• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 Implementasi E-Procurement dalam Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum

4.3.2 Sumber daya

Sumber daya merupakan faktor yang paling penting dalam implementasi kebijakan agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sumber daya dapat berupa sumber daya manusia, sumber daya modal (finansial) dan sumber daya pendukung yang berupa fasilitas.

Pada implementasi e-procurement impelementor atau sumber daya manusia yang terlibat terlibat adalah Dinas Pekerjaan Umu Kota Medan, Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan. Untuk memudahkan pemahaman kita tentang keterkaitan antar instansi tersebut, berikut ini dipaparkan bagan keterkaitan antara implementor e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan :

Bagan 4.3.2.1 : Keterkaitan antara LPSE, Layanan Pengadaan & SKPD

Dari bagan diatas kita ketahui bahwa dalam pelaksanaan e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum diperlukan tiga pelaksana teknis yang memiliki garis koordinasi maupun konsultasi yang memiliki tupoksi masing-masing. Mengenai Dinas Pekerjaan umum sudah dipaparkan pada gambaran umum lokasi penelitian sebelumnya. Untuk

mengetahui lebih jelas, berikut ini akan dipaparkan mengenai Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan.

a. Layanan Pengadaan (LP)

Layanan Pengadaan yang dulunya bernama Unit Layanan Pengadaan (ULP) merupakan organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan oleh kelompok kerja yang berasal dari berbagai SKPD yang memiliki Surat Perintah Tugas (SPT) atau diutus dari SKPDnya. Anggota Kelompok Kerja berjumlah gasal beranggotakan paling kurang 3 (tiga) orang dan dapat ditambah sesuai dengan kompleksitas pekerjaan. Adapun tugas pokok dan kewenangan Layanan Pengadaan adalah sebagai berikut :

1) Menyusun rencana pemilihan penyedia Barang/jasa 2) Melakukan analisa terhadap dokumen pengadaan

3) Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada situs (website) masing-masing SKPD/ Unit Kerja dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional

4) Menilai kualifikasi Penyedia Barang/jasa melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi

5) Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk.

7) Menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada PA/KPA dan/atau PPK

8) Mengarsipkan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa

9) Mengusulkan perubahan HPS dan spesifikasi teknis pekerjaan kepada PA/KPA dan/ atau PPK

10) Menyusun dan melaksanakan strategi dan kebijakan proses pengadaan barang/jasa

11) Melaksanakan penyebarluasan strategi, kebijakan, standar, sistem dan prosedur yang berkaitan dengan pengadaan yang dikeluarkan instansi pemerintah.

12) Melaksanakan pembinaan dan peningkatan kapasitas sumbe daya manusia bidang pengadaan

13) Melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui LPSE (e-procurement)

14) Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA/ atau PPK

15) Melaksanakan evaluasi terhadap proses pengadaan yang telah dilaksanakan

16) Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan barang/jasa kepada Wali Kota melalui Sekretaris Daerah secara berkala

17) Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga 18) Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja

Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah unit kerja K/L/D/I yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan Barang/Jasa secara elektronik. LPSE Kota Medan dibentuk oleh Wali Kota Medan untuk memfasilitasi Layanan Pengadaan (LP) dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik. Adapun fungsi minimal pelayanan LPSE meliputi :

1) Administrator sistem elektronik

2) Unit registrasi dan verifikasi pengguna 3) Unit layanan pengguna

4) Mengoperasikan sistem pengadaan Barang/Jasa secara elektronik (e-procurement)

5) Melakukan registrasi dan verifikasi penyedia barang/jasa untuk memastikan penyedia barang/jasa memenuhi persyaratan yang berlaku 6) Melakukan pelatihan/training kepada panitia lelang dan penyedia

barang/jasa untuk menguasi aplikasi sistem pelelangan secara elektronik 7) Sebagai help desk yang menyediakan layanan sistem pengadaan

barang/jasa secara elektronik pada penyedia barang/jasa yang memerlukan panduan untuk mengikuti tahapan lelang secara elektronik.

