• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi E-Procurement dalam Pengadaan Barang Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi E-Procurement dalam Pengadaan Barang Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan Chapter III V"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan atau melukiskan dalam arti sebenarnya (harfiah), yaitu berupa gambar – gambar atau foto – foto yang didapat dari data lapangan atau peneliti menjelaskan dengan kata – kata. AdaPun definisi dari penelitian kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis mauPun praktis.22

22

(2)

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan yaitu kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam. Peneliti memilih pendekatan penelitian ini karena penelitian kulitatif bersifat menyeluruh (holistic), dinamis dan tidak menggeneraliasi.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan yang berada di Jalan Pinang Baris Nomor 114C , Medan Sunggal, Kota Medan, Kantor Layanan Pengadaan dan Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yang berada Kantor Walikota Medan dengan alamat Jalan Kapten Maulana Lubis Nomor 2, Kota Medan.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak bermaksud membuat generalisasi dari penelitinya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya poPulasi dan sampel. Informan penelitian adalah implementator dari kebijakan yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan yang terdiri dari :

1. Informan Kunci

Informan kunci adalah seseorang yang secara lengkap dan mendalam mengetahui informasi yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian.23

23

(3)

Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kelompok

Kerja (Pokja) Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

2. Informan Utama

Informan Utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.24 Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah Pegawai Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Medan dan Pegawai Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan.

24

No Informan Penelitian Informasi yang

dibutuhkan

(4)

e-Gambar 3.1 : Informan Penelitian

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data, keterangan dan informasi, untuk itu penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung di lokasi penelitian. Adapun bentuk pengumpulan data pada penelitian ini melalui :

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumPulan data dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumPul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). Komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung mauPun tidak langsung25. Adapun yang menjadi informan dalam wawancara tersebut adalah informan kunci dan informan utama.

b. Observasi

Data dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap gejala yang diteliti. Dalam hal ini, pancaindra manusia (penglihatan dan pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala yang dimati dengan tujuan utama untuk

25

(5)

melakukan pencatatan atau mendeskripsikan perilaku objek serta memahaminya. Hasil penangkapan tersebut dicatat dan selanjutnya dianalisis oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitian26. Adapun objek yang menjadi bahan observasi dalam penelitian ini adalah web LPSE Kota Medan.

2. Teknik pengumpulan data sekunder yaitu data yang tidak secara langsung dari objek penelitian yang terdiri dari :

a. Studi Kepustakaan

Yaitu cara mengumPulkan data dalam bentuk dokumen atau sumber Pustaka yang ditemukan sudah tertulis atauPun diolah oleh orang lain. Sebaiknya peneliti mengenali perPustakaan yang bisa membantu dan juga sumber data lain yang setiap saat dapat menyediakan data yang dapat dipergunakan dalam penelitian. AdaPun yang menjadi sumber data studi kepustakaan adalah buku, majalah, koran mauPun laporan data dari lembaga resmi baik secara cetak mauPun elektronik27.

b. Studi Dokumentasi

26

Loc. Cit

(6)

Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk menulusuri data historis. Hal dengan memanfaatkan dokumen tertulis, gambar mauPun foto – foto yang dilakukan penulis untuk mendukung data penelitian ini.28

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data ialah proses pencarian dan penyusunan data yang sistematis melalui transkrip wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap yang ditemukan. Analisis data berarti menggolongkannya (mengkategorikan) dalam pola atau tema. AdaPun cara untuk menganalisis data adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Data yang didapat kemudian diketik atau ditulis dengan rapi, terinci serta sistematis. Laporan – laporan tersebut perlu direduksi, yaitu perlu memilih hal – hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Data – data yang sudah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu – waktu diperlukan.29 2. Display Data

28

Bungin, Burhan. Metodelogi Penelitian Sosial & Ekonomi : Format-format Kuantitaif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Prenada Media Group. Jakarta: 2013. Hal.153

29

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial, PT. Bumi Aksara.

(7)

Display data adalah menyajikan data dalam bentuk matriks, network, chart

atau grafik dan sebagainya. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data.30

3. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi

Dari data yang didapatkan, peneliti mencoba untuk mengambil kesimPulan. Mula- mula kesimPulan itu kabur, tetapi semakin lama semakin jelas karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung. Verifikasi dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, yaitu dengan mengumpulkan data yang baru.31

BAB IV

30

(8)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka semenjak itu pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur merebut kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang baik di Pusat pemerintahan (Jakarta/Bandung) maupun pemerintahan daerah-daerah. Sesudah Pemerintahan Indonesia membentuk kabinet yang pertama, maka para Menteri mulai menyusun organisasi beserta fungsinya. Pekerjaan Umum pada waktu itu, berpusat di Bandung dengan mengambil tempat bekas gedung V&W yang sekarang dikenal dengan nama Gedung Sate.

Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaaan pemerintahan di Hindia Belanda sebelum perang, tentara sekutu masuk ke Indonesia. Akibat dari keinginan Pemerintahan Belanda ini, terjadilah pertentangan fisik dengan pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air berikut gedung-gedung yang telah didudukinya, antara lain Gedung Sate yang telah menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada waktu itu (peristiwa bersejarah itu dikenal dengan peristiwa 3 Desember 1945). Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 sampai dengan 1949, Pemerintah Pusat Republik Indonesia di Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta, begitu juga Kementerian Pekerjaan Umum.

(9)

telah sering mengalami perubahan pimpinan dan organisasi, sesuai situasi politik pada waktu itu. Sebagai gambaran garis besar organisasi Pekerjaan Umum diuraikan sebagai berikut:

a. Sebelum tentara Belanda masuk ke Yogyakarta susunan kemerdekaan Pekerjaan Umum perhubungan dapat dibagi menjadi 8 Jawatan dan 4 Balai. b. Khusus pada masa Republik Indonesia Serikat, Kementerian Perhubungan

dan Pekerjaan Umum dibagi dalam beberapa Departemen dan beberapa Jawatan dan beberapa instansi yang hubungan erat dengan tugas dari departemen Pekerjaan Umum.

Kementerian Perhubungan Pekerjaan Umum Republik Indoensia Serikat tersebut terdiri atas penggabungan 3 Departemen prae federal yaitu :

a. Departemen Verkeer, Energie dan Mynbouw (kecuali Mynbouw yang masuk dalam kementerian kemakmuran).

b. Departemen Van Waterstaat di Wederopbouw. c. Departemen Van Scheepvaart.

Penggabungan dari 3 Departemen dari pemerintahan pra federal dalam satu kementerian yaitu kementerian Perhubungan Tenaga dan Pekerjaam Umum dianggap perlu, supaya hubungan 3 Departemen tersebut satu dengan yang lain menjadi erat, terlebih-lebih jika diingat bahwa untuk pembangunan Negara akan diadakan koordinasi dan rasionalisasi yang baik dan adanya tenaga ahli dan untuk melancarkan semua tugas yang dibebankan pada kementerian Perhubungan Tenaga dan Pekerjaan Umum Republik Indonesia Serikat.

(10)

dalam sejarah pemerintahan Republik Indonesia suatu kabinet yang besar disebut dengan nama kabinet Dwi Kora atau kabinet 100 Menteri, dimana pada masa ini dibentuk koordinator kementerian. Tidak luput Departemen Pekerjaan Umum yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi menjadi 5 Departemen dibawah kompartemen Pekerjaan Umum Kabinet Dwikora yang dipimpin oleh Jenderal Suprajogi. Adapun Kompartemen Pekerjaan Umum ketika itu membawahi antara lain :

a. Departemen Listrik dan Ketenagaan b. Departemen Bina Marga

c. Departemen Cipta Karya Konstruksi d. Departemen Pengairan Dasar

e. Departemen Jalan Raya Sumatera

Setelah peristiwa G30 S PKI pemerintah segera menyempurnakan kabinet Dwikora dengan menunjuk Ir.Soetami, sebagai menteri Pekerjaan Umum untuk memimpin kompartemen Pekerjaan Umum. Kabinet yang disempurnakan itu tidak dapat lama dipertahankan.

