikan tongkol di WPP-573 didominasi oleh tongkol krai (Auxis thazzard) sebanyak 67,0% dari produksi kelompok ikan tongkol yang besarnya 76.725 ton, diikuti oleh tongkol komo (kawakawa, Euthynnus affinis) sebanyak 31,2, lisong (Auxis rhocheii) sebanyak 1,5% dan kenyar (Sarda orientalis) sebanyak 0,3%.

4.3.Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan

4.3.1. Ikan Pelagis Besar

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui analisis korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort sumberdaya ikan pelagis besar (selain tuna, tongkol dan cakalang) tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum

Sustainable Yield) sebesar 18.407 ton dengan upaya optimum (fopt.) 16.977 unit setara

purse seine (Gambar III-13). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80%

dari potensi lestarinya atau 14.725 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 terdapat jumlah purse seine sebanyak 21.028 unit dan produksi ikan pelagis besar sebesar 21.306 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar di WPP-RI 573 sebesar 1,24 (indikator warna merah) atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573 47 2010 2009 2001 2003 2002 2006 2008 2004 2005 2007 2011 0 5000 10000 15000 20000 25000 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Pr oduk si (T on) Upaya (Unit)

Gambar III-13. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

Gambar III-13. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

4.3.2. Ikan Tongkol

Aplikasi model Produksi Surplus melalui analisis korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort kelompok ikan tongkol tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 64.574 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 21.291 unit setara purse seine (Gambar III-14). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 51.659 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 terdapat jumlah purse seine sebanyak 21.028 unit dan produksi kelompok ikan tongkol sebesar 76.725 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tongkol di WPP-RI 571 sebesar 0,99 (indikator warna kuning), atau pada tingkatan penuh (fully exploited).

48 2010 2009 2001 2003 20022006 2008 2004 2005 2007 2011 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 Pr oduks i ( T on) Upaya (Unit)

Gambar III-14. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-RI 573 Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat

Gambar III-14. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-RI 573 Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat

572 571 711 712 713 714 715 716 573 717 718

BAGIAN IV

WPP-RI 711