• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

V.1 Implementasi Kebijakan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Pada Dinas Kebersihan Kota Medan

V.1.3 Sumber Daya

Jika para implementor kekurangan sumber daya yang perlu untuk menjalankan kebijakan, implementasi mungkin menjadi tidak efektif. Sumber daya bisa menjadi faktor kritis di dalam mengimplementasikan kebijakan publik.

Sumber daya penting meliputi staf dengan jumlah yang cukup dan dengan ketrampilan yang tepat untuk melakukan tugasnya, informasi serta fasilitas yang perlu untuk menterjemahkan ke dalam pemberian pelayanan publik. Kemampuan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mungkin dihambat oleh faktor-faktor seperti staf yang kurang terlatih dan terlalu banyak beban kerja, informasi yang tidak mamadai dan sumber-sumber keuangan atau hambatan-hambatan waktu yang tidak memungkinkan. Personalia dalam mengimplementasikan kebijakan publik yang tidak konsekuen, menimbulkan inefektivitas dalam menjalankan kebijakan. Baik itu merupakan individu privat, atau organisasi, atau level pemerintah lainnya yang diatur, maupun staf pelaksana.

Keterampilan sebagaimana juga jumlahnya adalah sebuah karakteristik penting dari staf untuk mengimplementasikan kebijakan. Semua pejabat publik yang terlalu sering kekurangan di dalam keahlian, baik secara substatif maupun manajerial akan sulit untuk mengimplementasikan kebijakan secara efektif. Jelasnya, semakin teknis kebijakan yang terlibat dan semakin banyak keahlian yang diisyaratkan pada pihak implementor, semakin banyak kekurangan personalia yang terampil akan merintangi implementasi kebijakan. Kurangnya staff terampil ini khususnya menjadi masalah didalam program baru yang memerlukan keahlian, karenanya dibutuhkan beberapa personalia yang siap dan berpengalaman.

Menurut Geoge Edward III sumber daya bisa menjadi faktor kritis di dalam mengimplementasikan kebijakan publik. Sumber daya penting meliputi staf dengan jumlah yang cukup dan dengan keterampilan untuk melakukan tugasnya

serta informasinya, otoritas dan fasilitas yang perlu untuk menerjemahkan ke dalam pemberian pelayanan publik. Akibat tidak tersedianya sumber daya yang tidak memadai, maka akan mendatangkan rintangan terhadap implementasi kebijakan. Ada satu hal yang harus diingat adalah bahwa jumlah tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah personel yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil.

Jumlah PNS di jajaran Dinas Kebersihan Kota Medan sudah melebihi dari beban kerja yang ada dan tidak disertai dengan kemampuan atau keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugasnya. Dengan perbandingan 1 beban kerja : 4 orang PNS membuat Dinas kebersihan ‘gemuk struktur’ yang berimbas pada rendahnya motivasi kerja dari pegawai. Selain itu, ditinjau dari segi kualitas kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pegawai palaksana kebijakan tidak sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya sehingga masih harus terus ditingkatkan baik memalui dorongan dari Dinas Kebersihan maupun motivasi dari diri pegawai sendiri untuk belajar dan meningkatkan kompetensinya. Penerimaan pegawai yang bersifat umum dan keseluruhan yang tidak disertai dengan persyaratan keterampilan dan pemahaman khusus, misalnya penyusunan rencana kerja dan anggaran menyebabkan ketidakmaksimalan dalam pelaksanaan tugasnya. Akhirnya, jumlah pegawai yang besar dengan kemampuan yang kurang memadai dan motivasi kerja yang rendah akan menjadi penghalang bagi terlaksananya kebijakan sesuai dengan yang diharapkan, maka hal ini harus disikapi secara serius oleh Dinas Kebersihan.

Menurut Edwards, berbagai fasilitas fisik mungkin juga menjadi sumber kritis dalam implementasi. Seorang implementor mungkin memiliki staf cukup, mungkin memahami apa yang ia duga harus kerjakan, mungkin memiliki otoritas untuk mengamalkan tugasnya, namun tanpa fasilitas yang memadai implementasi tidak akan berhasil. Jika ditinjau dari fasilitas, sarana dan prasarana yang terdapat di Dinas Kebersihan Kota Medan sudah cukup baik meliputi ruangan yang nyaman dan kondusif, telepon, lemari, perangkat komputer untuk setiap ruangan. Dari segi dana, informan menyatakan bahwa dana anggaran dalam impelementasi AKIP berasal dari restribusi dan APBD untuk memfasilitasi seluruh kegiatan operasional dan peralatan yang diperlukan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan.

Kewenangan merupakan sumber penting lain untuk implementasi kebijakan. Kurangnya otoritas efektif mengarah pada para pejabat untuk mengadopsi pelayanan bukan pada orientasi peraturan terhadap mereka yang terlibat dalam peraturan.Menurut beberapa informan batasan wewenang Dinas Kebersihan Kota Medan sudah jelas dijabarkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 tanggal 26 Juni 2001 Jo Keputusan Walikota Medan Nomor 10 Tahun 2002 tanggal 11 Januari 2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan, diperbaharui dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tanggal 4 Maret 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Dinas Kebersihan Kota Medan. Lalu diperbaharui lagi berdasarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan.

V.1.4 Disposisi

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Sikap terbentuk dari adanya kognisi yang dilihat dari pernyataan lisan tentang tentang keyakinan dan perilaku yaitu tindakan yang tampak dari orang atau kelompok. Apabila persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan tidak baik, maka dapat menimbulkan perbedaan sikap maupun penilaian yang kurang baik terhadap implementasi kebijakan tersebut.

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan selama penelitian informan menyatakan bahwa sampai saat ini, ada pegawai Dinas Kebersihan Kota Medan yang menyambut baik kebijakan AKIP ini, namun ada juga yang memandangnya sebagai warning yang membatasi kebebasan dalam bekerja. Informan yang memiliki komitmen yang baik dan mendukung implementasi kebijakan ini memiliki tingkat ketidakhadiran yang minim. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya penerimaan yang positif terhadap kebijakan ini. Sedangkan pegawai yang lain tetap ada yang memiliki sikap acuh tak acuh yang terlihat dari kehadiran dan kedisiplinan mereka dalam jam kerja. Beberapa pegawai tetap meninggalkan kantor pada jam kerja hanya untuk sekedar bercerita-cerita dan berpindah ke ruangan lain bahkan keluar dari lingkungan kantor Dinas Kebersihan Kota Medan.

V.2 Analisis Hubungan Semua Variabel dalam Implementasi

Dokumen terkait