Kabinet Ampera, sebagai Kabinet pertama dalam masa Orde Baru kembali membentuk Departemen Pekerjaan Umum dengan Ir.Soetami sebagai Menteri. Dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum tertanggal 17 Juni 1968 N0.3/PRT/1968 dan diubah dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum tertanggal 1 Juni 1970 Nomor 4/PRT/1970.

(11)

4.1.2 Visi dan Misi Organisasi

Adapun visi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan adalah sebagai berikut : “Terwujudnya Prasarana Kota Medan Metropolitan Yang Nyaman

Adapun Misi Dinas Pekerjaan Umum kota Medan adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana jalan, jembatan, drainase dan

sumber daya air.

b. Meningkatkan profesionalisme sumber daya aparatur.

c. Meningkatkan keterpaduan dan kerjasama lintas wilayah dalam pengembangan prasarana jalan, jembatan, drainase dan sumber daya air. d. Mendorong partisipasi masyarakat, pemerintah dan swasta dalam

pemeliharaan fungsi prasarana jalan, jembatan, drainase dan sumber daya air.

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum a. Tugas Pokok

Melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pekerjaan umum yang meliputi jalan, jembatan drainase dan sumber daya air termasuk perawatan, pengawasan dan pengamanan bangunan fisik untuk menunjang tercapainya usaha kesejahteraan masyarakat dan melaksanakan tugas pembangunan sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Fungsi

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang pekerjaan umum. 2. Menyusun program pelaksanaan pembangunan fisik meliputi jalan,

(12)

3. Mengendalikan pelaksanaan pembangunan fisik jalan-jalan, jembatan , drainase dan sumber daya air serta sarana-sarana milik pemerintah.

4. Melaksanakan pengawasan pembuat jalan, jembatan , drainase dan sumber daya air yang dilaksanakan pihak ketiga.

5. Memberikan izin dalam membantu, mengawasi pelaksanaan pemasangan/penggalian saluran bawah tanah dan izin pembuatan jalan, jembatan dan saluran pembuangan air.

6. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.

(13)

4.1.4 Struktur Organisasi Dinas pekerjaan Umum

(14)

4.1.5 Sumber Daya SKPD

1. Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 4.1

2. Jumlah pegawai yang telah mengikuti pelatihan perjenjangan Tabel 4.2

Jumlah pegawai yang telah mengikuti pelatihan perjenjangan

No Nama Pelatihan Perjenjangan Jumlah

(15)

4.2 Standar Operasional Prosedur e-procurement pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum

Setiap SKPD pemerintah Kota Medan diberi kewenangan dalam pengadaan barang dan jasanya sendiri melalui Rencana Umum Pengadaan. Dinas Pekerjaan Umum maupun dinas lainnya memiliki prosedur yang sama dalam melakukan pengadaan yang saat ini sudah secara menyeluruh menggunakan e-procurement, baik secara e-purchasing maupun e-tendering. Sesuai dengan fokus penelitian, maka penulis hanya memaparkan tentang standar operasional prosedur dalam proses e-tendering. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam implementasi e-procurement di Dinas Pekerjaan Umum sesuai dengan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Tata Cara E-tendering adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Pemilihan a. PPK

1) PPK menyerahkan surat yang berisikan paket, kualifikasi paket, spesifikasi teknis, Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan rancangan umum kontrak kepada Layanan Pengadaan

2) Surat beserta lampirannya dapat berbentuk dokumen elektronik 3) Aktivasi pada nomor 1) dan 2) dilaksanakan diluar aplikasi

SPSE

(16)

pengguna SPSE dengan memberikan Surat Keputusan/ Perintah/ Penunjukan sebagai PPK

b. Layanan Pengadaan (LP)

1) Layanan Pengadaan menerima, menyimpan dan melaksanakan pemilihan berdasarkan surat yang disampaikan oleh PPK

2) Layanan Pengadaan menyerahkan surat keputusan tentang kepanitiaan untuk paket pemilihan kepada LPSE untuk mendapatkan kode akses (user ID dan Password) untuk masing-masing nama yang tertera dalam kepanitiaan

3) Layanan Pengadaan membuat dokumen pengadaan dalam bentuk softcopy

4) Aktivasi pada nomor 1) dan 2) dilaksanakan diluar aplikasi SPSE

c. Penyedia Barang/ Jasa

1) Penyedia barang/ jasa yang belum mendapatkan kode akses aplikasi SPSE wajib melakukan pendaftaran pada aplikasi SPSE dan melakukan verifikasi pada LPSE untuk mendapatkan kode akses aplikasi SPSE

(17)

d. LPSE

1) LPSE menerima, menyimpan dan menerbitkan kode akses terhadap nama-nama yang tercantum dalam surat keputusan tentang penunjukkan/ pengangkatan PPK, Pokja Layanan Pengadaan, kepanitiaan untuk paket pemilihan.

2) LPSE melakukan verifikasi jati diri pimpinan perusahaan terhadap penyedia barang/ jasa yang telah melaksanakan pendaftaran melalui aplikasi SPSE namun belum tercatat sebagai pengguna SPSE.

2. Pelaksanaan Pemilihan

a. Pembuatan paket dan pendaftaran

1) Layanan Pengadaan membuat paket dalam aplikasi SPSE, lengkap dengan informasi paket dan sistem pengadaan, berdasarkan informasi yang diberikan PA/KPA/PPK maupun keputusan internal Layanan Pengadaan.

2) Layanan Pengadaan memasukkan nomor surat/ file atau softcopy yang diterbitkan oleh PPK yang menjadi dasar pembuatan paket. 3) Layanan Pengadaan membuat jadwal pelaksanaan pemilihan pengadaan, dimana penentuan hari dan jam pada jadwal pemilihan untuk tahap pengambilan dokumen lelang dan pemasukan dokumen penawaran menggunakan hari kalender dan menghiraukan jam kerja.

(18)

5) Paket pemilihan yang dilakukan dalam aplikasi SPSE merupakan paket pemilihan baru/ awal

6) Untuk penyedia barang/ jasa yang saling bergabung dalam suatu konsorsium atau bentuk kerjasama lain, maka pendaftaran lelang dilakukan oleh pimpinan (leadfirm) konsorsium atau bentuk kerjasama lain.

b. Pemberian Penjelasan

1) Proses pemberian penjelasan (aanwijzing) dilakukan secara online tanpa tatap muka melalui aplikasi SPSE

2) Layanan Pengadaan menjawab setiap pertanyaan yang masuk dan hanya boleh menambah waktu tahap penjelasan untuk menjawab pertanyaan terakhir

3) Layanan Pengadaan dilarang menjawab pertanyaan dengan cara mengumpulkan pertanyaan terlebih dahulu dan menjawab pertanyaan tersebut sekaligus pada akhir jadwal

4) Dalam hal waktu tahap penjelasan telah berakhir, Layanan Pengadaan masih mempunyai waktu 3 (tiga) jam untuk menjawab pertanyaan-pertanyan yang mungkin belum terjawab 5) Untuk menjawab pertanyaan beberapa menit sebelum tahapan

penjelasan berakhir (10 menit terakhir), Layanan Pengadaan dapat menambah waktu penjelasan

(19)

7) Jika dianggap perlu dan tidak dimungkinkan memberikan informasi lapangan ke dalam dokumen pemilihan, Layanan Pengadaan dapat melaksanakan proses penjelasan lanjutan dengan peninjauan lapangan/ lokasi pekerjaan.

8) Pelaksanaan penjelasan lanjutan dilakukan oleh seseorang selain Layanan Pengadaan, misal Layanan Pengadaan menunjuk seorang atau beberapa tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer) yang telah ditetapkan oleh PPK dan pelaksanaan

penjelasan lanjutan dibuktikan dengan berita acara penjelasan lanjutan.