Dari uraian diatas, kita ketahui bahwa Layanan Pengadaan dan Lembaga Pengadaan secara elektronik memiliki tugas dan fungsi yang saling berkoordinasi dimana Layanan Pengadaan bersama dengan Kelompok Kerja merupakan pelaksana teknis dalam pengadaan barang/jasa secara e-procurement sedangkan Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) merupakan pelaksana sistem yang membantu dalam pengadaan barang/jasa secara e-procurement.

Pada uraian selanjutnya akan dipaparkan mengenai hasil penelitian tentang sumber daya manusia atau implementor yang terkait impelementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Secara kuantitas, jumlah kelompok kerja yang berasal dari instansi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan adalah 8 orang dari total kelompok kerja yang berjumlah 27 orang dan staff pada Layanan Pengadaan (LP) Sebanyak 16 orang serta pegawai LPSE berjumlah 15 orang yang juga ikut dalam implementasi e-procurement sedangkan yang harus di lelang ada sekitar 500 pelelangan setiap tahunnya. Berdasarkan hal diatas dan informasi yang didapatkan, jumlah sumber daya manusia yang tersedia sangat kurang untuk menangani pelelangan sebanyak itu sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu Staff Pokja yang berasal dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan :

Jumlah personil Pokja dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan terdiri dari 8 orang dari total Pokja Se-Kota Medan yang berjumlah 31 orang, sedangkan yang dilelang itu ada sekitar 500. Makanya klenger. Saya merasa kurang dengan jumlah pokja yang ada.37

Tabel 4.3.2.1 : Daftar Pegawai Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan

No Nama Golongan Jabatan

1 Drs. Ahmad Basaruddin, M.Si IV/b Ketua 2 Maisarah Nasution, SE, M.Si III/c Sekretaris 3 Dian Mayasari Manurung, S.Si III/b Help-Desk 4 Lely Meliana Nst, Sh III/b Help-Desk 5 Nanda Lestari, S.Si III/b Help-Desk 6 Ramadani Sinulingga, S.STP III/d Verifikator

7 Lailan Nuri, SE III/b Verifikator

8 Yanty Nurhaidah, A.Md II/d Verifikator 9 Foni Sanjaya, S.Kom III/b Administrator 10 Syaiful Bahri Pohan, S.Kom III/a Administrator 11 Jaka Priatma Ginting, S.Kom III/a Administrator 12 Doddy Faisal Hasibuan, SE III/a Trainer

13 Ferdian Lubis II/b Trainer

14 Najamuddin III/c Staff Sekretaris

15 Mariono III/b Staff Sekretaris

Tabel 4.3.2.2 : Daftar Pegawai Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan

No Nama Golongan Jabatan

1 Ir. Fadli IV/b Kasubbag Layanan Pengadaan

2 Drs. Abdul Halim III/d Staff

3 Drs. Taufik Lubis III/d Staff

4 Hendrik Iskandar,SH, MAP III/c Staff 5 Tantiana Nasution, SP III/c Staff 6 Lidia Kandou Sianturi, SE III/b Staff 7 Samsul Bahri Harahap, ST III/b Staff

8 Tsalits Qomaruddin III/b Staff

9 Syahril Batubara, S.Sos III/b Staff

10 Habib, ST III/b Staff

11 Fatimah Harahap, SE III/a Staff 12 Rudi Darmawan, S.Sos III/b Staff

13 Syahrial, SE III/a Staff

14 Johan, SE, MM III/b Staff

15 Armansyah, SE III/a Staff

Sumber : Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan

Tabel 4.3.2.3 : Daftar Kelompok Kerja Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan

No Nama SKPD

1 Drs. Edward Pakpahan, M.Si Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 2 Drs. Abdul Halim Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 3 Drs. Taufik Lubis Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 4 Johan, SE, MM Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 5 Hendrik Iskandar, SH, MAP Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 6 Fatimah Harahap, SE Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 7 Habib, ST Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 8 Kario Darminto H, S.Sos Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 9 Rudi Darmawan S.Sos Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 10 Samsul Bahri, ST Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 11 Syahril Batubara, S.Sos Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 12 Syahrial, SE Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 13 Tsalits Qomaruddin Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 14 Yusrin Helmi, ST Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 15 Ir. Elfira Wahyuni Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 16 Utuh Januar Sitompul, ST Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 17 Une Bangun S, ST, M.Si Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 18 Danny Sembiribg, ST Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 19 Sofiyan J. P.Manik, ST, M.Si Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 20 Pretty Novalia Htg, SE, MM Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 21 Rika Yanita, SE Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 22 Chairul Abidin, ST Dinas PKPPR Kota Medan

23 Fakhrul ST, MM Dinas PKPPR Kota Medan 24 John Ester Lase, ST, M.Si Dinas PKPPR Kota Medan 25 Syahrial, ST Dinas PKPPR Kota Medan 26 Zulfansyah Ali S, ST, M.Eng Dinas PKPPR Kota Medan 27 Virga Savitri, ST Dinas PKPPR Kota Medan

Jika dilihat dari kuantitas atau jumlahnya, untuk beban kerja yang ditanggung oleh pelaksana teknis dalam pelelangan eketronik tidak sesuai dari beban kerjanya. Beban yang mereka tanggung tidak sesuai dan terlalu banyak sehingga mereka merasa lelah karena terus menerus bekerja sesuai dengan tugasnya dalam implementasi e-procurement ini. Menurut observasi penulis, semua pelaksana teknis tersebut memang sangat sibuk mengerjakan tugasya ketika penelitian sedang berlangsung hingga peneliti sulit meminta waktu luang mereka untuk menjadi informan.

Selain itu, ditinjau dari kualitasnya berdasarkan tingkat pendidikan para pelaksana teknis sudah memenuhi syarat. Hal ini terbukti dari 7 pelaksana teknis yang menjadi informan memiliki komposisi pendidikan S1 sebanyak 4 orang dan S2 sebanyak 3 orang. Selain kompetensi di bidang masing-masing, para pelaksanan teknis juga tentunya sudah dinyatakan lulus tes atau ujian dan bersertifikat Pengadaan Barang dan Jasa yang dikeluarkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sebagaimana hasil wawancara :

Kalau pegawai Layanan Pengadaan yang terlibat ada 11 orang, kalau Pokjanya itu ada 31 orang. Secara jumlah dicukup-cukupkan saja. Kalau secara kualitas sudah bagus karena semuanya sudah dinyatakan lulus oleh LKPP dengan dibuktikan oleh sertifikat PBJ (Pengadaan Barang/Jasa)38.

Selain Kelompok Kerja e-procurement dan staff di Layanan Pengadaan, implementor lainnya adalah Layanan Pengadaan Secara elektronik (LPSE) yang berjumlan 15 orang. Sebagaimana hasil wawancara :

Total pegawai yang terlibat di LPSE adalah 14 orang, pegawai tersebut sudah cukup dengan jumlah yang ada dengan posisi masing-masing. Kalau secara

pendidikan sudah cukup memadai karena yang menjadi staff di LPSE harus memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa yang dikeluarkan oleh LKPP.39

Meskipun secara kuantitas kurang mencukupi pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, tetapi secara kualitas sangat baik karena setiap pagawai atau staff yang bekerja di ranah pengadaan barang/jasa pemerintah pasti sudah memiliki sertifikat pengadaan barang/ jasa pemerintah melalui ujian yang diselenggarakan oleh LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah). Selain itu ditunjang dengan pendidikan dan pelatihan lainnya yang juga dilaksanakan langsung oleh LKPP. Pelatihan dilakukan untuk meningakatkan kapasitas dan kualitas setiap implementor e-procurement yang dilaksanakan berkala sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan. Pelatihan tersebut dibagi menjadi tiga tahapa yaitu pelatihan taraf pertama yang ditujukan kepada pegawai yang memiliki golongan 3A sampai dengan 3C, pelatihan taraf muda ditujukan kepada pegawai dengan golongan 3C-3B dan pelatihan taraf madya ditujukan kepada pegawai dengan golongan 4A.

