• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Tantangan dan Hambatan Implementasi E-procurement dalam Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota

4.4.3 Sumber Daya

Sumber daya bisa menjadi sebuah tantangan dan hambatan dalam sebuah implementasi kebijakan. Adapun yang menjadi tantangan dan hambatan pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan yang pertama adalah sumber daya fasilitas pendukung yang kurang memadai dimana versi komputer yang belum terbaru dan versi aplikasi spse yang belum ditingkatkan juga merupakan hambatan meskipun tidak terlalu dirasakan.

Tantangan dan hambatan selanjutnya yaitu pada sumber daya manusia yang kurang memadai secara kuantitas. Hal ini menghambat karena begitu banyak paket pelelangan yang harus dikerjakan setiap tahunnya, namun sumber daya

manusia yang berkecimpung di dalamnya sangat sedikit dan terbatas. Sehingga para implementor yang tersedia harus bekerja sangat keras untuk menyelesaikan pekerjaannya.

4.4.4 Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu peran yang sangat penting dalam implementasi kebijkan. Komunikasi yang tidak efektif juga merupakan faktor penghambat, adapun komunikasi yang berjalan kurang lancar biasa terjadi antara Kelompok Kerja (Pokja) selaku pelaksana teknis dengan SKPD terkait pelaksanaan pelelangan. Seringkali Kelompok Kerja (Pokja) sudah mengingatkan SKPD untuk menjalankan tugas awalnya dalam pengajuan pelelangan, namun SKPD sangat lama menjalankan tugasnya sehingga menghambat proses pelelangan untuk kedepannya.

4.4.5 Pengaduan

Pengaduan terjadi apabila pihak penyedia barang/ jasa yang kalah dalam proses pelelangan tidak menerima hasil yang diputuskan oleh Pokja sehingga penyedia barang/jasa tersebut melaporkan kepada APIP. Pada proses pengaduan ini, terdapat tantangan yang tidak terduga yang sering dialami oleh implementor implementasi eprocurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Adapun tantangannya adalah ketika adanya sanggahan dari pihak penyedia yang kalah dalam proses pelelangan, dimana para Kelompok kerja (Pokja) dituduh bersengkongkol dengan penyedia yang menang sehingga muncul ancaman-ancaman yang ditujukan kepada implementor.

Nah, hambatan besar yang harus dilalui oleh implementor adalah ketika terdapat panggilan dari Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) mengenai pengaduan dari penyedia yang kalah dalam pelelangan sehingga waktu kerja implementor berkurang. Selain dirugikan dalam waktu, seringkali implementor juga terganggu secara psikis atau pikiran. Berdasarkan hasil penelitian, implementor menganggap tantangan secara teknis tidak cukup memberatkan karena bisa diatasi dengan cara meningkatkan kapasitas dan kompetensi mereka selaku implementor e-procurement, sedangkan tantangan yang berasal dari individu lain sangat sulit diatasi karena bersifat dinamis dan muncul secara tidak terduga.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berikut ini akan diuraikan kesimpulan mengenai implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan berdasarkan faktor berikut :

1. Komunikasi

Indikator ini mencakup komunikasi antara pegawai dalam satu instansi yaitu sesama Kelompok Kerja (Pokja) di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, komunikasi antara sesama implementor antar instansi yaitu antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, Layanan Pengadaan (LP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) serta komunikasi antara implementor dengan pihak penyedia. Komunikasi yang terjadi antara pegawai satu instansi maupun sesama implementor antar instansi berjalan cukup baik dimana komunikasi yang dilakukan diawali dalam bentuk formal dimana melalui surat kemudian dilanjutkan dengan komunikasi secara non formal dan bersifat langsung. Sedangkan komunikasi yang terjalin antara implementor dengan pihak penyedia hanya dilaksanakan melalui internet dalam bentuk pengumuman dan dilanjutkan pada proses penjelasan dokumen. Adapun proses komunikasi yang berjalan sampai saat ini sudah berjalan dengan cukup baik dan lancar.

2. Sumber daya

Indikator ini mencakup sumber daya manusia, sumber daya finansial dan sumber daya fasilitas pendukung. Adapun sumber daya manusia yang merupakan implementor e-procurement memiliki kualitas yang memadai karena setiap yang berkecimpung dalam proses e-procurement sudah memiliki sertifikat yang dikeluarkan langsung oleh LKPP. Meskipun secara kualitas sudah memadai, namun secara kuantitas sumber daya manusia yang dibutuhkan pada implementasi e-procurement ini masih kurang memadai. Pada sumber daya finansial, sudah cukup memadai karena pada perencanaannya sudah dilakukan dan ditentukan dalam APBD. Selaras dengan hal itu, sumber daya fasilitas pendukung juga sudah cukup memadai dilihat dari sarana fisik yang sudah tersedia.

3. Disposisi

Indikator ini mencakup sikap para implementor dan pemahaman implementor terhadap kebijakan yang diimplementasikan. Sikap implementor dalam mengimplementasikan kebijakan ini sangat mendukung dan patuh pada regulasi yang menjadi acuannya meskipun menyadari bahwa belum sepenuhnya e-procurement terselenggara dengan baik dan hanya meminimalisir kecurangan yang terjadi. Sedangkan pemahaman yang dimiliki oleh para implementor baik dari sejarah maupun regulasi yang dimiliki sudah cukup baik.

4. Struktur Birokrasi

Indikator ini mencakup SOP dan penyebaran tugas yang dilakukan oleh para implementor. Setiap intansi yang terkait dalam implementasi e-procurement

sudah memiliki SOP sebagai acuan kerjanya, bahkan pada LPSE terdapat SOP yang sangat rinci dari berbagai tupoksi divisi yang dimiliki lembaga tersebut. Selain itu, penyebaran tugas dan rentang kendali yang terdapat di Dinas Pekerjaan Umum, Layanan Pengadaan dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik sudah sesuai.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, antara lain :

1. Seluruh implementor e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum disarankan bisa melakukan komunikasi sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dan menjalankan SOP sepenuhnya dalam mengemban tanggung jawabnya dan memberikan kinerja terbaiknya dalam e-procurement ini

2. Seluruh implementor e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum diharapkan menunjukkan sikap yang berintegritas dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan pekerjaannya sehingga mampu menerapkan prisnip-prinsip pengadaan barang/ jasa pemerintah yang termaktub dalam regulasi

3. Seluruh Kantor implementor e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum disarankan melengkapi fasilitas fisik yang mampu menunjang kinerja implementor agar proses penyelesain pekerjaan berjalan dengan baik, nyaman dan lancar.

4. Pemerintah Kota Medan disarankan mampu melaksanakan peningkatan kuantitas pelaksana teknis e-procurement yang selama ini dibutuhkan agar mampu menyelesaikan pekerjaan dengan efisien dan lebih maksimal

Dokumen terkait