9) Layanan Pengadaan tidak perlu membuat Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAPP)

10) Perubahan (adendum) dapat dilakukan secara berulang dengan batas akhir 2 hari sebelum tahap pemasukan dokumen penawaran berakhir

11) Berita Acara Penjelasan Lanjutan (BAPL), menjadi bagian dari addendum, jika tidak ada addendum maka BAPL menjadi bagian dari Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)

12) Peserta yang tidak mengikuti penjelasan pekerjaan tidak dapat digugurkan

c. Pemasukan Kualifikasi

(20)

2) Layanan Pengadaan dilarang meminta penyedia barang/ jasa untuk mengupload softcopy lampiran dokumen yang dipersyaratkan dalam data isian kualifikasi

3) Penyedia barang/ jasa dilarang memasukkan softcopy data kualifikasi pada fasilitas pengunggahan lain yang tersedia pada aplikasi SPSE termasuk APENDO

4) Jika formulir elektronik isian kualifikasi yang tersedia pada kualifikasi SPSE belum mengakomodir data kualifikasi yang diminta oleh Layanan Pengadaan, maka data kualifikasi tersebut di-upload pada fasilitas pengunggahan lain yang tersedia pada aplikasi SPSE.

5) Pada prakualifikasi, Layanan Pengadaan dapat memanfaatkan fasilitas komunikasi yang tersedia pada aplikasi SPSE untuk meminta penyedia barang/ jasa melengkapi formulir kualifikasinya.

6) Dengan mengirimkan data kualifikasi secara elektronik, penyedia barang/ jasa menyetujui pernyataan sebagai berikut : a. Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak

dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan kegiatan usahanya.

b. Salah satu dan/ atau semua pengurus dan badan usahanya atau peserta perorangan tidak masuk dalam Daftar Hitam. c. Data kualifikasi yang diisikan benar dan jika kemudian hari

(21)

benar dan ada pemalsuan, maka penandatangan dan badan usaha yang diwakili bersedia dikenakan sanksi administratif, sanksi pencantuman dalm Daftar Hitam, gugatan secara perdata dan/atau pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Pemasukan Penawaran

1) Dokumen penawaran disampaikan dengan bentuk file yang diunggah melalui aplikasi SPSE

2) Penyampaian penawaran secara satu file, yaitu penyampaian dokumen penawaran administrasi, teknis dan harga dalam satu file penawaran, dimana evaluasi dilakukan setelah file

administrasi, teknis dan harga terbuka

3) Penyampaian penawaran secara dua file, yaitu penyampaian dokumen penawaran administrasi dan teknis dalam satu file dan penawaran harga dalam file penawaran lainnya, dimana evaluasi administrasi dan teknis dilakukan sebelum file penawaran dibuka.

(22)

memerlukan tanda tangan basah dari pihak lain, contoh surat dukungan bank, surat keterangan fiskal (tax clearance).

5) Surat penawaran ditandatangani secara elektronik oleh pemimpin/ direktur perusahaan ataupenerima kuasa dari direktur utama yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya, atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik atau pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili perusahaan yang bekerjasama.

6) Pada tahap penyampaian penawaran, penyedia barang/jasa mengirimkan file penawaran dengan terlebih dahulu melakukan enkkripsi/ penyandian dengan menggunakan APENDO

7) Penyedia barang/jasa dapat melakukan upload file penawaran secara ulang untuk mengganti atau menimpa file penawaran sebelumnya sampai dengan batas akhir pemasukan penawaran. 8) Pengguna wajib mengetahui dan melaksanakan ketentuan

penggunaan APENDO yang tersedia dan dapat diketahui pada saat mengoperasikan APENDO.

9) APENDO dikembangkan oleh Lembaga Sandi Negara yang khusu diperuntukkan bagi aplikasi SPSE

(23)

e. Pembukaan Penawaran dan Evaluasi

1) Pada tahap pembukaan penawaran, Layanan Pengadaan mengunduh dan melakukan deskripsi file penawaran tersebut dengan menggunakan APENDO.

2) Harga penawaran dan hasil koreksi aritmatik dimasukkan pada fasilitas yang tersedia pada aplikasi SPSE.

3) Layanan Pengadaan dapat terlebih dahulu melakukan evaluasi terhadap 3 (tiga) penawar terendah.

4) Terhdap file penawaran yang tidak dapat dibuka (file dengan ekstensi *rhs), Layanan Pengadaan wajib menyampaikan file penawaran terenkripsi yang tidak dapat dibuka (deskripsi) tersebut kepada LPSE dan bila dianggap perlu LPSE dapat menyampaikan penawaran tersebut kepada LKPP.

5) Terhadap file penawaran terenkripsi yang tidak dapat dibuka yang disampaikan kepada LPSE atau LKPP, maka LPSE atau LKPP akan memberikan keterangan kondisi file penawaran kepada Layanan Pengadaan.

6) Dengan adanya proses penyampaian informasi, Layanan Pengadaan dapat melakukan pemunduran jadwal.

(24)

8) Layanan Pengadaan wajib melakukan klarifikasi kepada penerbit surat jaminan tentang keabsahan dan substansi jaminan penawaran.

9) Ketidakabsahan atau kemungkinan penolakan klaim jaminan terhadap softcopy surat jaminan yang ditujunkan oleh Layanan Pengadaan dapat berakibat pada gugurnya syarat administrasi. 10) Pembukatian kualifikasi dengan meminta dokumen penawaran

asli dilaksanakan terhadap calon pemenang.

11) Aplikasi SPSE secara otomatis akan mengirim pemberitahuan (termasuk melalui email) kepada pemenang pemilihan dan meminta untuk menyelesaikan proses selanjutnya yang pelaksanaannya diluar SPSE.

12) Penggunaan aplikasi APENDO oleh bukan pihak yang sebenarnya akan berakibat penawaran dianggap tidak sah. f. Sanggahan

1) Peserta pemilihan hanya dapat mengirimkan 1 (satu) kali sanggahan kepada Layanan Pengadaan melalui aplikasi SPSE. 2) Aplikasi SPSE digunakan Layanan Pengadaan untuk menjawab

sanggahan yang diajukan peserta pemilihan yang dikirimkan pada batas akhir waktu sanggah.

(25)

4) Kealpaan atau kelalaian pemberian pemberitahuan informasi sanggahan banding oleh peserta pemilihan tidak menggugurkan proses sanggahan banding.

g. Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa

PPK membuat Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dengan menggunakan fasilitas dan berdasarkan format penulisan yang tersedia dalm aplikasi SPSE.

h. Penandatanganan Kontrak :

1) Disertai dengan asli dokumen penawaran, pemenang lelang melakukan penandatanganan kontrak dengan PPK yang dilakukan di luar SPSE.

2) PPK memasukkan informasi mengenai kontrak dalam aplikasi SPSE.

3) PPK dapat mengunggah softcopy kontrak atau ringkasan kontrak dalam aplikasi SPSE.

(26)

4.3 Implementasi E-Procurement dalam Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum

Pada tahapan kebijakan publik, implementasi kebijakan publik merupakan tahapan yang penting dan harus dilalui demi mencapai hasil dari sutau kebijakan. Implementasi kebijakan publik merupakan pelaksanaan atau eksekusi dari suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berupa peraturan perundang-undangan sehingga tujuan dari kebijakan publik itu akan tercapai apabila dilalui dengan tahapan pelaksanaan atau implementasi. Pada tahapan implementasi ini, tentunya akan ditemukan variabel – variabel yang mempengaruhi keberhasilan ataupun kegagalan sebuah implementasi kebijakan yang pada implementasi kebijakan lainnya akan sangat membantu perbaikan dan penyempurnaan tahapan implementasi kebijakan di masa yang akan datang.

Pada bab pembahasan ini, peneliti menggunakan teori yang disampaikan oleh George C. Edward III bahwa implementasi kebijakan publik merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sutau keputusan kebijakan. Akan tetapi dalam pembuatan kebijakan, seharusnya pemerintah mengkaji apakah kebijakan tersebut memang diperlukan masyarakat atau tidak sehingga kebijakan publik tersebut akan berpihak kepada masyarakat yang nantinya akan memberikan dampak yang positif kepada mereka, bukan malah merugikannya.

(27)

implementasi kebijakan, yakni komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Adapun keempat variabel tersebut akan dipaparkan sebagai berikut :

4.3.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi antara komunikator kepada komunikan, hal ini bisa terjadi secara vertikal maupun horizontal. Komunikasi dilakukan untuk memperlancar proses implementasi kebijakan publik. Hal ini diperlukan agar tercipta keselarasan antara pihak implementor sehingga terjalin hubungan yang baik dengan mengetahui hubungan atau proses komunikasi antara pihak – pihak yang terkait atau implementor dari sebuah kebijakan. Komunikasi ini dapat dilihat melalui proses penyampaian informasi antara implementor terkait dengan berbeda instansi, penyampaian informasi antara pihak terkait dalam suatu institusi dan intensitas komunikasi yang dilakukan.