Berdasarkan analisis pemaparan diatas, dapat kita ketahui bahwa sumber daya manusia yang merupakan implementor e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan sudah cukup baik dilihat dari kualitasnya meskipun dalam hal kuantitas kurang memadai. Kualitas implementor cukup baik karena adanya pelatihan yang diselenggarakan kepada setiap pegawai atau staff baik itu dari Kelompok Kerja Dinas Pekerjaan Umum,

39

Pegawai Layananan Pengadaan dan Pegawai LPSE yang diselenggarakan langsung oleh LKPP sehingga kinerja implementor terkait implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan dapat ditingkatkan.

b. Sumber Daya Finansial

Sumber daya finansial merupakan kecukupan modal (keuangan) dalam sebuah program atau kebijakan yang akan mendukung segala aktifitas serta fasilitas yang dibutuhkan agar terlaksananya kebijakan tersebut. Sumber daya finansial juga merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam pengadaan barang/jasa, apabila tidak tersedia secara cukup maka pelaksanaan pengadaan tidak akan berjalan dengan lancar.

Menurut beberapa informan, sampai saat ini sumber daya finansial pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan sudah mendukung, sudah bisa mencukupi dan memenuhi pelaksanaan e-procurement dengan baik karena semua sumber pendanaan berasal dari APBD yang sudah dianggarkan setiap tahunnya.

Dapat kita ketahui bahwa sumner daya finansial pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan sudah mencukupi, namun akan lebih baik jika ada penambahan dana untuk melengkapi berbagai fasilitas yang kurang memadai dan memperbaiki fasilitas yang kurang layak pakai sehingga dapat memperlanacar implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum

c. Sumber Daya Fasilitas Pendukung

Fasilitas pendukung merupakan fasilitas fisik maupun non fisik (aplikasi) ataupun sarana dan prasarana yang mendukung implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Fasilitas pendukung merupakan faktor penting, meskipun kualitas dan kuantitas sumber daya manusia baik, tetapi jika tidak di dukung oleh fasilitas pendukung maka impelementasi kebijakan tersebut akan terhambat.

Adapun hal-hal yang dibutuhkan dalam implementasi e-procurement adalah ruangan yang memadai, peralatan teknologi informasi seperti komputer, jaringan internet, jaringan listrik dan seterusnya serta alat tulis kantor. Kelompok Kerja (Pokja) Dinas Pekerjaan Umum menjalankan tugasnya di Kantor Layanan Pengadaan, bukan di Kantor SKPD tersebut sehingga peneliti mendata fasilitas pendukung yang dimiliki oleh Kantor Layanan Pengadaan dan Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik.

Kantor Layanan Pengadaan memiliki fasilitas pendukung yang cukup dimana tersedia kebutuhan mendasar yang diperlukan dalam implementasi e-procurement. Setiap pegawai dan anggota kelompok kerja (Pokja) mendapatkan masing-masing satu unit komupter untuk menjalankan tugasnya yang telah dilengkapi dengan jaringan internet untuk dapat mengakses dan melakukan tugasnya dalam pelelangan elektronik. Namun, pada kenyatannya ruangan Layanan Pengadaan cukup sempit dan kurang memadai sehingga antara meja pegawai satu dengan yang lainnya cukup berdesakkan sehingga mengakibatkan kurang nyaman diantara para pegawai sebagaimana hasil wawancara :

Adapun peralatan atau fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan e-procurement adalah peralatan teknologi informasi, dengan adanya jaringan internet dan komputer kami sudah bisa bekerja dengan baik. Kalau dikatakan cukup, ya cukup. Namun, ruangan yang kami miliki kurang luas sehingga sumpek.40

Pihak pimpinan Layanan Pengadaan sudah mulai mengkhawatirkan kinerja para pegawainya akan menurun apabila kondisi ruangan yang kurang memadai tetap dibiarkan seperti itu sehingga akan ada perluasan ruangan tersebut. Berdasarkan hasil observasi peneliti, perluasan ruangan Layanan pengadaan baru saja dimulai sehingga belum terlihat dengan jelas seberapa luas ruangan nantinya.