Dari wawancara yang sudah dilakukan dengan informan yang merupakan Pokja dari Dinas Pekerjaan Umum dan Pegawai LPSE serta Layanan Pengadaan, proses komunikasi pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum sudah berjalan cukup baik. Hal ini dilihat dari komunikasi yang terjalin antara Dinas Pekerjaan Umum, LPSE, LP dan pihak peyedia jasa.

(28)

berkoordinasi, yakni Dinas Pekerjaan Umum dengan pelaksana teknis Kelompok Kerja Fungsional, Layanan Pegadaan dan LPSE.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan sudah melakukan komunikasi yang baik kepada implementor dalam melaksanakan proses e-procurement. Pertama kali, komunikasi dilakukan secara formal yaitu melalui surat resmi yang dikeluarkan oleh Dinas tersebut mengenai permintaan lelang. Setelah komunikasi resmi atau formal itu disetujui, maka dilanjutkan dengan komunikasi informal yang dilakukan apabila dibutuhkan, bisa secara langsung ketika bertemu di kantor ataupun melalui media yang sudah mengikuti perkembangan teknologi, informasi juga dapat disampaikan melalui handphone. Nah, komunikasi semacam itu hanya berlaku antara Dinas Pekerjaan Umum dengan Layanan Pengadaan dan LPSE begitu sebaliknya. Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan oleh Bapak Une selaku satu Staff Pokja dari Dinas Pekerjaan Umum bahwa penyampaian informasi tetap melalui surat, setelah itu prosesnya ke LPSE, tetapi diawalnya SKPD telah membuat RUP terlebih dahulu32.

Kemudian, salah staff pokja lainnya memperjelas lagi mengenai proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum kepada instansi terkait dalam implementasi e-procurement :

Penyampaian informasi pertama kali melalui pengajuan lelang dari SKPD terkait melalui surat. Kemudian surat tersebut akan di proses. Apabila disetujui maka akan dikeluarkan SPT (Surat Perintah Tugas) bagi yang bersangkutan. Kemudian akan berhubungan dengan LPSE dalam pembuatan user id melalui surat yang dibuatkan oleh LP. Setalah itu baru ada komunikasi selanjutnya yang bersifat informal33.

32

Hasil Wawancara Penulis dengan Bapak Une Bangun tanggal 19 April 2017

(29)

Selain dilihat dari penyampaian informasi antara pihak Dinas Pekerjaan Umum dengan instansi terkait, komunikasi yang dinilai cukup baik juga dilihat melalui komunikasi antara pegawai yang terlibat dalam e-procurement di Dinas Pekerjaan Umum sendiri. Adapun bentuk penyampaian informasi antara pegawai tersebut melalui komunikasi secara formal dan non formal baik langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan staff pokja Dinas Pekerjaan Umum :

Komunikasi antara pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan e-procurement dilakukan dengan dua cara yaitu secara formal dan non formal. Komunikasi formal secara tidak langsung dilakukan melalui pemberian surat tugas, sedangkan komunikasi formal secara langsung dilakukan pada saat rapat. Selain melalui cara tersebut, terdapat komunikasi non formal secara langsung yaitu pimpinan langsung mengarahkan atau memberi tugas kepada anggotanya.34

Tidak hanya bentuk komunikasi formal maupun non formal seperti yang telah dipaparkan diatas, dalam pelaksanaanya terdapat komunikasi secara langsung di tempat para pegawai bekerja. Seperti yang disampaikan oleh informan saat wawancara yaitu :

Komunikasi kami cukup baik, kami sering melakukan komunikasi secara langsung karena setiap hari kami bertemu di kantor. Apabila tidak berbicara secara langsung di kantor, kami juga sering menggunakan telepon dalam berkomunikasi.35

Tidak hanya penyampaian informasi antara Dinas Pekerjaan Umum dengan instansi terkait dan antara pihak internal saja untuk melihat komunikasi dalam pelaksanaan e-procurement, peneliti juga mengumpulkan informasi mengenai bentuk komunikasi yang dilakukan antara LPSE dan Layanan Pengadaan dengan instansi terkait. Adapun bentuk penyampaian informasi yang dilakukan oleh

34

Hasil Wawancara Penulis dengan Bapak Une Bangun tanggal 19 April 2017

(30)

LPSE dan Layanana Pengadaan juga dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung seperti penyampaian informasi antara Dinas Pekerjaan Umum dengan instansi terkait, hal yang sama juga terjadi dalam penyampaian informasi sesama anggota LPSE dan Layanan Pengadaan.

Namun, apabila penyampaian informasi kepada pihak penyedia jasa hanya dilakukan melalui website LPSE. Segala penyampaian informasi dan interaksi yang terjadi dalam proses implementasi e-procurement khususnya pelelangan, hanya dilakukan melalui internet. Hal ini dilaksanakan sesuai dengan regulasi yang mengatur e-procurement untuk menghindari penyimpangan yang terjadi apabila dilaksanakan secara manual atau tatap muka secara langsung. Sebagaimana yang disampaikan oleh staff LPSE :

Penyampaian informasi yang sasarannya kepada penyedia jasa tentang sesuatu yang berkaitan dengan e-procurement, khususnya saya sebagai admin di LPSE ini diumumkan atau diberitahukan melalui website LPSE. Nantinya, mereka akan membuka website untuk melihat berita atau pengumuman yang ada. Tidak ada bentuk informasi lain yang disampaikan kepada penyedia jasa kecuali menggunakan aplikasi atau internet36.

Penyedia jasa yang ingin mengikuti pelelangan secara elektronik diharuskan mendaftar dan memiliki user id. Kedua hal tersebut bisa didapatkan melalui pendaftaran akun secara online dan kemudian verifikasi akunnya dengan datang ke LPSE. Setelah akun tersebut diaktifkan maka para penyedia jasa akan memilik akun atau user id sehingga bisa mengikuti seluruh pelelangan di Indonesia.

Sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti dapatkan, penyedia jasa akan mendapatkan informasi lelang hanya melalui internet di website LPSE dalam

(31)

bentuk pengumuman lelang. Interkasi penyedia jasa dengan Kelompok Kerja lelang pun berinteraksi hanya melalui internet dari proses pertama hingga terakhir, baik dalam proses upload dokumen pengadaan dan jadwal penjelasan dokumen, proses penjelasan dokumen, pemberian dokumen penawaran dari penyedia jasa, pengumuman tiga besar pemenang, pengajuan sanggahan hingga pengumuman pemenang lelang. Melihat uraian diatas, kita ketahui bahwa proses penyamapaian informasi kepada penyedia jasa sudah dilaksanakan 100% melalui sistem elektronik.

Tidak hanya mengenai proses penyampaian informasi, pada penelitian ini komunikasi juga dinilai dengan intensitas komunikasi yang dilakukan antara pihak-pihak yang terkait tersebut (Dinas Pekerjaan Umum, LP, LPSE dan Penyedia Jasa). Berdasarakan hasil wawancara, intensitas komunikasi antara pihak-pihak tersebut dilakukan sesuai dengan keperluan yang dibutuhkan dan sesuai dengan jadwal terencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Berbeda dengan instansi lainnya, LPSE selalu standby kepada setiap implementor tekait jika membutuhkan bantuan atau penjelasan mengenai e-procurement sehingga tidak mengherankan apabila LPSE seringkali dikunjungi

(32)

dilakukan pada pertengahan tahun menuju akhir tahun (bulan Juli sampai Desember).

Secara keseluruhan, dapat kita ketahui bahwa komunikasi yang terjalin antara pihak implementor kebijakan e-procurement (Pokja Dinas Pekerjaan Umum, Layanan Pengadaan dan LPSE) sebagai pihak pelaksana maupun dengan pihak penyedia barang/ jasa sudah terjalin cukup baik. Hal ini dilihat dari proses penyampaian informasi antara implementor terkait (beda institusi), sesama implementor dalam satu institusi dan intensitas komunikasi antara implementor terkait.

Selain dilihat dari tiga hal yang dipaparkan diatas, komunikasi yang terjalin cukup baik juga bisa dilihat dari hasil observasi peneliti yaitu melalui website LPSE yang selalu menampilkan informasi terbaru dan juga berinteraksi dengan penanya pada forum diskusi cukup memberikan respon yang cepat saat menjawab pertanyaan. Selain itu, transparansi informasi yang diberikan oleh pihak LPSE kepada seluruh pihak yang bisa mengakses websitenya juga menjadi bahan pengamatan dimana komunikasi sudah terjalin dengan cukup baik.

4.3.2 Sumber daya

Sumber daya merupakan faktor yang paling penting dalam implementasi kebijakan agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sumber daya dapat berupa sumber daya manusia, sumber daya modal (finansial) dan sumber daya pendukung yang berupa fasilitas.

(33)

Pada implementasi e-procurement impelementor atau sumber daya manusia yang terlibat terlibat adalah Dinas Pekerjaan Umu Kota Medan, Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan. Untuk memudahkan pemahaman kita tentang keterkaitan antar instansi tersebut, berikut ini dipaparkan bagan keterkaitan antara implementor e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan :

Bagan 4.3.2.1 : Keterkaitan antara LPSE, Layanan Pengadaan & SKPD

Dari bagan diatas kita ketahui bahwa dalam pelaksanaan e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum diperlukan tiga pelaksana teknis yang memiliki garis koordinasi maupun konsultasi yang memiliki tupoksi masing-masing. Mengenai Dinas Pekerjaan umum sudah dipaparkan pada gambaran umum lokasi penelitian sebelumnya. Untuk

(34)

mengetahui lebih jelas, berikut ini akan dipaparkan mengenai Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan.

a. Layanan Pengadaan (LP)

Layanan Pengadaan yang dulunya bernama Unit Layanan Pengadaan (ULP) merupakan organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan oleh kelompok kerja yang berasal dari berbagai SKPD yang memiliki Surat Perintah Tugas (SPT) atau diutus dari SKPDnya. Anggota Kelompok Kerja berjumlah gasal beranggotakan paling kurang 3 (tiga) orang dan dapat ditambah sesuai dengan kompleksitas pekerjaan. Adapun tugas pokok dan kewenangan Layanan Pengadaan adalah sebagai berikut :

1) Menyusun rencana pemilihan penyedia Barang/jasa 2) Melakukan analisa terhadap dokumen pengadaan

3) Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada situs (website) masing-masing SKPD/ Unit Kerja dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional

4) Menilai kualifikasi Penyedia Barang/jasa melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi

(35)

7) Menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada PA/KPA dan/atau PPK

8) Mengarsipkan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa

9) Mengusulkan perubahan HPS dan spesifikasi teknis pekerjaan kepada PA/KPA dan/ atau PPK

10) Menyusun dan melaksanakan strategi dan kebijakan proses pengadaan barang/jasa

11) Melaksanakan penyebarluasan strategi, kebijakan, standar, sistem dan prosedur yang berkaitan dengan pengadaan yang dikeluarkan instansi pemerintah.

12) Melaksanakan pembinaan dan peningkatan kapasitas sumbe daya manusia bidang pengadaan

13) Melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui LPSE (e-procurement)

14) Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA/ atau PPK

15) Melaksanakan evaluasi terhadap proses pengadaan yang telah dilaksanakan

16) Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan barang/jasa kepada Wali Kota melalui Sekretaris Daerah secara berkala

17) Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga 18) Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja

(36)

Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah unit kerja K/L/D/I yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan Barang/Jasa secara elektronik. LPSE Kota Medan dibentuk oleh Wali Kota Medan untuk memfasilitasi Layanan Pengadaan (LP) dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik. Adapun fungsi minimal pelayanan LPSE meliputi :

1) Administrator sistem elektronik

2) Unit registrasi dan verifikasi pengguna 3) Unit layanan pengguna

4) Mengoperasikan sistem pengadaan Barang/Jasa secara elektronik (e-procurement)

5) Melakukan registrasi dan verifikasi penyedia barang/jasa untuk memastikan penyedia barang/jasa memenuhi persyaratan yang berlaku 6) Melakukan pelatihan/training kepada panitia lelang dan penyedia

barang/jasa untuk menguasi aplikasi sistem pelelangan secara elektronik 7) Sebagai help desk yang menyediakan layanan sistem pengadaan

barang/jasa secara elektronik pada penyedia barang/jasa yang memerlukan panduan untuk mengikuti tahapan lelang secara elektronik.

(37)

Pada uraian selanjutnya akan dipaparkan mengenai hasil penelitian tentang sumber daya manusia atau implementor yang terkait impelementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum

Kota Medan. Secara kuantitas, jumlah kelompok kerja yang berasal dari instansi Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan adalah 8 orang dari total kelompok kerja yang berjumlah 27 orang dan staff pada Layanan Pengadaan (LP) Sebanyak 16 orang serta pegawai LPSE berjumlah 15 orang yang juga ikut dalam implementasi e-procurement sedangkan yang harus di lelang ada sekitar 500 pelelangan setiap

tahunnya. Berdasarkan hal diatas dan informasi yang didapatkan, jumlah sumber daya manusia yang tersedia sangat kurang untuk menangani pelelangan sebanyak itu sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu Staff Pokja yang berasal dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan :

Jumlah personil Pokja dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan terdiri dari 8 orang dari total Pokja Se-Kota Medan yang berjumlah 31 orang, sedangkan yang dilelang itu ada sekitar 500. Makanya klenger. Saya merasa kurang dengan jumlah pokja yang ada.37

Tabel 4.3.2.1 : Daftar Pegawai Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan

No Nama Golongan Jabatan

1 Drs. Ahmad Basaruddin, M.Si IV/b Ketua 2 Maisarah Nasution, SE, M.Si III/c Sekretaris 3 Dian Mayasari Manurung, S.Si III/b Help-Desk 4 Lely Meliana Nst, Sh III/b Help-Desk 5 Nanda Lestari, S.Si III/b Help-Desk 6 Ramadani Sinulingga, S.STP III/d Verifikator

7 Lailan Nuri, SE III/b Verifikator

(38)

8 Yanty Nurhaidah, A.Md II/d Verifikator 9 Foni Sanjaya, S.Kom III/b Administrator 10 Syaiful Bahri Pohan, S.Kom III/a Administrator 11 Jaka Priatma Ginting, S.Kom III/a Administrator 12 Doddy Faisal Hasibuan, SE III/a Trainer

13 Ferdian Lubis II/b Trainer

14 Najamuddin III/c Staff Sekretaris

15 Mariono III/b Staff Sekretaris

Tabel 4.3.2.2 : Daftar Pegawai Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan

No Nama Golongan Jabatan

1 Ir. Fadli IV/b Kasubbag Layanan Pengadaan

2 Drs. Abdul Halim III/d Staff

3 Drs. Taufik Lubis III/d Staff

4 Hendrik Iskandar,SH, MAP III/c Staff 5 Tantiana Nasution, SP III/c Staff 6 Lidia Kandou Sianturi, SE III/b Staff 7 Samsul Bahri Harahap, ST III/b Staff

8 Tsalits Qomaruddin III/b Staff

9 Syahril Batubara, S.Sos III/b Staff

Sumber : Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan

(39)

Tabel 4.3.2.3 : Daftar Kelompok Kerja Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan

No Nama SKPD

1 Drs. Edward Pakpahan, M.Si Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 2 Drs. Abdul Halim Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 3 Drs. Taufik Lubis Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 4 Johan, SE, MM Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 5 Hendrik Iskandar, SH, MAP Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 6 Fatimah Harahap, SE Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 7 Habib, ST Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 8 Kario Darminto H, S.Sos Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 9 Rudi Darmawan S.Sos Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 10 Samsul Bahri, ST Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 11 Syahril Batubara, S.Sos Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 12 Syahrial, SE Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 13 Tsalits Qomaruddin Bag. Perelngakpan dan LP Sekda Medan 14 Yusrin Helmi, ST Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 15 Ir. Elfira Wahyuni Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 16 Utuh Januar Sitompul, ST Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 17 Une Bangun S, ST, M.Si Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 18 Danny Sembiribg, ST Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 19 Sofiyan J. P.Manik, ST, M.Si Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 20 Pretty Novalia Htg, SE, MM Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 21 Rika Yanita, SE Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan 22 Chairul Abidin, ST Dinas PKPPR Kota Medan

(40)

Jika dilihat dari kuantitas atau jumlahnya, untuk beban kerja yang ditanggung oleh pelaksana teknis dalam pelelangan eketronik tidak sesuai dari beban kerjanya. Beban yang mereka tanggung tidak sesuai dan terlalu banyak sehingga mereka merasa lelah karena terus menerus bekerja sesuai dengan tugasnya dalam implementasi e-procurement ini. Menurut observasi penulis, semua pelaksana teknis tersebut memang sangat sibuk mengerjakan tugasya ketika penelitian sedang berlangsung hingga peneliti sulit meminta waktu luang mereka untuk menjadi informan.