Tabel 4.3.2.4 : Sarana di Kantor Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan

No Sarana Jumlah

1 PC Unit (Komputer) 15

2 Printer 15

3 Meja Kantor 15

4 Televisi LED 1

5 Telefon/ Mesin fax 1

6 Kursi Kerja 15 7 Lemari 17 8 Pendingin Ruangan 3 9 Mesin Fotocopy 1 10 Wifi 1 11 Mesin Ketik 2

Berbeda dengan fasilitas yang dimiliki oleh Kantor Layanan Pengadaan, Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) memiliki fasilitas yang sangat memadai dalam hal ruangan yang dimiliki. Adapun ruangan-ruangan yang

40

dimiliki adalah ruang tamu atau lobby, ruang bidding, ruang server untuk administrator dan ruang verifikator. Ruangan yang dimiliki oleh LPSE sangat memadai sehingga setiap divisi mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan nyaman. Adapun hasil wawancara :

Fasilitas yang dimiliki oleh LPSE sudah memadai, disini kami memiliki komputer besar untuk memberikan contoh atau pemahaman kepada tamu yang membutuhkan penjelasan, terdapat ruang bidding untuk pelatihan dan digunakan oleh penyedia jasa yang kantornya tidak memiliki jaringan internet dan ada juga ruang server yang digunakan oleh administrator.41

Gambar 4.3.2.1 : Ruang Bidding

Sumber : Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan Gambar 4.3.2.2 : Ruang Server dan Verifikator

Gambar 4.3.2.1 : Ruang Tamu

Sumber : Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan

Tabel 4.3.2.5 : Sarana di Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Medan

No Sarana Jumlah

1 Server Kapasitas 2 Terrabyte 2 unit

2 Ups Server 2 unit

3 Pc Unit (Komputer) 16 unit

4 Televisi LED 2 unit

5 Telefon/ Mesin Fax 1 unit

7 Lemari 2 unit

8 Pendingin Ruangan 6 unit

9 Printer 2 unit

10 Printer Multifungsi 2 unit

11 Meja Kantor 6 unit

12 Meja Partisi 5 unit

13 Kursi Kerja 16 unit

Meskipun fasilitas pendukung fisik yang lengkap, ternyata masih ada hal yang dikeluhkan oleh pegawai Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan yaitu aplikasi spse yang belum diperbarui. Meskipun tidak mengganggu atau kinerja menurun apabila masih menggunakan versi yang lama, tentunya pembaharuan aplikasi spse bisa memperlancar kinerja LPSE tersebut. Adapun hasil wawancara :

Semuanya sudah cukup memadai, namun ada yang perlu diperbaiki yaitu upgrade aplikasi sistem spse ke versi 4.0. Di LPSE ini kami baru mempunyai versi 3.6 sehingga perlu di upgrade. Padahal kami sudah meminta ke pusat, tapi belum terpenuhi. Ya, versi yang lama masih bisa tapi alangkah lebih baiknya versi aplikasi kami sudah diperbarui.42

Berdasarkan uraian ditas kita ketahui bahwa fasilitas pendukung yang dimiliki oleh lembaga implementor e-procurement cukup memadai secara fisik maupun sistem. Pada LPSE Kota Medan sendiri, sudah memiliki ruangan khusus yang dibutuhkan dan sudah dilengkapi dengan komputer sehingga para staff dapat bekerja dengan maksimal. Walaupun secara fisik sudah memadai, masih perlu penambahan fasilitas yaitu berupa peningkatan/upgrade aplikasi agar mempermudah pelaksanaannya dan mengurangi kesalahan teknis.