Selain itu, ditinjau dari kualitasnya berdasarkan tingkat pendidikan para pelaksana teknis sudah memenuhi syarat. Hal ini terbukti dari 7 pelaksana teknis yang menjadi informan memiliki komposisi pendidikan S1 sebanyak 4 orang dan S2 sebanyak 3 orang. Selain kompetensi di bidang masing-masing, para pelaksanan teknis juga tentunya sudah dinyatakan lulus tes atau ujian dan bersertifikat Pengadaan Barang dan Jasa yang dikeluarkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sebagaimana hasil wawancara :

Kalau pegawai Layanan Pengadaan yang terlibat ada 11 orang, kalau Pokjanya itu ada 31 orang. Secara jumlah dicukup-cukupkan saja. Kalau secara kualitas sudah bagus karena semuanya sudah dinyatakan lulus oleh LKPP dengan dibuktikan oleh sertifikat PBJ (Pengadaan Barang/Jasa)38.

Selain Kelompok Kerja e-procurement dan staff di Layanan Pengadaan, implementor lainnya adalah Layanan Pengadaan Secara elektronik (LPSE) yang berjumlan 15 orang. Sebagaimana hasil wawancara :

Total pegawai yang terlibat di LPSE adalah 14 orang, pegawai tersebut sudah cukup dengan jumlah yang ada dengan posisi masing-masing. Kalau secara

(41)

pendidikan sudah cukup memadai karena yang menjadi staff di LPSE harus memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa yang dikeluarkan oleh LKPP.39

Meskipun secara kuantitas kurang mencukupi pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum

Kota Medan, tetapi secara kualitas sangat baik karena setiap pagawai atau staff yang bekerja di ranah pengadaan barang/jasa pemerintah pasti sudah memiliki sertifikat pengadaan barang/ jasa pemerintah melalui ujian yang diselenggarakan oleh LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah). Selain itu ditunjang dengan pendidikan dan pelatihan lainnya yang juga dilaksanakan langsung oleh LKPP. Pelatihan dilakukan untuk meningakatkan kapasitas dan kualitas setiap implementor e-procurement yang dilaksanakan berkala sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan. Pelatihan tersebut dibagi menjadi tiga tahapa yaitu pelatihan taraf pertama yang ditujukan kepada pegawai yang memiliki golongan 3A sampai dengan 3C, pelatihan taraf muda ditujukan kepada pegawai dengan golongan 3C-3B dan pelatihan taraf madya ditujukan kepada pegawai dengan golongan 4A.

Berdasarkan analisis pemaparan diatas, dapat kita ketahui bahwa sumber daya manusia yang merupakan implementor e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan sudah cukup baik dilihat dari kualitasnya meskipun dalam hal kuantitas kurang memadai. Kualitas implementor cukup baik karena adanya pelatihan yang diselenggarakan kepada setiap pegawai atau staff baik itu dari Kelompok Kerja Dinas Pekerjaan Umum,

39

(42)

Pegawai Layananan Pengadaan dan Pegawai LPSE yang diselenggarakan langsung oleh LKPP sehingga kinerja implementor terkait implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum

Kota Medan dapat ditingkatkan.

b. Sumber Daya Finansial

Sumber daya finansial merupakan kecukupan modal (keuangan) dalam sebuah program atau kebijakan yang akan mendukung segala aktifitas serta fasilitas yang dibutuhkan agar terlaksananya kebijakan tersebut. Sumber daya finansial juga merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam pengadaan barang/jasa, apabila tidak tersedia secara cukup maka pelaksanaan pengadaan tidak akan berjalan dengan lancar.

Menurut beberapa informan, sampai saat ini sumber daya finansial pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan sudah mendukung, sudah bisa mencukupi dan memenuhi pelaksanaan e-procurement dengan baik karena semua sumber pendanaan berasal dari APBD yang sudah dianggarkan setiap tahunnya.

Dapat kita ketahui bahwa sumner daya finansial pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum

(43)

c. Sumber Daya Fasilitas Pendukung

Fasilitas pendukung merupakan fasilitas fisik maupun non fisik (aplikasi) ataupun sarana dan prasarana yang mendukung implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Fasilitas pendukung merupakan faktor penting, meskipun kualitas dan kuantitas sumber daya manusia baik, tetapi jika tidak di dukung oleh fasilitas pendukung maka impelementasi kebijakan tersebut akan terhambat.

Adapun hal-hal yang dibutuhkan dalam implementasi e-procurement adalah ruangan yang memadai, peralatan teknologi informasi seperti komputer, jaringan internet, jaringan listrik dan seterusnya serta alat tulis kantor. Kelompok Kerja (Pokja) Dinas Pekerjaan Umum menjalankan tugasnya di Kantor Layanan Pengadaan, bukan di Kantor SKPD tersebut sehingga peneliti mendata fasilitas pendukung yang dimiliki oleh Kantor Layanan Pengadaan dan Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik.

Kantor Layanan Pengadaan memiliki fasilitas pendukung yang cukup dimana tersedia kebutuhan mendasar yang diperlukan dalam implementasi e-procurement. Setiap pegawai dan anggota kelompok kerja (Pokja) mendapatkan

(44)

Adapun peralatan atau fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan e-procurement adalah peralatan teknologi informasi, dengan adanya jaringan internet dan komputer kami sudah bisa bekerja dengan baik. Kalau dikatakan cukup, ya cukup. Namun, ruangan yang kami miliki kurang luas sehingga sumpek.40

Pihak pimpinan Layanan Pengadaan sudah mulai mengkhawatirkan kinerja para pegawainya akan menurun apabila kondisi ruangan yang kurang memadai tetap dibiarkan seperti itu sehingga akan ada perluasan ruangan tersebut. Berdasarkan hasil observasi peneliti, perluasan ruangan Layanan pengadaan baru saja dimulai sehingga belum terlihat dengan jelas seberapa luas ruangan nantinya.

Tabel 4.3.2.4 : Sarana di Kantor Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan

No Sarana Jumlah

Berbeda dengan fasilitas yang dimiliki oleh Kantor Layanan Pengadaan, Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) memiliki fasilitas yang sangat memadai dalam hal ruangan yang dimiliki. Adapun ruangan-ruangan yang

40

(45)

dimiliki adalah ruang tamu atau lobby, ruang bidding, ruang server untuk administrator dan ruang verifikator. Ruangan yang dimiliki oleh LPSE sangat memadai sehingga setiap divisi mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan nyaman. Adapun hasil wawancara :

Fasilitas yang dimiliki oleh LPSE sudah memadai, disini kami memiliki komputer besar untuk memberikan contoh atau pemahaman kepada tamu yang membutuhkan penjelasan, terdapat ruang bidding untuk pelatihan dan digunakan oleh penyedia jasa yang kantornya tidak memiliki jaringan internet dan ada juga ruang server yang digunakan oleh administrator.41

Gambar 4.3.2.1 : Ruang Bidding

Sumber : Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan

Gambar 4.3.2.2 : Ruang Server dan Verifikator

(46)

Gambar 4.3.2.1 : Ruang Tamu

Sumber : Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan

Tabel 4.3.2.5 : Sarana di Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Medan

No Sarana Jumlah

1 Server Kapasitas 2 Terrabyte 2 unit

2 Ups Server 2 unit

3 Pc Unit (Komputer) 16 unit

4 Televisi LED 2 unit

5 Telefon/ Mesin Fax 1 unit

(47)

7 Lemari 2 unit

8 Pendingin Ruangan 6 unit

9 Printer 2 unit

10 Printer Multifungsi 2 unit

11 Meja Kantor 6 unit

12 Meja Partisi 5 unit

13 Kursi Kerja 16 unit

Meskipun fasilitas pendukung fisik yang lengkap, ternyata masih ada hal yang dikeluhkan oleh pegawai Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan yaitu aplikasi spse yang belum diperbarui. Meskipun tidak mengganggu atau kinerja menurun apabila masih menggunakan versi yang lama, tentunya pembaharuan aplikasi spse bisa memperlancar kinerja LPSE tersebut. Adapun hasil wawancara :

Semuanya sudah cukup memadai, namun ada yang perlu diperbaiki yaitu upgrade aplikasi sistem spse ke versi 4.0. Di LPSE ini kami baru mempunyai versi 3.6 sehingga perlu di upgrade. Padahal kami sudah meminta ke pusat, tapi belum terpenuhi. Ya, versi yang lama masih bisa tapi alangkah lebih baiknya versi aplikasi kami sudah diperbarui.42

Berdasarkan uraian ditas kita ketahui bahwa fasilitas pendukung yang dimiliki oleh lembaga implementor e-procurement cukup memadai secara fisik maupun sistem. Pada LPSE Kota Medan sendiri, sudah memiliki ruangan khusus yang dibutuhkan dan sudah dilengkapi dengan komputer sehingga para staff dapat bekerja dengan maksimal. Walaupun secara fisik sudah memadai, masih perlu penambahan fasilitas yaitu berupa peningkatan/upgrade aplikasi agar mempermudah pelaksanaannya dan mengurangi kesalahan teknis.

42

(48)

4.3.3 Disposisi

Disposisi implementor adalah kecenderungan sikap maupun pemahaman yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Setiap implementor bisa memiliki sikap atau pemahaman yang berbeda sehingga menjadikan kebijakan tidak berjalan sesuai dengan tujuan yang ditentukan.

Kebijakan e-procurement yang ditetapkan oleh pemerintah diberi tanggapan positif oleh para implementor di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Para implementor mendukung ditetapkannya kebijakn ini dan menilai bahwa e-procurement merupakan solusi yang baik karena zaman yang sudah modern sehingga perlu dimanfaatkan teknologi yang sudah berkembang pada saat ini, selain itu e-procurement dinilai lebih baik daripada pengadaan secara manual karena dilihat dari hal ekonomi kebijakan ini lebih hemat, hemat biaya (tidak perlu menggunakan kertas), hemat waktu karena jadwal pelelangan menggunakan waktu kalender (tidak dipotong hari libur) dan mengurangi kecurangan yang pernah terjadi apabila menggunakan pengadaan secara manual. Sebagaimana hasil wawancara :

Saya menanggapi positif kebijakan e-procurement, semuanya menjadi lebih terbuka dan transparan. Tidak ada lagi persengkongkolan, tidak ada yang bisa melakukannya karena semuanya sudah secara elektronik. Selain transparan, efisien juga. Jadi saya mendukung dan merasa lebih baik e-proc daripada pengadaan secara manual.43

Selaras dengan hal yang disampaikan diatas, semua pegawai menunjukan sikap positif dalam mengimplementasikan e-procurement ditinjau juga dari

(49)

kinerja yang selama ini dilaksanakan, para pegawai menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Meski begitu, tidak memungkiri bahwa kecurangan masih bisa tetap terjadi meskipun tidak dijelaskan secara gamblang. Adapun hasil wawancara :

Ya, zaman kan sudah modern. E-proc tetap lebih baik daripada pengadaan secara manual. Dari segi ekonominya lebih hemat kertas dan sebagainya. Tetapi namanya juga buatan manusia pasti tidak ada yang sempurna, pasti ada celahnya. Buatan Tuhan aja bisa gagal, apalagi buatan manusia ? Intinya e-proc ini bisa meminimalisir negosiasi.44

Terlepas dari hal diatas, sampai saat ini para implementor sudah menjalankan tugasnya dengan baik dan memahamai landasan kebijakan e-procurement serta mengetahui dengan jelas tentang sejarah perubahan pengadaan

barang/jasa pemerintah secara manual menjadi e-procurement. Adapun dasar pemikiran perubahan tersebut karena adanya perkembangan teknologi dan globalisasi yang menuntut kebijakan berjalan secara efektif dan efisien, selain itu juga untuk menghindari kecurangan yang identik terjadi akibat pertemuan antara peneydia jasa dan kelompok kerja (Pokja).

Sejarah perubahan ataupun pembaharuan landasan kebijakan e-procurement juga dipahami betul oleh implementor karena mereka harus mengikuti perkembangan regulasi sebagai acuan kerja pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum ini. Adapun regulasi terbaru yang mengatur tentang e-procurement adalah Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 yang di dalamnya mengatur tentang prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa yaitu efisien, efktif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel.

(50)

Menurut informan, prinsip-prinsip tersebut hampir tercapai seluruhnya yang didukung oleh keprofesionalitasan para implementor dan kepatuhannya terhadap regulasi dan SOP yang ada dengan dibuktikan oleh kinerjanya yang baik. Selain itu, pemahaman para implementor sangat baik mengenai kebijakan ini karena setiap implementor yang bergelut pada ranah pengadaan barang/jasa pemerintah memiliki sertifikat kelulusan ujian tentang pengadaan barang/jasa yang diselenggarakan oleh LKPP.

4.3.4 Struktur Birokrasi

Pada implementasi e-procurement dibutuhkan kerjasama dan koordinasi antara berbagai intansi yang terlibat di dalamnya karena e-procurement merupakan kebijakan yang kompleks dimana tidak dapat dikerjakan sendiri oleh intansi yang ingin melakukan pengadaan barang/jasa. Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan tidak dapat melakukan e-procurement sendirian, perlu koordinasi dengan Layanan Pengadaan dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan. Jadi, kita ketahui bahwa struktur birokrasi memiliki peranan yang sangat penting bagi tercapainya implementasi suatu kebijakan.

(51)

dari tugas pokok dan fungsinya serta rentang kendali antara pimpinan dan pegawainya.

Pada implementasi e-procurement, setiap intansi yaitu Layanan Pengadaan dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Medan masing-masing sudah memiliki SOP. Layanan Pengadaan memiliki SOP berkaitan dengan tugas pokoknya sebagai pelaksana teknis dalam pengadaan barang/jasa pemerintah yang acuannya adalah Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015. Sedangkan LPSE sebagai pengelola sistem memiliki SOP tersendiri, yaitu SOP mengenai pelaksanaan pelatihan SPSE, penanganan error system, permohonan user id dan password auditor, pokja dan PPK, perubahan email dan data pengguna user serta user id dan password penyedia.

Adapun alur penyampaian regulasi terbaru atau SOP dari pemerintah pusat hanya dilakukan melalui internet yang bisa diketahui melalui portal LKPP pada kolom regulasi terbaru. Namun apabila terdapat regulasi yang sangat urgent seperti Intruksi Presiden akan disampaikan melalui surat edaran. Penyampaian regulasi terbaru terkait e-procurement yang hanya mengandalkan internet menuntut para implementor untuk berperan aktif dalam mencari informasi terbaru.

Selain mengenai SOP, struktur birokrasi juga dilihat melalui penyebaran tugas dan rentang kendali antara pimpinan dan pegawainya. Pada implementasi e-procurement di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan ini, Layanan Pengadaan

(52)

antara Pokja dan Pegawai Layanan Pengadaan). Mereka bekerja sesuai dengan Surat Perintah Tugas (SPT) yang diterbitkan, setiap tim berjumlah 3 atau 5 orang sesuai dengan yang ditentukan regulasi bahwa setiap pelaksana teknis berjumlah gasal.

Pada jumlah tersebut, satu diantaranya akan menjadi ketua dan selainnya adalah anggota. Menurut informan, rentang kendali antara pimpinan dengan anggota cukup baik karena dengan jumlah tersebut sangat mudah bagi pimpinan untuk memberi arahan ataupun tugas kepada anggotanya. Jumlah anggota yang tidak terlalu banyak memungkinkan pimpinan untuk berkomunikasi langsung kepada anggota.