42

4.3.3 Disposisi

Disposisi implementor adalah kecenderungan sikap maupun pemahaman yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Setiap implementor bisa memiliki sikap atau pemahaman yang berbeda sehingga menjadikan kebijakan tidak berjalan sesuai dengan tujuan yang ditentukan.

Kebijakan e-procurement yang ditetapkan oleh pemerintah diberi tanggapan positif oleh para implementor di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Para implementor mendukung ditetapkannya kebijakn ini dan menilai bahwa e-procurement merupakan solusi yang baik karena zaman yang sudah modern sehingga perlu dimanfaatkan teknologi yang sudah berkembang pada saat ini, selain itu e-procurement dinilai lebih baik daripada pengadaan secara manual karena dilihat dari hal ekonomi kebijakan ini lebih hemat, hemat biaya (tidak perlu menggunakan kertas), hemat waktu karena jadwal pelelangan menggunakan waktu kalender (tidak dipotong hari libur) dan mengurangi kecurangan yang pernah terjadi apabila menggunakan pengadaan secara manual. Sebagaimana hasil wawancara :

Saya menanggapi positif kebijakan e-procurement, semuanya menjadi lebih terbuka dan transparan. Tidak ada lagi persengkongkolan, tidak ada yang bisa melakukannya karena semuanya sudah secara elektronik. Selain transparan, efisien juga. Jadi saya mendukung dan merasa lebih baik e-proc daripada pengadaan secara manual.43

Selaras dengan hal yang disampaikan diatas, semua pegawai menunjukan sikap positif dalam mengimplementasikan e-procurement ditinjau juga dari

kinerja yang selama ini dilaksanakan, para pegawai menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Meski begitu, tidak memungkiri bahwa kecurangan masih bisa tetap terjadi meskipun tidak dijelaskan secara gamblang. Adapun hasil wawancara :

Ya, zaman kan sudah modern. E-proc tetap lebih baik daripada pengadaan secara manual. Dari segi ekonominya lebih hemat kertas dan sebagainya. Tetapi namanya juga buatan manusia pasti tidak ada yang sempurna, pasti ada celahnya. Buatan Tuhan aja bisa gagal, apalagi buatan manusia ? Intinya e-proc ini bisa meminimalisir negosiasi.44

Terlepas dari hal diatas, sampai saat ini para implementor sudah menjalankan tugasnya dengan baik dan memahamai landasan kebijakan e-procurement serta mengetahui dengan jelas tentang sejarah perubahan pengadaan barang/jasa pemerintah secara manual menjadi e-procurement. Adapun dasar pemikiran perubahan tersebut karena adanya perkembangan teknologi dan globalisasi yang menuntut kebijakan berjalan secara efektif dan efisien, selain itu juga untuk menghindari kecurangan yang identik terjadi akibat pertemuan antara peneydia jasa dan kelompok kerja (Pokja).

Sejarah perubahan ataupun pembaharuan landasan kebijakan e-procurement juga dipahami betul oleh implementor karena mereka harus mengikuti perkembangan regulasi sebagai acuan kerja pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum ini. Adapun regulasi terbaru yang mengatur tentang e-procurement adalah Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 yang di dalamnya mengatur tentang prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa yaitu efisien, efktif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel.

Menurut informan, prinsip-prinsip tersebut hampir tercapai seluruhnya yang didukung oleh keprofesionalitasan para implementor dan kepatuhannya terhadap regulasi dan SOP yang ada dengan dibuktikan oleh kinerjanya yang baik. Selain itu, pemahaman para implementor sangat baik mengenai kebijakan ini karena setiap implementor yang bergelut pada ranah pengadaan barang/jasa pemerintah memiliki sertifikat kelulusan ujian tentang pengadaan barang/jasa yang diselenggarakan oleh LKPP.

Dokumen terkait