Berbeda dengan Layanan Pengadaan, Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Medan memiliki 15 implementor e-procurement yang terbagi atas Ketua, Sekretaris, divisi trainer, divisi verifikator, divisi hepldesk dan divisi administrator. Masing-masing divisi diketuai oleh satu orang dengan anggotanya 3 atau 4 orang. Tugas dan fungsi masing-masing divisi juga sudah sangat jelas tercantum pada SOP yang dimiliki LPSE. Melihat jumlah tersebut, rentang kendali antara pimpinan dan anggotanya dinilai baik dan sesuai.

4.4 Tantangan dan Hambatan Implementasi E-procurement dalam Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

(53)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Setelah mengetahui tantangan dan hambatan yang dialami, diharapkan mampu memberi solusi yang mampu memperbaiki kinerja implementor dimasa yang akan datang.

4.4.1 Individual

Tantangan merupakan sesuatu hal yang menggugah tekad untuk untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah, rangsangan (untuk bekerja lebih giat dan sebagainya)45. Pada implementasi eprocurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum di Kota Medan memiliki tantangan tersendiri. Tentunya tantangan tersebut sudah berusaha diatasi oleh para implementornya dengan cara masing-masing. Tantangan atau hambatan individual adalah sesuatu yang harus dihadapi dan hanya bisa diselesaikan melaui diri pribadi implementornya.

Adapun tantangan atau hambatan individual pada implementasi eprocurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan

Umum di Kota Medan adalah setiap implementor dituntut lebih cepat, tepat, profesional dan tidak main-main, serta setiap hari dituntut bekerja meskipun waktu kerja sudah berakhir, akibat kuantitas SDM yang kurang memadai maka berkas yang harus diperiksa cukup banyak sehingga implementor dituntut untuk terus bekerja.

Tidak hanya itu, para implementor harus selalu aktif dan up to date dengan perkembangan peraturan terbaru agar tidak susah dalam bekerja akibat peraturan

(54)

atau regulasi yang seringkali diperbarui. Ketika implementor sudah paham dan mulai menerapkan regulasi sebelumnya secara menyeluruh seringkali peraturan akan berubah lagi, begitu pula seterusnya sehingga susah diikuti oleh kelompok kerja (Pokja) sebagai pelaksana teknis. Untuk itu, implementor dituntut untuk bekerja secara dinamis dan cepat beradaptasi dengan peraturan terbaru.

4.4.2 Teknis

Hambatan atau tantangan teknis adalah hal-hal yang terjadi akibat kesalahan teknis yang diluar dari perkiraan implementornya. Adapun hambatan dan tantangan tersebut dikarenakan permasalahan teknis, seperti listrik yang tiba-tiba padam sehingga mengakibatkan kecepatan koneksi atau jaringan internet menurun dan akhirnya bisa mengakibatkan server tiba-tiba down.

4.4.3 Sumber Daya

Sumber daya bisa menjadi sebuah tantangan dan hambatan dalam sebuah implementasi kebijakan. Adapun yang menjadi tantangan dan hambatan pada implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan yang pertama adalah sumber daya fasilitas pendukung yang kurang memadai dimana versi komputer yang belum terbaru dan versi aplikasi spse yang belum ditingkatkan juga merupakan hambatan meskipun tidak terlalu dirasakan.

(55)

manusia yang berkecimpung di dalamnya sangat sedikit dan terbatas. Sehingga para implementor yang tersedia harus bekerja sangat keras untuk menyelesaikan pekerjaannya.

4.4.4 Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu peran yang sangat penting dalam implementasi kebijkan. Komunikasi yang tidak efektif juga merupakan faktor penghambat, adapun komunikasi yang berjalan kurang lancar biasa terjadi antara Kelompok Kerja (Pokja) selaku pelaksana teknis dengan SKPD terkait pelaksanaan pelelangan. Seringkali Kelompok Kerja (Pokja) sudah mengingatkan SKPD untuk menjalankan tugas awalnya dalam pengajuan pelelangan, namun SKPD sangat lama menjalankan tugasnya sehingga menghambat proses pelelangan untuk kedepannya.

4.4.5 Pengaduan

(56)
(57)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berikut ini akan diuraikan kesimpulan mengenai implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum

Kota Medan berdasarkan faktor berikut :

1. Komunikasi

(58)

2. Sumber daya

Indikator ini mencakup sumber daya manusia, sumber daya finansial dan sumber daya fasilitas pendukung. Adapun sumber daya manusia yang merupakan implementor e-procurement memiliki kualitas yang memadai karena setiap yang berkecimpung dalam proses e-procurement sudah memiliki sertifikat yang dikeluarkan langsung oleh LKPP. Meskipun secara kualitas sudah memadai, namun secara kuantitas sumber daya manusia yang dibutuhkan pada implementasi e-procurement ini masih kurang memadai. Pada sumber daya finansial, sudah cukup memadai karena pada perencanaannya sudah dilakukan dan ditentukan dalam APBD. Selaras dengan hal itu, sumber daya fasilitas pendukung juga sudah cukup memadai dilihat dari sarana fisik yang sudah tersedia.

3. Disposisi

Indikator ini mencakup sikap para implementor dan pemahaman implementor terhadap kebijakan yang diimplementasikan. Sikap implementor dalam mengimplementasikan kebijakan ini sangat mendukung dan patuh pada regulasi yang menjadi acuannya meskipun menyadari bahwa belum sepenuhnya e-procurement terselenggara dengan baik dan hanya meminimalisir kecurangan yang terjadi. Sedangkan pemahaman yang dimiliki oleh para implementor baik dari sejarah maupun regulasi yang dimiliki sudah cukup baik.

4. Struktur Birokrasi

(59)

sudah memiliki SOP sebagai acuan kerjanya, bahkan pada LPSE terdapat SOP yang sangat rinci dari berbagai tupoksi divisi yang dimiliki lembaga tersebut. Selain itu, penyebaran tugas dan rentang kendali yang terdapat di Dinas Pekerjaan Umum, Layanan Pengadaan dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik sudah sesuai.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan implementasi e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum

Kota Medan, antara lain :

1. Seluruh implementor e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum disarankan bisa melakukan komunikasi sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dan menjalankan SOP sepenuhnya dalam mengemban tanggung jawabnya dan memberikan kinerja terbaiknya dalam e-procurement ini

2. Seluruh implementor e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum diharapkan menunjukkan sikap yang berintegritas dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan pekerjaannya sehingga mampu menerapkan prisnip-prinsip pengadaan barang/ jasa pemerintah yang termaktub dalam regulasi

(60)

4. Pemerintah Kota Medan disarankan mampu melaksanakan peningkatan kuantitas pelaksana teknis e-procurement yang selama ini dibutuhkan agar mampu menyelesaikan pekerjaan dengan efisien dan lebih maksimal

Gambar

Gambar 3.1 : Informan Penelitian
Tabel 4.1
Tabel 4.3.2.1 : Daftar Pegawai Layanan Pengadaan Secara Elektronik
Tabel 4.3.2.2 : Daftar Pegawai Layanan Pengadaan (LP) Kota Medan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Rumah susun Sarijadi tidak memiliki standar yang tepat pada jenis material yang seharusnya digunakan pada tangga rumah susun, dapat dikatakna tidak layak bagi pengguna

pekerja anak pada keluarga dengan status ekonomi rendah menjadi perhatian. sendiri bagi

RANCANG BANGUN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERGENRE ROLE PLAYING GAME DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMK.. Universitas Pendidikan Indonesia

• Diletakkan dalam tatanan oleh seperangkat ajaran (leer, lehre, prudence), sistem hukum, profesional hukum. • Hubungan dengan realitas (legal

•   Kementerian Desa dan PDT serta Kementerian BUMN dan PLN agar menindaklanjuL laporan seperL ini agar mempercepat pembangunan untuk memenuhi kebutuhan listrik

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi. Pendidikan Ilmu

Hubungan Antara Komformitas Kelompok Dengan Kecenderungan Agresi Pada Anggota Kelompok Balap Motor Liar. Fakultas Psikologi

Merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Dalam neraca disajikan berbagai informasi